Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benda tegar adalah benda yang tidak mengalami perubahan bentuk akibat pengaruh gaya
atau momen gaya. Sebenarnya benda tegar hanyalah suatu model idealisasi. Karena pada
dasarnya semua benda akan mengalami perubahan bentuk apabila dipengaruhi oleh suatu gaya
atau momen gaya. Namun, karena perubahannya sangat kecil, pengaruhnya terhadap
keseimbangan statis dapat diabaikan.
Di dunia ini hampir tidak ada benda tegar. Sekeras apapun benda itu jika diberikan gaya
pasti akanberubah bentuk walaupun sangat kecil perubahannya. Namun untuk pemodelan
struktur, beberapa benda untuk kondisi tertentu bisa dianggap benda tegar. Misalnya sepotong
baja pendek, kursi kayu yang diberi sedikit gaya , lantai gedung bertingkat, dll. Dalam
kehidupan sehari-hari, contoh benda tegar terdapat pada jungkat-jungkit. Dimana berat batang
berada di tengah-tengah yang berguna sebagai penumpuu batang jungkat-jungkit tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun permasalahan yang dapat dirumuskan dari percobaan benda tegar sebagai berikut:
1. Bagaimana metode penentuan momen inersia dengan memanfaatkan momen punter
periode osilasi ?
2. Bagaimana momen inersia pada beberapa bentuk benda tegar secara eksperimen ?
3. Bagaimana perbandingan hasil perhitungan secara eksperimen langsung dengan cara
teoritis dari perhitungan massa benda dan bentuk benda ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari percobaan benda tegar, sebagai berikut :
1. Mengenal metode penentuan momen inersia dengan memanfaatkan momen punter
periode osilasi.
2. Menentukan momen inersia pada beberapa bentuk benda tegar secara eksperimen.
3. Membandingkan hasil perhitungan secara eksperimen langsung dengan cara teoritis
dari perhitungan massa benda dan bentuk benda .

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Benda tegar adalah benda yang tidak mengalami perubahan bentuk akibat pengaruh
gaya atau momen gaya. Sebenarnya benda tegar hanyalah suatu model idealisasi. Karena
pada dasarnya benda akan mengalami perubahan bentuk apabila di pengaruhi oleh suatu
gaya atau momen gaya. Namun,karena perubahannya sangat kecil,pengaruhnya terhadap
keseimbangan statis dapat di abaikan. Jika ada gaya yang bekerja pada benda maka titik
tangkap gaya tidak selalu berada di pusat massa benda. Benda yang mengalami
keseimbangan rotasi resultan momen gaya sama dengan nol, kecepatan sudut konstan,
dan percepatan sudutnya sama dengan nol. Syarat keseimbangan statik benda tegar yang
terletak pada suatu bidang datar adalah resultan gaya yang bekerja pada benda sama
dengan nol dan resultan momen gaya sama dengan nol.

∑F=0

∑τ=0

Resultan momen gaya sama dengan nol. Ini berarti bahwa terdapat pengaruh momen gaya
pada syarat keseimbangan benda tegar (Rufaida, 2014).

Agar sebuah benda diam, jumlah gaya yang bekerja padanya harus berjumlah nol.
Karena gaya merupakan vektor, komponen-komponen gaya total masing-masing harus
nol. Dengan demikian, syarat kesetimbangan adalah:

𝐹⃗𝑥 = 0, 𝐹⃗𝑦 = 0, 𝐹⃗𝑧 = 0

Agar sebuah benda tetap diam, maka torsi total yang bekerja padanya (dihitung dari
sumbu mana saja) harus nol. Sehingga syarat kesetimbangan adalah:

.∑ 𝜏 = 0 (Giancoli, 2001).

Dengan demikian terdapat dua kondisi yang dibutuhkan oleh suatu benda untuk
mencapai kesetimbangan. Kondisi pertama adalah pernyataan dari kesetimbangan
translasional: yang menyatakan bahwa percepatan linier dari pusat massa benda haruslah

2
nol ketika diamati dati kerangka acuan inersia. Kondisi yang kedua adalah pernyataan
tentang kesetimbangan rotasional dan menyatakan bahwa percepatan sudut terhadap
semua sumbu haruslah nol. Dalam kasus khusus kesetimbangan statis merupakan
keadaan benda beada dalam keadaan diam relatif terhadap pengamat dan oleh karena itu
tidak memiliki percepatan linear maupun percepatan sudut (yakni VPM = 0 dan ω = 0
(Serway, 2004).

Benda tegar dengan bentuk senbarang digantungkan pada suatu poros yang tetap di O,
jika diberi simpangan kecil kemudian dilepas, akan berayun dengan periode ayunan T
sebesar :

T = 2π
dengan I adalah momen kelembaman atau momen inersia, massa benda, g percepatan
gravitasi bumi, dan l jarak dari sumbu putar ke pusat massa.Untuk benda yang diputar
tidak pada pusat massa terdapat teorema hubungan sumbu sejajar sebagai berikut :
I = Ipm + ml2
dengan I adalah momen inersia pada sumbu tersebut, Ipm adalah momen inersia terhadap
sumbu putar melalui pusat massa dan l adalah jarak kedua sumbu putar (Giancoli, 2001).

Jika benda tegar terdiri atas sedikit partikel. Kita dapat menghitung inersia rotasinya
terhadap sumbu yang diberikan dengan persamaan:
I = ∑miri²
Artinya, kita dapat menentuka perkalian mr² untuk masing-masing partikel dan kemudian
mejumlahkan perkalian tersebut. (Ingatlah bahwa r adalah jarak tegak lurus partikel dari
sumbu rotasi yang diberikan). Jika benda tegar terdiri atas banayk partikelyang
berdekatan (kontinu, seperti frisbee), menggunakan persamaan (3) akan memerlukan
komputer.
Oleh karena itu, kita mengganti penjumlahan dalam persamaan tadi dengan integral dan
membatasi inersia rotasi benda sebagai :
I = ʃr²dm (inersia rotasi, benda kontinu
(Halliday, 2010).

3
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan benda tegar, sebagai berikut:

Tabel 3.1 Alat dan Bahan yang digunakan pada percobaan benda tegar.

No. Alat dan Bahan Banyaknya

1 Perangkat pegas punter 1


2 Bola padat 1
3 Silinder padat 1
4 Piringan tipis 1
5 Stopwatch 1
6 Pegas 1
7 Batang padat 1
8 Timbangan 1

Gambar 3.1 Alat dan bahan yang digunakan

4
3.2 Prosedur Percobaan

Adapun langkah-langkah pada percobaan benda tegar, sebagai berikut :

1. Benda tegar batangan padat dirangkai seperti Gambar 3.1 sehingga dapat dihitung
harga momen τ dari pegas puntir tersebut.
2. Langkah yang sama dilakukan untuk beberapa bentuk benda tegar yang berbeda dan
dihitung juga harga momen inersianya.
3. Dihitung jari-jari meenggunakan meteran/penggaris dan dihitung periode T benda
tegar menggunakan stopwatch sehingga diperoleh momen inersia I secara teoritis
sesuai dengan persamaan yang telah diketahui.
4. Masing-masing benda tegar ditimbang dan disubstitusikan nilainya dengan
menggunakan persamaan momen inersia sehingga diperoleh hasil secara eksperimen
untuk setiap benda tegar tersebut.

5
BAB IV

ANALISA DATA HASIL PENGAMATAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

Adapun data hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan benda tegar, sebagai
berikut:

Tabel 4.1 Data hasil pengamatan pada percobaan benda tegar.

Massa Ukuran n t (s)


Jenis Benda Tegar
(kg) (m) n1 n2 n3 t1 t2 t3
Batang Sumbu L= 1/2 1 1 1 2.50 2.60 2.57
0.230 0.7400
Batang Sumbu L= 1/4 1 1 1 3.05 3.10 2.95
Piringan 0.400 0.1050 1 1 1 1.90 2.00 1.99
Silinder Pejal 0.375 0.0440 1 1 1 0.80 0.79 0.77
Bola pejal 0.925 0.0732 1 1 1 1.80 1.20 1.15

4.2 Analisa Data

Berdasarkan data hasil pengamatan yang diperoleh pada percobaan benda tegar, maka
analisa data sebagai berikut:

1. Perhitungan momen inersia dan momen pegas untuk batang dengan sumbu L = ½
a. Momen inersia

1 1
I = 12 𝑀𝐿2 = 12 0.230 (0.7400)2 = 0.0104 kg m2

b. Momen pegas

𝑡 1.9174
F = Mg = 0.230 (9.8) = 2.254 N dan T = 𝑛 = = 1.9174 s
1

Ω = FT = 2.254 (1.9174) = 4.322 rad/s

2. Perhitungan momen inersia dan momen pegas untuk batang dengan sumbu ¼

6
a. Momen inesia
7 7
I = 48 𝑀𝐿2 = 48 0.230 (0.7400)2 = 0.0183 kg m2

b. Momen pegas

𝑡 3.03333
F = Mg = 0.230 (9.8) = 2.254 N dan T = 𝑛 = = 3.0333 s
1

Ω = FT = 2.254 (3.0333) = 6.84 rad/s

3. Perhitungan momen inersia dan momen pegas untuk piringan tipis


a. Momen inesia
1 1
I = 2 𝑀𝐿2 = 2 0.400 (0.1050)2 = 0.02205 kg m2

b. Momen pegas

𝑡 1.96333
F = Mg = 0.400 (9.8) = 3.920 N dan T = 𝑛 = = 1.96333 s
1

Ω = FT = 3.920 (1.96333) = 7.696 rad/s

4. Perhitungan momen inersia dan momen pegas untuk silinder pejal


a. Momen inesia
1 1
I = 2 𝑀𝐿2 = 2 0.375 (0.0440)2 = 0.00363 kg m2

b. Momen pegas

𝑡 0.786667
F = Mg = 0.375 (9.8) = 3.675 N dan T = 𝑛 = = 0.786667 s
1

Ω = FT = 3.675 (0.786667 ) = 2.8910 rad/s

5. Perhitungan momen inersia dan momen pegas untuk bola pejal


a. Momen inesia
2 2
I = 5 𝑀𝐿2 = 5 0.925 (0.0732)2 = 0.0019 kg m2

b. Momen pegas

𝑡 1.14333
F = Mg = 0.925 (9.8) = 9.065 N dan T = 𝑛 = = 1.14333 s
1

Ω = FT = 9.065 (1.14333 ) = 10.364 rad/s

7
4.3 Pembahasan
Momen atau momen gaya merupakan hasil kali antara gaya dengan lengan momennya.
Inersia adalah kecenderungan suatu benda agar tetap mempertahankan keadaannya (tetap
bergerak atau tetap diam) atau biasa dikatakan sebagai kelembaman suatu benda. Momen
Inersia adalah ukuran kelembaman/kecenderungan suatu benda untuk berotasi terhadap
porosnya. Besarnya momen inersia suatu benda bergantung terhadap beberapa faktor,
yaitu: massa benda, geometri benda (bentuk), letak sumbu putar benda, dan jarak ke
sumbu putar benda (lengan momen),

Berdasarkan analisa data maka diperoleh bahwa untuk batang sumbu L = ½ dengan
massa 0.230 kg akan menghasilkan momen inersia sebesar 0.014 kg m2 dan momen pegas
sebesar 4.322 rad/s. Untuk batang sumbu L= ¼ akan menghasilkan momen inersia
sebesar 0.0183 kg m2 dan momen pegas sebesar 6.84 rad/s. Untuk piringan tipis yang
bermassa 0.400 kg menghasilkan momen inersia sebesar 0.02205 kg m2 dan momen
pegas sebesar 7.696 rad/s. Untuk silinder pejal yang bermassa 0.375 kg menghasilkan
momen inersia sebesar 0.00363 kg m2 dan mome pegas sebesar 2.8910 rad/s. Untuk bola
pejal yang bermassa 0.925 kg menghasilkan momen inersia 0.0019 kg m2 dan momen
pegas sebesar 10.364 rad/s.

Jika dibandingkan momen inersia yang diperoleh secara matematis berbeda dengan
momen inersia yang diperoleh secara fisis dari masing-masing benda tegar tersebut. Untuk
silinder pejal, momen inersia yang diperoleh secara matematis lebih kecil dibandingkan
dengan yang diperoleh secara fisis. Untuk bola pejal, momen inersia yang diperoleh secara
matematis juga lebih kecil dibandingkan dengan momen inersia yang diperoleh secara
fisis. Untuk kerucut pejal, momen inersia yang diperoleh secara matematis. Sedangkan
untuk piringan pejal, momen inersia yang diperoleh secara matematis jauh lebih besar
dibandingkan dengan momen inersia yang diperoleh secara fisis. Hal ini terjadi karena
ternyata yang mempengaruhi momen inersia bukan hanya massa benda dan jari-jarinya
tapi juga besar simpangan, percepatan gravitasi bumi dan waktu rotasinya.

8
BAB V

PENUTUP

Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan Benda tegar, sebagai berikut :

1. Benda tegar adalah benda yang tidak mengalami perubahan bentuk akibat pengaruh
gaya atau momen gaya. Namun,karena perubahannya sangat kecil,pengaruhnya
terhadap keseimbangan statis dapat di abaikan.
2. Besarnya momen inersia suatu benda bergantung terhadap beberapa faktor, yaitu:
massa benda, geometri benda (bentuk), letak sumbu putar benda, dan jarak ke sumbu
putar benda (lengan momen),
3. Berdasarkan percobaan ini, yang mempengaruhi momen inersia suatu benda tegar
yaitu pusat rotasi, jari-jari rotasi, massa benda, percepatan gravitasi bumi, besar
simpangan dan waktu rotasinya.
4. Semakin dekat titik berat suatu bend dari suatu posisi maka akan semakin stabil benda
tersebut

9
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, Douglas. 2001. Fisika Untuk Sains Dan Teknik Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Halliday dan Resnich , 2010. Fisika Dasar Jilid II . Jakarta : Erlangga.

Rufaida, Sufii Aida & Sarwanto. 2014. Fisika Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam.
Surakarta : Mediatama.
Serway, A dan Jewett, W. 2004. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

10

Anda mungkin juga menyukai