PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan
BAB II
DASAR TEORI
Untuk benda titik yang berotasi terhadap sumbu yang berjarak r dari dari sumbu rotasi,
momen inersianya memenuhi
I=mr2..... (2.1)
Jika sistem yang dibahas mengandung sejumlah partikel, maka momen inersia total dari
sistem tersebut merupakan jumlah momen inersia masing-masing partikel. Penjumlahan dapat
dilakukan secara aljabar karena momen inersia dianggap besaran skalar. Momen inersia total sistem
adalah
I = I1+ I2 + I3 + I4 + ... + In
Jika benda tegar terdiri atas sedikit partikel, kita dapat menghitung inersia rotasinya terhadap
sumbu menggunakan pers 2.2. Namun, jika benda tegar terdiri atas banyak partikel yang berdekatan
(kontinu), menggunakan pers 2.2 akan memerlukan komputer. Oleh karena itu, kita dapat mengganti
penjumlahan pada pers 2.2 dengan integral dan membatasi inersia rotasi sebagai
Apabila kita ingin menentukan inersia rotasi I pada benda bermassa M terhadap sumbu rotasi yang
diberikan. Prinsipnya, kita selalu dapat menentukkan I dengan integrasi pada perssamaan 2.3. namun,
ada cara yang lebih singkat apabila diketahui inersia rotasi I tpm (inersia titik pusat massa) benda
terhadap sumbu sejajar yang diperpanjang melalui pusat massa benda. Misalkan h merupakan jarak
tegak lurus antara sumbu yang diberikan dengan sumbu yang melalui pusast massa, maka inersia
rotasi I adalah
Hukum Kedua Newton menyatakan bahwa gaya neto pada benda sebandin dengan hasil kali
mssa benda dan percepatannya. Atau dalam bentuk persamaan bisa ditulis
Serupa dengan ungkapan hukum II Newton untuk gerak translasi, yaitu f=ma , maka untuk
gerak rotasi, hukum II Newton dapat diungkapkan dalam bentuk yang sangat serupa. Yang harus
dilakukan pertama kali adalah mencari momen gaya total yang bekerja pada system benda yang
akan kita tentukan persamaan geraknya. Jika momen inersia diketahui maka hukum II Newton
adalah
dengan I momen inersia sistem benda dan (alfa) percepatan sudut rotasi. Persamaan (2.6)
merupakan ungkapan hukum II Newton untuk gerak rotasi yang bentuknya sangat mirip dengan
ungkapan hukum yang sama untuk gerak translasi. (Mikrajuddin Abdullah, 2016).
GAMBAR 2.1
Gambar 2.1 (a) gerak rotasi murni. (b) gerak translasi murni. (c) gerak menggelinding.
Gambar 2.1 memeperlihatkan bahwa gerak menggelinding bola merupakan kombinasi dari
gerak translasi murni dan rotasi murni. Gambar 2.1a menunjukkan gerak rotasi murni (seolah-olah
sumbu rotasi pada pusat diam) : setiap titik pada roda menggelinding terhadap pusat dengan
kelajuan sudut w. Setiap titik di tepi luar roda memiliki laju linear Vtpm. Gambar 2.1b menunjukkan
gerak translasi murni (seolah-olah roda tidak berotasi sama sekali) : setiap titik pada roda bergerak
ke kanan dengan laju Vtpm . Kombinasi dari gambar 2.1a dan 2.1b menghasilikan gerak menggelinding
yang sesungguhnya. Gambar 2.1 c menunjukkan bahwa dalam kondisi ini, bagian bawah roda (titik P)
diam, dan bagian atas roda (titik T) bergerak dengan laju 2Vtpm . Gerak menggelinding benda bundar
apapun yang menggelinding dengan lancar di atas permukaan dapat dibedakan menjadi gerak rotasi
murni dan translasi murni. (Halliday & Resnick, 2005).
Kata “momen” berarti bahwa I tergantung pada bagaimana masssa terdistribusi pada
ruang benda. Untuk partikel dengan sumbu putar dan massa, semakin besar jarak antara sumbu putar
dengan dengan massa partikel, maka semakin besar momen inersianya. Pada benda tegar, jarak ri
adalah konstan dan I tidak tergantung pada bagaimana benda berotasi pada sumbunya. (Sears &
Zemansky, 2000).
BAB III
METODOLOGI
Pada percobaan momen inersia, dibutuhkan alat dan bahan sebagai berikut : Roda sepeda
beserta statif sejumlah satu set sebagai benda yang akan diamati momen inersianya, electric stop
clock untuk menghitung waktu, satu set anak timbangan sebagai beban, roll meter untuk meghitung
jarak, waterpass untuk mengatur posisi rangkaian benda, dan satu buah tempat beban untuk
menaruh anak timbangan.
Pada percobaan momen inersia ini, langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan
disusunnya roda sesuai dengan gambar 3.1 pada skema alat. Posisi sumbu statif diperiksa agar tegak
lurus menggunakan waterpass. Selanjutnya, tinggi antara beban dengan lantai ditentukan dan beban
dilepaskan lalu waktu tempuh beban untuk mencapai jarak h dicatat dan diulang sebanyak lima kali.
Langkah sebelumnya diulangi dengan beban yang berbeda sebanyak tiga kali dan diulangi juga
untuk tinggi h yang berbeeda. Selanjutnya, tali diatur sehingga beban tergantung tepat pada roda,
demikian pula posisi sasarannya. Laangkah sebelumnya diuulangi dan jejari roda diukur. Selanjutnya,
dilakukan percobaan lain dengan rumus yang lain pula.
DAFTAR PUSTAKA
Mikrajuddin 2016
Halliday 2005
Halliday, Resnick, dan Walker. 2011 . “Fundamentals of Physics”. New Jersey : John Wiley & Sons, Inc.
4.3 Pembahasan
Pada percobaan momen inersia yang bertujuan untuk memperkenalkan pengggunaan hukum
II Newton dan menentukan momen inersia sistem benda berwujud roda sepeda ini, berlaku prinsip-
prinsip gerak melingkar, prinsip hukum II newton untuk gerak rotasi, serta aplikasi dari gerak lurus
berubah beraturan. Prinsip dari percobaan ini adalah roda yang berotasi diakibatkan oleh beban yang
digantung pada roda menyebabkan benda bergerak dan memiliki percepatan sudut. Beban yang jatuh
juga memiliki percepatan. Hubungan antara massa, jari-jari roda, gravitasi, dan percepatan jatuhnya
beban akan menghasilkan momen inersia
Percobaan ini dilakukan dengan variasi data pada massa beban, ketinggian, serta jari-jari roda.
Massa beban yang digantung adalah 40gr, 80gr, dan 120gr. Variasi ketinggian adalah 50cm dan 100cm.
Percobaan dilakukan pada roda dengan jari-jari kecil r= 2,55 cm dan jari-jari besar r = 26,27cm pada
sumbu yang sama.
Dari hasil percobaan diperoleh nilai percepatan rata-rata untuk percobaan dengan roda besar
dari ketingginan 100cm secara berturut-turut dari massa 40gr, 80gr, dan 120gr yaitu sebesar 0,43 m/s2
, 0,67 m/s2, dan 1,23 m/s2 .Untuk nilai percepatan dengan roda besar ketinggian 50cm untuk massa
40gr, 80gr dan 120gr berturut-turut yaitu 0,25 m/s2 , 0,46 m/s2 , dan 0,96 m/s2 . Pada percobaan
dengan roda kecil dari ketinggian 100cm hasil percepatan rata-rata untuk massa 40gr, 80gr, 120gr
berturut-turut adalah 0,0031 m/s2 , 0,0064, m/s2 dan 0,0088 m/s2 . untuk percepatan beban pada roda
kecil ketinggian 50cm untuk massa 40gr, 80gr, dan 120gr berturut2 adalah 0,00137 m/s2 , 0,00287
m/s2 , dan 0,00493 m/s2 .
Diperoleh nilai momen inersia dari percepatan yang sudah diperoleh sebelumnya. Untuk
percobaan dengan roda besar r=26,67 cm untuk ketinggian 50cm dan 100cm nilai momen inersianya
berturut2 0,12kg.m2 dan 0,08 kg.m2 . Nilai momen inersia untuk roda kecil r=2,55cm pada ketinggian
50cm dan 100cm berturut2 adalah 0,24 kg.m2 dan 0,11 kg.m2 .
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh, dapat dilihat bahwa semakin besar massa
benda maka percepatan benda semakin besar. Sedangakan nilai momen inersia dari roda dengan jari-
jari kecil lebih besar dari momen inersia roda dengan jari-jari besar. Berdasarkan dasar teori,
diketahuui bahwa momen inersia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu massa benda, jari-jari rotasi,
dan titik rotasi terhadap benda. Hal tersebut tidak sesuai dengan hasil perhitungan yang diperoleh
karena menurut dasar teori, seharusnya roda dengan jari-jari besar memiliki momen inersia yang lebih
besar.
Perbedaan antara hasil perhitungan dengan dasar teori disebabkan oleh adanya kesalahan
dalam percobaan ini. Beberapa kesalahan yang telihat diantaranya adalah tali yang seringkali
tersangkut pada saat percobaan, terutama pada percobaan menggunakan roda dengan jari-jari kecil.
Hal tersebut menyebabkan beban jatuh lebih lambat sehingga percepatan benda lebih kecil. Nilai
percepatan benda berbanding terbalik dengan nilai momen inersia benda. Hal inilah yang mungkin
menyebabkan momen inersia roda dengan jari-jari kecil lebih besar dari seharusnya. Error lain yang
terjadi adalah tali sedikit tergelincir dan lepas dari cengkraman selotip tanpa sepengelihatan praktikan
pada saat percobaan dengan menggunakan roda besar. Hal ini menyebabakan beban turun lebih cepat
sehingga percepatan benda lebih besar dan membuat nilai momen inersia roda dengan jari2 besar
lebih kecil dari seharusnya. Beberapa error yang lain yaitu kurang tepat dalam pengambilan waktu
serta faktor-faktor lain yang tidak diperhitungkan pada percobaan ini.
Kesimpulan
Setelah dilakukan percobaan momen inersia, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut
- Prinsip hukum II newton dapat diapliikasikan pada perccobaan ini. Hukum newton II yang
menyatakan bahwa F=m.a dapat digunakan pada gerak rotasi
- Besar momen inersia dari benda berwujud roda sepeda dapat diperoleh dengan mencari
percepatan dari beban yang terjatuh melalui hubungan I~1/a
ABSTRAK