Piring Muatan
Jarum Penunjuk
Roda Gigi
Batang
Bergigi
x
Dari persamaan di atas, jika menjungkit ke atas berarti ruas kanan ×G
JH
terlalu ringan. Adapun prosedur penjustiran yang harus dilakukan, yaitu :
x
1. Agar ruas kanan = ruas kiri (setimbang) maka ×G harus
JH
diperbesar.
x
2. Untuk memperbesar harga ×G maka jarak JH harus diperpendek
JH
atau diperkecil.
3. Jika timbangan bobot ingsut menjungkit ke atas, penjustiran dapat
dilakukan dengan memperpendek jarak JH.
4. Sebaliknya jika timbangan bobot ingsut menjungkit ke bawah,
penjustiran dapat dilakukan dengan memperpanjang jarak JH.
BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA
Dokumentasi
Pemilik : Direktorat Metrologi
Tanggal Pengujian : 13 September 2021
Pegawai Berhak : Laksana Angga Widoto
Data Timbangan
Kelas keakurasian : III
Kapasitas maksimum
: 150 kg
(Max)
Kapasitas Minimum (Min) : 2 kg
Interval skala verifikasi
: 100 g
(e)
Interval skala (d), jika
: -
d<e
Merek : Presisi - Cahaya Adil
Negara pembuat (jika
: Indonesia
ada)
Tipe/ Model : -
Nomor seri : G190053
Tidak/
No Ya/A Keterang
Uraian Tidak
. da an
Ada
1. Tanda tera ✓
2. Alat penunjuk kedataran ✓
3. Bersih dan siap uji ✓
4. Sesuai ITP/ IT yang berlaku ✓
Bahan dan konstruksi
timbangan sesuai dengan
5. ✓
peraturan yang berlaku
(hanya untuk tera)
Kondisi timbangan dalam
6. ✓
keadaan baik
3.2 Menentukan Kelas Timbangan
Berdasarkan pengamatan pada timbangan bobot ingsut yang akan
diuji, kita dapat mengetahui informasi terkait :
a. Maksimum menimbang (Max) = 150 kg
b. Nilai e = 100 g
Penyelesaian :
Langkah 1 Hitung Jumlah Interval Skala (n) :
Kapasitas Maksimal( Max)
n=
e
150.000 g
n= =1.500 g=1,5 kg
100 g
Interval skala verifikasi : e = d = 100
Langkah 2 Perhatikan Tabel Klasifikasi Timbangan :
Penentuan kelas timbangan berdasarkan tabel No. 131/SPK/KEP/10/2015 :
Dengan nilai e = 100 g dan n = 1500, timbangan bobot ingsut ini
termasuk dalam klasifikasi timbangan Kelas III dengan minimum
menimbang sebesar 20e atau 2 kg.
Untuk muatan (m) yang dinyatakan dalam interval skala verifikakasi (e)
BKD
Kelas III Kelas IIII
Kelas I (khusus) Kelas II (halus)
(sedang) (biasa)
+ 0,5e 0<m< 50.000 0<m<5000 0<m<500 0<m<50
+ 1,0e 50.000<m<200.000 5.000<m<20.000 500<m<2.000 50<m<200
+ 1,5e 20.000<m 20.000<m<10.000 2.000<m<10.000 200<m<1000
3.4 Menentukan Kelas Anak Timbangan (AT) Standar
Dalam menentukan kelas AT Standar pada pengujian timbangan
bobot ingsut, kita menggunakan acuan BKD timbangan pada nilai
maksimum menimbangnya (Max = 150 kg). Syarat AT Standar yang
digunakan :
BKD AT Standar ≤ 1/3 BKD Timbangan pada Muatan Uji (m)
Dari perhitungan sebelumnya, diperoleh BKD timbangan pada muatan uji
150 kg sebesar 100 g. Sehingga,
1
BKD AT Standar ≤ ×100 g
3
BKD AT Standar ≤ 33,33 g
BKD AT Standar ≤ 33333,33 mg
Artinya, AT Standar 150 kg yang digunakan harus memiliki kesalahan
(BKD) yang lebih kecil atau sama dengan 33333,33 mg.
Berdasarkan Tabel Kesalahan Maksimum Anak Timbangan, untuk
muatan 150 kg yang kesalahannya lebih kecil dari 33333,33 mg adalah
minimal Anak Timbangan Kelas M2.
BKD AT Standar Kelas M2 ≤ 33333,33 mg
22500 mg≤ 33333,33 mg
Dengan demikian, untuk menguji timbangan bobot ingsut kapasitas 150
kg, kita harus mempunyai minimal anak timbangan kelas M 2 untuk
dijadikan sebagai standar acuan.
BAB IV
ANALISIS
Pada modul ini, praktikan akan melakukan pengujian pada
timbangan bobot ingsut. Adapun peralatan yang harus dipersiapkan oleh
praktikan, yaitu anak timbangan standar ukuran 25 kg, obeng minus
untuk mengatur penyetel nol, meter saku, pengganjal, alat penunjuk
kedataran (waterpass), dokumen berupa instruksi kerja dan cerapan
pengujian, dan jangan lupa kain lap untuk membersihkan lantai muatan.
Sebelum melakukan pengujian pastikan timbangan bobot ingsut
dalam keadaan bersih, kering, tidak berkarat, dan layak uji. Kemudian
catat identitas timbangan pada cerapan dimulai dari kapasitas maksimum
(Max), interval skala verifikasi (e), merek, negara pembuat, tipe atau
model, hingga nomor seri timbangan. Tentukan kelas timbangan melalui
tabel klasifikasi timbangan pada syarat teknis nomor 131 tahun 2015
dengan menentukan nilai jumlah interval skala verifikasi (n) dari nilai
kapasitas maksimum (Max) dan nilai e yang telah diketahui pada identitas
timbangan. Setelah memperoleh kelas timbangan dan nilai minimum
menimbang pada perhitungan, tentukan nilai Batas Kesalahan yang
Diizinkan (BKD) tiap muatan uji pada timbangan dengan mengalikan nilai
e pada rentang muatan uji yang terdapat pada tabel BKD. Diperolehlah
nilai BKD muatan uji pada timbangan untuk menentukan kelas anak
timbangan standar yang akan digunakan oleh praktikan untuk menguji
timbangan bobot ingsut. Sebelum digunakan, periksa kembali kondisi
timbangan dan lakukan penyetelan nol jika diperlukan. Pastikan juga
timbangan bobot ingsut pada posisi nol pada saat tidak memiliki muatan.
Jika tolok dan index tidak seimbang, lakukan penyetelan nol dengan
memutar sekrup yang ada di sebelah kiri atas (bobot lawan) dengan
obeng minus. Periksa kembali, apabila tolok dan index sudah sejajar maka
penyetelan nol berhasil dan timbangan dapat dilakukan pengujian.
Berdasarkan syarat teknis nomor 131 tahun 2015, ada 6 jenis
pengujian pada timbangan bobot ingsut (timbangan bukan otomatis)
dalam rangka tera dan tera ulang, yaitu pengujian kebenaran, pengujia
kepekaan, pengujian repeatability, pengujian eksentrisitas, pengujian
kemiringan, dan pengujian kebenaran gandar. Adapun pengujian
kemiringan dan pengujian kebenaran gandar hanya dilakukan sekali pada
saat tera dan tidak dilakukan pada tera ulang. Pertama kali yang dilakukan
praktikan adalah pengujian kebenaran untuk mengetahui kemampuan
timbangan menunjuk massa benda yang ditimbang sesuai dengan massa
yang sebenarnya. Pengujian kebenaran dapat dilihat dari selisih antara
penunjukan timbangan dengan nilai massa standar adalah kebenaran
timbangan. Kemudian pengujian kepekaan, yang dilakukan untuk
mengetahui kepekaan timbangan dalam membedakan penunjukan
terhadap perubahan kecil muatan. Kepekaan timbangan dapat diketahui
dengan memberikan imbuh (anak timbangan kecil), apakah imbuh
memberikan penunjukan yang nyata. Semakin sedikit muatan yang
diberikan untuk memberikan reaksi berarti semakin peka timbangan
tersebut. Kemudian ada pengujian repeatability (pengujian kemampuan
ulang) untuk mengetahui apakah timbangan selalu menunjuk konsisten
(konsistensi posisi tolok), apabila diberi muatan yang sama secara
berulang ulang dan dengan berbagai kondisi penimbangan. Selanjutnya
pengujian eksentrisitas yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi hasil
penimbangan apabila muatan yang sama diletakkan pada lima posisi yang
berbeda pada lantai muatan timbangan. Kemudian dilakukan pengujian
kemiringan untuk mengetahui perbedaan hasil penimbangan apabila
timbangan dimuati muatan dalam posisi miring. Pengujian terakhir adalah
pengujian kebenaran gandar yang dilakukan untuk mengetahui posisi
gandar timbangan sesuai penunjukan tolok dan index yang menunjukkan
massa muatan. Dari keenam pengujian yang telah dilakukan pada
timbangan bobot ingsut dapat dinyatakan bahwa timbangan bobot ingsut
memenuhi ketentuan syarat metrologi timbangan atau dapat dinyatakan
sah sehingga dapat dibubuhkan Cap Tanda Tera (CTT).
Pada timbangan bobot ingsut dilakukan pengujian kemiringan
dengan batas kemiringan 50/1000 dengan mengganjal bagian samping
kanan dan belakang timbangan. Untuk kemiringan 50/1000 di bagian
samping kanan timbangan dengan panjang sisi melintang lantai muatan
sebesar 45 cm digunakan pengganjal setebal 2,25 cm. Diperoleh
perpindahan gelembung penunjuk kedataran ke arah samping kiri. Untuk
kemiringan 50/1000 di bagian belakang timbangan dengan panjang sisi
membujur lantai muatan sebesar 60 cm digunakan pengganjal setebal 3
cm. Diperoleh perpindahan gelembung penunjuk kedataran ke arah
depan. Dari hasil percobaan praktikan dapat disimpulkan bahwa
kemiringan berpengaruh terhadap nilai penunjukan timbangan. Dengan
adanya penggunaan waterpass untuk timbangan yang tidak memiliki
penunjuk kedataran sangat diperlukan sebagai indikator kemiringan agar
hasil pengujian lebih akurat.
Timbangan bobot ingsut banyak menggunakan pisau dan bantalan.
Pisau harus bertumpu tepat dengan bantalan supaya tidak terjadi
gesekan-gesekan. Gesekan-gesekan ini dapat mempengaruhi pergerakan
tuas dan mengganggu kesetimbangan tolok dengan index. Oleh karena itu
semakin tajam pisau dan bantalan (tumpuan) maka semakin meningkat
sensitivitas dari timbangan, maupun sebaliknya. Selain mempengaruhi
tingkat sensitivitas, ketajaman pisau juga dapat berpengaruh terhadap
sifat timbangnya (kebenaran, ketidaktetapan, dan kepekaan). Pisau dan
bantalan (tumpuan) selalu mengalami gesekan, jika semakin lancip atau
tajam pisau dan tumpuannya maka gesekan yang dialami akan semakin
berkurang, ataupun sebaliknya. Gesekan tersebut dapat menyebabkan
timbangan tidak stabil saat dimuati berulang-ulang dengan muatan
sehingga berpengaruh terhadap pengujian repeatability.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari hasil praktikum modul ini,
yaitu :
1. Adapun prinsip kerja dari timbangan bobot ingsut adalah berdasarkan
prinsip tuas (mekanik) yang dipengaruhi oleh momen gaya atau
kesetimbangan. Prinsip tuas pada timbangan bobot ingsut dapat
dilihat posisi antara pisau dan bantalan harus bertumpu dengan baik,
agar tidak terjadi gesekan-gesekan yang memengaruhi sifat
timbangan. Untuk memperoleh kesetimbangan dapat dilakukan
dengan menggeser bobot ingsut di atas skala (batang gerakan) pada
tuas utamanya dan tidak memerlukan anak timbangan. Sesuai hukum
kesetimbangan atau momen gaya, pastikan posisi tolok dan index
pada tuas utama (penunjuk kesetimbangan) harus saling berhadapan
atau setimbang sehingga diperoleh ketepatan dari penunjukan
timbangan. Sedangkan untuk posisi muatan yang berbeda-beda pada
lantai muatan tidak mempengaruhi kesetimbangannya.
2. Dalam tera dan tera ulang timbangan bobot ingsut yang
membedakan keduanya adalah jenis pengujian dan faktor pengali
Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD). Pada saat tera, semua
pengujian timbangan bobot ingsut harus dilakukan. Sedangkan pada
saat tera ulang, pengujian kemiringan dan kebenaran gandar tidak
perlu dilakukan. Perbedaan pada faktor pengali BKD dapat dilihat dari
faktor pengali tera tiap pengujian adalah satu kali BKD. Sedangkan
pada tera ulang, selain pengujian kepekaan dan repeatability faktor
pengalinya adalah dua kali BKD.
3. Pada pengujian kebenaran pada timbangan bobot ingsut dinyatakan
“SAH” karena setiap pengujian “SAH” sesuai prosedur.
4. Pada pengujian kepekaan pada timbangan bobot ingsut dinyatakan
“SAH” karena setiap pengujian “SAH” sesuai prosedur.
5. Pada pengujian repeatability (kemampuan ulang) pada timbangan
bobot ingsut dinyatakan “SAH” karena setiap pengujian “SAH” sesuai
prosedur.
6. Pada pengujian eksentrisitas pada timbangan bobot ingsut dinyatakan
“SAH” karena setiap pengujian “SAH” sesuai prosedur.
7. Pada pengujian kemiringan pada timbangan bobot ingsut dinyatakan
“SAH” karena setiap pengujian “SAH” sesuai prosedur.
8. Pada pengujian kebenaran gandar pada timbangan bobot ingsut
dinyatakan “SAH” karena setiap pengujian “SAH” sesuai prosedur.
9. Timbangan bobot ingsut dapat dibubuhi cap tanda tera jika semua
pengujian dinyatakan “SAH”. Pada bagian gandar timbangan dapat
dibubuhi 3 tanda, yaitu tanda sah ukuran 4 mm (SL4), tanda pegawai
berhak ukuran 4 mm (H4), dan tanda daerah ukuran 4 mm (D4).
Berbeda dengan tanda jaminan yang dibubuhkan pada bagian depan
gandar kecil disebelah skala maksimum gandar, Pada bagian belakang
gandar besar, disebelah skala maksimum gandar, pada lubang justir
ingsut di gandar besar, dan pada lubang justir ingsut di gandar kecil.
5.2 Saran
Adapun saran yang disampaikan praktikan terkait praktikum pada
modul ini, yaitu :
Praktikan harus membersihkan lantai muatan sebelum melakukan
pengujian dan penimbangan.
Praktikan harus memperhatikan konstruksi timbangan bobot ingsut
apakah dalam keadaan baik dan layak pakai.
Praktikan wajib mempersiapkan perlengkapan & dokumen pengujian.
Praktikan harus memperhatikan kedataran timbangan melalui
penunjuk kedataran atau menyiapkan waterpass sebelum pengujian.
DAFTAR PUSTAKA