Disusun oleh :
KEMENTRIAN PERDAGANGAN
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengukuran adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan nilai suatu besaran dengan
membandingkan antara objek ukur dengan alat ukur. Perolehan hasil didapatkan secara
kuantitatif dalam bentuk angka dan diteruskan menuju proses pengolahan data. Dalam
dunia industri proses ini digunakan untuk mencari nilai besaran yang berhubungan
dengan pengukuran massa, panjang, suhu, dan lain-lain. Pengukuran tersebut bertujuan
untuk menjaga kualitas suatu produk agar sesuai dengan stándar baku .
Dalam pengukuran diperlukan alat ukur yang berhubungan dengan besaran yang nilainya
akan diukur. Salah satu alat ukur yang penting dan sering digunakan adalah timbangan.
Alat ukur timbang telah lama dipergunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari seperti
transaksi perdagangan. Kegiatan penimbangan bertujuan untuk mendapatkan nilai
besaran massa.
Dalam pengukuran tidak mungkin mendapatkan nilai sesungguhnya yang mutlak dari
input instrumen yang diukur. Karakteristik statis dan dinamis dari suatu alat ukur
menyebabkan terjadinya error dalam pengukuran. Error juga disebabkan oleh faktor dari
luar dan dalam yang mempengaruhi keakuratan alat ukur seperti pengaruh lingkungan.
Error tidak dapat dihindari dalam pengukuran, tetapi dapat diminimalisir. Salah satu cara
untuk meminimalisir error yaitu dengan melakukan kalibrasi alat ukur. Kalibrasi
merupakan serangkaian kegiatan untuk menentukan kebenaran penunjukan alat ukur
dengan cara membandingkannya dengan standar ukur yang tertelusur Standar Nasional
dan/atau Internasional.
Proses pengukuran khususnya penimbangan dapat dilakukan oleh beberapa alat ukur,
salah satunya timbangan elektronik. Timbangan elektronik dan anak timbangan yang
digunakan perlu melalui proses kalibrasi dengan tujuan dapat mengetahui niali
ketidakpastian pengukuran pada alat ukur tersebut. Terdapat beberapa metode yang
digunakan untuk mengkalibrasi anak timbangan dan timbangan elektronik salah satunya
yaitu metode CSIRO (Commonwealth Scientific and Industrial Research Organitation).
Pada metode CSIRO, perulangannya lebih banyak dilakukan jika dibandingkan dengan
metode lain.
B. Tujuan
Praktikum yang kami lakukan ini bertujuan sebagai berikut :
1. Mendapatkan niali ketidakpastian bentangan pada AT massa nominal 5 g, 10 g,
20 g
BAB II
TEORI DASAR
Anak timbangan adalah benda ukur massa yang diatur berdasarkan karakteristik fisik dan
metrologisnya, meliputi bentuk, bahan, konstruksi, dimensi, kualitas permukaannya, harga
nominal dan kesalahan maksimumnya. Berdasarkan kelas ketelitiannya, ketertelusuran anak
timbangan di Indonesia adalah sebagai berikut:
Pada pengujian anak timbangan dikenal beberapa istilah massa yaitu massa nominal, massa
sebenarnya, dan massa konvensional. Massa nominal adalah nilai yang dipergunakan untuk
menandai karakteristik atau sebagai petunjuk massa suatu benda. Massa sebenarnya
adalah nilai yang mencerminkan suatu massa yang terdefinisi secara sempurna dalam
kondisi dimana massa tersebut ditentukan. Sedangkan massa konvensional adalah massa
hasil penimbangan di udara antara suatu benda dengan massa anak timbangan standar
pada kondisi konvensional yaitu temperatur 20°C, massa jenis AT 8000 kg/m3, dan massa
jenis udara yaitu 1,2 kg/m3.
Metode pengujian anak timbangan yang dikenal ada 2 metode yaitu metode perbandingan
langsung dan metode diseminasi. Pada metode perbandingan langsung yaitu massa nominal
anak timbangan yang diuji dan anak timbangan standar yang digunakan harus sama.
Pengujian dilakukan dengan membandingkan anak timbangan yang diuji terhadap satu atau
lebih anak timbangan standar. Penggunaan anak timbangan standar yang kedua berfungsi
untuk memonitor proses pengujian atau penimbangan.
Seri penimbangan yang digunakan dalam pengujian anak timbangan adalah ABA, ABBA,
atau A B1 B2 … A. Simbol “A” untuk memepresentasikan penimbangan anak timbangan
standar dan simbol “B” untuk mempresentasikan anak timbangan yang diuji. Jumlah seri
penimbangan n harus berdasarkan ketidakpastian yang disyaratkan pada repeatibility serta
reproducibility pengukuran. Jumlah minimum seri penimbangan untuk masing-masing kelas
ketelitian yaitu :
Tabel 2.1. Jumlah minimum seri penimbangan untuk masing-masing kelas ketelitian
Kelas E1 E2 F1 F2 M
B. Spesifikasi AT
1. Massa nominal Anak Timbangan harus sama dengan 1 x 10n kg, atau 2 x 10n kg, atau
5 x 10n kg dengan n merupakan bilangan bulat negatif atau positif atau nol;
2. Susunan massa nominal dalam satu perangkat Anak Timbangan dengan n merupakan
bilangan bulat negatif atau positif atau nol adalah sebagai berikut:
C. Spesifikasi Khusus AT
1. BENTUK
Anak Timbangan harus mempunyai bentuk yang sederhana tanpa pinggiran yang tajam
dan tanpa lekukan untuk mencegah kotoran melekat pada permukaannya;
Bentuk Anak Timbangan dengan massa nominal kurang dari 1 g adalah berupa lemping
rata persegi banyak atau berupa kawat, dan bentuk ini sudah menunjukkan massa
nominalnya sebagaimana tercantum dalam Tabel 2.2.
2. BAHAN
1) Bahan Anak Timbangan harus tahan karat dan kualitasnya sedemikian rupa,
sehingga perubahan massanya dapat diabaikan dibandingkan kesalahan
maksimum yang diizinkan pada penggunaan yang normal;
2) Bahan Anak Timbangan kelas E2 harus non magnetik, dengan kepekaan magnetik
(susceptibility magnetic) tidak melebihi 0,03. Kekerasan dan ketahanan bahannya
harus sama atau lebih baik dari baja tahan karat (stainless steel);
3. KONSTRUKSI DAN DIMENSI
1) Anak Timbangan kelas E2 harus massive dan dibuat dari satu benda kerja dari
bahan yang sama tanpa lubang terbuka;
2) Anak Timbangan kelas F1 dan F2 dengan massa nominal 1 g sampai dengan 50 kg
boleh mempunyai lubang justir dengan syarat bahwa volumenya tidak melebihi 0,2
dari volume Anak Timbangan dan tertutup dengan baik dengan knob atau alat lain;
4. MASSA JENIS
Massa jenis bahan Anak Timbangan harus sedemikian rupa, sehingga penyimpangan
10% dari massa jenis yang seharusnya tidak menimbulkan kesalahan lebih dari 0,25
kesalahan maksimum yang diizinkan. Batas harga massa jenis Anak Timbangan adalah
sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.2. (SK DIRJEN PDN N0 40 TAHUN 2010)
5. KONDISI PERMUKAAN
U i U sert
ki k
b. Koefisien Sensitifitas ;
ci 1
c. Derajat Kebebasan ;
vi t _ student
k = 2.1
2. Instability AT Standar
a. Jumlah Kalibrasi < 5
b. Ketidakpastian AT Standar
ki 1
c. Koefisien Sensitfitas
ci 1
d. Derajat kebebasan
vi 4
n
2 km 1
i
sm i 1
n 1
b. Derajat Kebebasan
vm n 1
n= jumlah banyaknya selisih penimbangan ...n=3
c. Ketidakpastian Resolusi mass Com
vres 1000
e. Ketidakpastian Repeatability Mass Com
sm
Ui ki 1 vi vm sm sres
nm , jika
U i sm vi vm
ki 1 sm sres , jika
U i sres ki 1 vi vres sm sres , jika
f. Koefisien Sensitifitas
ci 1
g. Ketidakpastian Bouyancy
j
uc (c u )
i 1
i i
2
5. Derajat kebebasan
4
u
veff j c 4
(ci ui )
i 1 vi
6. Faktor Cakupan
7. Ketidakpastian Terentang
U k uc
Penulisan Ketidakpastian
d. Ketidakpastian Pembulatan
vi 1000
BAB III
METODE PENGUKURAN
A. Persiapan Kalibrasi
B. Pelaksanaan Kalibrasi
Catatan : Langkah-langkah pengujian dari huruf a sampai dengan huruf i adalah pengujian
AT dengan siklus penimbangan ABBA.
BAB IV
ANALISIS DATA
AT standar : F1
AT uji : F2
Suhu awal ̊
: 22 C
Kelembaban : 50,9 %
Komponen
No (I = 1,2,..,5)
1 AT Standar 0.003285714 2.1 1 0.001564626 0.001564626 2 2.44805E-06 2.9965E-12
2 Instability 0.012 1 1 0.012 0.012 4 0.000144 5.184E-09
3 Repeatability 0 1 1 0 0 2 0 0
4 Bouyancy 0.004815 1 1 0.004815 0.004815 1000 2.31842E-05 5.3751E-13
5 Pembulatan 0.05 1.73 1 0.028901734 0.028901734 1000 0.00083531 6.9774E-10
Ketidakpastian Gabungan 0.031700828
Derajat Kebebasan Veff 171.5993018
Faktor Cakupan (K) 1.973933954
Ketidakpastian Bentangan 0.062575341
Nilai AT standar didapatkan dgn menggunakan rumus Ui = Usert dan Ki = K dengan keofisien
sensitifitasnya sebesar 1 dan Ki = 2 serta derajat kebebasan sebesar 4.
Kemudian untuk hasil perhitungan Instability dengan jumlah pengujian < 5 menggunakan rumus
Ui = 8% x BKD AT Standar dgn koefisien sensitifitasnya sebesar 1 dan Ki = 1 serta derajat
kebebasan sebesar 4.
Ui
sm
ki 1 vi vm jika sm sres
nm
Kemudian ketidakpastian pembulatan dilakukan dgn cara membulatkan bilangan dengan nilai
pembulatan 0,5 jika membulatkan bilang utamanya, dan nilai pembulatan 0,05 jika membulatkan
bilangan desimalnya.
Nilai AT standar didapatkan dgn menggunakan rumus Ui = Usert dan Ki = K dengan keofisien
sensitifitasnya sebesar 1 dan Ki = 2 serta derajat kebebasan sebesar 4.
Kemudian untuk hasil perhitungan Instability dengan jumlah pengujian < 5 menggunakan rumus
Ui = 8% x BKD AT Standar dgn koefisien sensitifitasnya sebesar 1 dan Ki = 1 serta derajat
kebebasan sebesar 4.
∑(𝛿𝑖 −𝛿 ) ̅ 2
Untuk hasil perhitungan Repeatability didapatkan dgn menggunakan rumus Sm = √ 𝑛−1 dan
Km = 1 dengan derajat kebebasan Vm = n
√ 𝑑
Sres = dgn Vres = 1000
√3
Ui
sm ki 1 vi vm jika sm sres
nm
Untuk hasilperhitungan Buoyancy didapatkan dgn rumus:
U i 4.5 10 6 t R M ki 1 ci 1 vi 100
Kemudian ketidakpastian pembulatan dilakukan dgn cara membulatkan bilangan dengan nilai
pembulatan 0,5 jika membulatkan bilang utamanya, dan nilai pembulatan 0,05 jika membulatkan
bilangan desimalnya.
Nilai AT standar didapatkan dgn menggunakan rumus Ui = Usert dan Ki = K dengan keofisien
sensitifitasnya sebesar 1 dan Ki = 2 serta derajat kebebasan sebesar 4.
Kemudian untuk hasil perhitungan Instability dengan jumlah pengujian < 5 menggunakan rumus
Ui = 8% x BKD AT Standar dgn koefisien sensitifitasnya sebesar 1 dan Ki = 1 serta derajat
kebebasan sebesar 4.
∑(𝛿𝑖 −𝛿 ) ̅ 2
Untuk hasil perhitungan Repeatability didapatkan dgn menggunakan rumus Sm = √ 𝑛−1 dan
Km = 1 dengan derajat kebebasan Vm = n
√ 𝑑
Sres = dgn Vres = 1000
√3
Ui
sm ki 1 vi vm jika sm sres
nm
Untuk hasilperhitungan Buoyancy didapatkan dgn rumus:
U i 4.5 10 6 t R M ki 1 ci 1 vi 100
KESIMPULAN
Nominal 5 g : 0.062575341
Nominal 10 g : 0.066882177
Nominal 20 g : 0.072376077