Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUJIAN PENGAWASAN ALAT UKUR MASSA


MODUL 4

Nama Mahasiswa : Thomas Rocky Roganda Nainggolan


NIM : A020048
Modul Praktikum : Pengujian Timbangan Pegas
Nama Asisten Praktikum : Eneng Ismatul Muhibah
Tanggal Pelaksanaan
: 20 September 2021
Praktikum

AKADEMI METROLOGI DAN


INSTRUMENTASI
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2020/2021
BAB I
TUJUAN PRAKTIKUM

1.1 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum pada modul ini yang ingin dicapai, yaitu :
1. Menentukan prinsip kerja timbangan pegas.
2. Menentukan perbedaan pengujian dalam rangka tera dan tera
ulang pada timbangan pegas.
3. Menentukan sah atau batal pengujian kebenaran pada timbangan
pegas.
4. Menentukan sah atau batal pengujian kepekaan pada timbangan
pegas.
5. Menentukan sah atau batal pengujian repeatability (kemampuan
ulang) pada timbangan pegas.
6. Menentukan sah atau batal pengujian eksentrisitas pada
timbangan pegas.
7. Menentukan sah atau batal pengujian kemiringan pada
timbangan pegas.
8. Menentukan sah atau batal pengujian kebenaran gandar pada
timbangan pegas.
9. Menentukan jenis tanda tera dan tera ulang yang digunakan pada
timbangan pegas.
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Prinsip Kerja Timbangan Pegas


Timbangan pegas adalah salah satu jenis timbangan bukan otomatis
yang menggunakan pegas. Menurut pemakaiannya, timbangan pegas
dibagi 2 jenis, yaitu timbangan pegas meja dan timbangan pegas
gantung. Timbangan pegas meja adalah timbangan pegas yang
pemakaiannya diletakkan di atas meja dan kapasitasnya terbatas,
sedangkan timbangan pegas gantung adalah timbangan pegas yang
pemakaiannya digantung. Timbangan pegas umumnya berada pada kelas
ketelitian biasa (IIII), sehingga timbangan pegas banyak digunakan hanya
untuk menimbang barang-barang yang tidak memerlukan ketelitian tinggi,
seperti menimbang buah-buahan, ikan, beras, gula dan lainnya.
Prinsip kerja timbangan pegas memanfaatkan sifat peregangan
pegas, akan meregang (bertambah panjang) apabila ditarik dan akan
memampat (kembali memendek) apabila tarikan dilepaskan. Pada
timbangan pegas meja, saat pegas menerima beban maka pegas akan
tertekan atau memampat (pegas memendek). Apabila beban diambil
kembali maka pegas akan merenggang atau kembali ke bentuk semula
(bertambah panjang). Perubahan keadaan pegas (merenggang atau
memampat) memengaruhi pergerakan naik atau turunnya batang bergigi.
Berbeda dengan timbangan pegas gantung, saat pegas menerima beban
maka pegas akan merenggang (pegas memanjang). Apabila beban
diambil kembali maka pegas akan memampat atau kembali ke bentuk
semula (pegas memendek). Perubahan panjang pegas mempengaruhi
pergerakan batang bergigi yang memutar roda gigi. Yang mana pada roda
gigi dilekatkan jarum penunjuk lengkap dengan skala penunjukannya
dalam satuan massa. Timbangan pegas juga dipengaruhi oleh
kesetimbangan atau perubahan percepatan gravitasi yang akan
mempengaruhi perbedaan penunjukan massa timbangan di berbagai
tempat yang berbeda. Untuk itu timbangan pegas perlu langsung
dilakukan pengujian di tempat baru.

2.2 Konstruksi Timbangan Pegas


Pada konstruksi timbangan pegas, ujung pegas dihubungkan dengan
suatu batang bergigi yang dapat bergerak vertikal. Apabila pegas
bertambah panjang maka batang bergigi akan bergerak naik turun.
Pergerakan batang bergigi ini akan memutar roda gigi yang padanya
dipasang jarum penunjuk lengkap dengan skala dalam satuan massa.
Adapun bagian-bagian dari timbangan pegas, yaitu :

Piring Muatan

Penyetel Nol Pegas Spiral

Jarum Penunjuk

Roda Gigi

Batang
Bergigi

2.3 Pengaruh Gravitasi Terhadap Penunjukan Timbangan Pegas


Menurut Hukum Newton II, sebagaimana telah diuraikan dalam bab
terdahulu, bahwa penunjukan timbangan pegas adalah hasil gaya reaksi
yang timbul akibat beban yang digantungkan, yang besarnya F= m.g
Oleh karena itu, apabila sebuah timbangan pegas dimuati dengan
muatan (massa) yang sama di tempat yang berbeda, penunjukannya akan
berbeda sesuai dengan rumus :
g2
I 2−I 1 =∆ I =I 1( −1)
g1
Dimana :
I1 : Penunjukan timbangan di tempat pemakaian pertama (satuan massa)
I2 : Penunjukan timbangan di tempat pemakaian kedua (satuan massa)
g1 : Gravitasi di tempat pemakaian pertama
g2 : Gravitasi di tempat pemakaian kedua

Besarnya gravitasi di suatu tempat dapat dihitung dengan rumus:


g=9,806656 – 0,025028 cosinus 2 φ−0,00003 h
Dimana :
φ : sudut lintang di suatu tempat dalam derajat
h : tinggi tempat dari permukaan laut dalam meter
Berdasarkan rumus (4), ternyata gravitasi yang paling besar terdapat di
bagian kutub bumi (9,8322 m.s -2), dan gravitasi yang paling kecil terdapat
di bagian chatulistiwa (9,7804 m.s -2). Dengan demikian berdasarkan
rumus (3) dapat dihitung perbedaan penunjukan antara kedua tempat
tersebut sebagai berikut:
9,8322 0,005296307 m
∆ I =m ( 9,7804 −1) =
m
× 100=0,5 %

Artinya, jika suatu timbangan pegas, semula dipakai di daerah chatulistiwa


dengan massa “m”, kemudian timbangan tersebut di pakai di daerah
bagian kutub bumi dengan muatan yang sama, yaitu “m”, maka akan
terjadi perbedaan penunjukan sebesar ± 0,5 % dari massa “m” tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbadaan penunjukan
timbangan pegas akibat adanya perbedaan gravitasi di bumi paling besar
(ekstrim) ± 0,5 %.
2.4 Standar Uji Timbangan Pegas
Anak timbangan standar atau standar uji yang digunakan untuk tera
atau tera ulang timbangan tidak boleh mempunyai kesalahan lebih besar
dari 1/3 BKD timbangan pada muatan uji.
Massa ±Dalam mg
Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas
Nominal
E1 E2 F1 F2 M1 M2 M3
50 kg 25 75 250 750 2500 7500 25000
20 kg 10 30 100 300 1000 3000 10000
10 kg 5 15 50 150 500 1500 50000
5 kg 2.5 7.5 25 75 250 750 2500
2 kg 1.0 3.0 10 30 100 300 1000
1 kg 0.5 1.5 5 15 50 150 500
500 g 0.25 0.75 2.5 7.5 25 75 250
200 g 0.1 0.3 1.0 3.0 10 30 100
100 g 0.05 0.15 0.5 1.5 5 15 50
50 g 0.030 0.10 0.3 7.5 3.0 10 30
20 g 0.025 0.080 0.25 3.0 2.5 8 25
10 g 0.020 0.060 0.2 1.5 2.0 6 20
5g 0.015 0.050 0.15 1.0 1.5 5 15
2g 0.012 0.040 0.12 0.8 1.2 4 12
1g 0.010 0.030 0.1 0.6 1.0 3 10
500 mg 0.008 0.025 0.08 0.5 0.8 2.5
200 mg 0.006 0.020 0.06 0.4 0.6 2.0
100 mg 0.005 0.015 0.05 0.3 0.5 1.5
50 mg 0.004 0.012 0.04 0.25 0.4
20 mg 0.003 0.010 0.03 0.2 0.3
10 mg 0.002 0.008 0.025 0.2 0.25
5 mg 0.002 0.006 0.020 0.2 0.2
2 mg 0.002 0.006 0.020 0.2 0.2
1 mg 0.002 0.006 0.020 0.2 0.2

2.5 Prosedur Persiapan Tera atau Tera Ulang Timbangan Pegas


Adapun prosedur persiapan untuk melakukan tera atau tera ulang
timbangan bobot ingsut, yaitu :
1. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan, yaitu
a. Timbangan Pegas
b. Anak timbangan standar
c. Dokumen (Instruksi Kerja dan Cerapan)
d. Kain Lap dan pembersih
2. Sebelum melakukan pengujian, pastikan timbangan bobot ingsut
dalam keadaan bersih, kering, tidak berkarat, dan layak uji.
3. Periksa bahan dan konstruksi timbangan (hanya untuk kegiatan tera).
4. Posisikan timbangan dalam keadaan datar.
5. Catat identitas timbangan :
a. Kelas keakurasian : III
b. Kapasitas Maksimum (Max) : 30 kg
c. Kapasitas Minimum (Min) : 1 kg
d. Interval skala verifikasi (e) : 100 g
e. Interval skala (d) : 100 g
f. Merek : CAMRY
g. Negara Pembuat : Cina
h. Tipe/Model : Timbangan Pegas
i. Nomor seri : 12293
6. Tentukan kelas timbangan.
7. Tentukan Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD) tiap muatan uji.
8. Tentukan minimal 5 titik uji yang terdiri dari minimum menimbang
(Min), perubahan BKD 1, 50% maksimum, perubahan BKD 2, dan
maksimum menimbang (Max) atau (Max-5e).
9. Tentukan Kelas Anak Timbangan (AT) standar yang akan digunakan.
10. Periksa kondisi timbangan dan lakukan penyetelan nol jika diperlukan.
11. Sebelum digunakan pastikan timbangan bobot ingsut pada posisi nol
saat tidak memiliki muatan.
12. Lakukan pengujian pada timbangan bobot ingsut untuk memastikan
“SAH” atau “BATAL”.
13. Pembubuhan Cap Tanda Tera atau Tera Ulang (CTT).
2.6 Pengujian Timbangan Pegas
Sesuai syarat teknis No. 131 Tahun 2015, prosedur kerja tera atau
tera ulang timbangan bobot ingsut terdiri dari 6 pengujian, yaitu :
1. Pengujian Kebenaran (tera dan tera ulang)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan timbangan
menunjuk massa suatu benda yang ditimbang sesuai dengan massa
yang sebenarnya. Selisih antara penunjukan timbangan dengan nilai
massa standar adalah kebenaran timbangan.
a. Titik uji penimbangan dengan minimal 5 titik uji dalam rentang ukur
penimbangannya harus mencakup :
 Min
 Perubahan BKD 1
 50% Maksimum
 Perubahan BKD 2, dan
 Max atau boleh kurang sampai 5e dari Max (Max-5e)
b. Setel nol timbangan.
c. Muati dengan anak timbangan standar pada titik uji yang diperiksa;
d. Amati posisi jarum penunjukan.
e. Apabila kesalahan penunjukkannya tidak melebihi BKD, maka
timbangan dinyatakan “SAH”. Jika melebihi BKD maka timbangan
dinyatakan “BATAL”.
f. Lakukan angka 2 sampai dengan 5 untuk titik uji lainnya.
2. Pengujian Kepekaan (tera dan tera ulang)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa peka alat ukur
timbang yang digunakan terhadap nilai muatan yang ditambahkan ke
timbangan tersebut.
a. Pengujian ini menjadi satu kesatuan dengan pengujian kebenaran
meliputi kebenaran 3 tiga uji pada muatan Min, 50%×Max dan Max
atau boleh kurang sampai 5e dari Max (Max-5e).
b. Setel nol timbangan.
c. Tambahkan imbuh sebesar BKD.
d. Amati penunjukkannya.
e. Apabila perubahan penunjukan minimal 0,7 BKD, maka timbangan
dinyatakan “SAH”. Jika tidak bergerak atau bergerak kurang dari 0,7
BKD, maka timbangan dinyatakan “BATAL”.
f. Lakukan angka 2 s.d. 5 untuk titik uji lainnya.
3. Pengujian Repeatability atau Kemampuan Ulang (tera dan tera ulang)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji ketertetapan atau konsistensi
pembacaan hasil timbang saat dimuatkan suatu nilai muatan yang
sama secara berulang-ulang.
a. Setel nol timbangan.
b. Muati dengan anak timbangan standar pada muatan 0,8 Max.
c. Lakukan perubahan atau gangguan pada muatan.
d. Amati posisi jarum penunjukan.
e. Untuk mengetahui kesalahannya lakukan minimal 3 (tiga) kali.
f. Selisih penunjukan yang terbesar tidak boleh melebihi BKD untuk
muatan uji.
4. Pengujian Eksentrisitas (tera dan tera ulang)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji timbangan pegas saat
dimuatkan suatu nilai muatan di berbagai tempat di atas pelat
timbangan tersebut. Pengujian ini hanya diperuntukan untuk
timbangan pegas bukan gantung.
a. Setel nol timbangan.
b. Muati dengan anak timbangan standar pada muatan minimal 1/3
Max pada posisi yang diuji.
c. Amati penunjukanya.
d. Apabila kesalahan penunjukan tidak melebihi BKD, maka timbangan
dinyatakan “SAH”. Jika melebihi BKD maka timbangan dinyatakan
“BATAL”.
e. Lakukan langkah b sampai d untuk posisi lain yang diuji.
2.7 Penjustiran Timbangan Pegas
Bila pegas diberi beban sebesar G, maka pegas akan meregang
sebesar ∆L. Besarnya ∆L menurut Hukum Hook :
F
F=k . ∆ L atau ∆ L=
k

x
Dari persamaan di atas, jika menjungkit ke atas berarti ruas kanan ×G
JH
terlalu ringan. Adapun prosedur penjustiran yang harus dilakukan, yaitu :
x
1. Agar ruas kanan = ruas kiri (setimbang) maka ×G harus
JH
diperbesar.
x
2. Untuk memperbesar harga ×G maka jarak JH harus diperpendek
JH
atau diperkecil.
3. Jika timbangan bobot ingsut menjungkit ke atas, penjustiran dapat
dilakukan dengan memperpendek jarak JH.
4. Sebaliknya jika timbangan bobot ingsut menjungkit ke bawah,
penjustiran dapat dilakukan dengan memperpanjang jarak JH.
BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Cerapan Pemeriksaan


Pengujian untuk : Tera
Surat No. 131/SPK/KEP/2015
Dasar Pengujian :
Tanggal 18 Maret 2020

Dokumentasi
Pemilik : Direktorat Metrologi
Tanggal Pengujian : 13 September 2021
Pegawai Berhak : Laksana Angga Widoto

Data Timbangan
Kelas keakurasian : III
Kapasitas maksimum
: 150 kg
(Max)
Kapasitas Minimum (Min) : 2 kg
Interval skala verifikasi
: 100 g
(e)
Interval skala (d), jika
: -
d<e
Merek : Presisi - Cahaya Adil
Negara pembuat (jika
: Indonesia
ada)
Tipe/ Model : -
Nomor seri : G190053

Tidak/
No Ya/A Keterang
Uraian Tidak
. da an
Ada
1. Tanda tera ✓
2. Alat penunjuk kedataran ✓
3. Bersih dan siap uji ✓
4. Sesuai ITP/ IT yang berlaku ✓
Bahan dan konstruksi
timbangan sesuai dengan
5. ✓
peraturan yang berlaku
(hanya untuk tera)
Kondisi timbangan dalam
6. ✓
keadaan baik
3.2 Menentukan Kelas Timbangan
Berdasarkan pengamatan pada timbangan bobot ingsut yang akan
diuji, kita dapat mengetahui informasi terkait :
a. Maksimum menimbang (Max) = 150 kg
b. Nilai e = 100 g
Penyelesaian :
Langkah 1 Hitung Jumlah Interval Skala (n) :
Kapasitas Maksimal( Max)
n=
e
150.000 g
n= =1.500 g=1,5 kg
100 g
Interval skala verifikasi : e = d = 100
Langkah 2 Perhatikan Tabel Klasifikasi Timbangan :
Penentuan kelas timbangan berdasarkan tabel No. 131/SPK/KEP/10/2015 :
Dengan nilai e = 100 g dan n = 1500, timbangan bobot ingsut ini
termasuk dalam klasifikasi timbangan Kelas III dengan minimum
menimbang sebesar 20e atau 2 kg.

3.3 Menentukan Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD)


Berdasarkan Syarat Teknis No. 131 Tahun 2015, Batas Kesalahan
yang Diizinkan (BKD) untuk pengujian timbangan bobot ingsut dengan
Max = 150 kg, e = d = 100 g, kelas III, nilai n = 1,5 kg, dan minimum
menimbang sebesar 20e = 2 kg adalah :

Untuk muatan (m) yang dinyatakan dalam interval skala verifikakasi (e)
BKD
Kelas III Kelas IIII
Kelas I (khusus) Kelas II (halus)
(sedang) (biasa)
+ 0,5e 0<m< 50.000 0<m<5000 0<m<500 0<m<50
+ 1,0e 50.000<m<200.000 5.000<m<20.000 500<m<2.000 50<m<200
+ 1,5e 20.000<m 20.000<m<10.000 2.000<m<10.000 200<m<1000
3.4 Menentukan Kelas Anak Timbangan (AT) Standar
Dalam menentukan kelas AT Standar pada pengujian timbangan
bobot ingsut, kita menggunakan acuan BKD timbangan pada nilai
maksimum menimbangnya (Max = 150 kg). Syarat AT Standar yang
digunakan :
BKD AT Standar ≤ 1/3 BKD Timbangan pada Muatan Uji (m)
Dari perhitungan sebelumnya, diperoleh BKD timbangan pada muatan uji
150 kg sebesar 100 g. Sehingga,
1
BKD AT Standar ≤ ×100 g
3
BKD AT Standar ≤ 33,33 g
BKD AT Standar ≤ 33333,33 mg
Artinya, AT Standar 150 kg yang digunakan harus memiliki kesalahan
(BKD) yang lebih kecil atau sama dengan 33333,33 mg.
Berdasarkan Tabel Kesalahan Maksimum Anak Timbangan, untuk
muatan 150 kg yang kesalahannya lebih kecil dari 33333,33 mg adalah
minimal Anak Timbangan Kelas M2.
BKD AT Standar Kelas M2 ≤ 33333,33 mg
22500 mg≤ 33333,33 mg
Dengan demikian, untuk menguji timbangan bobot ingsut kapasitas 150
kg, kita harus mempunyai minimal anak timbangan kelas M 2 untuk
dijadikan sebagai standar acuan.

3.5 Cerapan Data Pengujian Timbangan Bobot Ingsut


Pengujian Kebenaran (tera atau tera ulang)
Imbuh 1
Muatan Pengamatan Kesetimbangan
BKD
Bergerak minimal
☑ SAH ke posisi
150000 g 100 g setimbang
BATA Tidak bergerak
L
Pengujian Kepekaan (tera atau tera ulang)
Imbuh 1
Muatan Pengamatan Kesetimbangan
BKD
Tolok bergerak
☑ SAH minimal 2 mm
150000 g 100 g Tolok tidak
BATA bergerak atau
L bergerak kurang
dari 2 mm

Pengujian Repeatability (tera atau tera ulang)


Muatan Imbuh 1 Posisi Tolok Kesimpulan
BKD
150000 g 100 g Tolok menjungkit
✓ SAH
ke bawa
150000 g 100 g Tolok menjungkit BATAL
ke bawa
150000 g 100 g Tolok menjungkit
ke bawa

Pengujian Eksentrisitas (tera atau tera ulang)


Posis Muata Imbuh
Pengamatan Kesetimbangan
i Uji n 1 BKD
✓ Bergerak minimal ke posisi
1 75000 g 100 g setimbang
Tidak bergerak atau kurang bergerak
✓ Bergerak minimal ke posisi
2 75000 g 100 g setimbang
Tidak bergerak atau kurang bergerak
✓ Bergerak minimal ke posisi
3 75000 g 100 g setimbang
Tidak bergerak atau kurang bergerak
✓ Bergerak minimal ke posisi
4 75000 g 100 g setimbang
Tidak bergerak atau kurang bergerak
✓ Bergerak minimal ke posisi
5 75000 g 100 g setimbang
Tidak bergerak atau kurang bergerak
Keterangan : ✓ SAH BATAL

Pengujian Kemiringan (tera)


Muatan Imbuh 1 Pengamatan Kesetimbangan
BKD
Bergerak minimal
☑ SAH ke posisi
75000 g 100 g setimbang
BATA Tidak bergerak
L

Pengujian Kebenaran Gandar (tera)


Imbuh 1
Muatan Pengamatan Kesetimbangan
BKD
Bergerak minimal
SAH ke posisi

75000 g 100 g setimbang
BATA Tidak bergerak
L
Bergerak minimal
SAH ke posisi

75000 g 100 g setimbang
BATA Tidak bergerak
L

BAB IV
ANALISIS
Pada modul ini, praktikan akan melakukan pengujian pada
timbangan bobot ingsut. Adapun peralatan yang harus dipersiapkan oleh
praktikan, yaitu anak timbangan standar ukuran 25 kg, obeng minus
untuk mengatur penyetel nol, meter saku, pengganjal, alat penunjuk
kedataran (waterpass), dokumen berupa instruksi kerja dan cerapan
pengujian, dan jangan lupa kain lap untuk membersihkan lantai muatan.
Sebelum melakukan pengujian pastikan timbangan bobot ingsut
dalam keadaan bersih, kering, tidak berkarat, dan layak uji. Kemudian
catat identitas timbangan pada cerapan dimulai dari kapasitas maksimum
(Max), interval skala verifikasi (e), merek, negara pembuat, tipe atau
model, hingga nomor seri timbangan. Tentukan kelas timbangan melalui
tabel klasifikasi timbangan pada syarat teknis nomor 131 tahun 2015
dengan menentukan nilai jumlah interval skala verifikasi (n) dari nilai
kapasitas maksimum (Max) dan nilai e yang telah diketahui pada identitas
timbangan. Setelah memperoleh kelas timbangan dan nilai minimum
menimbang pada perhitungan, tentukan nilai Batas Kesalahan yang
Diizinkan (BKD) tiap muatan uji pada timbangan dengan  mengalikan nilai
e pada rentang muatan uji yang terdapat pada tabel BKD. Diperolehlah
nilai BKD muatan uji pada timbangan untuk menentukan kelas anak
timbangan standar yang akan digunakan oleh praktikan untuk menguji
timbangan bobot ingsut. Sebelum digunakan, periksa kembali kondisi
timbangan dan lakukan penyetelan nol jika diperlukan. Pastikan juga
timbangan bobot ingsut pada posisi nol pada saat tidak memiliki muatan.
Jika tolok dan index tidak seimbang, lakukan penyetelan nol dengan
memutar sekrup yang ada di sebelah kiri atas (bobot lawan) dengan
obeng minus. Periksa kembali, apabila tolok dan index sudah sejajar maka
penyetelan nol berhasil dan timbangan dapat dilakukan pengujian.
Berdasarkan syarat teknis nomor 131 tahun 2015, ada 6 jenis
pengujian pada timbangan bobot ingsut (timbangan bukan otomatis)
dalam rangka tera dan tera ulang, yaitu pengujian kebenaran, pengujia
kepekaan, pengujian repeatability, pengujian eksentrisitas, pengujian
kemiringan, dan pengujian kebenaran gandar. Adapun pengujian
kemiringan dan pengujian kebenaran gandar hanya dilakukan sekali pada
saat tera dan tidak dilakukan pada tera ulang. Pertama kali yang dilakukan
praktikan adalah pengujian kebenaran untuk mengetahui kemampuan
timbangan menunjuk massa benda yang ditimbang sesuai dengan massa
yang sebenarnya. Pengujian kebenaran dapat dilihat dari selisih antara
penunjukan timbangan dengan nilai massa standar adalah kebenaran
timbangan. Kemudian pengujian kepekaan, yang dilakukan untuk
mengetahui kepekaan timbangan dalam membedakan penunjukan
terhadap perubahan kecil muatan. Kepekaan timbangan dapat diketahui
dengan memberikan imbuh (anak timbangan kecil), apakah imbuh
memberikan penunjukan yang nyata. Semakin sedikit muatan yang
diberikan untuk memberikan reaksi berarti semakin peka timbangan
tersebut. Kemudian ada pengujian repeatability (pengujian kemampuan
ulang) untuk mengetahui apakah timbangan selalu menunjuk konsisten
(konsistensi posisi tolok), apabila diberi muatan yang sama secara
berulang ulang dan dengan berbagai kondisi penimbangan. Selanjutnya
pengujian eksentrisitas yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi hasil
penimbangan apabila muatan yang sama diletakkan pada lima posisi yang
berbeda pada lantai muatan timbangan. Kemudian dilakukan pengujian
kemiringan untuk mengetahui perbedaan hasil penimbangan apabila
timbangan dimuati muatan dalam posisi miring. Pengujian terakhir adalah
pengujian kebenaran gandar yang dilakukan untuk mengetahui posisi
gandar timbangan sesuai penunjukan tolok dan index yang menunjukkan
massa muatan. Dari keenam pengujian yang telah dilakukan pada
timbangan bobot ingsut dapat dinyatakan bahwa timbangan bobot ingsut
memenuhi ketentuan syarat metrologi timbangan atau dapat dinyatakan
sah sehingga dapat dibubuhkan Cap Tanda Tera (CTT).
Pada timbangan bobot ingsut dilakukan pengujian kemiringan
dengan batas kemiringan 50/1000 dengan mengganjal bagian samping
kanan dan belakang timbangan. Untuk kemiringan 50/1000 di bagian
samping kanan timbangan dengan panjang sisi melintang lantai muatan
sebesar 45 cm digunakan pengganjal setebal 2,25 cm. Diperoleh
perpindahan gelembung penunjuk kedataran ke arah samping kiri. Untuk
kemiringan 50/1000 di bagian belakang timbangan dengan panjang sisi
membujur lantai muatan sebesar 60 cm digunakan pengganjal setebal 3
cm. Diperoleh perpindahan gelembung penunjuk kedataran ke arah
depan. Dari hasil percobaan praktikan dapat disimpulkan bahwa
kemiringan berpengaruh terhadap nilai penunjukan timbangan. Dengan
adanya penggunaan waterpass untuk timbangan yang tidak memiliki
penunjuk kedataran sangat diperlukan sebagai indikator kemiringan agar
hasil pengujian lebih akurat.
Timbangan bobot ingsut banyak menggunakan pisau dan bantalan.
Pisau harus bertumpu tepat dengan bantalan supaya tidak terjadi
gesekan-gesekan. Gesekan-gesekan ini dapat mempengaruhi pergerakan
tuas dan mengganggu kesetimbangan tolok dengan index. Oleh karena itu
semakin tajam pisau dan bantalan (tumpuan) maka semakin meningkat
sensitivitas dari timbangan, maupun sebaliknya. Selain mempengaruhi
tingkat sensitivitas, ketajaman pisau juga dapat berpengaruh terhadap
sifat timbangnya (kebenaran, ketidaktetapan, dan kepekaan). Pisau dan
bantalan (tumpuan) selalu mengalami gesekan, jika semakin lancip atau
tajam pisau dan tumpuannya maka gesekan yang dialami akan semakin
berkurang, ataupun sebaliknya. Gesekan tersebut dapat menyebabkan
timbangan tidak stabil saat dimuati berulang-ulang dengan muatan
sehingga berpengaruh terhadap pengujian repeatability.
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari hasil praktikum modul ini,
yaitu :
1. Adapun prinsip kerja dari timbangan bobot ingsut adalah berdasarkan
prinsip tuas (mekanik) yang dipengaruhi oleh momen gaya atau
kesetimbangan. Prinsip tuas pada timbangan bobot ingsut dapat
dilihat posisi antara pisau dan bantalan harus bertumpu dengan baik,
agar tidak terjadi gesekan-gesekan yang memengaruhi sifat
timbangan. Untuk memperoleh kesetimbangan dapat dilakukan
dengan menggeser bobot ingsut di atas skala (batang gerakan) pada
tuas utamanya dan tidak memerlukan anak timbangan. Sesuai hukum
kesetimbangan atau momen gaya, pastikan posisi tolok dan index
pada tuas utama (penunjuk kesetimbangan) harus saling berhadapan
atau setimbang sehingga diperoleh ketepatan dari penunjukan
timbangan. Sedangkan untuk posisi muatan yang berbeda-beda pada
lantai muatan tidak mempengaruhi kesetimbangannya.
2. Dalam tera dan tera ulang timbangan bobot ingsut yang
membedakan keduanya adalah jenis pengujian dan faktor pengali
Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD). Pada saat tera, semua
pengujian timbangan bobot ingsut harus dilakukan. Sedangkan pada
saat tera ulang, pengujian kemiringan dan kebenaran gandar tidak
perlu dilakukan. Perbedaan pada faktor pengali BKD dapat dilihat dari
faktor pengali tera tiap pengujian adalah satu kali BKD. Sedangkan
pada tera ulang, selain pengujian kepekaan dan repeatability faktor
pengalinya adalah dua kali BKD.
3. Pada pengujian kebenaran pada timbangan bobot ingsut dinyatakan
“SAH” karena setiap pengujian “SAH” sesuai prosedur.
4. Pada pengujian kepekaan pada timbangan bobot ingsut dinyatakan
“SAH” karena setiap pengujian “SAH” sesuai prosedur.
5. Pada pengujian repeatability (kemampuan ulang) pada timbangan
bobot ingsut dinyatakan “SAH” karena setiap pengujian “SAH” sesuai
prosedur.
6. Pada pengujian eksentrisitas pada timbangan bobot ingsut dinyatakan
“SAH” karena setiap pengujian “SAH” sesuai prosedur.
7. Pada pengujian kemiringan pada timbangan bobot ingsut dinyatakan
“SAH” karena setiap pengujian “SAH” sesuai prosedur.
8. Pada pengujian kebenaran gandar pada timbangan bobot ingsut
dinyatakan “SAH” karena setiap pengujian “SAH” sesuai prosedur.
9. Timbangan bobot ingsut dapat dibubuhi cap tanda tera jika semua
pengujian dinyatakan “SAH”. Pada bagian gandar timbangan dapat
dibubuhi 3 tanda, yaitu tanda sah ukuran 4 mm (SL4), tanda pegawai
berhak ukuran 4 mm (H4), dan tanda daerah ukuran 4 mm (D4).
Berbeda dengan tanda jaminan yang dibubuhkan pada bagian depan
gandar kecil disebelah skala maksimum gandar, Pada bagian belakang
gandar besar, disebelah skala maksimum gandar, pada lubang justir
ingsut di gandar besar, dan pada lubang justir ingsut di gandar kecil.

5.2 Saran
Adapun saran yang disampaikan praktikan terkait praktikum pada
modul ini, yaitu :
 Praktikan harus membersihkan lantai muatan sebelum melakukan
pengujian dan penimbangan.
 Praktikan harus memperhatikan konstruksi timbangan bobot ingsut
apakah dalam keadaan baik dan layak pakai.
 Praktikan wajib mempersiapkan perlengkapan & dokumen pengujian.
 Praktikan harus memperhatikan kedataran timbangan melalui
penunjuk kedataran atau menyiapkan waterpass sebelum pengujian.
DAFTAR PUSTAKA

Regawastan, Tatang. 1982. Timbangan Majemuk. Bandung : Balai Diklat


Metrologi Bandung.

Tawarys, H. Ibrahim. 2019. Dasar-Dasar Teori, Konstruksi, dan Pengujian


Timbangan. Jakarta : Kementerian Perdagangan.

Irawati. 2019. Teori dan Konsep Timbangan Bobot Ingsut . Bandung :


Akademi Metrologi dan Instrumentasi.

Pusat Pengembangan Sumbar Daya Kemetrologian. 2019. Modul


Pengujian Timbangan Bobot Ingsut. Bandung : Akademi
Metrologi dan Instrumentasi.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Cerapan Pengujian Timbangan Bobot Ingsut

Lampiran 2 Perbedaan Pengujian T. Bobot Ingsut pada Tera dan Tera


Ulang

Lampiran 3 Cerapan Uji Kebenaran


Lampiran 4 Cerapan Uji Kepekaan

Lampiran 5 Cerapan Uji Repeatability

Lampiran 6 Cerapan Uji Eksentrisitas

Lampiran 7 Cerapan Uji Kemiringan


Lampiran 8 Cerapan Uji Kebenaran Gandar

Lampiran 9 Pembubuhan Cap Tanda Tera

Lampiran 10 Pembubuhan Tanda Jaminan

Anda mungkin juga menyukai