Anda di halaman 1dari 19

MATERI KULIAH METROLOGI INDUSTRI

KALIBRASI DAN KETIDAKPASTIAN


Dosen : Ir. Sally Cahyati MT.

Sifat Umum dari Alat Ukur


Sebuah alat ukur yang direncanakan dan dibuat dengan sesempurna
mungkin tetap mempunyai keterbatasan. Ketidaksempurnaan tidak bisa
dihilangkan dan hanya dalam batas-batas tertentu dianggap valid untuk
digunakan untuk suatu proses pengukuran. Untuk menyatakan sifat-sifat atau
karakteristik alat ukur terdapat beberapa istilah teknik supaya tidak timbul salah
pengertian dalam penyampaian hasil pengukuran.

Rantai Kalibrasi
Kalibrasi pada dasarnya adalah pengukuran yang membandingkan suatu
besaran dengan besaran standar. Dalam kalibrasi yang diukur adalah benda
ukur yang diketahui harga sebenarnya yang menjadi acuan kalibrasi. Arti
kalibrasi adalah memastikan hubungan antara harga yang ditunjukkan oleh alat
ukur atau sistem pengukuran dengan harga yang diabadikan pada suatu bahan
ukur dengan harga yang sebenarnya dari besaran yang di ukur. Pengertian
harga sebenarnya adalah konsep ideal atau tidak dapat diketahui dengan pasti.
Dalam prakteknya harga ini diganti oleh suatu harga yang diabadikan pada suatu
standar dan kemudian secara internasional diambil sebagai harga yang benar
(kebenaran konvensional)
Oleh karena itu Kalibrasi dapat didefinisikan sebagai berikut :
serangkaian kegiatan pengukuran (metrology) untuk menentukan nilai
kebenaran konvensional

dengan

menggunakan metoda pengukuran

absolut atau metoda pembandingan terhadap standar ukur yang mampu


telusur (traceable) ke standar nasional atau internasional. Dengan kata lain
kalibrasi merupakan bagian dari metrologi yang membentuk hubungan antara
nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran dan nilai
pengukuran yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah
4

diketahui dan berkaitan dengan besaran yang diukur dalam kondisi tertentu.
Prosedur kalibrasi ini kemudian membentuk suatu mata rantai yang disebut
rantai keterselusuran yang terbagi menjadi empat tingkatan , yaitu :
Tingkat 1

Kalibrasi alat ukur kerja dengan memakai acuan alat ukur standar
kerja.

Tingkat 2

Kalibrasi alat ukur standar kerja dengan memakai acuan alat ukur
standar.

Tingkat 3

Kalibrasi alat ukur standar dengan acuan alat ukur standar dengan
tingkat yang lebih tinggi (standar nasional).

Tingkat 4

Kalibrasi standar nasional dengan acuan standar internasional.

Suatu alat ukur yang mempunyai kinerja (performance), stabilitas,


keandalan dan keakurasian yang baik tidak dapat bersifat kekal atau bersifat
tetap. Kinerja alat ukur dapat berubah sewaktu-waktu sehingga perlu dilakukan
kalibrasi dan pengujian terhadap alat ukur (instrument) secara periodik. Akurasi
hanya timbul dari kalibrasi yang benar, artinya hasil pengukuran dapat tertelusur
ke standar nasional/ internasional. Jadi setiap alat ukur lama maupun baru tetap
harus dikalibrasi untuk meyakinkan besarnya penyimpangan/ kesalahan, apakah
masih didalam batas yang diijinkan menurut standar atau tidak. Dengan kalibrasi
dapat menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standarnya, sehingga
dapat dicatat bahwa manfaat kalibrasi adalah:
1. Dari hasil kalibrasi dapat diketahui kesalahan penunjukkan instrumen
ukur, sistem pengukuran atau bahan ukur dengan pemberian nilai pada
tanda skala tertentu.
2. Suatu kalibrasi dapat menentukan sifat-sifat metrologi lain
3. Hasil kalibrasi dapat dinyatakan sebagai suatu faktor kalibrasi atau
sebagai deret faktor kalibrasi dalam bentuk kurva kalibrasi.
4. Menjaga kondisi alat ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan
spesifikasinya.

Dari hal-hal tersebut di atas maka jelaslah bahwa tujuan kalibrasi adalah:
1. Menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai penunjukkan suatu alat
ukur atau deviasi dimensi nominal yang seharusnya untuk bahan ukur.
2. Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar nasional maupun
internasional.

Penentuan Ketidakpastian Baku dan Derajat Kebebasan.


Setiap pengujian yang dilakukan di laboratorium menghasilkan kesalahan
(error) yang oleh karenanya maka estimasi ketidakpastian hasil pengujian
sebaiknya disajikan bersama dengan hasil pengujian. Dalam beberapa kasus
tertentu, sebuah hasil pengujian menjadi tidak bermakna apabila tidak disertai
dengan pernyataan ketidakpastiannya.
Didalam mempelajari ketidakpastian hasil pengujian diperlukan pemahaman
mengenai perbedaan antara kesalahan hasil pengujian dan ketidakpastian hasil
pengujian. Sebuah kesalahan (error) adalah perbedaan antara hasil pengujian
dengan nilai benar (true value), sedangkan ketidakpastian adalah parameter
yang berhubungan dengan hasil pengujian yang mencerminkan ketersebaran
nilai-nilainya. Cara estimasi ketidakpastian hasil pengujian roughness test ini
mengacu kepada prinsip-prinsip yang terdapat dalam ISO Guide to the
Expression of Uncertainty in Measurement (ISO GUM).
Salah satu aspek yang penting dari ISO GUM adalah rekomendasi bahwa
komponen-komponen ketidakpastian secara individual dapat diestimasikan baik
dengan evaluasi Tipe A maupun evaluasi Tipe B. Evaluasi Tipe A mencakup
penggunaan metoda statistik dan berlaku hanya untuk serangkaian
observasi, misalnya pengujian berulang-ulang dari suatu contoh yang
sama. Sedangkan evaluasi Tipe B dapat mencakup aplikasi pengetahuan
ataupun pengalaman. Perlu diperhatikan bahwa sumber ketidakpastian tidak
menentukan tentang cara penghitungan ketidakpastiannya, dengan kata

lain

evaluasi Tipe B tidak hanya berlaku untuk komponen ketidakpastian yang


berasal dari kesalahan sistematik (systematic error) saja, akan tetapi juga
berlaku untuk sumber ketidakpastian yang berasal dari kesalahan acak (random
error).

Sumber-sumber ketidakpastian tidak mudah untuk diuraikan secara rinci.


Secara umum ISO GUM mengidentifikasi sumber-sumber ketidakpastian
sebagai berikut :
a. definisi yang tidak lengkap dari sesuatu yang diuji
b. realisasi yang tidak sempurna atas definisi sesuatu yang diuji
c. sampling yang tidak representatif
d. kurangnya pengetahuan mengenai efek-efek kondisi lingkungan pada
pengujian atau

pengukuran

yang kurang sempurna dari kondisi

lingkungan
e. bias perorangan dalam pembacaan instrumen
f. keterbatasan instrumen dalam resolusi atau batas ambang diskriminasi
g. nilai yang tidak pasti dari baku pengujian dan bahan referensi
h. nilai yang tidak pasti dari konstanta dan parameter lain yang diperoleh dari
sumber-sumber luar dan digunakan reduksi data secara logaritmik
i.

perkiraan-perkiraan dan asumsi-asumsi yang berhubungan dengan


metode dan prosedur pengujian

j.

variasi dari observasi berulang-ulang dari contoh uji pada kondisi yang
identik

Evaluasi Tipe A
Sebuah input pengukuran digolongkan ke dalam tipe A jika nilainya
ditentukan dengan melakukan pengukuran secara berulang. Jadi ketidakpastian
tipe A adalah sesuatu yang dapat dievaluasi hanya jika pengukuran dilakukan
lebih dari satu kali. Ini memerlukan metode statistik yang sesuai. Statistik sendiri
terbagi atas dua jenis yaitu statistik deskriptif dan statistik induktif. Statistik
deskriptif digunakan hanya untuk menggambarkan suatu informasi. Statistik

induktif digunakan untuk mengolah informasi yang ada sehingga dari hasilnya
didapat suatu kesimpulan. Untuk evaluasi tipe A di gunakan statistik induktif
untuk mendapatkan nilai ketidakpastian.
Berdasarkan nilai-nilai data pengukuran ketidakpastian baku, X1,X2,X3,.,Xn
diperoleh :

- Harga rata-rata ( X ) (merupakan distribusi sentral pengukuran )

X 1 X 2 ... X n 1 n
Xi
n
n i 1

4)

(2.4)

-Variance (S2)
S2=

( X 1 X ) 2 ( X 2 X ) 2 .... ( X n X ) 2
1 n

( X1 X )2

n 1
n 1 i 1

5)(2.5)

-Standar deviasi
S=

S
2

1 n
( X1 X )2

n 1 n1

6)...(2.6)

Berdasarkan ketiga besaran tersebut, maka nilai ketidakpastian tipe A (U A)


adalah deviasi standar dari nilai rata-rata
UA = S ( X )

S
n

(2.7)

Derajat kebebasan VA = n 1

4)

Komite Akreditasi Nasional, Pedoman Estimasi Ketidakpastian Hasil Pengujian


Idem
6)
Idem
5)

Ketidakpastian Tipe B
Ketidakpastian

tipe

adalah

ketidakpastian

yang

diperoleh

berdasarkan scientific judgement . Ada beberapa perkiraan yang harus


dilakukan atas suatu komponen ketidakpastian tipe B, yaitu: batas sebaran,
jenis sebaran dan ketidakpastian relatif. Ketiga parameter itu diperlukan untuk
menentukan besarnya ketidakpastian dan derajat kebebasan.
Batas sebaran dapat ditentukan berdasarkan beberapa macam informasi,
misalnya:
1. Pernyataan nilai ketidakpastian dari sertifikat kalibrasi dari alat ukur yang
digunakan.
2. Daya baca terkecil pada alat ukur ataupun dari operator.
3. Pengalaman mengenai sifat-sifat khusus suatu alat, bahan, lingkungan
atau sistem.
Batas sebaran dinyatakan sebagai setengah dari rentang sebaran itu,
yang disebut sebagai rentang paruh (semi range) dengan notasi a. Atau dapat
dikatakan bahwa rentang sebaran itu dapat dinyatakan sebagai a .
Setelah

menetapkan

batas

sebaran,

hal

berikutnya

adalah

memperkirakan bagaimana nilai-nilai ini tersebar di dalam rentang tersebut.


Beberapa jenis sebaran telah diterangkan, yaitu sebaran normal, persegi,
segitiga dan trapezoid, selain beberapa sebaran lain yang jarang digunakan.
Perhatikan ISO Guide tidak menetapkan aturan mengenai jenis sebaran mana
yang berlaku untuk komponen ketidakpastian tertentu, atau hal-hal praktis lain
sebagai menentukan besarnya daya baca alat ukur. Hal-hal tersebut dilakukan
dengan pemikiran kritis, kejujuran intelektual dan keterampilan professional
yang sangat penting bagi seorang ahli metrologi.

Sertifikat Kalibrasi
Komponen-komponen dalam suatu sistem pengukuran yang mungkin
akan

mempengaruhi

hasil

pengukuran

sehingga

akan

menimbulkan

ketidakpastian dalam hasil pengukuran tersebut. Hubungan antara komponenkomponen tersebut perlu didefinisikan dalam sebuah model. Untuk menunjukkan

seberapa besar pengaruh tiap-tiap komponen atau input terhadap hasil


pengukuran. Meskipun sebuah model dapat saja berupa sebuah sketsa
sederhana. Perlu membuat model matematis guna menghitung koefisien
sensitivitas.
Dalam

sertifikat

kalibrasi

sering

dicantumkan

ketidakpastiannya.

Ketidakpastian yang dicantumkan dalam sertifikat kalibrasi dapat dianggap


mempunyai bentuk sebaran yang mendekati sebaran normal, yang merupakan
akibat

dari

proses

penggabungan

komponen-komponen

ketidakpastian.

Ketidakpastian ini dapat dihitung dengan


UB1 =

E AMK1
k

7)

(2.8)

EAMK 1 = Ketidakpatian referensi yang besarnya diketahui


k = faktor cakupan yang ditentukan berdasarkan distribusi

Tingkat kepercayaan yang telah ditetapkan untuk distribusi normal adalah


95% (ISO GUM). Dari tabel distribusi normal didapatkan nilai k = 2 untuk V B =
(tak hingga)
Resolusi alat ukur analog
Resolusi diperoleh dari fakta yang dapat dilihat dari skala penunjuk alat ,
tampilan digital,dan lain-lain ataupun dari yang dijelaskan dalam data spesifikasi
pabrik
UB2 =

E ADK1

8)

(2.9)

EADK 1 = Resolusi alat yang dikalibrasi


3 = ditribusi kebolehjadian berbentuk segi-empat dengan VB =
6 = distribusi kebolehjadian berbentuk segi-tiga dengan VB =

7) )
8) )

Komite Akreditasi Nasional, Pedoman Estimasi Ketidakpastian Hasil Pengujian


Komite Akreditasi Nasional, Pedoman Estimasi Ketidakpastian Hasil Pengujian

10

Pemilihan

paling sering dipergunakan oleh industri untuk menghitung

ketidakpastian karena berdasarkan pengalaman, sebaran distribusi segi-tiga


pasti masuk juga kedalam sebaran distribusi segi-empat.

Ketidakpastian standar gabungan (combined)


Ketidakpastian standar gabungan uv(y) merupakan kumpulan dari
ketidakpastian standar u(x1): ; dimana: y = f(x1, x2, x3,.xn)
Persamaan perhitungan ketidakpastian standar gabungan didasarkan pada
hukum propagasi (rambatan) ketidakpastian Taylor orde 1. Untuk ketidak-linieran
f yang cukup berarti signifikan, biasanya digunakan orde yang lebih tinggi.
Ketidakpastian standar gabungan dari besaran-besaran masukan/input
yang uncorrelated dihitung dengan rumus :
UC =

U A U B1 U B 2
2

9)

(2.10)

Derajat ketidakpastian efektif tipe B


Derajat kebebasan untuk komponen ketidakpastrian tipe B ditentukan dari
keandalan taksiran nilai batasnya. Untuk beberapa distribusi, batasnya dapat
ditentukan sedemikian supaya kita benar-benar yakin akan nilainya. Dalam hal
ini maka derajat kebesarannya adalah tak hingga. Umumnya taksiran terburuk
(worst case) akan menghasilkan hal ini.Derajat ketidakpastian efektif dapat
dihasilkan dengan persamaan :
Veff

UC
4

10)
4

...(2.11)

UA
U
U
B1 B 2
VA
VB1
VB 2

Ketidakpastian Expanded
Ketidakpastian standar gabungan Uc merupakan ketidakpastian yang
dinyatakan pada kebanyakan hasil-hasil pengukuran. Namun demikian untuk
tujuan komersil, industri atau aplikasi legal seperti yang berkaitan dengan
9)

Mustar,A, Rachman, Analisa ketidakpastian Hasil Pengukuran


Mustar,A, Rachman, Analisa ketidakpastian Hasil Pengukuran

10)

11

kesehatan, keamanan atau keselamatan sering diperlukan ukuran ketidakpastian


yang menyebabkan interval sekitar hasil pengukuran. Ukuran ketidakpastian itu
dikenal dengan ketidakpastian expanded symbol U. Nilai U didapat dari
ketidakpastian gabungan dikalikan dengan faktor cakupan (coverage factor)
yang dirumuskan sebagai:
11)

U = k.Uc (y) atau Y = yU

dimana:

y = nilai ukur

...(2.12)

Y = nilai pengukuran

Prosedur Pengkalibrasian dan Pengukuran


Sebelum

pengukuran

benda

ukur

dilakukan

perlu

dilakukan

pengkalibrasian terlebih dahulu terhadap alat ukur Surftest 301. Untuk


mendapatkan hasil yang telah di standarkan pengkalibrasian harus dilakukan
dengan mengikuti prosedur pengkalibrasian,yaitu :

Contoh Kasus: Kalibrasi Roughness test


Prosedur pengkalibrasian Surftest 301
1. Peralatan yang digunakan
-

Precision roughness sampel, sebagai ukuran standar

Termometer dan higrometer untuk ruangan

Meja rata

2. Bahan yang diperlukan


-

Alkohol 70 %

Tissue pembersih atau kain halus

3. Prosedur kalibrasi
-

Kalibrasi dilakukan dalam ruangan dengan temperatur 20C dan


kelembaban 40-45%. Proses pengukuran harus dilakukan diatas
meja rata.

11)

Idem

12

Precision roughness sample dan surftest harus disimpan dalam


ruangan kalibrasi minimal hingga keduanya mempunyai temperatur
yang sama dengan temperatur ruangan

Bersihkan Precision roughness sample dengan kain yang diberikan


alkohol untuk menghilangkan kotoran dan minyak

Kalibrasi dilakukan pada minimal 5 titik pengukuran yang berbeda


posisi

Pada saat melakukan pengukuran posisi stylus harus 90 atau


tegak lurus terhadap precision roughness sample. Ketinggian stylus
haruslah bersandar pada precision roughness sample tetapi tidak
menggantung dan tidak terlalu menekan.

Hasil Ra yang ditunjukkan petunjuk surftest harus sama dengan


harga sebenarya precision roughness sample jika tidak sama maka
dilakukan penyesuaian dengan gain adjustment

Panjang pengukuran (sample length) haruslah sesuai dengan


angka kelas kekasaran. Panjang pengukuran mengacu pada
standar ISO 4288
Pada proses pengukuran juga terdapat prosedur pengukuran yang

bertujuan meminimalisasi perbedaan hasil pengukuran dan mendapatkan


hasil pengukuran yang mendekati harga sebenarnya. Berikut adalah
prosedur pengukuran

Prosedur Pengukuran
1. Peralatan yang digunakan
1. Surftest 301
2. Termometer dan higrometer untuk ruangan
3. Meja rata
4. Benda ukur
1. Bahan yang diperlukan
1. Alkohol
2. Tissue pembersih

13

2. Proses pengukuran
-

Pengukuran dilakukan dalam ruangan dengan temperatur 20C


dan kelembaban 40-45%.

Spesimen yang akan diuji haruslah dibersihkan terlebih dahulu


menggunakan alkohol dan kain pembersih untuk menghilangkan
kotoran dan minyak.

Pengukuran spesimen diambil minimal pada lima titik pengukuran


yang berbeda posisi .

Pengaturan output parameter yang diinginkan.

Pada saat pengukuran ketinggian stylus haruslah bersandar


kepada benda uji dan tidak boleh menggantung dan tidak boleh
terlalu menekan. Posisi stylus juga haruslah tegak lurus terhadap
benda ukur.

Arah pengukuran haruslah sesuai dengan bekas pengerjaan. Untuk


bekas pengerjaan radial arah pengukuran haruslah dari sisi luar
menuju ke center lingkaran. Untuk berkas pengerjaan lurus arah
pengukuran

haruslah

tegak

lurus

memotong

arah

bekas

pengerjaan.
-

Sampling length haruslah sesuai dengan angka kekasarannya.


Standarnya mengacu kepada ISO

Data-data yang didapatkan dimasukkan kedalam tabel untuk diolah


dan didapatkan toleransinya.

Spesifikasi Mitutoyo Surftest 301


- Daerah kemampuan pengukuran
Parameter
Ra
Rq
R3z
Rt
Ry
Rz
Rp
Tp
Pc

Daerah kemampuan pengukuran


0.05 -40 m (2 - 600 in)

0.3 - 160 m (10 - 6400 in)

1 - 100%
1 - 9999 count

14

- resolusi : 0,01 m
- perbesaran
Auto : 200X, 500X, 2000X,10000X
Fixed : 200X, 5000X, 1000X, 2000X, 5000X, 10000X
- Kecepatan detektor pengukuran 0.5 mm/s
kembali : 1mm/s
-

Panjang sampel : 0.25, 0.8, 2.5, 8 mm

Gambar 2.7 Mitutoyo Surftest 301

15

- Filter :

1. 2CR (analog filter)


2. PC- 50% (Gaussian filter)
3. PC 75% (Phase compensation digital filter)

- Dimensi :

260 (W) x 153 (D) x 75 (H) mm

masa : 1.4 kg (3.08 lbs)

Standar ISO 2632 dan ISO 1880


Untuk mengatur harga kekasaran yang diperbolehkan pada suatu
spesimen, ISO telah mengeluarkan sebuah standar yang mengatur batas
maksimal dan minimal nilai kekasaran permukaannya. Standar tersebut diberi
nomer ISO 2632. Batas maksimal dari hasil pengukuran adalah +12% dari angka
kelas kekasarannya (angka kelas kekasaran diatur oleh standar ISO 1302-1978),
sedangkan batas minimalnya adalah -17%.
Untuk mengatur standar ketidakpastian kekasaran permukaan, ISO juga
telah mengeluarkan standar 1880. Standar ISO 1880 berisi batas-batas
ketidakpastian suatu pengukuran kekasaran permukaan untuk setiap tingkat
angka kelas kekasaran. Untuk N12- N8 adalah 3% , untuk N7-N5 adalah 4%
sedangkan untuk N4-N1 adalah 5%.

Data Hasil Pengukuran


Setelah pengukuran dilakukan sesuai standar prosedur didapat data hasil
pengukuran. Jumlah frekwensi pengukuran yang dilakukan menurut standar
prosedur pengukuran adalah sebanyak lima kali untuk setiap spesimen. Hasil
pengukuran haruslah masuk kedalam standar ISO 2632 yang mengatur tentang
batas toleransi nilai pengukuran kekasaran suatu spesimen. Perbandingan data
hasil pengukuran dengan standar ISO 2632 dapat dilihat pada tabel 4.1

16

Tabel 4.1 Perbandingan hasil pengukuran dengan ISO 2326


Angka
Kelas
Kekasaran

Ra

(m)

Toleransi hasil
Pengukuran Pengukuran Pengukuran Pengukuran Pengukuran pengukuran
1
2
3
4
5
ISO 2632 (m)

(m)
N 11
N 10
N9
N8
N7
N6
N5

25
12,5
6,3
3,2
1,6
0,8
0,4

24,95
12,88
6,10
3,2
1,63
0,81
0,39

23,48
12,02
6,3
3,26
1,59
0,83
0,4

25
12,96
6,54
3,28
1,77
0,82
0,39

min maks
24,42
12,28
6,44
3,17
1,65
0,82
0.39

24,13
12,56
6,51
3,30
1,62
0,82
0,4

21
10,3
5,3
2,7
1,33
0,66
0,34

28
14
7,1
3,58
1,79
0,89
0,44

Ketidakpastian Tipe A
Berdasarkan data pada tabel 3.1 dapat dihitung harga rata-rata dari setiap
spesimen dengan persamaan 2.4

X 1 X 2 ... X n 1 n
Xi
n
n i 1

Setelah harga rata-rata didapat, varians dapat dihitung dengan menggunakaan


persamaan 2.5
S2

( X 1 X ) 2 ( X 2 X ) 2 .... ( X n X ) 2
1 n
=

( X1 X )2

n 1
n 1 i 1

Apabila harga varians telah kita dapatkan, sebelum kita mengetahui besar
ketidakpastian tipe A mencari harga standar deviasi terlebih dahulu. Harga
standar deviasi dapat diperoleh dengan persamaan 2.6
S=

S2

1 n
( X1 X )2
n 1 n1

Berdasarkan harga standar deviasi masing-masing sample, harga ketidakpastian


tipe A dari sample tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan
2.7
UA = S ( X )

S
n

17

Untuk memudahkan perhitungan ketidakpastian tipe A, dapat digunakan


komputer dengan berbagai macam software statistik. Salah satunya adalah
SPSS. Cara penggunaanya ialah hanya dengan memasukkan data yang
diperoleh untuk kemudian diolah oleh processor sehingga menghasilkan datadata statistik sesuai dengan pilihan kita. Hasil perhitungan ketidakpastian tipe A
yang diperoleh menggunakan software SPSS dapat pada dilihat pada tabel 4.2 .
Tabel 4.2 Tabel ketidakpastian tipe A
Penyimpangan dari nilai nominal (m)
Normalisasi Ra (m)

P1

P2

P3

P4

P5

Harga
Ratarata(m)

Variance

Standar Ketidakpastian
deviasi
(m)

N 11
N 10

25
12,5

-0,05
0,38

-1,52
-0,48

0
0,46

-0,58
-0,22

-0,87
0.06

0,604
0,03

0,395
0,149

0,628
0,386

0,28
0,17

N9
N8

6,3
3,2

-0,2
0

0
0,06

0,24
0,08

0,14
-0,03

0,21
0,1

0,078
0,042

0,032
0,003

0,18
0,05

0,08
0,022

N7
N6

1,6
0,8

0,03
0,01

-0,01
0,03

0,17
-0,02

0,05
0,02

0,02
0,02

0,052
0,016

0,0048
0,00037

0,069
0,019

0,03
0,0085

N5

0,4

0,01

0,01

0,01

0,006

0,00003

0,0054

0,0024

Ketidakpastian Tipe B
1. Ketidakpastian dari kalibrasi
Pada bab 2.2.4 telah dibahas standar prosedur kalibrasi dari surftest 301
sehingga

dapat

diperoleh

nilai

ketidakpastiannya.

Berdasarkan

hasil

pengkalibrasian surftest tersebut didapatkan nilai ketidakpastian yang besarnya


0,01 (m) dengan asumsi distribusi kebolehjadian berbentuk normal dan tingkat
kepercayaan 95%. Untuk mencari ketidakpastian standarnya maka dapat
dipergunakan persamaan 2.8
UB1 =
=

E AMK1
k

0,01
2

0,005 m

18

2. Ketidakpastian dari resolusi


Data yang didapat dari spesifikasi pabrik, resolusi alat Mitutoyo Surftest
301 adalah 0,01 m. Berdasarkan dari ISO GUM distribusi kebolehjadiannya
bisa diasumsikan berbentuk segi-empat dengan k =

3 . Untuk

mencari

ketidakpastiannya dapat menggunakan persamaan 2.9


UB2 =

E ADK1
3

0,01
3

0,0057 m

Ketidakpastian Gabungan
Langkah selanjutnya adalah menghitung ketidakpastian gabungan dari
hasil perhitungan UA

dari setiap sampel dengan UB1

dan UB2 dengan

menggunakan persamaan 2.10

UC =

U A U B1 U B 2
2

Hasil perhitungan UC diperlihatkan dalam tabel 4.3


Tabel 4.3 Nilai Ketidakpastian Gabungan
Angka kelas kekasaran
N 11
N 10
N9
N8
N7
N6
N5

UC (m)
0,281
0,171
0,081
0,023
0,030
0,011
0,008

Derajat Kebebasan Efektif


Derajat kebebasan efektif digunakan untuk menaksir nilai batas dari suatu
ketidakpastian. Untuk mencari ketidakpastian ekspanded, derajat kebebasannya
dapat dicari dengan menggunakan persamaan 2.8

19

Veff

UC
4

4
4

UA
U
U
B1 B 2
VA
VB1
VB 2

Hasil perhitungan Derajat kebebasan tiap sampel diperlihatkan oleh tabel 4.4
Tabel 4.4 Nilai derajat kebebasan dari tabel distribusi student-t
Angka kelas kekasaran
N 11
N 10
N9
N8
N7
N6
N5

Veff
4
4
4
5
5
11
493

K
2,13
2,13
2,13
2,01
2,01
1,79
1,654

Ketidakpastian Ekspanded
Setelah derajat kebebasan efektif didapat,maka dari tabel distribusi
student-t diperoleh faktor keff masing-masing sampel.Selanjutnya ketidakpastian
ekspanded dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan 2.11
U = k.Uc
Hasil perhitungan ketidakpastian ekspanded tiap sampel diperlihatkan pada tabel
4.5. Jika angka ketidakpastian ekspanded yang didapat masuk kedalam batas
standar ISO 1880 ,maka roughness test ini valid untuk digunakan.

Tabel 4.5 Nilai ketidakpastian ekspanded


Angka kelas kekasaran
N 11
N 10
N9
N8
N7
N6
N5

U (m)
0,596
0,364
0,162
0,046
0,06
0,019
0,013

20

Analisis Pengolahan Data


Untuk membuat sebuah pengukuran mempunyai arti maka suatu besaran
dari sebuah pembacaan haruslah disertai angka ketidakpastian. Semakin kecil
angka ketidakpastian hasil pengukuran suatu alat maka alat ukur tersebut
semakin baik.

Untuk mengatur batas toleransi spesimen alat pembanding

kekasaran permukaan maka ISO

mengeluarkan standar ISO 1880 dan ISO

2632 yang berisi batasan angka ketidakpastian pengukuran permukaan tipe D


(kekasaran). Pada tabel 4.6 diperlihatkan perbandingan antara toleransi
ketidakpastian ISO 1880 dengan data ketidakpastian roughness standard hasil
pengolahan.
Tabel 4.6 Perbandingan angka ketidakpastian roughness standard dengan
standar ISO 1880
Angka kelas
Kekasaran

Ra (m)

U ISO 1880

N 11
N 10
N9
N8
N7
N6
N5

25
12,5
6,3
3,2
1,6
0,8
0,4

3%
3%
3%
3%
4%
4%
4%

U
Roughness
Standard
2,384%
2,92%
2,57 %
1,43 %
3,75 %
2,37 %
3,25 %

Pada tabel 4.6 dapat dilihat adanya perbedaan angka ketidakpastian dari
masing-masing spesimen. Persentase ketidakpastian terbaik adalah pada
spesimen N 8, sedangkan yang terendah adalah spesimen N 7.. Perbedaan
besarnya angka ketidakpastian bisa ditimbulkan oleh berbagai macam faktor.
Salah satu faktor penyebab timbulnya perbedaan hasil pengukuran ini
adalah

terjadinya

penyimpangan

pada

saat

pengukuran

karena

ketidaksempurnaan alat dan kesalahan operator. Penyimpangan yang biasa


terjadi adalah seperti kesalahan pada posisi pengukuran, kerataan pengukuran
dan ketegaklurusan stylus dan lain-lain.
Pengambilan posisi pengukuran sangatlah berpengaruh terhadap hasil
pengukuran. Pengukuran kekasaran permukaan spesimen haruslah tegak lurus
berpotong terhadap arah bekas pengerjaan dengan tujuan mendapatkan angka
kekasaran terbesar. Apabila pengukuran tidak tegak lurus berpotongan, maka
21

nilai kekasaranya akan berkurang atau cenderung lebih halus.

Kerataan

pengukuran dan ketegaklurusan stylus juga sangat berpengaruh karena dapat


memperbesar atau memperkecil hasil pengukuran permukaan.

Kesimpulan
Berdasarkan pengukuran alat roughness standard yang telah dilakukan,
dihasilkan angka ketidakpastian alat tersebut yang dapat dilihat dalam tabel 4.6.
Setiap spesimen mempunyai nilai angka ketidakpastian yang berbeda-beda.
Persentase ketidakpastian terbaik adalah pada spesimen N 8 dengan nilai 1,43
%, sedangkan yang terendah adalah spesimen N 7 dengan nilai 3,75 %. Hasil
angka ketidakpastian dari seluruh sampel jika dibandingkan standar ISO 1880
dengan batas toleransi ketidakpastian 3 % untuk N11-N8 dan 4 % untuk N7-N4
masih lebih kecil, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa alat roughness
standar ini valid untuk digunakan pada tingkatan alat ukur kerja. Hasil
perbandingan seluruhnya diperlihatkan secara lengkap pada tabel 5.1 .
Tabel 5.1 Kesimpulan persentase ketidakpastian roughness standard
Angka kelas
Kekasaran

Ra (m)

U ISO 1880

U Roughness
standard

Perbandingan
U pengukuran
dengan U ISO

Keterangan

N 11
N 10
N9
N8
N7
N6
N5

25
12,5
6,3
3,2
1,6
0,8
0,4

3%
3%
3%
3%
4%
4%
4%

2,384%
2,92%
2,57 %
1,43 %
3,75 %
2,37 %
3,25 %

<
<
<
<
<
<
<

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

22

Anda mungkin juga menyukai