Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum

Modul V Timbangan Meja (MJ)


MI-2115 Pengujian & Pengawasan Alat Ukur Besaran Massa 1
Asisten Praktikum : Dandi Rangga Ramadhan
NIM : A019027

NIM : A020030 Nama Mahasiswa : Melisa Juita Br Nainggolan Ruang : Online

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGUJIAN & PENGAWASAN ALAT UKUR BESARAN MASSA 1

Nama Mahasiswa : Melisa Juita Br Nainggolan


NIM : A020030
Kelompok : 10
Modul Praktikum : Modul 5 Timbangan Meja
Nama Asisten Praktikum : Dandi Rangga Ramadhan (A019027)
Tanggal Pelaksanaan Praktikum : Senin, 13 September 2021

AKADEMI METROLOGI DAN INSTRUMENTASI


KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2020/2021

Halaman 1
BAB I
TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan praktikum yang diharapkan antara lain:


1. Mengetahui prinsip kerja pada timbangan meja (beranger).
2. Mengetahu langkah-langkah yang dilakukan saat pengujian timbangan meja.
3.Mengetahui pedoman dan dasar hokum saat melakukan tera, tera ulang timbangan meja (beranger)
di Indonesia.
4.Praktikan mampu mengetahui jenis-jenis pengujian yang di lalukan pada tera, tera ulang timbangan meja
(beranger) secara praktik dan teori.
5. Menganalisis jenis-jenis perhitungan yang dilakukan pada tera,tera ulang timbangan meja.
6. Mengetahui cara menghitung pengujian yang dilakukan dan memastikan timbangan meja yang di
uji “SAH atau “BATAL” dalam tera atau tera ulang.
7. Mengetahui jenis tanda tera yang dapat digunakan ketika melakukan kegiatan pembubuhan tanda tera
dan tera ulang.
BAB II
TEORI DASAR
Timbangan meja adalah alat untuk mengetahui kuanta besaran berat dipergunakan alat ukur
timbang atau timbangan. Pada konstruksi Beranger atau timbangan meja , bagian tempat anak timbangan
dibuat simetris dengan bagian muatan. Anak timbangan dan muatan ditaruh diatas daun yang terletak di
atas pisau panjang, bukan daun yang digantungkan. Timbangan meja ini dibuat sama lengan, jadi berat
muatan yang ditimbang sama denagn berat anak timbangan yang ditaruh di daun yang lain. Timbangan
meja banyak menggunakan pisau – pisau dan bantalan, sehingga pada saat timbangan tersebut bergerak
atau berayun ada kemungkinan terjadinya gesekan diantara keduanya. Oleh karena itu, pisau dan bantalan
harus bertumpu dengan baik, supaya tidak tejadi gesekan – gesekan. Gesekan – gesekan bagi timbangan
meja sangat mempengarui sifat – sifat timbangannya dari kebenaran, ketetapan, dan kepekaan. Kedudukan
pisau dan bantalan harus di pasang sejajar dan simetris ( H. Ibrahim Tawarys, 1960 ).

Timbangan meja berdasarkan


konstruksinya adalah termasuk
timbangan majemuk, dimana
jumlah tuasanya lebih dari satu
yaitu terdiri dari tuas utama dan
tuas
penghubung. Sampai saat ini jenis timbangan meja banyak di gunakan di kalangan masyarakat Indonesia
dengan tipe konstruksi beranger. Sebelum itu kenali bagian atau komponen-komponen dalam timbangan
meja jenis beranger yang pada umumnya di gunakan.
Anak timbangan dan muatan ditaruh diatas daun muatan yang terletak diatas pisau panjang.
Timbangan meja ini dibuat sama lengan sehingga berat atau massa muatan yang ditimbang sama dengan
berat atau massa anak timbangan yang ditaruh didaun muatan yang lain. Jadi disini dapat dikatakan bahwa
berat/massa muatan dibandingkan dengan berat/muatan anak timbangan adalah satubanding satu. Yang
paling utama dalam penimbangan timbanagan meja adalah bahwa berat/.massa muatan akan sama dengan
berat/massa anak timbangan jika pada saat muatan nol posisi timbangan meja tersebut dalam keadaan
setimbang. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang benar alam penimbanngan harus dilihat dulu
apakah timbangan dalam keadaan tidak bermuatan telah setimbang atau tidak. Dimana jika tidak dalam
setimbang pada muatan nol maka timbangan meja tersebut harus dibuat setimbang terlebih dahulu, yaitu
dengan cara menambah atau menguranngi timah/imbuh yang terletak khusus dibawah daun tempat anak
timbangan, dimana tempat timah tersebut dinamakan dengan alat penyetel nol timbangan.

Pada timbangan meja konstruksi beranger,


bagian tempat anak timbangan dibuat
simetris dengan bagian muatan. Dilihat
pada gambar skema. Anak timbangan dan
muatan ditaruh diatas daun muatan yang
Perbandingan Muatan
1: 1 terletak diatas pisau panjang. Maka dapat
disimpulakan bahwa berat atau massa muatan muatan dibandingkan dengan berat atau muatan anak
timbangan adalah satu banding satu.
Untuk menjamin kebenaran hasil pengukuran dimaksud dan dalam upaya menciptakan kepastian
hukum, maka terhadap setiap UTTP wajib dilakukan tera dan tera ulang yang berpedoman pada syarat
teknis UTTP. maka perlu disusun Syarat Teknis UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang yang merupakan
pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera dan tera ulang serta pengawasan UTTP. Maka
disusunlah SK Dirjen SPK/131/2015 mengenai Syarat Teknis Timbangan Bukan Otomatis yang sampai
saat menjadi pedoman bagi unit metrology legal dari berbagai daerah di Indonesia mengenai ketentuan dan
syarat suatu UTTP bukan otomatis menentukan kelayakan tera, dan tera ulang.
BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA
3.1 Data Timbangan Meja

Kelas keakurasian III


Kapasitas maksimum (Max) 10 Kg
Kapasitas minimum (Min) 200 g
Interval skala verifikasi (e) 10 g
Interval skala (d), jika d<e -
Merek Dq
Negara pembuat (jika ada) Indonesia
Tipe/ Model -
Nomer seri -

3.2 Menentukan Kelas Timbangan


a.) Maksimum menimbang (Max) = 10 kg
Langkah 1 : Hitung Interval Skala Verifikasi (e)
𝑀𝑎𝑥 10000 𝑔
e =1000 = 1000 = 10 𝑔
Langkah 2 : Perhatikan tabel Klasifikasi timbangan
Dengan nilai e = 10 g dan n = 1000, timbangan meja ini termasuk dalam klasifikasi timbangan
KELAS III dengan minimum menimbang 20e atau 200g
b.) Menghitung Batas Kesalahan Yang Diizinkan (BKD)
Berdasarkan Syarat Teknis No. 131 Tahun 2015, BKD muatan uji untuk Timbangan Meja adalah :
1.) BKD pada muatan uji (max) = 10000 g
𝑀𝑎𝑥+2𝑚 10000𝑔 + 2(10000 𝑔) 30000 𝑔
BKD= 3000 = 3000 = 3000= 10𝑔
2.) BKD pada muatan uji = 5000 g
𝑀𝑎𝑥+2𝑚 10000𝑔 + 2(5000 𝑔) 20000 𝑔
BKD = 3000 = 3000 = 3000= 6,67𝑔
Nilai BKD muatan uji ini akan menjadi dasar untuk menentukan kelas anak timbangan standar yang
akan digunakan untuk pengujian
c.) Menentukan Kelas Anak Timbangan (AT) Standar
Dalam menentukan kelas AT Standar pada pengujian timbangan meja, kita menggunakna acuan BKD
timbangan pada kapasitas maksimumnya (BKD saat Max= 10 g)
Syarat AT Standar yang digunakan adalah
BKD AT Standar ≤ 𝟏 BKD Timbangan pada muatan Uji (m)
𝟑

Dari perhitungan sebelumnya, diperoleh BKD timbanhan pada muatan uji 10 kg sebesar 10g Sehingga,

BKD AT Standar ≤ 1 𝑥10 g


3

BKD AT Standar ≤ 3,333g


BKD AT Standar ≤ 3333 mg

Artinya, AT Standar 10 kg yang digunakan harus memiliki kesalahan (BKD) yang lebih kecil atau sama
dengan 3330 mg.
Berdasarkan Tabel Kesalahan Maksimum Anak Timbangan, untuk muatan 10 kg yang kesalahannya lebih
kecil dari 3330 mg adalah menimal Anak Timbangan Kelas 𝑀2
BKD AT Standar Kelas 𝑀2 (10 kg) ≤ 3333 mg
1500 mg ≤ 3333 mg
Dengan demikian, untuk menguji timbangan meja kapasitas 10 kg, kita harus mempunyai minimal anak
timbangan kelas 𝑀2 untuk dijadikan sebagai standar.
3.3 Cerapan Uji Kebenaran
Muatan (g) Imbuh 1 BKD (g) Pengamatan Kesetibangan
10000 g 10 g √ SAH Bergerak minimal ke posisi setimbang
Tidak bergerak atau bergerak < posisi
BATAL
setimbang

3.4 Cerapan Uji Kepekaan


Muatan (g) Imbuh 1 BKD (g) Pengamatan Kesetibangan
10000 g 10 g √ SAH Bergerak minimal 2 mm

BATAL Tidak bergerak atau bergerak < 2 mm

3. 5 Cerapan Eksentristas
(Tabel terdapat pada lampiran.)

3.6 Cerapan Ketidaktetapan (Repeatibility)


(Tabel terdapat pada lampiran.)
3.7 Tabel MPE (Tambahan)
BAB IV
ANALISIS
Pada praktikum yang dilaksanakan pada hari senin 13 september 2021 dengan
menampilkan video praktikum penjelasan mengenai prosedur dan langkah-langkah peneraan alat ukur
timbangan meja (beranger) sesuai dengan SK Dirjen SPK/131/2015 mengenai Syarat Teknis Timbangan
Bukan Otomatis . Hal pertama yang di lakukan ialah menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk
melakukan pengujian diantaranya anak timbangan standar, dan document yang diperlukan yaitu instruksi
kerja dan cerapan. Sebelum mememulai pengujian pastikan timbangan meja dalam keadaan bersih, kering
dan tidak berkarat. Pertama-tama isi identitas dari timbangan meja yang akan di uji, pencatatan identitas
terdiri dari kapasitas maksimum timbangan, kapasitas minimum timbangan, Interval skala verifikasi (e),
merek dan negara pembuatan (jika ada), tipe/model, dan nomer seri. Dari hasil praktikum diperoleh data
sebagai berikut:
Selanjutnya di jelaskan bahwa timbangan meja tersebut termasuk dalam kelas III dengan minimum
menimbang 20e atau 200 gram. Diperoleh juga batas kesalahan yang diizinkan (BKD) adapun hasil yang
di perloleh BKD pada muatan uji (max) sebesar 10 gram dan BKD pada muatan uji bernilai 6,67 gram.
Nilai BKD muatan uji ini akan menjadi dasar untuk menentukan kelas anak timbangan standar yang akan
digunakan untuk pengujian. Dan diperoleh kelas anak timbangan meja kapasitas 10 kg, kita harus
mempunya minimal anak timbangan kelas 𝑀2 untuk dijadikan sebagai standar. Pengujian pertama di
lakukan dalam langkah tera. Terdapat perbedaan pengujian dalam tera dan tera ulang. Berikut tabel
perbedaan yang ada:
Selanjutnya pastikan taruh timbangan meja
dalam kondisi datar pastikan timbangan
meja dalam keadaan setimbangan pada saat
tidak bermuatan. Kesetimbangan timbangan
meja dapat dilihat dari posisi tolok dan
indeks yang tepat saling berhadapan, apabila
timbangan meja tidak dalam keadaan
setimbang maka harus di setimbangan
terlebih dahulu dengan menambahkan atau
mengurangi massa pemberat pada mangkuk yang terletak di bawah lantai anak timbangan jika timbangan
meja telah setimbang, maka timbangan meja telah siap untuk dilakukan pengujian. Namun sebelum itu
kenali terlebih dahulu apa yang disebut dengan kesalahan paralaks. Kesalahan paralaks pada pengujian
timbangan meja dapat terjadi apabila posisi mata pengamat tidak sejajar dengan posisi tolok dan indeks
pada timbangan meja, kesalahan ini dapat dihindari dengan mensejajarkan posisi mata dengan posisi tolok
dan indeks pada timbangan. Sesuai syarat teknis No. 131, Th. 2015, Prosedur kerja Tera/Tera Ulang
Timbangan Meja terdiri dari Uji Kebenaran, Uji Kepekaan, Uji Eksentrisitas, Uji Repeability.
Pertama timbangan meja akan melalui Uji Kebenaran terlebih dahulu, muati kedua sisi
timbangan meja dengan anak standar pada muatan maksimum. Amati posisi penunjukan indeks dan
toloknya, Apabila penunjakan indeks atau tolok tidak setimbang, berilah imbuh sebesar BKD pada
penerima muatan yang lebih ringan. Apabila penunjukan indeks atau tolok bergerak minimal ke
setimbang, Maka pengujian kebenaran dinyatakan “SAH”. Jika tidak bergerak atau bergerak kurang dari
posisi setimbang,
Maka pengujian Kebenaran timbangan meja dinyatakan “BATAL”. Hal-hal yang menyatakan pengujian
Kebenaran dinyatakan “SAH” atau “BATAL” dapat di lihat dari beberpa point berikut:
1. Pengujian Kebenaran di nyatakan sah apabila posisi tolok dan indeks sejajar dengan kata lain setimbang.
2. Ketika posisi tolok dan indeks tidak setimbang pada saat bermuatan, apabila ditambahkan imbuh
ternyata tolok atau indeks bergerak minimal setimbang, maka pengujian dinyatakan “SAH”.
3. Ketika posisi tolok dan indeks tidak setimbang pada saat bermuatan, apabila ditambahkan imbuh
ternyata tolok atau indeks tidak bergerak minimal setimbang atau melewati setimbang, maka pengujian
dibatalkan “BATAL”.
Selanjutnya Uji kepekaan, pengujian ini dapat menjadi satu kesatuan dengan pengujian
Kebenaran dengan nilai muatan sebesar maksimum. Tambahkan imbuh sebesar BKD (Imbuh untuk
muatan 10.000g = 10g) Jika penunjukan indeks atau tolok bergera minimal 2ml, maka pengujian kepekaan
dinyatakan “SAH”. Jika tidak bergerak atau bergerak kurang dari 2 ml maka pengujian kepekaan
dinyatakan “BATAL”
kesalahan penunjukan untuk posisi yang berbeda (pengujian eksentrisitas) harus memenuhi
BKD sebagaimana dimaksud pada angka 5 bila timbangan diuji sebagaimana di bawah ini: 1) muatan yang
digunakan, untuk pengujian eksentrisitas adalah 1/3 dari jumlah kapasitas maksimum dan pengaruh tara
penambah maksimum, atau 1/2 x(Max+T_(add )) dengan kata lain eksentrisitas ialah pengujian ini
bertujuan untuk mengetahui kinerja timbangan dalam memberikan hasil penimbangan bila muatan yang
sama diletakan pada posisi yang berbeda. Uji eksentrisitas dapat dilakukan pada posisi-posisi yang telah
ditentukan, langkah-langkah pengujian eksentrisitas adalah sebagai berikut, Pertama pastikan timbangan
meja masih dalam keadaan setimbang, muati kedua sisi timbangan meja dengan anak timbangan standar
sebesar minimal 1/3 maksimum pada posisi 3 dan 3. Untuk timbangan meja dengan kapasitas 10 kg kita
dapat menggunakan muatan 5kg untuk uji eksentrisitas. Amati titik kesetimbangannya. Apabila tidak
setimbang, tambahkan imbuh sebesar BKD pada piring muatan yang lebih ringan (imbuh untuk muatan
5.000g = 6g) Apabila penunjukan indeks atau tolok bergerak menimal ke setimbang maka uji eksentrisitas
dinyatakan “SAH”, demikian sebaliknya. Lakukan langkah-langkah untuk posisi uji eksentrisitas laiinya.
Terdapat posisi 2 dan 3 yang di uji pada timbangan meja, lalu di berikan imbuh sebesar 6g dan hasil
penunjukan indeks setimbang. Selanjutnya pada posisi 2 dan 2 dan di berikan imbuh sebesar 6 g pada
piring
muatan yang lebih ringan dan hasil pengamatan indeks atau tolok setimbang, selanjutnya pada posisi 4 dan
2 dan penujukan indeks timbangan tidak setimbang, selanjutnya diberikan imbuh sebesar BKD dan hasil

pengamatan indeks atau tolok pada timbangan sudah setimbang, selanjutnya pada posisi 4 dan 4
selanjutnya di perlukan kembali imbuh sebesar BKD dan dengan hasil indeks atau tolok setimbang,
selanjutnya pada posisi 5 dan 3 dilakukan pengujian yang sama dan diberikan imbuh dengan ukuran 6g
dan diperoleh hasil setimbang. Dan yang terakhir pada posisi 3 dan 5 diperlukan imbuh sebesar BKD dan
diperoleh nilai setimbang. Berikut di lampirkan tabel pengujian eksentrisitas.
Apabila semua posisi uji “SAH” maka pengujian eksentrisitas dinyatakan “SAH” dengan kata lain
kesalahan penunjukan seluruh titik uji pada uji eksentrisitas tidak melebihi BKD, maka Uji eksentrisitas
dinyatakan “SAH”, namun jika salah satu atau lebih posisi uji “BATAL” maka pengujian eksentrisitas
dinyatakan “BATAL”
Selanjutnya pengujian kemampuan ulang atau repeatability adalah kemampuan
timbangan untuk memberikan hasil-hasil penimbangan yang mendekati satu sama lain bila dimuati
berulang dengan muatan dan cara yang sama ke atas penerima muatan pada kondisi pengujian yang relatif
tetap. Prosedur kerja pengujian kemampuan ulang atau repeatability hal yang pertama dilakukan ialah
memastikan indeks timbangan dan tolok timbangan dalam keadaan setimbang, selanjutnya muati dengan
anak timbangan standar pada muatan maksimal, kemudian tekan lantai muatan dan lepas, amati indeks dan
tolok pada timbangan, jika tidak setimbang tambahkan imbuh sebesar BKD. Selanjutnya utuk mengetahui
ketidaktetapannya lakukan minmum tiga kali. Selisih penunjukan yang terbesar tidak boleh melibihi BKD
untuk muatan uji. Pada praktikum kali ini di peroleh hasil pengujian
Sesuai dengan SK Dirjen SPK/131/2015 mengenai Syarat Teknis Timbangan Bukan
Otomatis, pada bab V yang dijelaskan “sesuai dengan ketentuan yang berlaku, timbangan yang telah
memenuhi persyaratan tersebut di atas disahkan dengan membubuhkan tanda tera.”(4.2 Pengujian tera dan
tera ulang Point (d)).
 Tanda Tera Daerah (D4), tanda
Pegawai Berhak (H4) dan tanda Tera
Sah (SL6) dibubuhkan berdampingan
pada tuas utama dibagian sebelah kanan.
 Tanda tera jaminan (J4) dibubuhkan
pada piring muatan.
Tanda Tera Sah (SL4)
dibubuhkan/dicapkan diatas sumbat cap,
yang terletak tidak jauh dari sisi tanda
tera sebelumnya

Dalam Peraturan Mentri Perdagangan Republik Indonesia Nomer 69/M-DAG/PER/10/2012


tentang Tanda Tera. Dijelaskan dalam beberapa pasal mengenai jenis-jenis tanda tera, diantaranya:
Pasal 3
(1)Tanda Sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a berbentuk segi lima beraturan
yang didalamnya terdapat angka arab yang menunjukkan kode tahun tanda sah.
(2)Tanda Sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari 3 (tiga) jenis ukuran, masing-masing
dengan tinggi 6 mm, 4 mm, dan 2 mm.
Pasal 4
(1)Tanda Batal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b berbentuk segitiga sama sisi yang
didalamnya terdapat 13 (tiga belas) garis sejajar tegak lurus pada satu sisi.
(2)Tanda Batal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari 3 (tiga) jenis ukuran, masing-masing
dengan sisi 6 mm, 4 mm, dan 2 mm.
Pasal 5
(1)Tanda Jaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c berbentuk lingkaran yang
didalamnya terdapat gambar bunga teratai berdaun sebanyak 8 (delapan) helai.
(2)Tanda Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari 4 (empat) jenis ukuran, masing-masing
dengan garis tengah 8 mm, 5 mm, 4 mm, dan 2 mm.
Pasal 6
(1)Tanda Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf d berbentuk ellips yang didalamnya
terdapat angka arab yang menunjukan kode UPT atau UPTD Metrologi Legal yang melaksanakan
pelayanan tera dan/atau tera ulang UTTP.
(2)Tanda Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari 2 (dua) jenis ukuran, masing-masing
dengan sumbu panjang 8 mm dan sumbu pendek 6 mm, serta sumbu panjang 4 mm dan sumbu pendek
3 mm.
Pada timbangan meja yang diuji tidak memenuhi salah satu pengujian, timbangan tersebut dapat
di perbaiki atau diberikan tindakan justir atau reparasi. Dengan cara menambahkan atau mengurangi massa
pemberat pada mangkuk yang terletak di bawah lantai anak timbangan. Namun dalam beberapa kasus
timbangan meja tidak memiliki mangkuk yang terletak di bawah lantai anak timbangan maka timbangan
tersebut dapat diberikan tindakan dengan memutar jungketan dengan memutar pada bagian luar ataupun
dalam pada gandar utama timbangan meja. Reparasi atau justir di lakukan bukan oleh penera namun
terdapat orang khusus yaitu reparatir. Jika sudah melalu proses perbaikan timbangan, timbangan tersebut
melalui peroses pengujian kembali untuk memastikan kembali timbangan tersebut sudah sesuai dan benar.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Prinsip kerja pada timbangan meja (beranger). Prinsip utama dalam penimbangan timbangan meja
adalah bahwa massa pada penerima muatan akan sama dengan massa anak timbangan. Oleh karena itu
untuk mendapatkan hasil yang benar dalam penimbangan harus dilihat dulu apakah timbangan dalam
keadaan tidak bermuatan telah setimbang atau tidak. Dimana jika tidak dalam setimbang pada muatan nol,
maka timbangan meja tersebut harus dibuat setimbang terlebih dahulu, yaitu dengan cara menambah atau
mengurangi timah/imbuh yang terletak khusus di bawah daun tempat anak timbangan, dimana tempat
timah tersebut dinamakan dengan alat penyetel nol timbangan. Apabila dalam muatan nol tidak seimbang,
dimana lebih berat ke daun tempat penerima muatan sehingga daun tempat anak timbangan harus
ditambahkan imbuh sebesar ∆G supaya setimbang, maka persamaan kesetimbangannya ketika muatan nol
sbb:

(Go + ∆G ) . g = Lo . l
Go . g + ∆G . G = Lo . l........................................(1)

Jika timbangan diberi muatan maka persamaan


kesetimbangannya : (Go + G ) . g = (Lo + L). l
Go . g + G . g = Lo . l + L l................2)
Jika persamaan 2) dikurangi persamaan 1) maka didapatkan
G . g - ∆G . g= L . l
Karena g = l maka
G - ∆G = L
Dari persamaan ini berarti bahwa muatan yang ditimbang terdapat selisih sebesar ∆G.
Timbangan Meja Beranger berat Anak Timbangan yg Dipakai = Berat/Massa benda yang
ditimbang Timbangan meja banyak menggunakan pisau – pisau dan bantalan, dimana antara pisau dan
bantalan harus tertumpu dengan baik supaya tidak terjadi gesekan-gesekan . Gesekan – gesekan bagi
timbangan yang prinsip kerjanya berdasarkan tuas sangat mempengaruhi ketetepan dan kepekaannya.
Kedudukan pisau dan bantalan harus dipasang sejajar dan sesimetris mungkin.
Pedoman dan dasar hukum saat melakukan tera, tera ulang timbangan meja (beranger) di
Indonesia ialah syarat teknis No. 131, Th. 2015, Prosedur kerja Tera/Tera Ulang Timbangan bukan otomatis.
Langkah-langkah yang dilakukan saat pengujian timbangan meja di antaranya sesuai syarat
teknis No. 131, Th. 2015, Prosedur kerja Tera/Tera Ulang Timbangan Meja terdiri dari Uji Kebenaran, Uji
Kepekaan, Uji Eksentrisitas, Uji Repeability dan di jelaskan secara detail pada bab IV analisis.
Jenis-jenis pengujian yang di lalukan pada tera, tera ulang timbangan meja (beranger) secara
praktik dan teori. Dalam teori peneraan timbangan bukan otomatis seperti praktikum sat ini yaitu
timbangan meja dengan mengikuti ST No. 131, Th. 2015, Prosedur kerja Tera/Tera Ulang Timbangan
bukan otomatis, namun secara praktik dapat dilihat dalam video yang telah ditampilkan pada saat
praktikum berlangsung.
Menganalisis jenis-jenis perhitungan yang dilakukan pada tera,tera ulang timbangan meja,
terdapat perhitungan yang memiliki cara yang berbeda setiap pengujiannya. Analisa pengujian terdapat
pada bab III yang telah dipaparkan.
Cara menghitung pengujian yang dilakukan terdapat pada bab tiga dan dapat memastikan
timbangan meja yang di uji “SAH atau “BATAL” dalam tera atau tera ulang dengan syarat teknis yang
telah ditentukan. Pada pengujian Kebenaran di nyatakan “sah” apabila posisi tolok dan indeks sejajar
dengan kata lain setimbang. Uji kepekaan, pengujian ini dapat menjadi satu kesatuan dengan pengujian
Kebenaran dengan nilai muatan sebesar maksimum. Tambahkan imbuh sebesar BKD (Imbuh untuk
muatan 10.000g = 10g) Jika penunjukan indeks atau tolok bergera minimal 2ml, maka pengujian kepekaan
dinyatakan “SAH”. Jika tidak bergerak atau bergerak kurang dari 2 ml maka pengujian kepekaan
dinyatakan “BATAL” Pengujian eksentrisitas apabila semua posisi uji “SAH” maka pengujian
eksentrisitas dinyatakan “SAH” dengan kata lain kesalahan penunjukan seluruh titik uji pada uji
eksentrisitas tidak melebihi BKD, maka Uji eksentrisitas dinyatakan “SAH”, namun jika salah satu atau
lebih posisi uji “BATAL” maka pengujian eksentrisitas dinyatakan “BATAL”. pengujian kemampuan
ulang atau repeatability adalah kemampuan
timbangan untuk memberikan hasil-hasil penimbangan yang mendekati satu sama lain bila dimuati
berulang dengan muatan dan cara yang sama ke atas penerima muatan pada kondisi pengujian yang relatif
tetap
Jenis tanda tera yang dapat digunakan ketika melakukan kegiatan pembubuhan tanda tera dan
tera ulang Tanda Tera Daerah (D4), tanda Pegawai Berhak (H4) dan tanda Tera Sah (SL6) dibubuhkan
berdampingan pada tuas utama dibagian sebelah kanan. Tanda tera jaminan (J4) dibubuhkan pada piring
muatan Tanda Tera Sah (SL4) dibubuhkan/dicapkan diatas sumbat cap, yang terletak tidak jauh dari sisi
tanda tera sebelumnya detailnya terdapat pada bab analisis. Dalam pengujian timbangan meja yang
dilakukan dalam video praktikum tersebut dinyatakan “sah” dan dapat di cap tanda tera.
DAFTAR PUSTAKA

Knight, John F. 2001. Jurnal Timbangan Bukan Otomatis. Bandung: Indonesia.


Dalam Peraturan Mentri Perdagangan Republik Indonesia Nomer 69/M-DAG/PER/10/2012 tentang Tanda
Tera.
SK Dirjen SPK/131/2015 mengenai Syarat Teknis Timbangan Bukan Otomatis
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai