DISUSUN OLEH :
H. IBRAHIM TAWARYS
DITULIS OLEH:
AVARAKA 2018
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
AKADEMI METROLOGI DAN INSTRUMENTASI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. UMUM
Timbangan merupakan salah satu alat ukur tertua di dunia selain alat ukur
panjang. Timbangan juga mrupakan alat ukur yang sangat penting dalam
menentukan kuantitas barang untuk keperluan perdagangan, industri,
penelitian, lingkunan hidup dan rumah tangga.
Untuk dapat digunakan sebagai alat ukur, timbangan harus memenuhi syarat
dan sifat-sifat tertentu. Sifat timbangan dibagi dua, yaitu sifat menimbang dan
sifat konstruksi bahan. Sifat menimbang ada tiga, yaitu kebenaran, kepekaan,
dan ketetapan penunjukannya. Sedangkan sifat konstruksi bahanmetupakan
jaminan bahwa timbangan dan bagian-bagiannya haeus cukup kuat dan tahan
agar ketiga sifat menimbang tetap baik dalam kurun waktu tertentu.
B. PENGERTIAN TIMBANGAN
Ilmu tentang besaran atau ilmu tentang sifat-sifat ukur atau pengetahuan
pengukuran disebut metrologi. Alat untuk mengetahui kuantitas besaran massa
adalah timbangan. Secara harfiah, timbangan merupakan alat untuk
menentukan massa suatu benda dengan memanfaatkan gravitasi yang bekerja
pada benda tersebut. Sedangkan menimbang merupakan pekerjaan yang
dilakukan untuk mendapatkan data massa suatu benda dengan cara
membandingkan massa benda tersebut dengan massa benda lain yang telah
diketahui sebagai acuan atau standar dengan menggunakan timbangan.
C. PENGERTIAN MASSA DAN BERAT
Sebagaimana dinyatakan dalam Hukum Newton II, besar gaya atau gaya berat
suatu benda (F) sebanding dengan massa benda itu sendiri (m) dikalikan
dengan percepatan gravitasi yang bekerja pada benda (g).
m
F = m.g
g
F
Dari ilustrasi diatas, dapat disimpulkan bahwa massa tidak sama dengan berat.
Massa merupakan suatu besaran yang mempunyai nilai tetapi tidak
mem[unyai arah dan titik tangkap, sedangkan berat atau gaya berat merupakan
besaran yang memiliki nilai, arah dan titik tangkap. Berat atau gaya berat (F)
dipengaruho oleh massa dan percepatan gavitasi.
F = mA.g
Apabila benda A diletakkan di atas meja, maka akan timbul gaya reaksi
terhadap F yang arahnya ke atas dan sebanding dengan F = mA.g hal inilah
yang menjadi dasar penunjukan timbangan.
E. MASSA KONVENSIONAL
Keterangan :
Misal; volume benda = 0,17 dm3dan massajenisfluida = 0.0012 kg/dm3
(massa jenis udara)
ao ao
(
CM = M 1+ +
ρo ρM )
, dimana:
CM = massa konvensional M
1. Timbangan Mekanik
Timbangan mekanik dapat menggunakan prinsip tuas, pegas, dan kwadran
yang seluruh komponennya tersusun dan bekerja secara mekanik.
Timbangan dengan menggunakan prinsip tuas dikelompokkan menjadi
dua kelompok yaitu timbangan tunggal yang menggunakan satu tuas dan
timbangan majemuk yang menggunakan lebih dari satu tuas.
Timbangan majemuk menurut susunan konstruksi tuas-tuasnya dapat
dibedakan menjadi :
Timbangan Majemuk Jajargenjang
Timbangan Majemuk Trapesium Tunggal
Timbangan Majemuk Trapesium Ambilan Terbalik
Timbangan Majemuk Trapesium Double
Sedangkan timbangan majemuk menurut konstruksi pengukur muatan
hasil penimbangnya dapat dibedakan menjadi :
Timbangan Majemuk Menggunakan Anak Timbangan
Timbangan Majemuk Menggunakan Bobot Ingsut
Timbangan Majemuk Menggunakan Pegas
Timbangan Majemuk Menggunakan Kuadran
Timbangan Majemuk Elektronik ( Analog Dan Digital )
2. Timbangan Elektronik
Timbangan elektronik merupakan timbangan yang prinsip kerjanya
menggunakan sistem elektronik. Timbangan elektronik menurut
konstruksi penerus muatannya dibagi menjadi dua yaitu mix electronic dan
full electronic.
Timbangan mix electronic merupakan timbangan yang sensor gayanya
masih menggunakan lengan-lengan timbangan yang meneruskan indikator
yang telah bersifat elektronik. Sebelum indikator dipasang suatu sensor
yang mengubah besaran mekanik menjadi besaran listrik. Sedangkan
timbangan full electronic merupakan timbangan yang sensor gayanya
sudah menggunakan komponen yang dapat mengubah besaran mekanik
menjadi besaran listrik dari awal hingga ke indikator.
Timbangan Neraca
Timbangan Dacin
Timbangan Kuadran
Timbangan Cepat
Timbangan Pegas
Timbangan Meja
Timbangan Sentisimal
Timbangan Desimal
Milisimal
Timbangan Bobot Ingsut
Timbangan Elektronik
Timbangan Jembatan
Timbangan Pengisia
OTOMATIS
SISTEM
PEMAKAIAN
BUKAN PENUNJUK
OTOMATIS OTOMATIS
PENUNJUK
SEMIOTOMATIS
PENUNJUK
FISIKA NONOTOMATIS
ELEKTRIK
PRINSIP TUAS
SISTEM
KONSTRUKSI MEKANIK PRINSIP PEGAS
PRINSIP KUADRAN
DRAUGHT
TIMBANGAN
KHUSUS
I
KELAS HALUS
KETELITIAN II
SEDANG
III
BESARAN BIASA
III
TIMBANGAN NERACA
TIMBANGAN DACIN
TIMBANGAN KUADRAN
TIMBANGAN CEPAT
TIMBANGAN PEGAS
TIMBANGAN MEJA
PENAMAAN
TIMBANGAN SENTISIMAL
TIMBANGAN DESIMAL MILISIMAL
G. BEBERAPA DEFINISI DAN PENGERTIAN
A. MEKANIK
1. Prinsip Tuas
∑Mc = 0
m.g.l - mat.g.l = 0
m.g.l = mat.g.l
m mat
Ditempat yang sama tentu percepatan gravitasi (g) di sebelah kiri dan
kanan sama dan jugapanjang lengan (l) di sebelah kiri dan kanan sama
(neraca sama lengan) sehingga persamaan diatas menjadi :
m = mat
Timbangan dapat dibuat dengan satu tuas atau lebih. Timbangan yang
bertuas satu disebut timbangan tunggal sedangkan timbang yang
memiliki tuas lebih dari satu disebut timbangan majemuk. Kedua jenis
timbangan tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangn masing-
masing. Misalnya dalam hal kapasitas dan ketelitian. Untuk timbangan
dengan kapasitasbesar tentu saja tuasnya harus dibuat lebih dari satu
sedangkan untuk timbangan dengan kelas ketelitian yang tinggi dan
kapasitasnya kecil maka tuasnya cukup dibuat satu.
2. Prinsip Pegas
Prinsip kerja timbangan pegas memanfaatkan sifat dan karakteristik
suatupegas. Bila sebuah pegas dengan panjang (X0) diberi beban (F)
maka panjang pegas akan berubah menjadi (X) sehingga pegas tersebut
meregang sebesar X- X0 = ∆X
Bila beban diambil kembali maka pegas akan kembali ke bentuk
semula. Regangan atau penambahan panjang ¿X) inilah yang
dimanfaatkan dalam kontraksi timbangan pegas untuk memutar roda
gigi pada poros yang dihubungkan dengan jarum penunjuk dan dapat
dibaca pada skala penunjukkan. Jika pada sebuah pegas digantung
beban sebesar (m) maka akan muncul gaya berat (F) sebanding dengan
hasil kali massa beban dengan percepatan gravitasinya atau F = m.g.
Akibatnya pegas akan meregang sepanjang ∆X sehingga terjadi
kesetimbangan.
I1
I1 = m. g1 m= .... (1)
g1
I2
I2 = m. g2 m= .... (2)
g2
Berlaku (1)= (2), sehingga:
I1 I2
=
g1 g2
I1. g 2= I2. g1
g2
I2 = .I
g1 1
( gg 21 . I 1) - I
∆X = I2 - I1 = 1
g2
X = I ( −1)
1
g1
Untuk menghindari adanya perbedaan penunjukkan, timbangan yang
berasal dari tempat lain (karena perbedaan percepatan gravitasi)
sebaiknya langsung dilakukan pengujian di tempat baru.
Fungsi pegas dan gigi-gigi roda (roda gigi dan batang bergigi) dalam
konstruksi timbangan pegas sangat dominan. Oleh karena itu, bahan
pegas dan roda-roda gigi harus terbuat dari bahan yang berkualitas,
sedemikian rupa sehingga timbangan dapat dijamin ketahanannya.
3. Prinsip Kwadran
Prinsip kerja timbangan kwadran didasarkan kepada perubahan
kedudukan setimbang berupa sudut atau kwadran yang selalu berubah-
ubah sesuai dengan muatan yang bekerja padanya. Perubahan
kedudukan setimbang itulah yang dipakai sebagai dasar penentuan
muatan.
Timbangan kwadran terdiri dari tuas patah A0C dan CD0 yang berputar
pada sumbu C. Pada muatan nol di titik D0 terjadi sudut . Jika
kemudian pada D0 digantungkan muatan “L” dengan CD0 menjungkit
sebesar sudut . Persamaan kesetimbangan setelah dimuati “L” adalah
:
Mc = 0
L x CD – G x A1A2 = 0
L x CD1 sin(+) – G x A1 sin = 0
L x l sin(+) = G x g sin
G g sin
L= ...... (1)
l sin( + )
menjadi
G g sin
L=
l
Ll
sin = ...... (3)
Gg
Persamaan (3) jika: G = 9,78 gram, g = 20 cm, l = 15 cm untuk
muatan “L” berturut-turut 50g, 100g, 150g, dan 200g, sudut dapat
dihitung untuk masing-masing muatan, yaitu :
L=50 = 2,2
L=100 = 4,5 (selisih 2,3 dengan L=50)
L=150 = 6,7 (selisih 2,2 dengan L=100)
L=200 = 9,0 (selisih 2,3 dengan L=150)
B. ELEKTRIS
Besaran masukan (input) pada kebanyakan sistem instrumentasi
bukan besaran listrik. Untuk menggunakan teknik elektronik pada
pengukuran atau pengontrolan besaran yang bukan listrik untuk diubah
menjadi sinyal listrik dilakukan oleh alat yang disebut transduser.
Transduser adalah elemen masukan yang fungsinya mengubah sebuah
besaran fisis menjadi sinyal listrik.
Transduser dapat berasal dari :
- Gaya kompensasi elektromagnetik
- String gauge load cell
- Resistance strain gauge load cell
Resistance strain gauge load cell berasal dari tahanan variabel. Tahanan
variabel dapat berubah akibat tekanan, sinar, medan magnet, dan karena
pengaruh lainnya.
L L
1
∆
L
L1 – L = L
R1 – R = R
R L
Faktor strain gauge : :
R L
E = Power supply
Jika tidak ada beban dikenakkan pada strain gauge load cell, maka tahanan
pada Rs4 tetap tidak berubah, dan arus di G = 0, Ig = 0, dan jika ada beban
dikenakkan pada strain gauge load cell, Rs4 berubah sehingga ada
perubahan tegangan, dan pada G ada arus Ig.
C. DRAUGHT
Draught adalah ukuran terbenamnya kapal didalam air. Menurut Hukum
Archimedes, jika ukuran terbenamnya kapal atau volume yang tercelup
didalam air dikalikan massa jenis air yang dipisahkannya merupakan
massa atau berat bagian kapal yang terbenam.
Berdasarkan prinsip itu maka secara kasar dapat menentukan muatan kapal
dengan cara sebagai berikut :
D. PRINSIP LAIN-LAIN
Timbangan dapat juga dibuat berdasarkan prinsip hidrolik, prinsip tekanan
udara ke atas (pneumatic), prinsip frekuensi getaran tali (string balance),
prinsip frekuensi putaran kincir (gyro scale), dan bahkan dapat di buat
dengan pemanfaatan radiasi lemah dari radioaktif (conveyor scale with
radiation sensor).
Timbangan yang disebutkan diatas jarang dijumpai di lapangan, sehingga
tidak begitu populer.
BAB III
PERSYARATAN TIMBANGAN
A. PENDAHULUAN
Bagi timbangan yang wajib ditera dan ditera ulang harus memenuhi persyaratan
teknis yang meliputi : persyaratan-persyaratan mengenai bahan, bentuk,
konstruksi dan dimensi, persyaratan tentang karakteristik atau sifat metrologisnya
serta mencakup juga tentang metode dan prosedur pengujian timbangan.
Persyaratan teknis timbangan dibagi jadi 2, meliputi persyaratan teknis umum dan
persyaratan teknik khusus.
1 1
seragam antara dan dari jarak skala dan tidak kurang dari
10 4
0,2 mm. Panjang skala terpendek sekurang-kurangnya harus
sama dengan jarak skala.
b. Tanda skala harus disusun sesuai dengan salah satu gambar
berikut
2 X 10K 1X
10K
5 X 10K
g) Pada penunjukan dengan gandar bobot ingsut, garis-garis skala
harus jelas dan dengan takikan. Bobot ingsut yang dilengkapi
dengan lubang justru harus tidak mudah dirubah. Jarak ruang skala
minimum 2 mm.
h) Pada timbangan dengan penunjukan otomatis, bentuk angka-angka
hasil penimbangan harus satu ukuran, satu bentuk, serta mudah dan
jelas untuk dibaca. Hasil penimbangan harus dinyatakan dengan
nama atau simbol satuan massa, dan untuk setiap satu penunjukkan
berat hanya boleh digunakan satu satuan massa.
A. KLASIFIKASI TIMBANGAN
Berdasarkan rekomendasi OIML no. 76 tahun 1992 dan SK Ditmet No. 803
tahun 2001, tingkat keseksamaan timbangan dibagi menjadi 4 kelas, masing
masing :
Interval skala verifikasi (e) adalah nilai yang dinyatakan dalam satuan massa,
digunakan untuk pengklasifikasian timbangan dan untuk pengujian
timbangan.
Interval skala terkecil (d) adalah nilai yang dinyatakan dalam satuan massa
yang menunjukkan perbedaan antara dua nilai dari 2 tanda skala yang
berurutan (untuk penunjukkan analog) atau perbedaan antara dua nilai yang
berurutan (untuk penunjukkan digital).
tabel - 14
*) verifikasi timbangan yang mempunyai interval skala verifikasi (e) < 1 mg,
tidak dilakukan, karena ketidakpastian standar tidak terpenuhi.
(X) untuk timbangan yang memiliki ‘’d’’ tidak sama dengan ‘’e’’ maka
minimum menimbang ditentukan berdasarkan nilai ‘’d’’ ( nila e diganti d ).
B. SIFAT TIMBANG
Agar supaya timbangan dapat menentukan massa secara baik dan benar,
maka timbangan harus memiliki karakteristik atau sifat timbang yang sesuai
dengan batas batas yang dipersyaratkan. Jadi sifat timbang adalah kondisi
penunjukan timbangan apakah sesuai atau tidak sesuai dengan ketentuan
teknis yang berlaku. Sifat timbang umumnya meliputi tiga hal, yaitu :
kebenaran, kepekaan dan ketetapan ( repeatability ).
Fx = faktor kalibrasi =
( Telah dihitung sebelumnya )
harga ‘’R’’ tidak boleh lebih besar dari nilai absolut 1 (satu ) kal BKD,
berdasarkan table BKD.
C. BATAS KESALAHAN YANG DIIJINKAN
Batas kesalahan yang diijinkan ( BKD ) timbangan diwujudkan dalam
bentuk tabel, yang nilainya ditentukan oleh besarnya muatan
dinyatakan dalam interval skala verifikasi (e ) dan kelas timbangan.
Makin besar muatannya makin besar nilai BKD nya yaitu dalam
tingkatan + 0,5e, + 1,0e, + 1,5e.
Tabel BKD
tabel – 15
BKD Untuk muatan (m) yang dinyatakan dalam interval skala verifikasi (e)
Kelas satu (khusus) Kelas dua (halus) Kelas tiga Kelas empat
(sedang) (biasa)
+ 0,5e 0 < m < 50.000 0<m<5000 0<m<500 0<m<50
+ 1,0e 50.000<m<200.000 5.000<m<20.000 500<m<2.000 50<m<200
+ 1,5e 20.000<m 20.000<m<10.00 2.000<m<10.000 200<m<1000
0
Besarnya nilai BKD dalam jumlah 5000 e untuk kelas III adalah
tabel – 16
sebagai berikut
Jadi kesalahan penunjukkan timbangan (E) dapat dihitung
sebagai berikut
Rumus perhitungan kesalahan penunjukkan timbangan E
berikut :
Rumus perhitungan kesalahan (E) adalah sebagai berikut
:
atau
Dimana :
: posisi penunjukkan timbangan
: kesalahan penunjukkan timbangan
2) Timbangan neraca
Untuk menentukan posisi penunjukkan yang sebenarnya (P)
timbangan neraca dilakukan langkah langkah sebagai berikut.
rumus
Dimana :
Pi = posisi penunjukan ke i( 1,2,.....n )
Dimana :
Pi = posisi penunjukan ke i( 1,2,.....n )
1. Timbangan meja
a. Nolkan timbangan (Io)
b. Muati dengan muatan uji dan diberi tanda letak posisi
muatan
c. Setelah timbangan diberi muatan L lakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
Periksa posisi jarum (jarum menyatu dengan piring
tempat anak timbangan) terhadap indek atau tolok
(indek menyatu dengan piring muatan) :
Bila posisi jarum berada diatas indek (tolok) maka
tambahkan 1e atau 2e dipiring tempat anak
timbangan sedemikian sehingga posisi jarum sedikit
dibawah indek, lalu tambahkan imbuh sebesar 0,1 e
diatas piring penerima muatan secara bertahap
sampai terjadi kesetimbangan, lalu catat jumlah
imbuh yang dibutuhkan, misalnya : , catat
penunjukkan timbangan diatas piring tempat anak
2. Timbangan neraca
a. Nolkan penunjukkan neraca dengan alat penyetel nol
(dibagian kedua ujung tuas berupa skrup yang dapat
diputar kekiri dan kekanan).
b. Muati dengan muatan (L) yang sama besarnya pada
kedua piring neraca. Kemudian berikan gaya luar
sedikit dengan cara menyentuh salah satu piringan
dengan secarik kertas atau bulu ayam dan baca 5 titik
balik, sehingga diperoleh titik kesetimbangan, misal (T)
dengan demikian posisi penunjukkan neraca adalah
dimana “ adalah nilai skala neraca yang
dihitung sebelumnya.
c. Turunkan muatan uji yang digunakan
d. Jika penunjukkan timbangan tidak nol, dinolkan
e. Lakukan langkah-langkah kedua sampai kelima secara
berulang-ulang dengan minimum 3 kali pengujian
Muatan uji yang digunakan adalah anak timbangan standar dengan jumlah
minimal 1/3 (sepertiga) maksimum + tarra.
yaitu
d) Lakukan langkah-langkah pertama sampai ketiga untuk
bagian permukaan lainnya secara berurutan searah jarum
jam
e) Periksa apakah kesalahan penunjukkan (E) pada setiap
bagian permukaan lantai tidak melebihi BKD untuk muatan
uji yang bersangkutan
.
2) Timbangan mekanik (timbangan meja, timbangan
sentisimal, timbangan bobot ingsut, analog elektronik)
a) Nolkan timbangan (Io)
b) Naikkan muatan uji secara merata pada bagian yang diuji
yaitu
d) Lakukan langkah-langkah poin pertama sampai dengan
ketiga untuk bagian permukaan lainnya secara berurutan
searah jarum jam.
e) Periksa apakah kesalahan penunjukkan (E) pada setiap
bagian permukaan lantai tidak melebihi BKD untuk muatan
uji yang bersangkutan.
1) Timbangan elektronik
a) Nolkan timbangan
b)Naikkan muatan uji keatas lantai penerima muatan
c) Tambahkan imbuh sebesar 0,1 d secara bertahap sampai
penunjukkan tepat berubah sebesar satu interval skala (d) dan
stabil
d)Catat penunjukkannya (Il)
e) Dengan hati hati naikkan imbuh sebesar 1,4 d dan amati
perubahanan penunjukkan timbangan (I2)
f) Periksa apakah perubahan penunjukkan sebesar satu interval skala
(I2 – I1) = d.
1) Timbangan elektronik
Pada timbangan elektronik alat penyetelan nol diperlakukan secara
spesifik. Setelah dilakukan penyetelan nol maka pengaruh
penyimpangan nol pada hasil penimbangan tidak boleh dari 0,25 e.
Akan tetapi pada timbangan dengan alat penunjukkan tambahan
penyimpangan ini tidak boleh lebih dari 0,5 d.
Cara penyetelan nol pada timbangan dengan penunjukkan digital bisa
berupa penyetel nol, non otomatis, penyetel nol, semi otomatis
penyetel nol dengan otomatis. Untuk mengetahui jenis yang mana,
dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Nolkan timbangan
b. Naikkan muatan sebesar 5e
c. Nolkan timbangan
d. Turunkan muatan 5e
e. Amati perubahan penunjukan timbangan selama minimum 5 sekon
dan apabila berubah menjadi nol maka timbangan tersebut
memiliki alat penyetel nol otomatis. Dan apabila sampai 15 sekon
penunjukan tidak berubah maka timbangan tersebut tidak
memiliki alat penyetel nol otomatis.
Minimum menimbangnya
Pada perubahan BKD
100% Maksimum menimbang, atau boleh Maks kurang %e
1) Timbangan elektronik
a) Nolkan timbangan (I0)
b) Muati dengan anak timbangan standar I0 sesuai dengan titik uji yang
telah ditetapkan (didahului dari titik uji minimum menimbang.
c) Catat penunjukkan timbangan (IL), kemudian tambahkan imbuh 0,1e
diatas lantai penerima muatan secara bertahap sesuai penunjukkan
tepat pada saat berubah + 1e. Catatlah jumlah imbuh yang
dibutuhkan, yaitu sebesar , lalu hitung kesalahan penunjukkan
2) Timbangan Mekanik
a) Nolkan timbangan (I0)
b) Muati dengan anak timbangan standar L sesuai dengan titik uji yang
telah ditetapkan (didahului dari titik uji minimum menimbang)
b. Substitusi ( ballast )
Tentukanlah massa dan jumlah material dari substitusi ( ballast ) yang
dibutuhkan dengan ketentuan sebagai berikut :
Perbedaan massa yang dibolehkan antara massa material
substitusi (ballast) dengan penunjukkan timbangan yang telah
diketahui kesalahannya adalah +5% atau 1 ton, dipilih yang
terkecil. Material substitusi (ballast) harus dipilih sedemikian
rupa dari bahan yang massanya tidak mudah berubah.
Jumlah material substitusi (ballast) harus tersedia sehingga
pengujian dapat dilakukan sampai dengan maksimum
menimbang.
c. Titik-titik uji
Tentukan titik-titik uji penimbangan minimal 5 (lima) titik uji dalam
rentang ukur penimbangan dengan ketentuan harus mencakup :
Minimum menimbang
Pada titik-titik perubahan BKD
Maksimum penimbangan atau boleh maksimum kurang 5e
Dimana :
NERACA
A. Pendahuluan
Neraca adalah macam timbangan yang sangat sederhana,
terdiri dari sebatang tuas yang berputar pada sumbu yang dipasang di
tengah-tengahnya. Karena kesederhanaannya, maka neraca telah ada
sejak mengenal timbangan.
gbr-18
Untuk mempelajari teori neraca, kita ambil neraca sama lengan
(neraca yang umum digunakan), yaitu sebuah tuas antara pisau ujung
kanan dengan pisau putar dan pisau ujung kiri dengan pisau putar
jaraknya sama. Jarumnya (sebuah indicator) dipasang disebelah atas
tuas atau gandar meskipun ada juga yang dipasang di sebelah atas
tuas tetapi yang umum dipakai adalah jarum yang dipasang di sebelah
bawah.
Pada ujung jarum dipasang lemping yang diberi garis-garis
skala. Garis-garis skala dibuat sama jaraknya antara garis-garis skala
satu dengan garis skala lainnya, dan apabila garis skala tersebut
diteruskan ke atas maka semuanya akan melewati pisau tengahnya.
Pada skala yang di tengah-tengah diberikan angka nol. Garis terebut
apabila ditarik ke atas akan merupakan garis yang tegak lurus
terhadap lengan neraca, sehingga apabila jarum menunjuk angka nol,
berartigandar neraca dalam keadaan mendatar atau neraca dalam
keadaan setimbang.
Pada waktu pemakaian neraca harus diperhatikan bahwa
neraca dalam keadaan benar-benar mendatar. Oleh karena itu, neraca
harus dilengkapi dengan penyipat datar ataupun unting-unting yang
berhadapan dengan toloknya (kecuali neraca gantung).
Untuk memperkecil gesekan sekecil-kecilnya, pisau harus
tertumpu dengan baik pada bantalan yang kedua-duanya dibuat dari
bahan yang cukup keras (60-65 derajat Rockwell C).
Gandar neraca lazim juga disebut batang neraca dan piringannya
disebut daun. Jarak antara titik putar tangan dan ujung disebut lengan.
Yang ada di sebelah kanan disebut lengan kanan dan yang ada
disebelah kiri disebut lengan kiri.
Keterangan gambar 19
1. Gandar atau tuas neraca
2. Anting-anting (penggantung piring neraca yang dilengkapi dengan
bantalan)
3. Piring atau daun neraca untuk menaruh anak timbangan dan
muatan.
4. Skala pembacaan dengan garis nol di tengah-tengah
5. Jarum penunjuk
6. Unting-unting dengan toloknya untuk menentukan kedataran
neraca
7. Tolok
8. Alat untuk menaik turunkan tuas neraca
9. Skrup penyetel kedataran papan neraca
10. Skrup penyetel nol
11. Pisau ujung
12. Pisau tengah
13. Tiang neraca
gbr-19
A’ S’ C D’
A’
l
g b
D
λ
A’
A γ S
A’ β A’
G + GO B L + LO
gbr-20
Penjelasan gambar
A’, S’, dan D’ proyeksi titik A,S, dan D atas garis datar lewat titik C.
g sinγ = l sin λ
C. Kepekaan Neraca
A’ S’ C D’
φ1 φ1
g φ1
γ
λ−φ1
γ −φ1 β
β−φ1 λ
G + GO +ΔG
B gbr-21 L + LO
Di atas ini digambarkan kedudukan kedudukan neraca itu
sesudah di daun kiri ditaruh imbuh sebanyak ΔG. Sudut miringnya,
yaitu sudut terhadap kedudukan gandar semula, kita sebut φ1 , maka
sudut yang dibuat oleh jarum dengan garis tegak lurus dalam
kedudukan itu juga φ1.
Δ G l sin γ
tg φ1=
−( G+G O + Δ G ) g cos γ −Bb cos β− ( L+ Lo ) l cos λ
Bila imbuh Δ G itu tidak ditaruh di daun kiri tetapi di daun kanan,
dengan cara yang sama diperoleh :
Δ G lsin λ
tg φ2=
−( G+G O ) g cos γ−Bb cos β−( L+ Lo + Δ G ) l cos λ
karenasudut φ 1harus sama dengan sudut φ 2, maka ruas kanan dari dua
persamaan terakhir itu harus sama pula. Selanjutnya menurut syarat
pertama g sinγ = 1 sinλ , hingga pembilang dua pecahan itu sama
besar, maka penyebutannya harus sama juga.
g2 ( sin2 γ + cos2 γ )=l 2 (sin2 λ+cos 2 λ), atau g2=l 2 atau g=l
Dimuka telah dijelaskan bahwa φ 1dan φ 2harus sama, kita disebut saja φ❑
sehingga:
Δ G g sin γ
tg φ=
−( G+G O + Δ G ) g cos γ −Bbcos β−( L+ Lo ) lcos λ
Berdasarkan:
Δ Gl
φ=
−2 ( LO + L ) .−е−(−Bb)
ΔG l
φ=
2 ( LO + L ) . е + Bb
Δ Gl momen M
φ= = =
Bb gaya ara h R
M
φ=
R
gaya arah (Bb) adalah perkalian jarak titik berat dengan berat
gandarnya. Fungsi gaya arah (R) mempertahankan ketetapan
setimbang dari pengaruh luar (momen)yang mencoba mengubah
arahnya.
M
Dari persamaan φ= berarti :
R
- Supaya kepekaan (φ ¿ besar, gaya arah harus kecil, sebaliknya
- Supaya kepekaan (φ ¿ kecil, gaya arah harus besar.
D. Macam Kesetimbangan
Macam kesetimbangan ada tiga yaitu kesetimbangan tetap (stabil),
kesetimbangan goyah (labil), dan senantiasa setimbang (indifferent).
a. Setimbang Tetap (stabil) adalah keadaan apabila imbuh ditaruh di
atas salah satu piring, gandar akan menjungkit atau berayun dan
apabila imbuh tersebut diambil kembali gandar akan kembali ke
kedudukan semula. Neraca yang demikian dikatakan mempunyai
sifat setimbang tetap atau stabil.
t.putar
t.berat
t.berat
t.putar
Neraca supaya dapat dipakai dengan baik, salah satu syaratnya adalah
mempunyai sifat setimbang tetap (stabil). Syarat ini merupakan
syarat ketiga bagi neraca.
E. Nilai Skala Neraca
Nilai skala kebalikan dari kepekaan. Kepekaan adalah
banyaknya imbuh yang dibutuhkan untuk memperoleh sudut
jungkitan tertentu. Makin kecil imbuh yang dibutuhkan untuk
memperoleh sudut jungkitan, maka makin besarlah kepekaannya.
Sedangkan, nilai skala adalah besarnya imbuh yang dibutuhkan untuk
memindahkan satu mata skala. Berarti lebih kecil nilai skalanya, lebih
besarlah kepekaannya.
Dari rumus kepekaan (Gandar Tegar):
φ l φ (2 LO +2 L)e+ Bb
= rumus nilai skala =
ΔG 2 ( LO + L ) e + Bb ΔG l
Kalau kita ganti : p = Δ G = nilai skala
:Σ= φ= kepekaan
maka rumus nilai kepekaan menjadi:
p ( 2 LO +2 L)e +Bb
=
Σ l
Σ e ( 2 LO +2 L ) + Σ Bb 2 LO e+ Bb 2e
p= = Σ+ Σ L
l l l
p=C O +C 1 Lmerupakanpersamaan linier bentuk y = a + bx
Apabila ketiga mata pisau neraca terletak dalam satu bidang rata atau
Bb
e = 0, maka p= Σ
l
Bb
p= Σ p=−CO +C 1 L
l
Neraca semprna, p tidak trgantung tidak boleh terjadi
Muatan, nilai skala selalu sama.
Apabila tidak bermuatan, jarak titik berat bo, sehingga pada bermuatan
menjadi b=b o+∝ ∆ e ( LO + L ) .
Harga Δe, Δb adalah besarnya perubahan e dan b pada suatu muatan
yang satuannya dinyatakan dalam panjang-berat. Harga e dan b
dimasukkan ke dalam rumus p, maka:
2 LO e+ Bb 2L
p= Σ+ ΣL
l l
2 LO {e O +∆ e ( L+ LO ) }+ B {b O+ ∝∆ e ( L+ LO ) } 2 {e O + ∆ e ( L+ LO ) }
P= Σ+ ΣL
l l
2 LO ( eO + ∆ e LO ) + B( bO +∝ ∆ e LO ) 2 ( eO +2 ∆ e LO ) + B∝ ∆ e 2∆e 2
P= Σ+ Σ L+ ΣL
l l l
Hitungan:
C O=4,2. 10−3
−3 .10−3 -9
: C2 = 5 = 6.10
−5 . 10
Dari persamaan (2) : 5,4 . 10−3 =C1 .1. 103 +6. 10−9 .1. 106
: 5,4 . 10−3 =C1 .1. 103 +6. 10−3
: −0,6. 10−3=C 1 .1 . 103
−0,6.10−3 −7
:C 1= 3
=−6 .10
1. 10
L100 P1 = C O +C1 L+ C2 L2
¿ 4,2 mg
L600P6 =C O +C1 L+ C2 L2
a1
a2
atau
a3
a 1+ a2 a2 + a3 a3 +a 4 a 4 +a 5
+ + +
2 2 2 2
T=
4
a1 +2 a2 +2 a3 +2 a4 + a5
T=
8
a1 +a3 + a5 a2 +a 4
( + )
3 2
T=
2
2 a1 +2 a3 +2 a5 3 a 2+3 a4
+
6 6
T=
2
2 a1+ 2a 3+ 3 a2+ 3 a4 +2 a5 1 2 a1 +3 a2 +2 a3 +3 a 4 +2 a5
T= × =
6 2 12
Untuk menentukan titik setimbang, titik balik harus ganjil, misal 3,5,
atau 7.
a 1+ a2 a2 + a3
+
2 2 a +2 a2 +a3
T= = 1
2 4
Dalam praktik titik balik desebelah kiri titik nol disebut negative dan
disebelah kanan positif. Titik balik harus dibaca (ditaksir) dalam
persepuluhan mata skala.
Contoh
- 3,3
+ 4,5
- 2,8
- 2,3 + 4,8
Menggunakan rumus :
a1 +2 a2 +2 a3 +2 a4 + a5
T=
8s
(−3,3 ) +2 (+ 4,5 ) +2(−2,8)+2(+ 4,8)+(−2,3)
T=
8
+ 1,2
+1,7
+2,0
+2,5
=+ 0,925=+0,93
+7,4
8
Menggunakan rumus
Untuk plat skala yang jarumnya menunjuk ke atas maka titik balik
sebelah kanan titik nol ditandai “negative” dan yang disebelah kiri
titik nol ditandai “positive”
Hasil dari T selalu ditulis dalam dua decimal. Bila angka ketiga itu
lebih dari 5, hasil itu dibulatkan menjadi dua decimal dan bila angka
ketiga itu kurang dari 5, angka ketiga itu dihapuskan.
1
misalnya angka 3,3 ditulis menjadi 3 . Jadi harus ditulis dalam
3
decimal.
Untuk (T1-T2) kita hanya ambil harga mutlaknya saja, jadi tidak
∆G
bertanda. Nilai skala dalam hal ini: P=
|T 1−T 2|
∆G
P= (sebab imbuh ditaruh dua kali, mula-mula di kiri
|T 1−T 2|
kemudian di kanan, jadi pengaruhnya dua kali juga)
l P+ q P q q
= = + =1+ ,
g Q Q Q Q
1 2 ∝ μ o−(β + γ )μ
=1+
g 2P
Dimana:
P : Q muatan
Pembuktian
g l g l
∝ β
O O P Q
g l
Q P
P . g=( Q+ βμ−∝ μo ) l(1)
g ( β +γ ) μ−2 ∝ μo
=1+
l 2P
l ( β+ γ ) μ−2∝ μ o 2 ∝ μ o−( β + γ )μ
=1− =1+
g 2P 2P
Contoh :
mg
∝=+0,5 ; β=−2,5; γ=+ 1,25; μ o=5 ; μ=20 mg/skala
skala
l ka −6
Biasanya ditulis dalam bentuk =1± a . 10
l ki
Skrup puncak terdiri dari dua buah skrup, yang sebuah sebagai
skrup kontra dari yang lain hingga kedua buah skrup itu dapat
dikeraskan dan dengan demikian tidak dapat berpindah tempat
dengan sendirinya bila umpamanya neraca tersentuh.
l2
l1
A
Gb
Gx
G1 .l 1=Gb . l 1+ A . l 2
l2 l2
G x =G b . +A.
l1 l1
l 1=l 2
G x =Gb + A
K. Metode Penimbangan
Mengingat bahwa membuat neraca agar kedua lengannya benar-
benar sama sangat sulit, maka untuk mengatasi ketidaksamaan lengan
itu, ada 3 (tiga) metode penimbangan yaitu:
- Penimbangan cara Chemis
- Penimbangan cara Borda
- Penimbangan cara Gause
g l
g
n
M A
g l
0
B M
Sehingga diperoleh persamaan kesetimbangannya sebagai berikut,
B . g = M .l
M .l
g= (2)
B
Dari persamaan (1) dan (2) maka massa anak timbangan M dapat
dihitung:
A .l M . l
=
M B
M 2 . l= AB .l
M 2= AB
( A+ B)2 ( A−B)2
M 2= −
4 4
( A−B)2
Bila dihitung, relative sangat kecil, karena pada
4
hakekatnya A dan B adalah anak timbangan yang hampir sama
massanya, dan perbedaan lengan neraca juga kecil. Dengan
demikian persamaan di atas menjadi:
2 ( A+ B)2
M =
4
( A+ B)❑
M=
2
Atau dari M2 = AB, maka M=√ AB
b) Penimbangan cara Borda
Metode penimbangan ini disebut juga metode subtitusi. Cara
penimbangannya sebagai berikut:
Letakkan anak timbangan standar S pada daun muatan kanan, lalu
setimbangkan neraca dengan meletakkan beban terra T pada
daun muatan kiri, dan tentukan titik kesetimbangan neraca
tersebut adalah β dan nilai skalanya adalah μ
g l
g l
g l
Persamaan
S kesetimbangannya adalah
M :
S . g=( M + βμ ) l ( 1 )
Areatir neraca dan pindahkan anak timbangan S dari daun kiri ke
daun kanan, serta anak timbangan M dari kananke kiri, kemudian
tentukan titik kesetimbangan neracanya, misalkan : δ
g l
M S
l1 l2 l1< l2
dipukul
gbr-32
Bila dipergunakan cara dengan memukul, maka haruslah
digunakan pemukul yang berupa alat yang tumpul dan apabila
digunakan cara pembengkokkan gandar haruslah digunakan
kunci inggris.
l1 l2
dipukul
gbr-33
N. LATIHAN
4. Diketahui dari sebuah neraca berat gandarnya (B) = 200g, jarak titik
berat gandarnya (b) = +0,8 mm dan jarak permukaan pisau-pisau ujung
dan tengah (e) = -1,5 mm , hitung pada muatan berapa neraca tersebut
dalam keadaan setimbang stabil. L0 = 80 gram.
Jika pada muatan 500 g diberi imbuh 100 mg dan diketahui panjang
lengan neraca = 15 cm dan “b” menjadi 3 mm , berapa besarnya sudut
kepekaannya (dalam derajat, menit, sekon).
5. Bagaimana caranya menentukan nilai skala neraca sama lengan? Berikan
contoh-contoh dalam angka.
6. Tentukan titik kesetimbangan sebuah neraca, apabila dari ayunannya
terbaca titik balik sebagai berikut :
- 4,4
+ 3,5
- 4,0
12. Apa yang Saudara ketahui tentang hubungan kepekaan dan nilai skala
neraca.
O. RANGKUMAN
a1 +2 a2 +2 a3 +2 a4 + a5
T=
8
atau
2 a1+ 3 a2+ 2 a3+ 3 a4 +2 a5
T=
12
A. PENDAHULUAN
Anak Timbangan adalah benda ukur massa diperuntukkan atau dipakai sebagai
pelengkap pada alat timbang yang menentukan hasil penimbangan. Karekteristik
fisik dan metrologisnya diatur, yang meliputi harga nominal, bahan, konstruksi,
dimensi, massa jenis, kondisi permukaan, penandaan, dan kesalahan
maksimumnya.
Anak Timbangan terdiri dari 7 kelas, yaitu kelas E1, E2, F1, F2, M1, M2, M3.
Kelas anak timbangan E2 dan F1 adalah kelas ketelitian anak timbangan yang
diperuntukkan untuk menimbang dengan timbangan kelas I. kelas F2 dan M1
diperuntukkan untuk menimbang dengan timbangan kelas II. kelas M2
dipergunakan untuk menimbang dengan timbangan kelas III. Sedangkan kelas M3
dipergunakan untuk menimbang dengan timbangan kelas III dan IV.
( M – Nominal AT ) E ...
BKD : ... Sah
Batal
GAUSS
( M – Nominal AT ) E ...
Pembacaan : T x µ ∆M ...
Massa konvensional standar S
-6
Perbandingan lengan : (Nominal x a.10 )*) P
Massa yang diuji : ( S + ∆ M – P ) M
( M – Nominal AT ) E
BKD : ... Sah Batal
g. Persyaratan Neraca :
Neraca yang digunakan untuk menguji anak timbangan harus
memenuhi syarat. Syarat adalah NILAI SKALA nya harus lebih kecil
dari 1/3 BKD anak timbangan yang akan diuji (ingat, bahwa neraca
yang mempunyai nilai skala besar, kurang saksama). Contoh misalnya
AT yang akan diuji kelas M2, nilai nominal 1 kg. Pertanyaannya,
berapakah nilai skala neraca paling besar yang dapat digunakan untuk
menguji AT tersebut?
Caranya : Lihat tabel BKD kelas M2 nominal 1 kg, ternyata menurut
tabel, BKDnya = +- 150mg.
Dengan demikian maka nilai skala neraca yang dapat yang digunakan
adalah neraca yang nilai skalanya (pada muatan 1 kg) adalah 1/3 x 150
mg = 50 mg / skala.
Sebagai "Ilustrasi", perhatikan contoh tabel berikut :
TABEL ILUSTRASI BKD
M 1+ M 2 S 1+ S 2
−
2 2
S ...
Massa
Konvensional AT
M ...
standar
...
Massa AT yang E
diuji :
S + ∆M
(M – Nominal AT)
BKD : ... Sah
Batal
Keterangan :
Pembacaan = IL + 0,5d + ∆ L, dimana IL adalah penunjukan t.e terbaca
sebelum ditambah
∆ L adalah jumlah imbuh yang ditambahkan sehingga pembacaan berubah
IL + d adalah penambahan ∆ L secara bertahap dimulai dari 0,1d
Massa ±Dalam mg
Nominal Kelas E1 Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas
E2 F1 F2 M1 M2 M3
50 kg 25 75 250 750 2500 7500 25000
20 kg 10 30 100 300 1000 3000 10000
10 kg 5 15 50 150 500 1500 50000
5 kg 2.5 7.5 25 75 250 750 2500
2 kg 1.0 3.0 10 30 100 300 1000
1 kg 0.5 1.5 5 15 50 150 500
500 g 0.25 0.75 2.5 7.5 25 75 250
200 g 0.1 0.3 1.0 3.0 10 30 100
100 g 0.05 0.15 0.5 1.5 5 15 50
50 g 0.030 0.10 0.3 7.5 3.0 10 30
20 g 0.025 0.080 0.25 3.0 2.5 8 25
10 g 0.020 0.060 0.2 1.5 2.0 6 20
5g 0.015 0.050 0.15 1.0 1.5 5 15
2g 0.012 0.040 0.12 0.8 1.2 4 12
1g 0.010 0.030 0.1 0.6 1.0 3 10
500 mg 0.008 0.025 0.08 0.5 0.8 2.5
200 mg 0.006 0.020 0.06 0.4 0.6 2.0
100 mg 0.005 0.015 0.05 0.3 0.5 1.5
50 mg 0.004 0.012 0.04 0.25 0.4
20 mg 0.003 0.010 0.03 0.2 0.3
10 mg 0.002 0.008 0.025 0.2 0.25
5 mg 0.002 0.006 0.020 0.2 0.2
2 mg 0.002 0.006 0.020 0.2 0.2
1 mg 0.002 0.006 0.020 0.2 0.2
C. MASSA JENIS
Kondisi Permukaan
3) Kualitas permukaan anak timbangan harus sedemikian rupa sehingga pada
penggunaan normal perubahan massanya dapat diabaikan dibandingkan
kesalahan maksimumnya.
Catatan : Kelas F1, F2. M1, M2, dan M3 massa nominal 10 g keatas harus
ditandai dengan tanda pabrik pada bgian bawah
LANJUTAN PENULISAN
(dalam mm)
DIMENSI
MASSA NOMINAL X Y
509 L 1009 0.25 Ø M8 . 0.5
2009 L 5009 M12 . 1.0
1 kg - 10 kg M16 . 1.0
BAB VII
DACIN
A. PENDAHULUAN
B. PERSAMAAN
KESETIMBANGAN
Untuk menjelaskan
persamaan kesetimbangan dacin
kita anggap kedudukan dacin
dalam keadaan datar dan dapat
pula dalam keadaan tidak datar (lihat gambar).
( L0 + L ) l=G ( g0 + g )
G
( 2 )−( 1 ) :≪¿≫→ L g atau L=cg
l
( L+ L0 ) l sinγ−Bb sinβ=G ¿
( 4 )− (3 ) :≪ sinγ=¿ cosα
¿ cosα
L= .............................................… … … … . … … . … … .. …....(5)
l sinγ
Menurut persamaan (5), apabila tuas (gandar) datar berarti sudut γ =90° dan
sin γ =1 dan cosα=1maka persamaan (5) menjadi :
G
L= g=cg .............................................… … … … . … … . … … ..… ....(5)
l
g
Dari persamaan L= G , kalau dacin salah (tidak benar), berarti
l
persamaan diatas tidak lagi berlaku. Dengan perkataan lain ruas kiri
dan kanan tidak lagi sama. Perubahan itu dapat diakibatkan oleh
perubahan jarak l dan berat G. Oleh karena itu, untuk menjustir dacin
ada dua alternatif.
g
diperpendek. Dari persamaan L= G dimana L adalah anak timbangan
l
standar, G adalah berat bobot ingsut (kita anggap sudah penuh), g adalah
jarak garis skala nol dengan skala maksimum (sudah tertentu), maka kalau
dacin dalam keadaan tidak setimbang, yang harus dirubah adalah jarak
lengan l, artinya :
g
dikurangi (dibor). Dari persamaan L= G , dimana : L adalah anak
l
timbangan standar, G adalah berat bobot ingsut (kita anggap sudah
penuh), g adalah jarak garis skala nol dengan skala maksimum (sudah
tertentu), l adalah lengan muatan (tertentu/tetap), maka kalu dacin
tidak setimbang yang diubah adalah berat G (bobot ingsut), artinya :
M ( m+l ) + L0 l=G g 0
Jika pada muatan nol, dan muatan maks (L) setimbang, maka berlaku
G
persamaan kesetimbangan L= g=cg lihat uraian butir 8.
l
M ( m+l ) +¿=G ( g 0 +g ) +G n g
M ( m+l ) +¿=G g 0+ ( G+ G n ) g
M ( m+l ) +0=G g 0
Setelah dimuati :
M ( m+l ) + L1=G1 + ( g0 + g )
D. KEPEKAAN DACIN
∆−l sinγ
tgφ=
−( L0 + L+∆ L ) l cosγ−Bb cosβ −( G 0 +G ) g cosα
Imbuh ∆ l sangat kecil terhadap L0 + L dan G 0 +G, maka dari itu ∆ l, dalam
penyebut ruas kanan dapat dihapuskan.
∆ L l sinγ
tgφ=
−( L0 + L+∆ L ) l cosγ−Bb cosβ −( G 0 +G ) g cosα
tgφ l sinγ
=
∆ l −( L0 + L+∆ L ) l cosγ−Bb cosβ −( G 0 +G ) g cosα
tgφ l
=
∆ l −( L0 + L ) .−e+ Bb−( G 0 +G ) .−e
tgφ l
=
∆ l ( L+G ) e+ Bb
Atau
∆ Ll
tg φ=
( L+G ) e+ Bb
∆ Ll
tg φ=
Bb
Rumus Umum Sudut Kepekaan
∆ Ll
tg φ=
( L+G ) e+ Bb
Dalam praktek, untuk menguji kepekaan dacin maka letakkan suatu imbuh
∆ L pada tempat muatan yang besarnya tidak melebihi 1 BKD.
Pada kedudukan setimbang, bila dimuati dengan imbuh sebesar 1 BKD harus
menjungkit sebesar 2 cm tiap meter panjang lengan bobo ingsut atau jarum
penunjuk.
Contoh :
Kalau panjang lengan bobot ingsut sampai dengan titik tumpuan = 43,8 cm,
maka jungkitan harus dihasilkan adalah :
43,8
× 2 cm=0,9 cm
100
E. PENJUSTIRAN DACIN DALAM PRAKTIK DAPAT DILAKUKAN
SEBAGAI BERIKUT
4) Seperti halnya pada dacin bbi yang terlalu ringan maka taruhlh
timah justir sebesar p sejauh gmax dari pisau tumpuan sehingga
dacin kembali setimbang.
a. Bahan dan kontruksi lengan timbang berbentuk pipa yang dibuat dari
logam campuran yang tahan karat dan dalamnya dapat dimasukkan
batag logam yang kuat, sedemikian sehingga pada muatan maksimum
tidak menimbulkan lenturan
yang besar.
Lenturan maksimum yang diperbolehkan pada lengan timbang adalah
2,5 cm tiap meter panjang lengan timbang bila pada ujung lengan
timbang dibebani massa 4 kali massa tersebut dalam kondisi
timbangan dimuati maksimum.
b. Lengan bobot ingsut, lengan bobot lawan dan rumah pisau
dikontruksi sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan yang
kokoh dan pada kedudukan setimbang harus mendatar.
c. Bobot ingsut dan bobot lawan masig-masing mempunyai satu lubang
justir yang ditutup dengan sekrup dan terdapat lubang jaminan pada
sekrup dan badannya. Bahan bobot ingsut dan bahan lawan harus
terbuat dari logam atau logam campuran yang tahan karat sejenis
dengan lengan timbang.
Didalam bobot ingsut dipasang pegas spiral dengan lemping luncur
dari logam atau logam campuran yang sama atau lebih lunak dari
bahan lengan timbang. Bobot ingsut tidak boleh digeser disebabkan
oleh massanya sendiri.
d. Pisau, bantalan dan pelat penahan harus dibuat dari baja yang cukup
keras atau dapat diperkeras dan tidak boleh terdapat belahan atau
retakan. Kekerasan pisau, bantalan dan pelat penahan sekurang-
kurangnya 60 ° rockwell C dan setinggi-tingginya65 ° rockwell C.
e. Pisau dipasang dalam rumah pisau yang dibuat dari besi tempa dan
pemasangannya harus cukup kuat dan tidak boleh dilas. Bentuk
bantalan harus berbentuk V. Pelat penahan harus diupam dan tidak
boelh dicat.
f. Jarum penunjuk dan tolok yang dipasang berhadapan adalah alat yang
dipergunakan untuk mengetahui kesetimbangan. Jarum dipasang
1
tegak lurus dan lengan timbang dan panjagnya sekurang-kurangnya
8
dari lengan bobot ingsut dihitung dari pisau tumpuan.
g. Dacin dengan kekuatan menimbang sampai dengan 25kg harus
dilengkapi piring beban yang tidak dapat dilepas, digantungkan pada
rantai dan dapat dilengkapi dengan kait beban yang tidak lepas dari
gantungannya. Dan bahannya harus dibuat dari logam yang tahan
karat.
h. Kekuatan menimbang dacin adalah 50 g, 100 g, 10 kg, 20 kg, 25 kg, 50
kg, 100 kg, dan 110 kg dan minimum menimbangnya adalah 2 % dari
kekuatan menimbangnya. Garis skala sesudah nol sampai dengan2 %
dari kekuatannya tidak boleh ada garis skala.
i. Harga/nilai 1 (satu) mata skala paling besar yang diperbolehkan
adalah 1 % dari kekuatan menimbangnya.
j. Jarak minimum satu mata skala sebagai berikut :
k. Pembagian skala harus dibubuhkan pada kedua belah sisi dari gandar,
sedemikian rupa sehingga pada sebelah menyebelah nilai beratyang
tepat sama ditunjukkan oleh bobot ingsut.
a) Tera :
Tanda tera daerah (D4), tanda tera pegawai berhak (D4) dan
Tanda tera Sah (SL4) dibubuhkan berdampingan dibagian kiri
lengan bobot lengan.
Tanda tera jaminan :
- J4 dibubuhkan di sisi setelah nomor seri sebelah
menyebelah dengan letak tanda tera D4, H4, SL4.
- J4 dibubuhkan pada keling pengaman tutup di bagian
kanan lengan bobot ingsut
- J4 dibubuhkan pada lubang justir bobot ingsut dan bobot
lawan.
b) Tera ulang :
Tera ulang sah (SL4) dibubuhkan berdampingan disebelah
kanan tanda tera sah sebelumnya.
Tanda tera jaminan (J4) dibubuhkan pada lubang justir bobot
ingsut dan atau bobot lawan apabila mengalami penjustiran
atau perbaikan.
H. CONTOH SOAL
25000
inginkan 1 skala = 100 g, maka jumlah skalanya ¿ =250 skala .
100
500mm
Berarti jarak satu skala terkecil ¿ =2mm
250
G ( x +n)
L= g →2500= 50
l 2
( 1003,2+n )
2500= 50
2
n=−3,2 gram
Jadi, supaya dacin menjadi benar (tidak ada lagi kesalahan) maka
bobot ingsut harus ditambah sebesar3,2 gram
c. Sebuah dacin kekuatan 50 kg dimuati maksimum. Diketahui berat
bobot ingsut ( G )=110 gram , jarak permukaan pisau muatan dan pisau
tumpuan ( e )=−0,1 mm , jarak titik berat gandar( b )=+7,4 mm, jarak
lengan muatan ( l )=3 cm dan berat gandar ¿ 3000 gram. Hitung
kepekaan dacin kalau di beri imbuh sebesar 50 gram.
Kalau panjang jarum ¿ 14 cm , bagaimana pendapat saudara tentang
kepekaan dacin tersebut?
Penyelesaian :
∆ Gl
Rumus kepekaan dacin : tgφ=
( L+ G ) e + Bb
50 ×30
tgφ= =0,08777026
( 50.000+1100 ) (−0,1 ) +3000 ( 7,4 )
Dengan mempergunakan kalkulator CASIO FX 4500P, φdapat dihitung
sebagai berikut :
Pencet MODE, Pencet 4→ muncul D, kemudian,
Pencet SHIFT, pencet TAN, pencet 0,08777026 pencet EXE
Pencet SHIFT, pencet o → muncul 5 ° 0' 58 ' '
Selanjutnya 5 ° 0' 58' ' dijadikan dalam radian sebagai berikut:
5° 0' 58' '
× 2 πR=0,08754591 R
360
Oleh karena panjang jarum ( R )=140mm maka
φ=0,08754591× 140=12,3 mm . Sedangkan syarat kepekaan dacin
∆ L l sinγ
tg φ=
−( L0 + L ) l cos γ −Bb cosβ−( G 0 +G ) g cos α
1. Bahwa gundar dalam keadaan datar atau sudut γ dan sudut α
mendekati ¿ 90 ° dan dacin dalam keadaan setimbang, coba
saudara turunkan rumus diatas menjadi
∆ Ll
tg φ= dan jelaskan arti masing-maisng unsur
( L+G ) e+ Bb
tersebut. Apakah syaratnya agar kepekaan dacin menjadi
besar?
2. Kalau gandar datar, alias jarak permukaan pisau sama dengan
nol, bagaimana bentuk rumus kepekaan dacin tersebut?
f. Coba saudara jelaskan bagaimana caranya menjustir dacin kalau
dalam keadaan tidak bermuatan tidak setimbang.
¿
g. Dari persamaa kebenaran dacin L= l , dimana :
L=muatan
l=lengan muatan
G=berat bobot ingsut
g=lengan bobot ingsut ( jarak skala nol dengan skala maksimum )
h. Jelaskan cara menjustir dacin pada muatan maksimum dengan cara
menambah atau mengurangi berat bobot ingsut.
RANGKUMAN
Berdasarkan kontruksinya dacin termasuk jenis timbangan bertusa
tunggal dan pisaunya hanya dua, yaitu pisau tumpuan dan pisau muatan
tetapi kekuatan menimbangnya dapat dibuat mencapai 110 kilogram.
Ditinjau dari pemakaian dacin lebih praktis, karena bentuknya berupa
batang dan tidak memerlukan anak timbang, sehingga lebih mudah dibawa
kemana-mana
Dari persamaan kebenaran dacin, dapat dipahami bahwa dalam
pemakaian, muatan L tergantung kepada perubahan skala, yaitu :
L= ¿ =cg(c=constanta) maka :
l
Berat L tergantung pada perubahan jark g atau jarak-jarak
skala atau dengan perkataan lain harga L berbanding lurus dengan
harga g. Dengan demikian skala-skala pada lengan bobot ingsut dapat
dibuat sama jaraknya.
Untuk menjustir dacin dapat ditempuh dengan merubah jarak lengan
muatan atau merubah (menambah atau mengurangi) berat bobot ingsut,
tergantung kepada kesalahan penunjukkannya.
Kepekaan neraca ditentukan dari rumus :
∆ Ll
tg φ=
( L+G ) e+ Bb
Artinya supaya kepekaan besar maka harga e, B dan b harus
dibuat sekecil kecilnya.
Dacin dibuat harus memeuhi syarat-syarat teknik khusus,
antara lain mengenai bahan, ketebalan pipa, kekasaran
pisau/bantalan, pemasangan, jarak-jarak, lain dengan maksud agar
sifat-sifat timbangnya memenuhi BKD yang telah ditentukan.
Pengujian dacin meliputi material, sifat timbang (kebenaran,
kepekaan, dan ketidaktetapan). Apabila pengujian dilakukan telah
memenuhi syarat maka tindakan selanjutnya adalah membubuhkan
tanda tera sebagai tanda bahwa dacin telah memenuhi ketentuan,
sehingga dapat diedarkan dan dipakai sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di dalam undang-undang metrologi legal.
BAB VIII
TIMBANGAN KWADRAN
A. PENDAHULUAN
Kedudukan setimbang dari timbangan kwadran selalu berubah – ubah, sesuai
dengan muatannya. Perubahan kedudukan setimbang itulah yang dipakai
sebagai dasar penentuan muatannya. Kelebihan dari timbangan ini adalah
banwa untuk menentukan berapakah besarya muatan tidak perlu menaruh
anak timbangan seperti halnya neraca, tidak perlu menggeser bobot ingsut
seperti dacin atau timbangan bobot ingsut. Untuk membaca besarnya
penunjukan muatan, kita tinggal menunggu saja sampai kesetimbangan
tercapai, yaitu
C ayunan
l berhenti
A pada muatan dan skala terlentu.
A
1
ϕ
A
ϕ g 2
L
D D
2 1
D
G G
CA = l = lengan muatan
L = muatan yang menggantung pada sumbu A
CD = g lengan pemberat G
Gambar di atas merupakan bagan dari timbangan kwadran. Tuas patah ACD
berputar pada sumbu C. Apabila pada sumbu A digantungkan muatan L ,
maka CA akan menjungkit dengan sudut ϕ , begitu juga lengan CD akan
menjungkit dengan sudut , kedudukan tuas menjadi A2CD2.. Dan persamaan
kesetimbangan dalam posisi ini adalah :
→ →
Pada timbangan kwadran besaran G , g dan I harganya tetap, dapat disebut
→ = 11,30
→ = 21,800 ) 10,5
→ = 30,960 ≈ 310 ) 9,2
→ = 38,660 ≈ 38,70 )7,7
D0
D1
l λ
L0
ϕ λ+ϕ
L posisi pada muatan nol
C D2
D4 posisi pada muatan ½
g
maks
(1)
→ dibagi
(2)
½ Muatan
maksimum
½ at
M
u
n ks
a
m
a
um
im
ϕ r 0,5ϕm
ϕm
Harga – harga tersebut diatas jika kita masukan kedalam rumus (1) menjadi
sebagai berikut :
(3)
Rumus (3) disebut rumus besarnya sudut skala untuk skala yang simetris
100 skala. Besar sudut maksimum ( ) = 500. Nilai satu mata skala ( ) =
= 20 gram
0,015431132
= dan seterusnya
diselesaikan
½ Maks = 250
Maks = 500
Dengan demikian, timbangan kwadran tersebut diatas dapat dibuat
masing – masing skalanya ( tidak linear / tidak rata) sebagai berikut :
Panjang besar sudut Maks dapat diketahui, jika panjang jarum (p)
diketahui
Misal p = 200 mm ; maks = 500
maka untuk
untuk
Kesimpulan :
Bahwa terbukti untuk kelipatan muatan yang sama skalanya tidak rata (ada
perbedaan jarak)
Jarak satu skala dengan skala yang lain paling besar 1.679 mm yaitu
kedudukan timbangan pada ½ Lm, pad posisi ( λ + ϕ ) = 900
λ
l
ϕ λ+
C ϕ
L
G g l
λ+ϕm
G Lm
(gambar 60)
Dari dua persamaan itu dapat kita tuliskan :
Jika ruas kiri dan kanan dibagi cos cos maka menghasilkan :
tg =
tg =
tg = ........ (4)
tg = tg 60 =
tg = = = 0,017495462
A1
Y F
Dm
A0
G
DS = y .... (1)
(gambar 61)
Segitiga SDS1 sebangun dengan segi tiga HCD1 , berarti :
DS1 : DS = CD1 : CH
DS1 : DS = l : x
DS = x .... (2)
8) = (2)
y =x =
D
S1
S2
C S3
Dm
Nilai “k” biasanya diambil diambil bilangan bulat (20, 50, 100) dan
sebagainya, dan Lm diambil biasanya 200, 500, atau 1000 g.
Dari lukisan diatas, ternyata skala timbangan kwadran tidak sama
rata.
L = G
L + L = L = G
L = G –L
L = G - G
L = G
L = G
L = G
L = G
L = G
Maka kepekaannya : =
Km =
K0 = sin
Oleh karena itu, seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa skala
timbangan kwadran adalah skala kepekaan, maka rumus kepekaan ini
dapat digunakan untuk menghitung perbandingan besarnya mata
skala yang satu dengan mata skala yang lain. Misalnya perbandinga
antara mata skala yang pertama (kepekaan pada muatan nol) dan
mata skala yang sesuai dengan kepekaan maksimum ialah :
= = sin2
Perbandingan-perbandingan antara mata-mata skala yang lain dapat
dihitung sesuai rumus :
tgx =
tgx =
R=
J. Pembubuhan Tanda Tera
a) Tera
Tanda tera Daerah (D4), Tanda tera Pegawai Berhak (H4) dan
tanda tera sah (SL4) dibubuhkan berdampingan pada plat
dasar timbangan.
Tanda tera jaminan (J4) dibubuhkan pada lubang justir
pemberat.
b) Tera Ulang
K. Rangkuman
G = Pemberat
g = Lengan pemberat
l = Lengan muatan
terdiri dari 100 mata skala. Hitung besar sudut skala antara
muatan 500 g dan 520 g. Pada muatan berapakah jarak skala paling
besar?
Coba saudara buat skala timbangan kwadran kekuatan
menimbangnya 1000 gram yang terdiri dari 50 skala dan sudut
l
(Skala rata) (Skala tidak rata)
g
L
L
G
Berkeping tembereng
Berpisau muatan
Gambar
disamping ini
r
P A melukiskan
P1
1
e sebuah
A
timbangan
C
F1
kwadran
E E F
bersahaja
g 1 L L0 + L
’ 0 yang
berkeping
D1
D tembereng
G’
G lingkaran
’
dan ban daun
muatannya digantungkan. Pisau tumpuannya adalah (C) dan pada pisau
inilah keping tembereng itu berputar. Titik pusat lingkaran tembereng
adalah (P) dan PA sama dengan (r) = jari-jarinya. Titik tangkap gaya (A)
yang kalua tuas berputar akan berpindah-pindah tempat di atas
tembereng, tetapi karena gaya muatan itu selalu tegak lurus arahnya ,
maka titik (A) itu selalu terletak sedemikian rupa hingga PA datar arahnya.
Karena itu, lengan muatan dapat dibayangkan terjadi dari dua bagian,
yaitu satu bagian PA yang panjangnya tetap dan satu lagi bagian CE yang
selalu berubah seperti lengan momen beban timbangan kwadran yang
berpisau muatan.
Bila jarak pisau tumpuan ke titik pusat lingkaran CP kita sebut jarak
eksentrisnya dan jarak ini kita namakan “e”, maka pada jungkitan dari
Pada timbangan kwadran macam ini titik tangkap gaya muatan selalu
berpindah-pindah di atas tembereng kalau tuas menjungkit, maka berat
daun dalam hal ini tidak dapat dimasukan kedalam berat pemberat
seperti pada timbangan kwadran yang berpisau muatan. Maka dari itu,
berat pemberatnya sama dengan berat tuas seluruhnya dengan segala
yang terikatkan padanya, kecuali daun muatannya. Berat pemberat ini kita
sebut G’ dan lengannya yakni jarak titik berat seluruhnya terhadap titik
putaran C, kita misalkan g’ dan sudut yang dibuatnya dengan garis tegak
untuk mendapatkan skala yang sama rata, maka kalau muatan ditambah
berangsur-angsur dengan muatan yang sama, sudut jungkitnya harus
bertambah dengan tambahan yang sama pula. Bila tambahan muatan kita
sebut , sedangkan tambahan sudut jungkitnya yang sesuai tambahan
masih ada unsur , berarti harga yang kita dapat masih tergantung
dari nilai yang selalu berubah kalau L berubah. Untuk itu dengan
menggunakan keeping tembereng lingkaran yang dipasang eksentris, kita
Akan tetapi kita dapat mendekatkannya dengan memilih harga yang tepat
Jika, berat daun muatan L 0 = 500 gram, berturut-turut 800, 850 dan 900
Untuk L = Lm
Untuk L = 0
L = 105,1 gram
L = 103,1 gram
= 140 2’ 10,48”
L = 104,2 gram
L = 100,9 gram
= 150 0’ 0”
L = 97,5 gram
Berdasarkan hitungan diatas dapat dibuat tabel kesalahan kombinasi dari
Kesalahan Penunjukan
Berat
yang = 800 = 850 = 900
ditun
juk
2 1 0,5 2 1 0,5 2 1 0,5
0
g g G g g G g g g g
6 200 -12,6 -8,8 -4,8 -9,9 -4,9 +0,2 -7,6 -1,3 +5,2
9 300 -16,5 -10,9 -5,3 -13,0 -6,0 +1,2 -10,1 -1,1 +7,8
12 400 -18,8 -11,9 -4,9 -15,0 -6,3 +2,6 -11,6 -0,8 +10,0
15 500 -19,6 -11,9 -4,0 -15,6 -6,1 +3,8 -12,1 -0,3 +11,6
18 600 -18,9 -10,8 -2,7 -14,9 -5,3 +4,7 -11,6 +0,2 +12,4
21 700 -16,6 -9,1 -1,6 -13,0 -4,2 +5,2 -10,3 +0,7 +11,9
24 800 -12,6 -6,5 -0,4 -9,8 -2,9 +4,7 -8,0 +0,9 +9,9
27 900 -7,2 -3,5 +0,2 -5,2 -1,5 +3,1 -4,5 +0,7 +6,1
30 1000 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Dalam tabel ikhtisar diatas ini ternyata, bahwa kombinasi yang terbaik
G =
1144,869 g
= 14,502469440
g = 20 cm
L0 = 500 g
l = 12 cm
= 900
= = 1
= 900
rumus :
rumus :
Apabila dengan perubahan sudut yang sama, L nya juga berubah dengan nilai
yang sama, maka timbangan tersebut skalanya rata. Sebaliknya, kalau dengan
perubahan sudut yang sama L berubah dengan nilai tidak sama, maka skala
timbangan tersebut tidak rata.
Untuk jelasnya mari kita hitung data tersebut diatas dengan ( ) berturut-
turut 30, 60, 90, 120, 150, 180 dan 210.
BAB IX
TIMBANGAN PEGAS
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Piring Muatan
Penyetel Nol
Pegas Spiral
Jarum Penunjuk
Roda Gigi
Batang Bergigi
Gambar 67
F
F=k . ∆ L atau ∆ L=
k
∆ L= ¿
k
d4 . ε
k= ( Konstanta pegas)
64.n . R3
g = grafitasi (m.s-2)
64. n . R 3 . G
∆ L= … … … … … … … … … … … ….. … …(2)
d4 . ε
G
Gambar 68
Dalam praktek, regangan dua buah pegas dapat diukur dengan mudah,
yaitu selisih regangan ketika dimuati dengan muatan tertentu dan regangan
tanpa muatan.
Data pengukuran :
∆ Lo ( kiri ) ¿ a 1 ∆ LG ( kiri ) ¿ a 2
∆ Lo ( kanan ) ¿ b 1 ∆ LG ( kanan ) ¿ b 2
1
∆ L' = ∙ ∆ L
2
Penyelesaian :
E = 59,5 – 60 kg
E = -0,5 kg = -500 g
Oleh karena E = -500 g maka agar jarum tepat menunjuk pada skala 60 kg, berarti
pada penerima muatan harus diberi beban sebesar 60,3 kg, yaitu berdasarkan
rumus :
E =P–L
-0,5 = 60 – L
L = 60,5 kg
∆ L=3 ,28 cm
1
∆ L' = . ∆ L
2
1
∆ L' = .3 , 28 cm=1 , 64 cm
2
Regangan ∆ L' sebesar 1,64 cmadalah regangan tepat menunjuk pada skala 60 kg,
yaitu pada muatan 60,5 kg, sehingga jika diketahui : jari – jari pegas (R) = 1, 44
cm ; diameter bahan pegas (d) = 0,41 cm; modulus elastisitas bahan pegas = 5,37 .
105 kg.cm-2 , maka :
' 64. n . R3 . G
∆L=
d4 . ε
64 . n p . (1,44 )3 .60 .5
1, 64 =
(0,41)4 .5,37 . 106
np = 21,5
Jumlah lilitan pada muatan 60 kg dengan regangan 1,64 cm (yaitu skala yang
dikehendaki), dapat dihitung sebagai berikut :
'64. n . R3 . G 64 . n p . (1,44 )3 .60 .5
∆L= 1, 64 =
d4 . ε (0,41)4 .5,37 . 106
n s = 21,7
Dengan demikian, supaya timbangan dengan regangan 1,64 cm atau jarum pada
muatan 60 kg menunjuk tepat pada skala 60 kg, lilitan pegas harus ditambah
masing-masing sebanyak:
' 64. n . R3 . G
∆L=
d4 . ε
F, adalah gaya berat; gaya berat dipengaruhi oleh besarnya gravitasi. Oleh
karena itu, apabila sebuah timbangan pegas dimuati dengan muatan
(massa) yang sama di tempat yang berbeda, penunjukannya akan berbeda
sesuai dengan rumus:
g2
I 2−I 1 =∆ I =I 1( −1)..................................... (3)
g1
∆ I =m ( 9,7829
9,7804
−1) =
0,00255613 m
m
×100=0,03 %
E. RANGKUMAN
g2
∆ I =I 1 ( −1)
g1
Berdasarkan rumus:
❑ 64. n . R 3 . G
∆L =
d4 . ε
bahwa, regangan suatu pegas ditentukan oleh jumlah lilitan (n), jari-jari
lilitan (R), diameter bahan (d) dan modolus elastisitas bahan (ε). Oleh
karena itu R, d, dan ε besarnya tertentu (tetap) maka untuk menjustir
timbangan pegas cukup mengatur jumlah lilitan (n).
Besarnya regangan (∆ L) berbanding lurus dengan beban G atau
benda yang ditimbang berbanding lurus dengan peregangan pegasnya.
Oleh karena itu, skala-skala pada timbangan pegas selalu sama untuk
muatan yang sama.
1
∆ L' = . ∆ L
2
F. LATIHAN
1) Sebutkan macam timbangan pegas menurut pemakaiannya.
2) Berdasarkan prinsip apa cara kerja timbangan pegas itu? Coba saudara
jelaskan.
3) Jika kita menimbang dengan timbangan pegas, yang di tunjuk oleh
timbangan tersebut adalah berat, bukan massa.
Mengapa demikian. Jelaskan!
4) Sebuah timbangan pegas, kekuatan menimbangnya = 150 kg.
Timbangan tersebut ditera (pertama kali) di Medan. Ketika timbangan
itu dimuati dengan anak timbangan standar 100 kg (massa) di Medan
menunjuk tepat pada skala 100 kg. Berapakah penunjukan timbangan
tersebut kalau di Irian Jaya, juga dimuatin dengan anak timbangan 100
kg (massa). Diketahui gravitasi di Medan = 9,7803487 m.s -2 dan
gravitasi di Irian Jaya = 9,7829513 m.s-2.
5) Sebuah timbangan pegas kita tera di Jakarta menunjuk 1000 kg.
Kemudian timbangan tersebut dipakai di Takengon (Aceh). Berapa
gramkah perbedaan penunjukan timbangan di Jakarta dan Takengon?
Diketahui gravitasi di Jakarta = 9,7814234 m.s-2 dan gravitasi di
Takengon = 9,7800001 m.s-2.
6) Timbangan pegas skala-skalanya selalu sama rata untuk muatan yang
sama. Jelaskan mengapa demikian.
7) Sebuah timbangan pegas kapasitas 100 kg terdiri dari dua buah pegas,
interval skala verifikasi (e)= 200 gram. Ketika dimuati dengan anak
timbangan standar sebesar 100 kg timbangan tidak menunjuk tepat
pada skala 100 kg, tetapi setelah diletakan imbuh ∆ L ditempat muatan
sebesar 20 g timbangan menunjukan 100,2 kg.
Pertanyaan:
a. Berapakah kesalahan penunjukan timbangan pegas tersebut?
Dengan rumus:
E=I L+∆ L−∆ L−L
b. Bagaimana pendapat Saudara tentang kesalahan penunjukan
timbangan tersebut dalam hal pengujian tera.
c. Berapakah lilitan pegas harus ditambah/dikurangi agar timbangan
pegas tersebut menjadi benar atau kesalahan penunjukannya
menjadi nol, apabila dalam pratikum diperoleh data sebagai berikut:
Regangan pegas kiri muatan nol : 5,80 cm
Regangan pegas kanan muatan nol : 5,54 cm
Regangan pegas kiri pada muatan 99,820 kg : 7,56 cm
Regangan pegas kanan pada muatan 99,820kg : 7,38 cm
Jari-jari pegas (R) : 1,345 cm
Diameter bahan pegas (d) : 0,41 cm
Modulus elastisitas bahan (ε) : 5,37. 106
kg.cm-2.
BAB X
TIMBANGAN MEJA
PENDAHULUAN
sama dengan erat/massa anak timbangan yang ditaruh di daun yang lain. Dengan
perkataan lain, berat/massa muatan banding berat/massa anak timbangan sama
dengan berat/massa anak timbangan hanya jika pada muatan nol timbangan
tersebut telah setimbang. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang benar
pada penimbangan, harus dilihat dulu apakah timbangan dalam keadaan tidak
bermuatan telah setimpang atau tidak. Kalua tidak setimbang padamuatan nol
maka harus dibuat setimbang lebih dahulu, yaitu dengan cara
menambah/mengurangi timah ditempat khusus diadakan yang terletak dibawah
daun tempat anak timbangan. Tempat timah itu disebut alat penyetel nol.
Penjelasan sebagai berikut:
Apabila dalam muatan nol tidak setimabang, misalkan lebih berat ke daun tempat
barang sehingga di daun empat anak timbangan harus ditambah imbuh sebesar
delta G
(Go + G) g = (Lo + L) l
Gg - ∆Gg = Ll
(G - ∆ G) g = Ll
B. syarat-syarat
Beban (G) di daun kiri dan (L) di daun kanan diletakkan di tengah-tengahnya .
beban tersebut, sebagian akan diterima di bagian ujung tuas penghubung sebesar
(y) dan (x) ,dan sebagian lagi akan diterima diterima dibagian ujung tuas utama
K.BE – X.EF = O
K.BE = X.EF
EF
K= .X
BE
Momen terhadap C :
E1 F 1 EF
(G-y).CH1 + .CD1 = (L-x) .CH + x. CD
B 1E1 BE
E1 F 1 EF
G.CH1 – CH1.y + y.CD1 = L.CH – CH .x + x. CD
B 1E1 BE
E1 F 1 EF
G.CH1 + y ( . CD1 – CH1) = L.CH + x ( .CD – CH)
B 1E1 BE
Pada persamaan (3) ,terlihat masih ada pengaruh harga (y) dan (x). supaya
persamaan tersebut tidak dipengaruhi (y) dan (x) maka suku keduaruas masing-
masing harus
E1 F 1 CH 1 E1 F 1
CD1 = CH 1 = ……….(4)
B 1E1 CD 1 B 1E1
EF EF
. . CD – CH = 0 .CD = CH
BE BE
CH EF
= …………..(5)
CD BE
E1 F 1 EF
Persamaan (3) : G. CH1 + y ( .CD1 – CH1 ) = L.CH + x ( .CD – CH )
B 1E1 BE
Dari (6) , supaya G = L atau berat /massa muatan maka syaratnya CH1 harus
sama dengan CH .
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa syarat agar G = L dan letak G dan L
diatas kedua daun/piring dapat bebas ( tidak mempengaruhi kesetimbangan )
adalah:
CH 1 E1 F 1
1. =
CD B 1E1
CH EF
2. =
CD BE
3. CH1 = CH
(a) Supaya letak kedua daun kokoh dan rata maka kedua daun timbangan meja
harus bertumpu diatas 3 (tiga) titik rupa pisau.
Pisau – pisau tersebut dibuat rangkap atau umumnya masing-masing dibuat
berupa satu pisau Panjang.
Ketiga pisau itu letaknya satu sama lain harus selalu sejajar agar supaya jarak HC
dan HC tetap sama.
(b) Kekuatan menimbang timbangan meja umumnya 3 kg, 5 kg, 10 kg, 15 kg, dan
25 kg. Tulisan kekuatan menimbang dicapkan pada tuas utama.
(c) Bak justir penyetel nol, dibuat sedemikian rupa sehingga tidak boleh dimasuki
benda-benda secara mudah. Oleh karena itu harus cukup diskrup dengan kuat.
Piring/daun muatan harus terbuat dari bahan yang tahan karat , yang itu dari bahan
kuningan, alumunium atau baja tahan karat.
(d) Piring/daun muatan harus terbuat dari bahan yang tahan karat, yaitu dari bahan
kuningan, alumunium, atau baja tahan karat.
(e) Di bawah piring muatan pada gandar utamanya disediakan sumbat cap yang
gunanya untuk tempat cap sah tera ulang.
(j) Dalam penggunaanya, timbangan meja harus selalu ditempat yang datar, sebab,
apabila timbangan meja diletakkan pada kemiringan, missal 2 ° maka setiap
penimbangan 10 kilogram akan terjadi selisih sebagai berikut :
Gambar
79
= 10 gram
Gaya (L) diuraikan menjadi gaya L1 dan L2 (lihat gambar). ∆M adalah
pengaruh pemindahan gaya pada tuas utama atau perubahan momen
muatan terhadap titik putar C.
l
{
∆ M=− L 1 a φ ( tg α - tg β )(1-
m
¿ }
Diketahui bahwa : ∆ M=∆ Gg = ∆La
l
{
Maka : ∆ L.a = - L1a φ ( tg α - tg β )(1-
m
¿ }
−∆ L
φ=
l (7)
L 1(tg α - tg β )( 1- )
m
Oleh karena sudut β dan sudut γ sudut – sudut kecil dan hampir sama besarnya
( yaitu karena L1 dan L2 hampir vertikal ), maka :
L2 sin γ = - L1 tg β
Sehingga : L2 tg γ = - L1 tg β
−∆ L
φ=
Sehingga rumus (7) menjadi : l
(L1 tg α - L1 tg β)(1- )
m
−∆ L
φ=
l
(L1 tg α - L2 tg β)(1- )
m
−∆ L
φ=
l
(L1 tg α - L1 tg β)(1- )
m
−∆ L m 1
φ= . .
L1+ L2 m−1 tg α
Oleh karena sudut β dan γ hampir nol maka gaya – gaya L2 cos β + L1 cos γ = L
L2 + L1 = L , maka rumus
∆L m
φ= . (−cotgα) φ dalam radial
L m−1
Jika diketahui L = 10 kg ; ∆L = 10 g ; m = 9 cm
10 9 1
φ= . . =0,05 R
10000 ( 9−10,5) −tg6,87 °
Kepekaan = 0.05X20,5 cm = 1 cm = 10 mm
LATIHAN
a. Coba saudara jelaskan dengan gambar asal usul timbangan meja kontruksi
beranger !
b. Apa kelebihan timbangan meja kontruksi beranger ditinjau dari
penggunaanya?
c. Mengapa sebelum timbangan meja dipergunakan pad muatan nol harus
selalu setimbang lebih dahulu? Jelaskan secara matematis.
d. Dalam penggunaan timbangan meja harus selalu ditempat yang datar,
Jelaskan mengapa!α
e. Gambar dibawah ini adalah gambar kontruksi timbangan meja beranger.
L=10 kg
∆ l=10 kg
m=9 cm
l=10,5
jungkitan φ=0,5 cm
Berapakah besar sudut α (dalam derajat, menit dan sekon)
h. Sebuah timbangan meja kekuatan 10 kg diuji dengan meletakkan anak
timbangan standar di piring kiri dan kanan masing-masing 10 kg . Dalam
pengujian tersebut ternyata tidak setimbang, keadaannya lebih berat ke
daun/piring tempat anak timbangan. Untuk membuat setimbang diperlukan
anak timbangan sebesar 15 gram (θ = 10 g)
Pertanyaan :
1. Berapa (dilewat) salah tunjuk timbangan dimaksud?
2. Bagaimana pendapat saudara tentang kesalahan tunjuk timbangan
tersebut dalam pengujian tera? Jelaskan !
i. Sebuah timbangan meja kekuatan menimbangnya 10 kg (dilewat) kg
dimuati maksimum {10 kg kiri dan sepuluh kg di kanan} keadaannya
setimbang. Kemudian setelah dilewati imbuh 1 BKU di salah satu piring
timbangan , jarummenjungkit 2,5 cm. Bagaimana pendapat saudara
tentang kepekaan timbangan meja tersebut? Di ketahui Panjang lengan
timbangan meja tersebut? Di ketahui Panjang lengan timbangan meja =
20,5 cm. (menurut DVT)
j. Coba saudara gambar proyeksi kontruksi timbangan meja beranger dan
tunjukkan mana yang disebut tuas utama dan tuas penghubung.
k. Buktikan dan jelaskan syarat agar letak muatan di kedua piring/daun anak
timbangan dan muatan tidak mempengaruhi kesetimbangan.
l. Coba saudara ceritakan secara kronologis pengujian sifat timbang dari
timbangan meja.
a. Tera
Tanda Tera Daerah (D4), tanda tera pegawai berhak, tanda tera Sah
(SL6) dibubuhkan berdampingan pada bagian utama di sebelah
kanan.
Tanda tera jaminan (J4) dibubuhkan pada piring muatan
(gambar)
b. Tera Ulang
Tanda tera sah (SL4) dibubuhkan/dicapkan diatas (dilewat) cap
yang terletak tidak jauh dari sisi tanda tera sebelumnya.
1. CH1 = CH
CH Ef
2. =
CD BE
CH 1 E1 F 1
3. =
CD 1 B 1E1
Meskipun syarat itu terpenuhi, tetapi apabila pada muatan nol kedudukan
timbangan belum setimbang maka akan terjadi selisih penimbangan
sebesar penyimpangan pada muatan nol seilisihnya. Oleh karena itu,
sebelum penimbangan dimulai, periksa lebih dahulu kesetimbangan pada
muatan nol, hal ini sering dipraktekan oleh pedagang yang curang.
∆L m
Menurut rumus φ= . . ( - cotg∝) . kepekaan m dipengaruhi
L m−1
besarnya sudut ∝ dan jarak l makin kecil sudut ∝ makin besar
kepekaanya.
1. TIMBANGAN SENTISIMAL
PENDAHULUAN
Gambar 87
Gambar 87
Tuasnya terdiri dari tuas utama (JHI), tuas antara ( AB1a) dan tuas
muatan (DEF).
Gambar 88
Muatan yang diletakkan di ataslantai muatan diteruskan oleh gaya
pada batang BJ dan selanjutnya disetimbangkan oleh gaya akibat
massa G.
Gambar 89
∑ Mf =0 ∑ Ma=0
K1.UF – (L-x) . EF = 0 x.AC + K1.AD1 –
K2.AB = 0
EF EF
K1 = (L-x) k2.AB = x.AC + L
DF DF
EF
AD1 - x AD1
DF
EF . AD 1 AC
K2 = L + ( -
DF . AB AB
EF . AU 1
) x……………(1)
DF . AB
Dalam persamaan di atas, ternyata masih ada pengaruh factor harga
‘’x’’. Supaya persamaan tersebut tidak dipengaruhi oleh harga ’’x’’
maka suku pertama ruas kedua sebelah kanan harus = 0. Jadi :
AC EF . AD 1 AC EF
- =0 =
AB DF . AB AD ! DF
AC . AD 1 AC AC . AD 1 AC
K2 =
AD 1. AB
L+ (−
AB AD 1. AB
x) K 2=
AB
L
.∑ MH =0
K2 . JH = G .IH = 0
K2 . JH = G .IH
AC
. L. JH=G . IH L =
AB
AB. IH AC . JH
G atau G= L
AC . JH AB . IH
AC . JH 1
maka koefisien harus =
AB. IH 100
1
Maka untuk timbangan sentisimal berlaku G = L
100
Cara membuat perbandingan lengan pada tuas JHI dan ACB dalam
1
prakteknya adalah bebas, asal perkaliannya = .
100
Jadi perbandingannya misalkan dibuat demikian :
AC 1 JH 1
a) = dan =
AB 8 IH 12,5
AC 1 JH 1
b) = dan =
AB 4 IH 25
AC 5 JH 5
c) = dan =
AD 75 IH 33,3
1
Untuk membuat hasil perkaliannya tepat maka kita bias
100
mengatur jarak AB karena pisau B dipasang pada bagian khusus yang
dapat disetel sehingga Panjang lengan AB dapat diperpanjang atau
diperpendek jika perlu.
Untuk menyetel nol ,maka timbangan ini dilengkapi dengan bak justir
yang terletak di bawah daun piring tempat anak timbangan dan bobot
penyetel yang ada pada ujung (J) , dimana untuk menyetelnya harus
menggunakan obeng. Lantai muatan dilengkapi dengan pagar besi
pada sebelah tiang dan 4 buah roda agar mudah dipindah-pindahkan.
AB . IH
: L¿ .G
AC . JH
Harga C,JH,IH dianggap tetap, kita sebut saja ‘’x’’ ( konstan ) sehingga :
AB
L= .G
x
Gambar 91
Dalam suatu percobaan, pada lantai timbangan diletakkan anak
timbangan standar sebesar 300 kg dan di piring tempat anak
timbangan diletakkan anak timbangan sbesar 3 kg. Kalau timbangan
itu benar berarti anatara jarum dan tolok saling berhadapan. Namun
dalam percobaan ini ternyata G menjungkit kehadapan. Namun dalam
percobaan ini ternyata G menjungkit ke atas , berarti timbangan ini
mempunyai kesalahan tunjuk. Pertanyaannya, supaya timbangan ini
benar atau setimbang diapakan Panjang AB ? diperpanjang atau
diperpendek.
Cara 1
AB AB
persamaan L = .G , ruas kanan yaitu .G terlalu ringan. Supaya
x x
ruas kanan dan kiri menjadi sama atau setimbang maka ruas kanan
AB
.G harus diperbesar yaitu dengan memperbesar atau
x
memperpanjang jarak “AB”. Sebaliknya kalua dalam pengujian jarum
AB
penunjuk menjungkit ke bawah. Berarti dari persamaan L = .G .
x
AB
Ruas kanan yaitu .G terlalu berat. Supaya ruas kanan dan kiri
x
AB
menjadi sama atau setimbang maka ruas kanan .G harus
x
diperkecil yaitu dengan memperkecil atau memperpendek jarak “AB” .
Contoh soal :
Perhitungan :
AB
Rumus kesetimbangan timbangan sentisimal L= .G dimana x
x
adalah bilangan tetap. Sesuai dengan rumus dalam posisi setimbang
75 3.015× 75
300 = .3,0150 x= =0,75375
x 300
AB+ N
L= .G
x
75+ N
300 = .3
0,75375
3 ( 75 + N ) = 0,75375 . 300
225 + 3 N = 1,125
N = + 0,375
Cara II
K .( AB + ∆ AB ) = L.AC
atau
K. AB = ( L + ∆ L ) .AC
-K.∆ AB = ∆L.AC
L
∆ AB =∆ . AC ……(3)
K
(b). psosisi setimbang dicapai kalua imbuh di stang ( piring at) G.IH =
K.AB menjungkit ke atas, kemungkinan karena ada pengurangan AB sebesar
∆ AB atau perubahan G sebesar ∆ G
G.IH = (AB-∆ AB)
G.IH = K.AB – K ∆ AB
K.AB = (G + ∆ G) IH
G. IH G. IH ∆ AB ∆G
K= : = ∆ G .IH ∆ AB = . AB
AB AB G
Imbuh di stang = ∆G
EF AC
Dalam pembahasan kebenaran ,telah di dapat = untuk membuat
DF AD 1
agar kepekaan tidakdipengaruhi olehletak muatan di atas lantai muatan,
maka ∝=γ=90 ° . Jadi batang CC1 // DD1, sehingga muatan L dapat dianggap
bertitik tangkap di titik C dan E.
Dengan demikian maka untuk mencari kepekaannya dapat diturunkan dari
rumus umum kepekaan timbangan tuas berpangkat.
∆ G. g 1
φ=
I1 2 I1I2 2
M 1+ M 2
g2 ( )
+M 3(
g2g3
)
M1 = ( G + Z1 ) e2’ + B’ e1’
∆≫1
φ=
M 1+ M 2 ¿ ¿
I 1I 2
M1 = -L
g 2 tg ⅄ ⅄
I2
M2 = -L
tg ⅄
I1I2
∆G = ∆L
g1 g2
∆G g1
φ=
M 1+ M 2 ¿ ¿
I1I2 I 1 I 2∆ L
∆ Lg1
g1g2 g2
φ= 2
=
I1I2 I2 I1 −L I 1 I 2 I 1 I 22
−L
g 2tg ⅄
−L
tg ⅄ g 2 ( ) (
tg ⅄ g 2
+
g 22
)
I1I2
−∆ L g2
φ= . tg ⅄
L I 1 I 2 I 12 I 2
+
g 2❑ g 22
I 1I 2
−∆ L g2
φ= . tg ⅄
L I 1 I 2 g 2+ I 12 . I 2
g 22
−∆ L g2
φ= . . (−tg ⅄)
L g 2+ I 1
Inilah rumus sudut kepekaan timbangan setisimal. Dari rumus tersebut maka
yang dimaksud dengan kepekaan timbangan sentisimal adalah besarnya
jungkitan (φ ¿yang diperoleh dari pemberian imbuh sebesar remidi (∆L) .
.∆ L=0,5 kg
L = 500 kg
g2 = 75,5 cm
I1 = 5 cm
⅄ = 94,3°
R = Panjang jarum = 40 cm
∆L g2 ( 0,5 ) ( 75,5 )
Hitungan : φ= . (−tg ⅄ )= (−tg 94,3 °)
L g 2+ I 1 500 ( 75,5+5 )
Terlebih dahulu kita hitung harga e. Untuk mencari harga”e” kita tinjau tuas
berlengan (g) dan (I) seperti gambar di bawah ini .
G bersudut gaya dengan g
e = CS = CH – SH
CH = l sin (⅄-90°)
= - I cos⅄
∆ SDH ≅ ∆ ADN
SH DH DH
= SH= AN
AN DN DN
DH = I sin ⅄
DN = BE = BC + CE = g sin γ + I sin ⅄
= g cos γ – I cos ⅄
DH
Berdasarkan : SH = AN
DN
= I sin ⅄¿ ¿
e = CH – SH
e = - 1 cos ⅄ - I sin ⅄¿ ¿
e=−I cos ⅄¿ ¿
e=−lg ¿ ¿ ¿
−lgsin( γ+ ⅄)
e=
g sin γ + I sin ⅄
B’.e1’ = B”.e1” = 0
M1 = ( G + Z ) e2’
M2 = ( Z + L ) e2”
∑M A =0
I2
Z= L
g 2 sin ⅄
∑M H =0
ZI1 sin v – Gg1 = 0
I1 I 1 I 2 sin ⅄ I 1I 2L
G= Z sin ⅄ = L =
g1 g 1 g 2sin ⅄ g1g2
I1I2
G= L
g1 g2
M1 = ( G + z ) e2’
I1I2 I2 g 1 I 1cos ⅄
M1 = ( . L+ L¿
g1 g2 g 2 sin ⅄ g 1+ I sin ⅄
I2
M1 = -L ¿¿
g2
I 1I 2
M1 = - L
g 2 tg ⅄
M2 = ( Z + L ) e 2 “
I 2L −g 2 I 2 cos ⅄
M2 = ( +L ¿
g 2 sin ⅄ g 2 sin ⅄+ I 2
M2 = - L ¿ ¿
∆G.g1
φ= 2
I1
M 1+ M 2
g2 ( )
Maka seperti telah di terangkan di depan , diperoleh rumus kepekaan
timbangan sentisimal sebagai berikut :
∆ L g2
φ= (−tg ⅄)
L g 2+ I 1
perhatikan gambar 6
d.) Untu bagian-bagian tertentu , bahannya boleh terbuat dari bahan kayu
yang berkualitas baik dan harus dicat.
e.) Arah gandar utama harus menghadap kekanan, jika permukaannya dilihat
dari lantai muatan.
f.) Pembagian skala pada gandar utama harus teratur dan tanda-tanda harus
kelihatan jelas dan mudah dibaca . Skala-skala pada kedua sisi gandar harus
sama tepat pada pembacaannya.
g.) Kelonggaran bobot ingsut antara bobot ingsut dan gandarnya tidak boleh
lebih dari 1 mm, dan semua penunjukan skala harus dapat dengan jelas dan
secara simultan terbaca oleh penjual dan pembeli.
h.) Ayunan jungkitan gandar harus dibatasi dengan alat pembatas jungkitan,
shingga tidak boleh terlalu sempit dan terlalu lebar .
j.) Bobot ingsut pada tuas utama tidak boleh dilepas dengan mudah dari
gandar tanpa merusak tanda tera jaminan, dan lubang justirnya harus dibuat
sedemikian rupa sehingga timah yang digunakan untuk penjustiran tidak
mudah dikeluarkan tanpa merusak tanda tera jaminan di dalamnya.
k.) Mata-mata pisau pada tuas harus terletak pada satu bidang datar dan
arahnya sejajar satu sama lain. Pisau harus tertanam ke dalam tuas minimal
1/3 dari tinggi pisau ( d≥ 1/3h)
l.) Pisau-pisau, bantalan, tempat penyangga harus dibuat dari baja yang
dikeraskan tanpa ada retakan dan belahan-belahan.
a.) Tera
1.) Tanda tera daerah ( D8) , tanda tera pegawai berhak (H4) dan tanda tera
sah (SL6) dibubuhkan/dicapkan berdampingan pada tuas utama di bagian
sebelah kanan.
2.) Tanda tera jaminan ( J5) dalam lubang justir bobot ingsut.
3.) Tanda tera jaminan (PB8) pada alat justir di ujung tuas antara.
b.) Tera ulang
1.) Tanda tera sah (SL6) dibubuhkan/dicapkan di atas sumbat cap ,yang
terletak tidak jaug dari sisi tanda-tanda tera sebelumnya.
2.) Tanda tera jaminan (J5) atau (PB8) apabila timbangan mengalami
penjustiran atau perbaikan pada bobot ingsut atau pada alat justir kebenaran
di tuas antara.
H. LATIHAN
Pertanyaan :
L = L1 + L2
A1C = 3 cm
A 2 D BE
=
A 2 D 1 BF
AC = 30 cm
A2D = 7,5 cm
A2C2 = 75 cm
A 1. C . A 2
Buktikan : (1) G = .L
A 2c 2. AC
1
(2) G= L
100
I . Rangkuman
Timbangan ini cukup tahan dalm pemakaian yang lama , karena bagian lantai
tertumpu di atas 4 (empat) titik tumpuan dan dilengkapi dengan pagar
pengaman.
PENDAHULUAN
Gambar 102
Kedudukan setimbang dapat dilihat bila tolok dan ujung yang lancip pada
tuas utama ( alat penunjuk kesetimbangan) saling berhadapan.
Timbangan bobot ingsut seperti halnya timbangan majemuk lain nya banyak
menggunakan pisau dan bantalan. Antara pisau dan bantalan harus tertumpu
dengan baik, supaya tidak terjadi gesekan-gesekan. Gesekan-gesekan bagi
timbangan yang prinsip kerjanya berdasarkan tuas , sangat berpengaruh
terhadap sifat timbangnya (kebenaran,ketidaktetapan dan kepekaan) .
AB . IH
L= G
AC . JH
AC EF
=
AD 1 DF
2.1 Kepekaan Timbangan Bobot Ingsut
Rumus sudut kepekaan timbangan bobot ingsut juga mengambil dari rumus
kepekaan timbangan sentisimal yaitu:
∆L AB
φ= . .(−tg ⅄)
L AB + IH
Dimana ⅄ adalah sudut yang dibuat oleh batang penghubung dengan tuas
Gambar 103
utama.
Ternyata dari rumus tersebut , supaya kepekaanya besar atau menjadi besar
maka harga (−tg ⅄) harus besar. Harg.(−tg ⅄) besar kalau. ⅄ mendekati 90°
atau batang penghubung dan tuas uatma saling berada dalam posisi tegak
lurus.
AB . IH
L= G
AC . JH
AB G
( lengan”g” ) dan dapat dianggap suatu konstanta C, sehingga
Ac IH
persamaan di atas menjadi L = C.IH = C.g
Hal ini berarti , bahwa muatan “L” berbanding lurus dengan gerak “g” yang
merupakan besaran skala dalam satuan massa. Dengan demikian ,apabila
persamaan kesetimbangan tidak terpengaruh artinya L ≠ cgmaka dapat
dilakukan adalah dengan mengubah besaran konstanta . Dari besaran
konstanta tersebut yang paling mudah dilakukan adalah dengan mengubah
berat bobot ingsut seperti halnya menjustir timbangan dacin. Oleh karena itu
berbeda dengan timbangan sentisimal. Timbangan bobot ingsut pada tuas
lantainya (tuas AB) tidak dilengkapi dengan alat penyetel.
AB . IH x
Dari L= G ke L= G oleh karena tuas utama menjungkit ke atas
AC . JH JH
x x
berarti dari persamaan L= G , ruas kanan yaitu G terlalu ringan.
JH JH
Supaya ruas kanan dan kiri menjadi sama atau setimbang , maka ruas kanan
x
G tentu jarak “JH” harus diperkecil atau diperpendek. Jadi , kalau
JH
timbangan menjungkit ke atas penjustiran dapat dilakukan dengan
memperpendek jarak “JH” . Sebaliknya ,kalua timbangan menjungkit ke
bawah penjustiran dapat dilakukan dengan memperpanjang jarak “JH”.
BAB XII
TIMBANGAN CEPAT
A. PENDAHULUAN
Konstruksi timbangan cepat adalah berdasarkan sistem timbangan kwadran.
Bedanya dengan timbangan yang berdasarkan sistem tuas adalah:
Pada sistem tuas kedudukan setimbangnya tertentu yaitu bila
tuas/gandar datar atau jarum berhadapan tepat dengan tolok.
Juga timbangan ini kita memerlukan anak-anak timbangan atau bobot
ingsut untuk mengetahui massa muatan yang ditimbang.
Pada sustem kwadran kedudukan setimbangnya berubah-ubah
tergantung pada muatannya. Jadi, pada sistem ini yang digunakan
sebagai ukuran massa muatannya adalah perubahan-perubahan
kedudukan setimbang tersebut. Dengan sistem kwadran tidak
diperlukan anak-anak timbangan atau bobot ingsut, kita tinggal
menunggu sampai ayunan ayunan berhenti dan langsung dapat dibaca
massa satuan tersebut pada penunjukan jarum yang selalu ada pada
timbangan.
Meskipun demikian, ada juga timbangan cepat yang merupakan kombinasi
antara system kwadran dan tuas, tetapi seperti telah pernah disebutkan pada
bab sebelumnya, sebetulnya yang berbeda adalah tuas utamanya saja,
sedangkan susunan tuas-tuas bawahnya (tuas suatan dan antara) adalah
seperti pada timbangan tuas yang lain.
Pada timbangan cepat dibagian tuas utamanya dihubungkan dengan suatu
system kwadran yang memungkinkan kita untuk membaca muatan secara
langsung, tidak perlu menghitung-hitung lagi. Itulah sebabnya mengapa jenis
timbangan ini di sebut timbangan cepat, karena timbangan tersebut orang
dapat menimbang lebih cepat, dibanding dengan timbangan-timbangan yang
lain (sistem tuas). Perlu diketahui, bahwa walaupun dengan tibangan pegas
orang dapat menimbang sama cepatnya seperti dengan timbangan kwadran,
tetapi timbangan pegas tidak digolongkan/ dinamakan timbangan cepat.
Namun, dalam hal penggolongan sistem penunjukan, kedua timbangan
tersebut (kwadran dan pegas) termasuk jenis timbangan yang
penunjukannya otomatis, seperti juga timbangan elektronik.
Sistem konstruksi penunjukan timbangan cepat sebagian besar telah
menggunakan lengan yang berkeping tembereng dan ban logam (pita baja
tipis). Dengan konstruksi tersebut maka skalanya bisa dibuat rata.
Sebagaimana telah dibahas pada timbangan kwadran yang “sebagian
berpisau muatan dan sebagian berkeping temebereng”, Namun, masih ada
timbangan cepat yang sistem konstruksi di bagian penunjukannya
emnggunakan sistem timbangan kwadran baisa (berpisau muatan), yaitu
dijumpai pada timbangan cepat skalanya mendekati rata, maka sudut skala
timbangan ini dibuat simetris dan Q maks nya dibuat terbatas (40°−50 °),
sedemikian sehingga tidak menampakan perbedaan yang menyolok.
Pita baja harus dibuat dari bahan yang halus dan rapi pembuatannya
agar supaya dapat menempel seluruhnya diatas silinder. Titik
singgungnya adalah titik dimana pita baja tepat melempaskan diri dari
silinder. Pita baja tersebut dihubungkan dengan bagian piring muatan
sebelah kiri lewat sebuah batang yang melengkung ke bawah. Jarak naik
turunnya suatu titik pada pita baja D tepat sama dengan jarak naik
turunnya piring kiri adalah piring muatan, sedang piring kanan adalah
piring untuk menaruh anak timbangan. Jika dipiring kiri ditaruh muatan
maka sebagian dari massa muatan tersrbut dibuat setimbang oleh anak
timbangan yang ditaruh di piring kanan, dan sebagian lagi yang tersisa di
buat setimbang oleh timbangan kwadrannya.
Contoh :
Misalkan kita akan menimbang gula yang massanya 2400 gram dengan
timbangan cepat jenis ini yang kekuatannya 10 kg, dimana skalanya
maksimum hanya bisa menunjuk sampai 1000 g. Dengan demikian yang
kita lakukan adalah, gula ditaruh pada piring muatan, sedangkan pada
piring anak timbangan ditaruh a.t yang massanya 2kg (2000 g), maka
secarav otomatis jarum timbangan akan menunjuk 400 g. Artinya, massa
gula tersebut adalah 2kg + 400 g = 2400 kg.
Timbangan cepat gantung ini sangat praktis, mudah dibawa bawa dan
bisa untuk menimbang bermacam-macam komoditi. Sayangnya,
timbagan ini jarang dipakai di Indonesia. Kekuatan timbangan ini antara
25 kg sampai 100 kilogram.
B. FUNGSI PENDULUM
kalau pendulum dalam posis miring terhadap titik putarnya maka momen
akibat pendulum P tergantung kepada besarnya jari-jari R dan sudut
miringnya,MC= PR sin α .
Untuk batang tekan,posisi pendulum pada muatan nol adalah miring dan
posisi pendulum pada muatan maksimum adalah vertical.Dengan demikian
penyetelan atau menaik-turunkan pendulum hanya berpengaruh (dilakukan)
pada muatan nol.
C. PENJUSTIRAN TIMBANGAN CEPAT MEJA
1. Batang Tekan
2. Batang Tarik
1. Batang Tekan
( a ) Amati posisi muatan nol dan catat salah tunjuknya,apakah
(+)atau(-).
Jika salah tunjuk (-) 1 mata skala maka stel 10 kali kearah yang
berlawanan dengan mengendorkan baut AP dan putar kedua
tembereng (segmen) ketas dengan ketinggian yang sama.
( c ) Muati timbangan dengan muatan maksimum dengan meletakkan
anak timbangan standar pada lantai muatan.Amati salah
tunjuknya (+) atau (-). Jika ada salah tunjuk maka stel dengan
karter AR dengan cara memutar kearah kanan atau kiri
sedemikian sehingga jarum tepat menunjuk pada skala
maksimum.Kalau salah tunjuk (+) maka karter diputar sesuai arah
putaran jarum jam,dan kalau salah tunjuknya (-) maka karter
diputar berlawanan dengan arah jarum jam.Catatan ; Penyetelan
pada muatan maksimum, ½ muatan dan nol saling
mempengaruhi,karena itu proses penyetelan harus diulangi lagi
dari muatan nol, ½ muatan dan maksimum.
2. Batang Tarik
E. SYARAT-SYARAT TEKNIK
( a ) Umum
( b ) Skala-Skala
Selisih berat yang ditunjukkan oleh dua garis skala yang berurutan
harus mempunyai nilai 0,1% atau kurang dari muatan maksimumnya.
( c ) Kelengkapan lainnya
Tera
Tera Ulang
- Tanda tera sah (SP8) pengganti tanda tera sah pada pembungkus
mekanik (klok) sebelumnya).
Tera
- Tanda tera daerah (D8) ,tanda tera pegawai berhak (H8) dan
tanda tera sah (S16) dicapkan berdampingan diatas plat yang
dilekatkan/lem atau pada sumbat cap.
- Tanda tera sah (SP8) pada pembungkus mekanik (klok) ;
- Tanda tera jaminan (JP8) pada pembungkus mekanik (klok) yang
lain.
Tera Ulang
- Tanda tera sah (SP8) pengganti tanda tera sah pada pembungkus
mekanik (klok) sebelumnya.
G. RANGKUMAN
(c) Apa yang saudara ketahui tentang konstruksi tuas utama timbangan
cepatt,terutama bahannya.
(f) Menurut jenisnya timbangan cepat itu dapat dibagi berapa golongan?
sebutkan.
(i) Skala-skala timbangan kwadran tunggal pada umumnya tidak rata untuk
kelipatan muatan yang sama,tetapi untuk timbangan kwadran majemuk
atau timbangan cepat hal itu bisa diatasi,bagaimanakah mengatasi hal
tersebut?Terangkan.
(j) Timbangan kwadran yang berkeping tembereng,muatannya dapat
dihitung dengan rumus :
sin(φo+ φ)
L = G' O r
+ sin( λ+ ¿ φ)−L ¿ O
e
Kalau diketahui :
r
λ = 80 ° dan =2
e
LO = 500 gram
L m = 1000 gram
φ m = 30°
PENDAHULUAN
Timbangan elektronik adalah timbangan yang bekerjanya berdasarkan system
elektronik. Elektronik berasal dari kata benda electron, sedangkan electron bagian
dari atom. Atom sendiri bagian terkecil dari molekul, sedangkan molekul bagian
terkecil dari bahan (benda).
Bila dua benda sama-sama bermuatan sejenis saling berdekatan diberi muatan
listrik (digsok-gosok), akanterjadi interaksi tolak menolak, atau dua benda
bermuatan tak sejenis saling berdekatan akan terjadi interaksi tarik menarik,
sehingga terjadi gaya tolak menolak atau tarik menarik. Gaya tersebut
menimbulkan energy, energy inidisebut energy potensial listrik atau tegangan
listrik atau teganagn listrik, contoh.
Muatan (+) di A lebih besar daripada di a, atau berarti potensial di A lenih besar
daripada di a, atau berarti arus listrik mengalir dari A ke B : seblaiknya electron di
a akan mengalir ke A, karena di B lebih banyak electron (-). Gerakan ini disebut
gaya gerak listrik (ggl) = electrmotiveforce (emf) = perbedaan tegangan listrik =
tegangan = voltase.
Dapat disimpulkan, aliran arus ada, karena ada beda potensial (tegangan),
sedangkan tegangan ada karena adanya perpindahan electron. Perpindahan
electron merupakan sifat. Jadi sifat atau keadaan electron yang menyebabkan
adanya akliran lisrtrik disebut elektronik (bersifat eletronis).
Alat yang berhubungan dengan sifat electron atau elektronik disebut alat-alat
elktronik, seperti radio, TV, kulkas, strika, blender, HP, dan lain-lain. Timbangan
elektronik adalah timbangan yang bekerjanya berdasarkan elektronik, benda
benda dapat bekerja kalau da komponen-komponen elektronik seperti : resisto,
kapasitor/kondentator, diode, transformator, transistor, dan lain sebagainya.
1. Transquser
Besaran masukan (input) pada kebanyakan system instrument tapi
bukan besaran listrik, untuk listrik. Untuk menggunakan teknik elektrik
pada pengukuran atau pengontrolan besaran yang bukan listrik untuk di
ubah menjadi suatu sinyal listrik dilakukan oleh alat yang disebut
transduser. Transduser adalah elemen masukan yang fungsinya mengubah
sebuah besaran fisis menjadi sinyal listrik.
2. Load Cell
Setiap benda yang mencapai stress (tegangan) . Untuk
mengetahui besarnya tegangan atau stress dapat dilakukan dengan cara
mengukur strain (tegangan) yaitu dengan menggunakan strain gauge stess
pada benda dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab, antara lain adanya
arikan (beban), apabila stress disebabkan oleh beban maka strain gauge
yang digunakan untuk mengetahui stress tersebut biasa disebut strain
gauge Load Cell atau Load cell.
Load Cell ini, banyak digunakan pada alat timbangan, karena alat
timbangan digunakan untuk mengukur beban (load).
Pada hakekatnya load cell adalah strain gauge, dimana stress yang
terjadi pada benda berasal dari load cell.
Strain gauge load cell bias dihasilkan dari system optis, system
elektris, system akusitis dan lain-lain. Untuk keerluan paraktis jenis yang
paling banyak digunakan adalah system elektris. System elektrin terdiri
dari beberapa system antara lain :
L
R=ρ dimana
A
ρ = hambatan jenis
L = Panjang
A = luas permukaan
E= power supply
RS4 = resistance strain gauge aktif
R3 = tahanan geser (potensiometer)
R1 . R2 = tahanan pasif
ΔR ∕ R
Gf = , diamana Gf = gauge faktor
ΔL ∕ L
Misalkan bahan terbuat dari constataan dengan Gf = 2 dilekatkakan ke
sebuah benda baja yang dipengaruhi oleh tegangan geser
ΔR ∕ 12
2= 2 . 5 . 10-4 = 10-3 = 0,1 %
5 ⋅10−4
Hasil yang kecil ini diukue oleh jembatan Wheat Stone, lalu dirangkai
dengan Op-Amp (Operasional Amplifier) yang dapat berfungsi sebagai
penguat, untuk menghasilkan tegangan out put yang diinginkan, yaitu
tegangan yang umumnya dibutuhkan oleh TTL (gate) adalah 0 Volt
untuk low, dan 5 Volt untuk high.
Load Cell berdasarkan bentuk ada beberapa type, antara lain : solid
type, hole type, ring tyoe, diaphragm type, doughout type, double
beam type.
Load Cell pada mulanya dibuat dalam bentuk Analog Load Cell,
tetapi akhir-akhir ini load cell telah dikembangkan dalam bentuk
Digital Load Cell.
Perbedaan Analog Load Cell dan Digital Load Cell antara lain,
kalau dalam analog load cell panjang kabel sudah tertentu menyatu
dalam satu kesatuan dengan kompone load cellnya, dalam arti kalau
panjang kabel dirubah akan berpengaruh kepada penunjukan
(indicator), (nearalitynya tidak baik). Sedangkan dalam Digital Load
Cell panjang kabel tidak berpengaruh bila dirubah.
1. Pengaruh Gravitasi
F=m.g F1 = S.g F2 = M.g
a. continue
- motor generator
- rangakain pengoperasian
b. discontinue
- elektrostatik
- radiasi
m
G= ρμ⋅ ⋅g
ρm
Penunjukan timbangan :
P = F – G = mg – m1g
ρμ
P = mg - ⋅g
ρm
ρμ
P=(1- ) mg
ρm
4. Pengaruh Lainnya
Posisi di A :
Contoh :
P = 740 + 0,5e - ∆L
P = 1L + 0,5e - ∆L
1L = 740
P = 740 + 0,5e - ∆L
P = IL + 0,5e - ∆L
Contoh: IL = 740
∆L = 8 ,maka
P = IL + 0,5e -∆L
P =740 + 5 – 8 = 737
50000 kg 30 mV
n= =5000 , maka sinyal listrik untuk e=10 kg adalah =0,006 mV
10 kg 5000
2. Prinsip Penjustiran
Prinsip penjustiran timbangan elektronik didasarkan kepada hokum Ohm,
yaitu …. ,dimana R = tahanan. V = tegangan dan I = arus.
1. Tanda tera sah, tanda tera pegawai berhak dan tanda tera daerah …
dibubuhkan pada sumbat cap atau lemping, dimana lemping tersebut
diletakan pada kerangka ( box ) dengan kuat. Bagian-bagian yang
memungkian terjadinya perubahan, seperti alat penjustiran harus diberi
tanda tera jaminan J4 atau JP8.
2. Untuk tera, dibubuhkan tanda tera sah pada lemping yang dipasang
dengan kuat pada kerangkanya.
3. Lempingan tersebut pada butir 1 dan 2 di atas, dapat dipasang dengan cara
dilem dengan kuat atau dengan skrup dibubuhi tanda tera jaminan.
G. RANGKUMAN
Adanya gaya akan terjadi regangan (strain), dan adanya regangan akan
mengubah tahanan listrik. Dari perubahan tahanan akan dapat diukur
regangannya dari gauge faktor, yaitu :
Pengukur regangan disebut juga strain gauge. Strain gauge sangat kecil.
Untuk menditeksi tegangan tersebut kedalam sinyal listrik maka dibuatlah
rangkaian listrik Jembatan Wheat Stone. Kemudian dengan peralatan
pengolah (IC atau microprosesor) dan peralatn keluaran (output)
terwujudlah suatu timbangan elektronik yang sempurna.
12. apa yang dimaksud saudara ketahui tentang hysteresis, linearitas, creep
error ?
7. PENDAHULUAN
Jadi, dengan timbangan jembatan kita dapat menimbang mobil, kereta api,
gerobak, mesin mesin berat, hasi hasil perkebunan ( teh, karet, tebu, sawit,
dan sebagainya ), hewan dan lain lain.
Untuk menimbang gerobak atau mobi, lantai timbangan harus dibuat rata
dengan permukaan jalan, sedangkan untuk timbangan jembatan yang
dipergunakan untuk menimbang kereta api maka diatas lantai muatan
dipasang rel. timbangan jembatan untuk menimbang hewan, lantai
muatannya dipasang pagar untuk menjaga agar hewan waktu ditimbang
tidak lari.
Kontruksi/ susunan tuas utamanya ada yang berupa tuas, kuadran, pegas
majemuk dan berupa elektronik ( digital ). Timbangan jembatan menurut
hubungan tuas utamanya dapat dibagi :
Untuk membuktikan
syarat letak muatan
diatas lantai tidak
mempengaruhi
kesetimbangan dan
persamaan
Misalkan pada lantai sebelah kiri ada beban “x” dan sebelah kanan menjadi
( L- x)
Z = K1 + K2 = X ( L-x ) – ( C– )x+ L
Dalam persamaaan ini, ternyata masih ada pengaruh fator “x”. Supaya factor
“x” tidak ada maka :
=
– = = 0 inilah syarat letak muatan tidak mempengaruhi
kesetimbangannya
∑Mc2 = 0
z.c2o5 = K3.C2A2 K3 = .z
∑Mc1 = 0
G= L
Kalau C1D1 . C2D5 . C4D4 . A1C1 . A4C4 merupakan bilangan tetap x ( konstanta ),
persamaan diatas dapat ditulis :
L=
Kalau kita maengambil contoh dari kontruksi Rolle tersebut diatas maka gaya
yang diterima batang penghubung adalah besarnya gaya ( K3 ), yaitu :
K3 = =
Apabila dan
K3 =
1. Karena lantai muatan dibuat rata dengan permukaan jalan maka tuas
tuas bagian bawah dari timbangan dipasang didalam lubang
Lubang tersebut harus memenuhi syarat berikut :
e) Lubang harus cukup dalam, agar cukup memberi tempat bagi
tuas tuas bagian bawah dan orang dapat masuk di dalamnya
untuk memeriksa bagian bagian bawah timbangan.
f) Lubang harus bersih dan kering, supaya tuas-tuas dan bagian-
bagiannya tidak lekas rusak akibat karat.
g) Lubang, harus ada saluran pembuangan air agar tidak ada air
yang tergenang, atau dilengkapi pompa air.
h) Lubang harus dibeton, sedemikian rupa sehingga kuat
menahan daya timbang.
Catatan : Dispensasi ketentuan lubang untuk timbangan
jembatan dapat diberikan oleh Direktur Metrologi, hanya
dalam keadaan khusus yang secara teknis masih dapat
dipertanggung jawabkan.
2. Kontruksi lantai muatan dan tuas-tuasnya harus cukup kuat untuk
menimbang sesuai dengan kekuatan menimbangnya.
3. Bagian indikator ( bagian penunjukan ) harus terlindung dari hujan,
Karena itu bagian ini harus dipasang terpisah terletak disamping
lantai muatan didalam ruangan yang tertutup dan beratap. Dinding
ruangan tersebut ( yang mengahdap ke lantai muatan ) harus selalu
dibuat berjendela agar orang lain data meihat muatan yang ditimbang.
4. Timbangan jembatan, jika tidak ditentukan lain harus memenuhi
ketentuan yang berlaku menurut jenisnya, yaitu timbangan jembatan
engan piring gantung arus memenuhi ketentuan timbangan
sentisimal/milisimal, timbangan jembatan bobot ingsut harus
memenuhi ketentuan timbangan bobot ingsut, timbangan cepat harus
memenhi ketentuan timbangan cepat, dan timbangan jembatan
elektronik harus memenuhi ketentuan timbangan elektronik
5. Batas kesalahan yg diizinkan ( BKD ) untuk timbangan jembatan
berlaku ketentuan SSTK timbangan bukan otomatis sesuai Surat
Keputusan Direktur Metrologi NO.803-1/Dirmet1.1/VII/2001, yaitu
berdasarkan kelas ketelitiaanya
6. Kepekaan untuk timbangan jembatan bobot ingsut dan milisimal,
berlaku ketentuan bahwa bila pada muatan tertentu diletakan imbu
pada lantai muatan sebesar BKD, maka ujung gandar harus
menjungkit 1cm setiap 100cm panjang lengannya.
7. Timbangan jembatan yang kekuatan menimbangnya lebih besar dari
10 ton, biasanya dilengkap dengan alat yang disebut alat pengarea
yang gunanya untuk melepaskan pisau pisau muatan dari lantai
muatan, sehingga lantai muatan tidak lagi bertumpu dari pisau pisau
tersebut, satu dan lain hal supaya pisau pisau muatan tidak lekas aus.
Penggunaan alat area ini tidak boleh berpengaruh terhdap
penunjukan timbangan.
8. Ukuran dimensi pisau dan bantalan disesuaikan dimensi tuas tuas,
tetapi harus tertanam 1/3 dari tingginya, sedangkan kekerasannya
antara 60 – 65 derajat Rockwell C.
9. Timbangan jembatan tidak perlu dilengkapi dengan unting – unting
( penyipat datar ) sebab letaknya sudah tetap.
Menentukan Salah Fraksi TJ bobot Ingsut Substitusi Singkat
Yang diuji cukup sua fraksi saja, misalnya salah tunjuk freaksi ke-1 dan fraksi
ke-9 maka kesalahan mutlak masing-masing fraksi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus-rumus umum :
Contoh :
Sebuah timbangan jembatan kapasitas 10.000 Kg, Jumlah fraksinya = 10, kita
sebut ‘’n’’.
maka dimana,
( + )
( + )= (+1+1) = 10 Kg
Selanjutnya kita hitung harga dan . Harga dapat dihitung dengan rumus :
Jadi, = =
Z = = 1. 10 = 10 Dan Dari :
10 = 10 +
Dari = 0= =0
Dengan harga . tersebut maka dapat dihitung kesalahan mutlak tiap fraksi
sebagai berikut :
+ = 1. = 1 Kg
+ = 1. = 2 Kg
+ = 1. = 3 Kg
.................................................................................................................................................................
.............................................................................................................
+ = 1. = 10 Kg
Salah Fraksi
Salah
Mutlak
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Contoh ke-2
penimbangan Ke-1 = = 1 Kg, salah fraksi penimbangan ke-2 pada fraksi ke-
Hitungan :
( + )= (1+1,2) = 11 Kg
= =
= = 1. 10 = 10
11 = 10 +
1 =
= 1.
Dengan data tersebut di atas maka kesalahan mutlak tiap fraksi dapat
dihitung sebagai berikut :
+ = 1. = 1,01 Kg
+ = 1. = 2,04 Kg
+ = 1. = 3,09 Kg
+ = 1. = 4,16 Kg
.................................................................................................................................................................
.............................................................................................................
+ = 1. = 11 Kg
Pemtubuhan tanda tera untuk timbangan jembatan, baik tera maupun tera
ulang berlaku ketentuan sesuai asal jenis timbangan jembatan tersebut.
Timbangan jembatan sentisimal/milisimal berlaku ketentuan timbangan
sentisimal/milisimal. Timbangan jembatan bobot ingsut berlaku ketentuan
timbangan bobot ingsut, timbangan jembatan cepat berlaku ketentuan
timbangan cepat, dan timbangan jembatan elektronik berlaku ketentuan
timbangan elektronik.
F. Rangkuman
K3
z
G
K1 k2
=
4) G = = = . L
DAFTAR PUSTAKA