Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA KLASIK

PERCOBAAN GERAK HARMONIS SEDERHANA

Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Mekanika Klasik
yang dibimbing oleh Dr. Robi Kurniawan, M. Si

Disusun oleh :

Hilda Fatkhiyatul Izza 210321606835

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA

OKTOBER 2022
PERCOBAAN GERAK HARMONIS SEDERHANA

A. Tujuan
1. Memahami kajian fisis tentang gerak osilasi teredam

B. Dasar Teori
Osilasi atau getaran adalah gerak bolak-balik di sekitar posisi
setimbang. Pada posisi setimbang gaya netto yang bekerja pada sistem.
Gerak osilasi adalah gerak menuju ke titik kesetimbangan. Tetapi saat
mencapai posisi setimbang sistem masih memiliki kelebihan energi
sehingga melampaui posisi setimbang, lalu sistem akan kembali berbalik
arah menuju titik setimbang (Abdullah, 2016).

Ketika sebuah benda bergetar atau berosilasi bolak-balik, melalui


jalur yang sama, setiap getaran mengambil jumlah waktu yang sama,
gerakannya periodik (Giancoli, 2014). Gerak periodik adalah gerak yang
berulang-ulang dalam suatu siklus tertentu (Young, 2014). Contoh lain
gerak periodik adalah gerakan bumi mengelilingi matahari (revolusi bumi),
gerakan bulan mengelilingi bumi, gerakan benda yang tergantung pada
sebuah pegas, dan gerakan sebuah bandul. Di antara gerak periodik iniada
gerakan yang dinamakan gerak harmonik sederhana. Gerak harmonik
sederhana adalah gerak suatu partikel bila gaya yang bekerja padanya
adalah sebanding dengan perpindahan partikel tetapi dalam arah yang
berlawanan (Halliday, 2014). Benda yang mengalami gerak harmonik
sederhana disebut osilator harmonik (Young, 2016).

Sistem osilasi pada percobaan ini terdiri dari piringan yang


dihubungkan dengan dua pegas. Sebuah tali yang menghubungkan kedua
pegas didilitkan pada piringan sehingga piringan tersebut berosilasi
bolakbalik. Ini seperti pendulum torsi.
Periode dari pendulum torsi tanpa redaman diungkapkan oleh
persamaan:
Dimana 𝐼 adalah momen inersia dari piringan katrol dan 𝜅 adalah
konstanta torsi pegas. Momen inersia dari katrol dapat ditentukan dengan
cara mengukur massa katrol (𝑀) dan juga jari-jarinya (𝑅). Untuk benda
berbentuk piringan yang berosilasi terhadap titik pusatnya, momen
inersianya adalah

Konstanta torsi pegas (𝜅) ditentukan oleh torka yang dikenakan


pada katrol dan juga pengukuran pada besar sudut putaran katrol (𝜃).
Konstanta torsi pegas didapat melalui persamaan

Semisal terdapat suatu sistem osilator teredam yang dilepaskan dari


keadaan equilibriumnya dan kemudian dibiarkan terus menerus teredam,
persamaan geraknya akan berupa

Solusi untuk persamaan ini adalah fungsi gelombang sinus yang


berupa

Sedangkan frekuensi angularnya diberikan oleh

Ketika osilator teredam dihubungkan dengan sistem penggerak


torka sinusoidal tambahan, persamaan diferensial yang menjelaskan gerak
dari sistem tersebut akan menjadi

Solusi untuk persamaan ini adalah

Dengan amplitudo dari osilasi adalah

Dan
Dengan 𝜑 di sini adalah fase pembeda antara torka penggerak dan
resultan gerakan dari osilator teredam. Frekuensi resonansi 𝜔0 diberikan
oleh

Ketika frekuensi torka penggerak sama dengan frekuensi resonansi


(𝜔 = 𝜔0 ), maka amplitudonya akan menjadi maksimum. Persamaan 4.9
akan menjadi

Beberapa keadaan ketika fase pembeda 𝜑 memiliki besar yang


bergantung pada frekuensi torka 𝜔:
(i) Ketika frekuensi torka menuju ke 0, 𝜑 = tan−1(0) → 0. Resultan
gerakan katrol akan memiliki fase yang sama dengan torka
penggerak.
(ii) Dalam keadaan resonansi, 𝜔 = 𝜔0 , akan dihasilkan 𝜃 =

(iii) Ketika frekuensi torka 𝜔 menuju ke tak terhingga, 𝜑 =

. Resultan putaran
menjadi 180° yang mana melebihi fase dari torka penggerak.

C. Alat dan Bahan


1. Sensor gerakan putar
2. Driver untuk osilator mekanik.
3. Batang penegak
4. Batang besi panjang 120 cm
5. Batang besi panjang 45 cm
6. Benang gulung
7. Massa 20 gr dengan pengait
8. Perangkat PASCO Capston
D. Gambar Set Alat Percobaan

E. Prosedur Percobaan  Persiapan Percobaan


1. Memasang driver pada batang dasar seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2. Mengatur amplitudo lengan driver sekitar setengah
maksimum. Menggeser Rotary Motion Sensor pertama ke batang
yang sama dengan driver. Melihat Gambar 3 untuk orientasi
Rotary Motion Sensor.
2. Pada driver, memutar lengan pengemudi hingga vertikal ke bawah.
Memasang tali ke lengan pengemudi dan memasukkan tali melalui
lubang tali di ujung atas driver. Membungkus tali sepenuhnya di
sekitar katrol besar Rotary Motion Sensor. Mengikat salah satu
ujung salah satu pegas ke ujung tali ini. Mengikat ujung pegas
dekat dengan Rotary Motion Sensor.
3. Menggunakan dua batang vertikal yang dihubungkan dengan
batang silang di bagian atas untuk stabilitas yang lebih besar.
Melihat Gambar 3.
4. Memasang Rotary Motion Sensor kedua pada Batang Silang.
5. Mengikat bagian pendek tali (beberapa sentimeter) ke sekrup
perata di alas batang penyangga. Mengikat salah satu ujung pegas
kedua ke tali ini.
6. Memotong seutas tali dengan panjang sekitar 1,5 m. Melilitkan tali
di sekitar katrol besar Rotary Motion Sensor kedua sebanyak dua
kali. Melihat Gambar 4. Memasang disk ke Rotary Motion Sensor
dengan sekrup.
7. Untuk menyelesaikan pemasangan pegas, memasukkan setiap
ujung tali dari katrol melalui ujung pegas dan mengikat dengan
tegangan yang hampir sama di setiap sisi: Disk harus dapat
berputar 180 derajat ke kedua sisi tanpa pegas mengenai katrol
Rotary Motion Sensor.
8. Memasang aksesori drag magnet ke samping Rotary Motion
Sensor seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4. Menyesuaikan
sekrup yang memiliki magnet sehingga magnet berjarak sekitar 1,0
cm dari disk.
9. Menancapkan Rotary Motion Sensor disk ke Channel P1 dan
menyolokkan driver Rotary Motion Sensor ke Channel P2.
Mengatur laju sampel untuk kedua sensor gerak putar ke 50 Hz.
10. Menguji arah sensor gerak putar untuk memastikan mereka
membaca positif dalam arah yang sama. Untuk melakukan ini,
memulai merekam dan memutar lengan pengemudi secara manual
sekitar setengah putaran dan kemudian berhenti merekam.
Memeriksa grafik untuk melihat apakah sudut disk dan sudut
driver memiliki tanda yang sama. Jika tidak, membuka properti
untuk salah satu sensor gerak putar di menu Data Summary pada
layar PASCO Capstone dan mencentang "Change Sign".
11. Pada Hardware Setup di PASCO Capstone, mengklik Signal
Generator #1 dan memilih Output Voltage/Current Sensor.
Menghubungkan kabel dari driver ke Signal Generator #1 pada
850 Universal Interface. Dalam pengaturan Generator Sinyal,
mengatur Signal Generator #1 ke Ramp Negatif dengan frekuensi
0,001 Hz dan amplitudo 3,1 V. Juga mengatur offset DC sebesar
6,1 V. Mengatur generator sinyal ke pilihan Off.
12. Di PASCO Capstone, mengatur kondisi berhenti di bilah Kontrol
Pengambilan Sampel. Mengatur untuk berhenti ketika Tegangan
Keluaran (Output Voltage) turun di bawah 3.1V.
13. Pada menu Calculator di Pasco Capstone, membuat hitungan
berikut
a. Kecepatan Angular=derivative(5,[Disk Angle, Ch P1(rad),
▼],[Time(s), ▼])
b. Sudut Amplitudo=amplitude(15,10,2,[Disk Angle, Ch
P1(rad), ▼])
c. Kecepatan Sudut Driver=derivative(5,[Driver Angle, Ch
P2(rad), ▼],[Time(s), ▼])
d. Frekuensi Driver=1/period(10,10,2,[Driver Angle,
Ch
P2(rad), ▼])
e. frekuensi=smooth(29,[Frekuensi Driver(Hz), ▼])

 Prosedur
1. Frekuensi Resonansi: Mengukur freuensi resonansinya. Membuat
grafik untuk kecepatan angular katrol yang berubah terhadap
waktu. Memutar tuas magnet seehingga letaknya jauh dari katrol.
Mengklik Record pada layar PASCO Capstone, memutar piringan
pada katrol dan membiarkan berosilasi. Kemudian menghentikan
rekaman. Mengukur periode menggunakan coordinate tool pada
grafik di layar.
2. Konstanta Pegas: Membuat tampilan digit angka untuk sudut dari
sensor putaran (Disk Rotary Mation Sensor) dan kemudian
memulai rekaman data. Menggantungkan massa yang dikait (20 g)
di atas salah satu pegas dan mengukur sudut yang dihasilkan
berdasarkan putaran piringan. Kemudian menghentikan rekaman.
Melepaskan massa 20 g tersebut. Mengukur jari-jari alur katrol
besar dan menghitung torsi yang disebabkan oleh berat massa 20 g.
Menghitung konstanta pegas torsi menggunakan persamaan (1.3).
3. Momen Inersia Piringan Katrol: Melepaskan piringan dari katrol
dan mengukur massa serta jari-jari dari piringan tersebut.
4. Lengkungan Resonansi: Membuat grafik “sudut amplitudo”
terhadap “frekuensi”. Menyetel generator sinyal #1 pada Otomatis.
Karena frekuensi ramp generator sinyal diatur pada 0,001 Hz,
pengumpulan data akan memakan waktu 1000 detik (16,7 menit).
Mengatur jarak magnet menjadi 6 mm. Dapat menggunakan
tumpukkan kertas 6 mm untuk mengukur jarak dengan
memasukkannya di antara magnet dan piringan aluminium.
a) Memulai merekam. Pengumpulan data secara otomatis akan
berhenti ketika tegangan listrik yang dihasilkan oleh sensor
turun di bawah 3,1 V.
b) Menyesuaikan sekrup peredam magnet sekitar 4 mm dari disk
dan mengulangi pengumpulan data.
c) Menyesuiakan sekrum peredam magnet sekitar 3 mm dari disk
dan mengulangi pengumpulan data.
5. Koefesien Peredam: Untuk redaman 3 mm, merekam amplitude
sampai redaman osilasi selesai. Untuk melakukannya, mematikan
generator sinyal. Membuat grafik sudut putaran katrol terhadap
waktu. Mengatur “start condition” ke “disk angukar velocity” di
atas nol. Memutar piringan sekitar 360° (6,28 rad) dan tahan.
Memulai merekam dan melepaskan disk. Menghentikan rekaman
setelah piringan berhenti. Menerapkan kecocokan sinus teredam
pada data dan mencatat koefisennya. Membandingkan dengan teori
dan menghitung koefisien redaman (b).

F. Data Percobaan
Variabel Bebas : periode (T), Sudut , Amplitudo (𝜔)
Variabel Terikat : Sudut anguler (𝜔), Sudut (𝜃) , Gaya (N)
Variabel Kontrol : massa (20 gr), perangkat pasco capstone, batang besi
panjang (45 cm dan 120 cm)

Amplitudo tegangan = 3,1


V DC Offset = 6,1 V
Frekuensi = 0,001Hz
Massa = 20 g = 0,020 kg r = 2,65 cm =
0,0265 m
𝑀 = 139,5 g = 0,1395 kg
∆𝑀 = 0,01 𝑘g
R = 4,7 CM = 0,047 m
∆𝑅 = 0,001 m

Tabel data percobaan 1


Percobaan ke- T (s) ω (rad/s)
1 0,72 11,39
2 1,76 7,95
3 2,70 5,55
4 3,60 3,74
5 4,50 2,46
6 5,38 1,54
7 6,24 0,88
8 7,10 0,45
9 7,90 0,18
10 8,66 0,07

Tabel data percobaan 2


Percobaan ke- T (s) θ (rad)
1 4,820 0,039
2 4,780 -0,039
3 4,720 0,039
4 4,840 0,039
5 4,360 -0,039
6 6,000 0,039
7 6,120 0,079
8 5,440 -0,079
9 6,090 0,039
10 6,480 -0,039

Tabel data percobaan 4a


Percobaan ke- θ F
1 1,05 0,77
2 1,28 0,77
3 2,75 0,78
4 3,28 0,80
5 3,19 0,82
6 3,14 0,86
7 3,41 0,89
8 3,94 0,88
9 3,93 0,92
10 3,56 0,96

Tabel data percobaan 4b


Percobaan ke- θ F
1 2,00 1,18
2 1,69 1,18
3 1,38 1,18
4 1,10 1,19
5 1,04 1,19
6 1,12 1,19
7 1,22 1,20
8 1,26 1,20
9 1,22 1,21
10 1,17 1,21

Tabel data percobaan 4c


Percobaan ke- θ F
1 1,33 1,16
2 1,36 1,17
3 1,29 1,18
4 1,19 1,19
5 1,11 1,19
6 1,09 1,20
7 1,12 1,20
8 1,09 1,21
9 1,10 1,21
10 1,08 1,21

G. Analisis Data
Pada praktikum gerak harmonis pada osilasi teredam ini untuk
menganalisis data yang diperoleh pada percobaan pertama dengan

menggunakan rumus untuk mencari nilai frekuensi resonansi.


Dengan nilai T yang diperoleh melalui rata-rata selisih waktu.

Selanjutnya percobaan kedua untuk mencari konstanta pegas

dengan menggunakan persamaan dengan nilai 𝜃 adalah hasil rata-


rata besar sudut putaran katrol dan 𝜏 = 𝑟 × 𝐹 atau 𝜏 = 𝑟 × 𝑚𝑔 dengan m =
0,020 kg dan g = 9,8 m/s2

Pada saat menghitung momen inersia pada piringan katrol yang


berbentuk piringan dan berosilasi terhadap titik pusatnya. Menggunakan

rumus dengan M merupakan massa katrol, R merupakan


jarijari katrol. Untuk periode dari pendulum torsi dapat diketahui dengan
=

a) Menghitung Frekuensi Resonansi


Percobaan ke- t(s) ∆T ω (rad/s)
1 1,380 1,2 16,480
2 2,580 1,1 14,805
3 3,680 1,04 13,352
4 4,720 0,98 11,977
5 5,700 0,96 10,773
6 6,660 0,92 9,687
7 7,580 0,92 8,731
8 8,500 0,9 7,802
9 9,400 0,88 6,951
10 10,280 -10,280 6,178
Σ 60,48 -1,38 106,736
Dari data di atas dapat dihitung frekuensi resonansinya menggunakan
rumus:

b) Menghitung Konstanta Pegas


Percobaan ke- T (s) θ (rad)
1 4,380 0,218
2 3,820 0,284
3 2,700 0,432
4 2,020 0,199
5 2,100 0,598
Σ 15,02 1,731
𝜏 = 𝑟 × 𝑚𝑔
𝜏 = (0,0265)(0,020)(9,8) = 0,005194
c) Menghitung Momen Inersia pada Piringan Katrol

d) Menghitung Periode dari Pendulum Torsi

Gambar 1. Grafik Hubungan Kecepatan Sudut dan Waktu


Dalam grafik hubungan antara kecepatan sudut dan waktu tersebut
dapat dilihat bahwa dengan seiring bertambahnya waktu maka
kecepatan sudut akan semakin berkurang (semakin kecil). Dapat
diamati pula ketika waktu semakin bertambah, dalam grafik terjadi
redaman lemah, yang mana masih terjadi osilasi sebelum akhirnya
berhenti.
Gambar 2. Grafik Hubungan Sudut Amplitudo dan Frekuensi jarak
6mm dari disk
Dalam grafik hubungan antara sudut amplitudo dengan frekuensi jarak
antara magnet dengan piringan alumunium 6 mm terlihat bahwa
semakin besar nilai frekuensi maka nilai dari sudut amplitudonya
semakin kecil. Dalam grafik tersebut dapat diamati bahwa terdapat
osilasi teredam kuat sebelum akhirnya berhenti.

Gambar 3. Grafik Hubungan Sudut Amplitudo dan Frekuensi jarak


4mm dari disk
Dalam grafik hubungan antara sudut amplitudo dengan frekuensi jarak
antara magnet dengan piringan alumunium 4 mm terlihat bahwa
semakin besar nilai frekuensi maka nilai dari sudut amplitudonya
semakin kecil. Dalam grafik tersebut dapat diamati bahwa terdapat
osilasi teredam kuat sebelum akhirnya berhenti.
Gambar 4. Grafik Hubungan Sudut Amplitudo dan Frekuensi jarak
3mm dari disk
Dalam grafik hubungan antara sudut amplitudo dengan frekuensi jarak
antara magnet dengan piringan alumunium 3 mm terlihat bahwa
semakin besar nilai frekuensi maka nilai dari sudut amplitudonya
semakin kecil. Dalam grafik tersebut dapat diamati bahwa terdapat
osilasi teredam kritis sebelum akhirnya berhenti

H. Pembahasan
Pada percobaan Gerak Harmonis Sederhana ini kami menggunakan
komputer yang digunakan untuk membuat grafik antara kecepatan sudut
dengan frekuensi dan sudut amplitude dengan frekuensi. Terdapat
beberapa variabel dalam percobaan ini, diantaranya variabel bebas terdiri
dari periode (T), Sudut , Amplitudo (𝐴). Variabel terikat terdiri dari Sudut
anguler (𝜔), Sudut (𝜃) , Gaya (N). Sedangkan variabel kontrol terdiri dari
massa (20 gr), perangkat pasco capstone, batang besi Panjang (45 cm dan
120 cm).

Pada percobaan ini kami menghitung frekuensi resonansi,


konstanta pegas, momen inersia pada piringan katrol, dan periode dari
pendulum torsi. Dari analisis data didapatkan hasil nilai frekuensi
resonansi sebesar 0,724637681 𝐻𝑧, untuk konstanta pegas didapatkan
hasil nilai sebesar 0,0030005777, lalu untuk momen inersia pada piringan
katrol didapatkan hasil nilai sebesar 0,000154078 𝑘𝑔𝑚2, dan untuk
periode dari pendulum torsi didapatkan hasil nilai sebesar 1,42307412 s.

Dari grafik yang telah diperoleh, pada grafik hubungan antara


kecepatan sudut dengan waktu terjadi redaman lemah, yang mana dapat
dilihat dalam grafik tersebut mengalami osilasi yang semakin lama
semakin mengecil (teredam lemah) sampai akhirnya berhenti atau bernilai
nol. Dari grafik tersebut menunjukkan bahwa semakin besar nilai waktu,
maka semakin mengecil nilai dari kecepatan sudutnya.

Dari grafik hubungan antara sudut amplitudo dengan frekuensi


divariasi jaraknya menjadi 3, yaitu 6 mm, 4 mm, dan 3 mm. Untuk jarak 6
mm dan 4 mm mengalami redaman kuat, dimana dalam grafik tidak
sempat terjadi osilasi karena redamannya sangat kuat. Sedangkan untuk
jarak 3 mm mengalami redaman kritis, dimana juga tidak sempat berosilasi
tetapi untuk berhenti (menuju nol) gerakannya lebih cepat daripada yang
teredam kuat.

I. Kesimpulan
1. Pada percobaan Gerak Harmonis Sederhana ini dapat diambil
kesimpulan bahwa terdapat 3 jenis osilasi teredam, yaitu osilasi
teredam lemah, osilasi teredam kritis, dan osilasi teredam kuat. Osilasi
teredam lemah akan melakukan osilasi yang lambat waktu gerakannya
menuju nol atau berhenti. Osilasi teredam kritis akan bergerak
mendekati titik keseimbangan dan laju osilasi yang lebih cepat. Osilasi
teredam kuat mengalami redaman yang sangat besar sehingga tidak
mengalami osilasi dan langsung berhenti.

J. Daftar Rujukan
Abdullah, Mikrajuddin.2016.Fisika Dasar I.Bandung:Institut Teknologi
Bandung.
Giancoli, Douglas C.2014.Physics Principles With Apllication (7th
ed).USA:Pearson.
Halliday, David dkk.2014.Fundamentals of Physics (10th ed).USA:Wiley.
Young, Hugh D, dan Roger A Freedman.2014.Sears and Zemansky's
University Physics With Modern Physics : Technology Update (13 th
ed).USA:Pearson.
Young, Hugh D, dan Roger A Freedman.2016.University Physics With
Modern Physics (14th ed).USA:Pearson.
Tugas
1. Bagaimana peningkatan redaman mempengaruhi bentuk kurva (lebar,
amplitudo maksimum, frekuensi maksimum)?
Jawab :
a) Lebar kurva : semakin tinggi nilai redaman, maka akan membuat
bentuk kurva yang lebarnya semakin bertambah.
b) Amplitude maksimum : peningkatan redaman akan membuat
amplitudo maksimum gelombang berkurang. Hal ini dikarenakan
gerak osilasi mengalami redaman di mana energi yang digunakan
untuk menuju puncak maksimum diubah menjadi energi untuk
mengatasi gesekan dengan udara, sehingga gelombang tidak dapat
mencapai puncak maksimum dan amplitudonya akan bernilai
semakin kecil.
c) Frekuensi maksimum : peningkatan redaman juga akan
berpengaruh pada frekuensi. Gerak osilasi semakin lama atau
seiring dengan berjalannya waktu akan membentuk beberapa
gelombang dengan waktu tempuh yang cukup lama, sehingga
redaman dapat memperkecil frekuensi.

2. Apakah frekuensi resonansi untuk jumlah redaman paling sedikit sama


dengan frekuensi teoritis? Jawab :
Tidak sama. Frekuensi teoritis merupakan properti dari setiap sistem
fisis dengan kondisi batas yang diberikan. Sedangkan frekuensi
resonansi biasanya tidak dianggap sebagai properti sistem karena
sangat dipengaruhi oleh media sekitar, termasuk media redaman.

3. Mengapa kurva resonansi asimetris terhadap frekuensi resonansi?


Jawab :
Kurva resonansi asimetris terhadap frekuensi resonansi karena adanya
osilasi teredam sehingga benda yang bergerak secara osilasi lama
kelamaan akan diam atau menuju posisi setimbang yang mana
amplitudonya akan berkurang. Kurva antara resonansi dan frekuensi
resonansi merupakan kurva asimetris dikarenakan amplitude kedua
jenis gelombang ini berbeda.

4. Apakah perbedaan dari fase jawaban tugas 4 sama dengan perhitungan


dari teori?
Jawab :
Terdapat perbedaan yaitu dari sisi perhitungan teorinya.
K. Lampiran
a) Dokumentasi Percobaan

Anda mungkin juga menyukai