Rantai Kalibrasi
Kalibrasi pada dasarnya adalah pengukuran yang membandingkan suatu
besaran dengan besaran standar. Dalam kalibrasi yang diukur adalah benda
ukur yang diketahui harga sebenarnya yang menjadi acuan kalibrasi. Arti
kalibrasi adalah memastikan hubungan antara harga yang ditunjukkan oleh alat
ukur atau sistem pengukuran dengan harga yang diabadikan pada suatu bahan
ukur dengan harga yang sebenarnya dari besaran yang di ukur. Pengertian
harga sebenarnya adalah konsep ideal atau tidak dapat diketahui dengan pasti.
Dalam prakteknya harga ini diganti oleh suatu harga yang diabadikan pada suatu
standar dan kemudian secara internasional diambil sebagai harga yang benar
(kebenaran konvensional)
Oleh karena itu Kalibrasi dapat didefinisikan sebagai berikut :
serangkaian kegiatan pengukuran (metrology) untuk menentukan nilai
kebenaran konvensional
dengan
diketahui dan berkaitan dengan besaran yang diukur dalam kondisi tertentu.
Prosedur kalibrasi ini kemudian membentuk suatu mata rantai yang disebut
rantai keterselusuran yang terbagi menjadi empat tingkatan , yaitu :
Tingkat 1
Kalibrasi alat ukur kerja dengan memakai acuan alat ukur standar
kerja.
Tingkat 2
Kalibrasi alat ukur standar kerja dengan memakai acuan alat ukur
standar.
Tingkat 3
Kalibrasi alat ukur standar dengan acuan alat ukur standar dengan
tingkat yang lebih tinggi (standar nasional).
Tingkat 4
Dari hal-hal tersebut di atas maka jelaslah bahwa tujuan kalibrasi adalah:
1. Menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai penunjukkan suatu alat
ukur atau deviasi dimensi nominal yang seharusnya untuk bahan ukur.
2. Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar nasional maupun
internasional.
lain
pengukuran
lingkungan
e. bias perorangan dalam pembacaan instrumen
f. keterbatasan instrumen dalam resolusi atau batas ambang diskriminasi
g. nilai yang tidak pasti dari baku pengujian dan bahan referensi
h. nilai yang tidak pasti dari konstanta dan parameter lain yang diperoleh dari
sumber-sumber luar dan digunakan reduksi data secara logaritmik
i.
j.
variasi dari observasi berulang-ulang dari contoh uji pada kondisi yang
identik
Evaluasi Tipe A
Sebuah input pengukuran digolongkan ke dalam tipe A jika nilainya
ditentukan dengan melakukan pengukuran secara berulang. Jadi ketidakpastian
tipe A adalah sesuatu yang dapat dievaluasi hanya jika pengukuran dilakukan
lebih dari satu kali. Ini memerlukan metode statistik yang sesuai. Statistik sendiri
terbagi atas dua jenis yaitu statistik deskriptif dan statistik induktif. Statistik
deskriptif digunakan hanya untuk menggambarkan suatu informasi. Statistik
induktif digunakan untuk mengolah informasi yang ada sehingga dari hasilnya
didapat suatu kesimpulan. Untuk evaluasi tipe A di gunakan statistik induktif
untuk mendapatkan nilai ketidakpastian.
Berdasarkan nilai-nilai data pengukuran ketidakpastian baku, X1,X2,X3,.,Xn
diperoleh :
X 1 X 2 ... X n 1 n
Xi
n
n i 1
4)
(2.4)
-Variance (S2)
S2=
( X 1 X ) 2 ( X 2 X ) 2 .... ( X n X ) 2
1 n
( X1 X )2
n 1
n 1 i 1
5)(2.5)
-Standar deviasi
S=
S
2
1 n
( X1 X )2
n 1 n1
6)...(2.6)
S
n
(2.7)
Derajat kebebasan VA = n 1
4)
Ketidakpastian Tipe B
Ketidakpastian
tipe
adalah
ketidakpastian
yang
diperoleh
menetapkan
batas
sebaran,
hal
berikutnya
adalah
Sertifikat Kalibrasi
Komponen-komponen dalam suatu sistem pengukuran yang mungkin
akan
mempengaruhi
hasil
pengukuran
sehingga
akan
menimbulkan
ketidakpastian dalam hasil pengukuran tersebut. Hubungan antara komponenkomponen tersebut perlu didefinisikan dalam sebuah model. Untuk menunjukkan
sertifikat
kalibrasi
sering
dicantumkan
ketidakpastiannya.
dari
proses
penggabungan
komponen-komponen
ketidakpastian.
E AMK1
k
7)
(2.8)
E ADK1
8)
(2.9)
7) )
8) )
10
Pemilihan
U A U B1 U B 2
2
9)
(2.10)
UC
4
10)
4
...(2.11)
UA
U
U
B1 B 2
VA
VB1
VB 2
Ketidakpastian Expanded
Ketidakpastian standar gabungan Uc merupakan ketidakpastian yang
dinyatakan pada kebanyakan hasil-hasil pengukuran. Namun demikian untuk
tujuan komersil, industri atau aplikasi legal seperti yang berkaitan dengan
9)
10)
11
dimana:
y = nilai ukur
...(2.12)
Y = nilai pengukuran
pengukuran
benda
ukur
dilakukan
perlu
dilakukan
Meja rata
Alkohol 70 %
3. Prosedur kalibrasi
-
11)
Idem
12
Prosedur Pengukuran
1. Peralatan yang digunakan
1. Surftest 301
2. Termometer dan higrometer untuk ruangan
3. Meja rata
4. Benda ukur
1. Bahan yang diperlukan
1. Alkohol
2. Tissue pembersih
13
2. Proses pengukuran
-
haruslah
tegak
lurus
memotong
arah
bekas
pengerjaan.
-
1 - 100%
1 - 9999 count
14
- resolusi : 0,01 m
- perbesaran
Auto : 200X, 500X, 2000X,10000X
Fixed : 200X, 5000X, 1000X, 2000X, 5000X, 10000X
- Kecepatan detektor pengukuran 0.5 mm/s
kembali : 1mm/s
-
15
- Filter :
- Dimensi :
16
Ra
(m)
Toleransi hasil
Pengukuran Pengukuran Pengukuran Pengukuran Pengukuran pengukuran
1
2
3
4
5
ISO 2632 (m)
(m)
N 11
N 10
N9
N8
N7
N6
N5
25
12,5
6,3
3,2
1,6
0,8
0,4
24,95
12,88
6,10
3,2
1,63
0,81
0,39
23,48
12,02
6,3
3,26
1,59
0,83
0,4
25
12,96
6,54
3,28
1,77
0,82
0,39
min maks
24,42
12,28
6,44
3,17
1,65
0,82
0.39
24,13
12,56
6,51
3,30
1,62
0,82
0,4
21
10,3
5,3
2,7
1,33
0,66
0,34
28
14
7,1
3,58
1,79
0,89
0,44
Ketidakpastian Tipe A
Berdasarkan data pada tabel 3.1 dapat dihitung harga rata-rata dari setiap
spesimen dengan persamaan 2.4
X 1 X 2 ... X n 1 n
Xi
n
n i 1
( X 1 X ) 2 ( X 2 X ) 2 .... ( X n X ) 2
1 n
=
( X1 X )2
n 1
n 1 i 1
Apabila harga varians telah kita dapatkan, sebelum kita mengetahui besar
ketidakpastian tipe A mencari harga standar deviasi terlebih dahulu. Harga
standar deviasi dapat diperoleh dengan persamaan 2.6
S=
S2
1 n
( X1 X )2
n 1 n1
S
n
17
P1
P2
P3
P4
P5
Harga
Ratarata(m)
Variance
Standar Ketidakpastian
deviasi
(m)
N 11
N 10
25
12,5
-0,05
0,38
-1,52
-0,48
0
0,46
-0,58
-0,22
-0,87
0.06
0,604
0,03
0,395
0,149
0,628
0,386
0,28
0,17
N9
N8
6,3
3,2
-0,2
0
0
0,06
0,24
0,08
0,14
-0,03
0,21
0,1
0,078
0,042
0,032
0,003
0,18
0,05
0,08
0,022
N7
N6
1,6
0,8
0,03
0,01
-0,01
0,03
0,17
-0,02
0,05
0,02
0,02
0,02
0,052
0,016
0,0048
0,00037
0,069
0,019
0,03
0,0085
N5
0,4
0,01
0,01
0,01
0,006
0,00003
0,0054
0,0024
Ketidakpastian Tipe B
1. Ketidakpastian dari kalibrasi
Pada bab 2.2.4 telah dibahas standar prosedur kalibrasi dari surftest 301
sehingga
dapat
diperoleh
nilai
ketidakpastiannya.
Berdasarkan
hasil
E AMK1
k
0,01
2
0,005 m
18
3 . Untuk
mencari
E ADK1
3
0,01
3
0,0057 m
Ketidakpastian Gabungan
Langkah selanjutnya adalah menghitung ketidakpastian gabungan dari
hasil perhitungan UA
UC =
U A U B1 U B 2
2
UC (m)
0,281
0,171
0,081
0,023
0,030
0,011
0,008
19
Veff
UC
4
4
4
UA
U
U
B1 B 2
VA
VB1
VB 2
Hasil perhitungan Derajat kebebasan tiap sampel diperlihatkan oleh tabel 4.4
Tabel 4.4 Nilai derajat kebebasan dari tabel distribusi student-t
Angka kelas kekasaran
N 11
N 10
N9
N8
N7
N6
N5
Veff
4
4
4
5
5
11
493
K
2,13
2,13
2,13
2,01
2,01
1,79
1,654
Ketidakpastian Ekspanded
Setelah derajat kebebasan efektif didapat,maka dari tabel distribusi
student-t diperoleh faktor keff masing-masing sampel.Selanjutnya ketidakpastian
ekspanded dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan 2.11
U = k.Uc
Hasil perhitungan ketidakpastian ekspanded tiap sampel diperlihatkan pada tabel
4.5. Jika angka ketidakpastian ekspanded yang didapat masuk kedalam batas
standar ISO 1880 ,maka roughness test ini valid untuk digunakan.
U (m)
0,596
0,364
0,162
0,046
0,06
0,019
0,013
20
Ra (m)
U ISO 1880
N 11
N 10
N9
N8
N7
N6
N5
25
12,5
6,3
3,2
1,6
0,8
0,4
3%
3%
3%
3%
4%
4%
4%
U
Roughness
Standard
2,384%
2,92%
2,57 %
1,43 %
3,75 %
2,37 %
3,25 %
Pada tabel 4.6 dapat dilihat adanya perbedaan angka ketidakpastian dari
masing-masing spesimen. Persentase ketidakpastian terbaik adalah pada
spesimen N 8, sedangkan yang terendah adalah spesimen N 7.. Perbedaan
besarnya angka ketidakpastian bisa ditimbulkan oleh berbagai macam faktor.
Salah satu faktor penyebab timbulnya perbedaan hasil pengukuran ini
adalah
terjadinya
penyimpangan
pada
saat
pengukuran
karena
Kerataan
Kesimpulan
Berdasarkan pengukuran alat roughness standard yang telah dilakukan,
dihasilkan angka ketidakpastian alat tersebut yang dapat dilihat dalam tabel 4.6.
Setiap spesimen mempunyai nilai angka ketidakpastian yang berbeda-beda.
Persentase ketidakpastian terbaik adalah pada spesimen N 8 dengan nilai 1,43
%, sedangkan yang terendah adalah spesimen N 7 dengan nilai 3,75 %. Hasil
angka ketidakpastian dari seluruh sampel jika dibandingkan standar ISO 1880
dengan batas toleransi ketidakpastian 3 % untuk N11-N8 dan 4 % untuk N7-N4
masih lebih kecil, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa alat roughness
standar ini valid untuk digunakan pada tingkatan alat ukur kerja. Hasil
perbandingan seluruhnya diperlihatkan secara lengkap pada tabel 5.1 .
Tabel 5.1 Kesimpulan persentase ketidakpastian roughness standard
Angka kelas
Kekasaran
Ra (m)
U ISO 1880
U Roughness
standard
Perbandingan
U pengukuran
dengan U ISO
Keterangan
N 11
N 10
N9
N8
N7
N6
N5
25
12,5
6,3
3,2
1,6
0,8
0,4
3%
3%
3%
3%
4%
4%
4%
2,384%
2,92%
2,57 %
1,43 %
3,75 %
2,37 %
3,25 %
<
<
<
<
<
<
<
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
22