Anda di halaman 1dari 294

DASAR-DASAR TEORI,

KONSTRUKSI DAN PENGUJIAN


TIMBANGAN

DISUSUN OLEH :
H. IBRAHIM TAWARYS
DITULIS OLEH:
AVARAKA 2018

KEMENTERIAN PERDAGANGAN
AKADEMI METROLOGI DAN INSTRUMENTASI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. UMUM

Kegiatan pengukuran mempunyai dampak yang luas terhadap kehidupan


pribadi manusia dan masyarakat. Kegiatan pengukuran juga sangat luas
pengaruhnya terhadap perekonomian, perdagangan, industri, ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Kehidupan modern makin dicirikan oleh semakin canggihnya perangkat untuk


memperoleh dan mengolah data. Manusia modern semakin tergantung pada
kegiatan mendapatkan data yang secara teknis diantaranya dinamakan
pengukuran. Dengan demikian manusia dapat memantau dan mengendalikan
kehidupan secara ketat dan efisien. Peranan pengukuran dalam kehidupan
manusia dirasakan semakin vital dan intensif.

Untuk mengukurdiperlukan alat ukur, satuan ukuran, standar ukuran dan


meti\ode pengukuran. Salah satu alat ukur tersebut adalah timbangan yang
biasa digunakan untik mengukur massa.

Timbangan merupakan salah satu alat ukur tertua di dunia selain alat ukur
panjang. Timbangan juga mrupakan alat ukur yang sangat penting dalam
menentukan kuantitas barang untuk keperluan perdagangan, industri,
penelitian, lingkunan hidup dan rumah tangga.

Timbangan merupakan alat ukur untuk menentukan kuantitas barang yang


tidak mungkin dilakukan pengukuran dimensi atau bentuknya, seperti barang
hasil pertanian, hasil tambang, non migas, industri seperti gula, semen, pupuk,
dan sebagainya, bahkan barang cair pun sudah banyak ditentukan bukan
dengan volumenya tetapi dengan ditimbang, seperti minyak goreng, gas elpiji
dan sebagainya.

Untuk dapat digunakan sebagai alat ukur, timbangan harus memenuhi syarat
dan sifat-sifat tertentu. Sifat timbangan dibagi dua, yaitu sifat menimbang dan
sifat konstruksi bahan. Sifat menimbang ada tiga, yaitu kebenaran, kepekaan,
dan ketetapan penunjukannya. Sedangkan sifat konstruksi bahanmetupakan
jaminan bahwa timbangan dan bagian-bagiannya haeus cukup kuat dan tahan
agar ketiga sifat menimbang tetap baik dalam kurun waktu tertentu.

Untuk mengetahui bahwa timbangan memenuhi sifat-sifat tersebut, maka


timbangan tersebut harus melalui proses pemeriksaan dan pengujian yang
ketat sesuai dengan metode yang telah ditetapkan sejak timbangan tersebut
diproduksi hingga digunakan oleh masyarakat. Pengujian tersebut dikenal
sebagai tera dan tera ulang.

Tera dan tera ulang wajib dilakukan pada timbangan-timbangan yang


digunakan dalam kegiatan usaha, serah terima barang, menentukan upah atau
pungutan, menentukan produk akhir dalam kegiatan produksi serta hal lain
sebagaimana tercantum dalam perundang-undangan. Tujuan peneraaan adalah
untuk menjamin timbangan tersebut dalam keadaan baik dan secara sah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan , guna memberikan perlindungan
kepada konsumen, produsen dan kepentingan umum.

B. PENGERTIAN TIMBANGAN

Timbangan bekerja sesuai prinsip-prinsip fisika. Fisika merupakan


pengetahuan mengenai sifat-sifat benda. Sifat-sifat yang dapat diukur disebut
“besaran” contohnya besaran panjang, massa, volume, kecepatan, gaya, waktu
dan lain-lain.

Ilmu tentang besaran atau ilmu tentang sifat-sifat ukur atau pengetahuan
pengukuran disebut metrologi. Alat untuk mengetahui kuantitas besaran massa
adalah timbangan. Secara harfiah, timbangan merupakan alat untuk
menentukan massa suatu benda dengan memanfaatkan gravitasi yang bekerja
pada benda tersebut. Sedangkan menimbang merupakan pekerjaan yang
dilakukan untuk mendapatkan data massa suatu benda dengan cara
membandingkan massa benda tersebut dengan massa benda lain yang telah
diketahui sebagai acuan atau standar dengan menggunakan timbangan.
C. PENGERTIAN MASSA DAN BERAT

Sebagaimana dinyatakan dalam Hukum Newton II, besar gaya atau gaya berat
suatu benda (F) sebanding dengan massa benda itu sendiri (m) dikalikan
dengan percepatan gravitasi yang bekerja pada benda (g).

m
F = m.g

g
F
Dari ilustrasi diatas, dapat disimpulkan bahwa massa tidak sama dengan berat.
Massa merupakan suatu besaran yang mempunyai nilai tetapi tidak
mem[unyai arah dan titik tangkap, sedangkan berat atau gaya berat merupakan
besaran yang memiliki nilai, arah dan titik tangkap. Berat atau gaya berat (F)
dipengaruho oleh massa dan percepatan gavitasi.

Percepatan gravitasi sendiri bergantung pada letak tempat di atas permukaan


bumi, karena itu berat atau gaya berat akan berbeda di tempat yang berbeda.
Sedangkan massa tidak dipengaruhi oleh percepatan gravitasi sehingga
dimana pun tempatnya massa suatu benda akan tetap.
D. SATUAN PENUJUKAN TIMBANGAN

F = mA.g

Apabila benda A diletakkan di atas meja, maka akan timbul gaya reaksi
terhadap F yang arahnya ke atas dan sebanding dengan F = mA.g hal inilah
yang menjadi dasar penunjukan timbangan.

Sehingga dapat disimpulkan, bahwa pengukuran massa sebenarnya dilakukan


melalui pengukuran gata. Yang mengakibatkan penunjukannya dipengaruhi
oleh -percepatan gravitasi. Meskipun yang ditunjukkan oleh timbangan
merupakan gaya reaksi berupa gaya berat, namun satuan penunjukkan
timbangan tersebut tetap menggunakan satuan massa (kg). Hal ini
dikarenakan pengujian penunjukkan timbangan dilakukan dengan cara
membandingkan benda yang diukur terhadap benda yang telah diketahui
massanya.

E. MASSA KONVENSIONAL

Hukum Archimedes menyatakan apabila suatu benda dimasukkan ke dalam


fluida maka benda tersebut akan mengalami gaya tekan ke atas (berkurang
beratnya) sebesar volume fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut .
dengan demikian pennunjukkan timbangan sebenarnya bukan yang
sebenarnya tetapi berkurang sebesar gaya tekan ke atas dari fluida atau sebesar
volume benda yang ditimbang dikalikan massa jenis fluida. Oleh karena itu
dalam pengukuran massa atau menimbang kita jarang menggunakan istilah
massa sebenarnya dan sebagai gantinya kita menggunakan istilah massa
konvensional. Dengan kata lain, massa konvensional merupakan massa yang
ditimbang tanpa memperhitungkan pengaruh gaya tekan ke atas dari fluida.
Misal suatu benda kita timbang dengan timbangan menunjukkan nilai 1 kg,
maka yang ditunjuk oleh timbangan tersebut merupakan massa konvensional .

Sedangkan massa sebenarnya bukan 1 kg, tetapi :

(volume benda × massa jenis fluida) + 1 kg = massa sebenarnya

(0,17 dm3× 0.0012 kg/dm3) + 1 kg = 1,0002 kg

Keterangan :
Misal; volume benda = 0,17 dm3dan massajenisfluida = 0.0012 kg/dm3
(massa jenis udara)

Penggunaan massa konvensional hanya berlaku untuk hal-hal yang bersifat


praktis saja sedangkan istilah massa sebenarnya digunakan untuk pengukuran
massa dengan ketelitian tinggi. Perhitungan massa konvensional pada
temperatur referensi 20°C dapat dilakukan menggunakan persamaan :

ao ao
(
CM = M 1+ +
ρo ρM )
, dimana:

CM = massa konvensional M

M = massa absolut atau massa sebenarnya

ao = massa jenis udara

ρo = massa jenis standar pada 20°C ( 8000kg/m3)

ρM = massa jenis benda M


F. PEMBAGIAN TIMBANGAN

Timbangan dapat dibagi berdasarkan sistem pemakaian atau pengoperasian


dan dapat juga dibagi berdasarkan sistem konstruksinya.

 Berdasarkan sistem pemakaian atau pengoperasian terdapat dua kelompok


utama, antara lain:
1. Timbangan bukan otomatis
Timbangan bukan otomatis merupakan timbangan yang pada saat
pengoperasian memerlukan operator untuk meletakkan dan mengambil
muatannya. Timbangan otomatis terdiri dari :
a. Timbangan penunjukkan otomatis, yaitu timbangan yang penunjukkan
kesetimbangannya diperoleh secara langsung tanpa bantuan operator,
contoh:
 Timbangan Elektronik
 Timbangan Cepat Dengan Pendulum Kuadran
 Timbangan Pegas
b. Timbangan penunjukkan semi otomatis, yaitu timbangan yang
sebagian rentang ukurnya menggunakan penunjukkan bukan otomatis,
contoh:
 Timbangan Cepat Meja (dilengkapi anak timbangan)
c. Timbangan penunjukkan bukan otomatis, yaitu timbangan yang
penunjukkan kedudukan kesetimbangannya sepenuhnya diperoleh
dengan bantuan operator , contoh:
 Neraca
 Timbangan Dacin
 Timbangan Sentisimal
 Timbangan Desimal
 Timbangan Milisimal
 Timbangan Meja Beranger
 Timbangan Bobot Ingsut
2. Timbangan otomatis
Timbangan otomatis adalah merupakan timbangan yang pengoperasiannya
tidak memerlukan operator, contoh:
 Timbangan Ban Berjalan
 Timbangan Pengisian
 Timbangan Pengecek dan Penyortir

Berdasarkan sistem konstruksinya timbangan dibagi menjadi dua kelompok


utama yaitu timbangan mekanik dan timbangan elektronik.

1. Timbangan Mekanik
Timbangan mekanik dapat menggunakan prinsip tuas, pegas, dan kwadran
yang seluruh komponennya tersusun dan bekerja secara mekanik.
Timbangan dengan menggunakan prinsip tuas dikelompokkan menjadi
dua kelompok yaitu timbangan tunggal yang menggunakan satu tuas dan
timbangan majemuk yang menggunakan lebih dari satu tuas.
Timbangan majemuk menurut susunan konstruksi tuas-tuasnya dapat
dibedakan menjadi :
 Timbangan Majemuk Jajargenjang
 Timbangan Majemuk Trapesium Tunggal
 Timbangan Majemuk Trapesium Ambilan Terbalik
 Timbangan Majemuk Trapesium Double
Sedangkan timbangan majemuk menurut konstruksi pengukur muatan
hasil penimbangnya dapat dibedakan menjadi :
 Timbangan Majemuk Menggunakan Anak Timbangan
 Timbangan Majemuk Menggunakan Bobot Ingsut
 Timbangan Majemuk Menggunakan Pegas
 Timbangan Majemuk Menggunakan Kuadran
 Timbangan Majemuk Elektronik ( Analog Dan Digital )
2. Timbangan Elektronik
Timbangan elektronik merupakan timbangan yang prinsip kerjanya
menggunakan sistem elektronik. Timbangan elektronik menurut
konstruksi penerus muatannya dibagi menjadi dua yaitu mix electronic dan
full electronic.
Timbangan mix electronic merupakan timbangan yang sensor gayanya
masih menggunakan lengan-lengan timbangan yang meneruskan indikator
yang telah bersifat elektronik. Sebelum indikator dipasang suatu sensor
yang mengubah besaran mekanik menjadi besaran listrik. Sedangkan
timbangan full electronic merupakan timbangan yang sensor gayanya
sudah menggunakan komponen yang dapat mengubah besaran mekanik
menjadi besaran listrik dari awal hingga ke indikator.

Selain jenis-jenis tersebut, terdapat juga jenis timbangan yang didasarkan


pada bentuknya, penempatannya, kepraktisannya, dan sejarahnya sehingga
jenis timbangan dilihat dari penamaannya, antara lain:

 Timbangan Neraca
 Timbangan Dacin
 Timbangan Kuadran
 Timbangan Cepat
 Timbangan Pegas
 Timbangan Meja
 Timbangan Sentisimal
 Timbangan Desimal
Milisimal
 Timbangan Bobot Ingsut
 Timbangan Elektronik
 Timbangan Jembatan
 Timbangan Pengisia
OTOMATIS
SISTEM
PEMAKAIAN
BUKAN PENUNJUK
OTOMATIS OTOMATIS

PENUNJUK
SEMIOTOMATIS

PENUNJUK
FISIKA NONOTOMATIS

ELEKTRIK
PRINSIP TUAS

SISTEM
KONSTRUKSI MEKANIK PRINSIP PEGAS

PRINSIP KUADRAN

DRAUGHT
TIMBANGAN

KHUSUS
I

KELAS HALUS
KETELITIAN II

SEDANG
III

BESARAN BIASA
III

 TIMBANGAN NERACA
 TIMBANGAN DACIN
 TIMBANGAN KUADRAN
 TIMBANGAN CEPAT
 TIMBANGAN PEGAS
 TIMBANGAN MEJA
PENAMAAN
 TIMBANGAN SENTISIMAL
 TIMBANGAN DESIMAL MILISIMAL
G. BEBERAPA DEFINISI DAN PENGERTIAN

1. Rentang ukur penimbangan adalah rentang ukur atau daerah ukur


antara kapasitas minimum dan kapasitas maksimum.
2. Pada timbangan multi rentang ukur, masing-masing rentang ukur
diperlakukan sebagai satu timbangan dengan satu rentang ukur.
3. Penunjukkan adalah timbangan yang berfungsi untuk menunjukkan
kedudukan setimbangnya dan dibagi menjadi penunjukkan utama dan
penunjukkan sekunder.
4. Penerima muatan atau lantai muatan adalah bagian timbangan yang
berfungsi untuk menerima muatan secara langsung.
5. Penerus muatan atau muatan penghubung adalah bagian timbangan
yang berfungsi untuk meneruskan gaya yang diakibatkan oleh adanya
muatan yang kemudian diteruskan ke pengukur muatan.
6. Pengukur muatan adalah bagian timbangan yang berfungsi untuk
mengukur massa muatan, berupa suatu alat penyetimbang yang
dihasilkan oleh penerus muatan atau tuas penghubung. Hasil
kesetimbangan ini kemudian ditunjukkan dengan alat penunjukkan
atau pencetak.
 Penunjuk muatan adalah bagian pengukur muatan yang
menunjukkan besarnya nilai muatan.
 Penunjuk kesetimbangan adalah bagian pengukur muatan untuk
menunjukkan kesetimbangan,
7. Alat penyetel nol adalah bagian pengukur muatan untuk menyetel
penunjukkan nol timbangan pada saat timbangan tidak bermuatan.
8. Anak timbangan adalah benda ukur massa yang digunakan sebagai
pelengkap pada timbangan yang menentukkan hasil penimbangan.
Karakteristik fisik fan metrologinya diatur meliputi harga nominal,
bahan, konstruksi, dimensi, massa jenis kondisi, permukaan,
penandaan dan kesalahan maksimumnya.
BAB II
SISTEM KONSTRUKSI TIMBANGAN

A. MEKANIK

1. Prinsip Tuas

Prinsip kerja timbangan mekanik sebagian besar memanfaatkan sifat


tuas. Tuas atau pengungkit adalah suatu batang yang mempunyai titik
putar atau titik tumpu dan mempunyai lengan. Apabila pada lengan
diberikan beban maka dalam keadaan setimbang berlaku ketentuan
hukum kesetimbangan momen-momen gaya, yaitu jumlah momen-
momen gaya yang bekerja pada terhadap titik putar atau titik tumpu
sama dengan nol ( ∑M = 0 ).

Hasil penimbangan dengan timbangan berdasarkan prinsip tuas tidak


dipengaruhi oleh besarnya percepatan gravitasi bumi. Percepatan
gravitasi pada omen gaya yang setimbang tereliminasi ( karena
besarnya sama ) sehingga hasil penimbangan yang diperoleh adalah
massa tidak lagi dipengaruhi percepatan gravitasi.

Dapat dijelaskan sebagai berikut, sebuah timbangan neraca tuasnya


merupakan sebuah batang ABC. Jarak kedua lengan sama panjangnya
sebesar (l). Dipiring sebelah kiri diletakkan muatan yang akan
ditimbang dengan massa (m) dan dipiring sebelah kanan dimuati anak
timbangan bermassa (mat). Besarnya percepatan gravitasi bumi sebesar
(g). Gaya berat di sebelah kiri terhadap titik C adalah massa (m)×
percepatan gravitasi (g)×jarak lengan (l) = m.g.l dan gaya berat di
sebelah kanan terhadap titik C adalah massa anak timbangan (m at)×
percepatan gravitasi(g)×jarak lengan(l) = mat.g.l
A C B

∑Mc = 0

m.g.l - mat.g.l = 0

m.g.l = mat.g.l

m mat

Ditempat yang sama tentu percepatan gravitasi (g) di sebelah kiri dan
kanan sama dan jugapanjang lengan (l) di sebelah kiri dan kanan sama
(neraca sama lengan) sehingga persamaan diatas menjadi :

m = mat

Timbangan dapat dibuat dengan satu tuas atau lebih. Timbangan yang
bertuas satu disebut timbangan tunggal sedangkan timbang yang
memiliki tuas lebih dari satu disebut timbangan majemuk. Kedua jenis
timbangan tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangn masing-
masing. Misalnya dalam hal kapasitas dan ketelitian. Untuk timbangan
dengan kapasitasbesar tentu saja tuasnya harus dibuat lebih dari satu
sedangkan untuk timbangan dengan kelas ketelitian yang tinggi dan
kapasitasnya kecil maka tuasnya cukup dibuat satu.

2. Prinsip Pegas
Prinsip kerja timbangan pegas memanfaatkan sifat dan karakteristik
suatupegas. Bila sebuah pegas dengan panjang (X0) diberi beban (F)
maka panjang pegas akan berubah menjadi (X) sehingga pegas tersebut
meregang sebesar X- X0 = ∆X
Bila beban diambil kembali maka pegas akan kembali ke bentuk
semula. Regangan atau penambahan panjang ¿X) inilah yang
dimanfaatkan dalam kontraksi timbangan pegas untuk memutar roda
gigi pada poros yang dihubungkan dengan jarum penunjuk dan dapat
dibaca pada skala penunjukkan. Jika pada sebuah pegas digantung
beban sebesar (m) maka akan muncul gaya berat (F) sebanding dengan
hasil kali massa beban dengan percepatan gravitasinya atau F = m.g.
Akibatnya pegas akan meregang sepanjang ∆X sehingga terjadi
kesetimbangan.

Dalam keadaan setimbang tersebut, pada pegas akan bekerja gaya


reaksi ke atas yang besarnya sebanding dengan m.g. Gaya reaksi itulah
yang ditunjukkan oleh timbangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penunjukkan timbangan pegas dipengaruhi oleh besarnya percepatan
gravitasi (g).

Jika sebuah timbangan pegas digunakan di tempat dengan percepatan


gravitasi senilai (g1) dan dimuati massa tertentu (m) timbangan akan
menunjukkan (I1) kemudian apabila timbangan tersebut digunakan di
tempat lain dengan percepatan gravitasi senilai (g2) dan dimuati massa
yang sama (m) timbangan akan menunjukkan (I2). Perbedaan antara
(I1) dan (I2) dapat dijelaskan sebagai berikut.

I1
I1 = m. g1 m= .... (1)
g1
I2
I2 = m. g2 m= .... (2)
g2
Berlaku (1)= (2), sehingga:
I1 I2
=
g1 g2
I1. g 2= I2. g1
g2
I2 = .I
g1 1

( gg 21 . I 1) - I
∆X = I2 - I1 = 1

g2
X = I ( −1)
1
g1
Untuk menghindari adanya perbedaan penunjukkan, timbangan yang
berasal dari tempat lain (karena perbedaan percepatan gravitasi)
sebaiknya langsung dilakukan pengujian di tempat baru.

Fungsi pegas dan gigi-gigi roda (roda gigi dan batang bergigi) dalam
konstruksi timbangan pegas sangat dominan. Oleh karena itu, bahan
pegas dan roda-roda gigi harus terbuat dari bahan yang berkualitas,
sedemikian rupa sehingga timbangan dapat dijamin ketahanannya.

Jumlah pegas yang terdapat pada timbangan pegas umumnya dua


buah. Meskipun ada juga yang hanya memiliki satu buah pegas.
Timbangan yang hanya memiliki satu buah pegas, kapasitasnya
terbatas, maksimal 4 kg dan penggunaannya pun dibatasi, hanya untuk
keperluan rumah tangga tidak diperkenankan untuk digunakan dalam
transaksi jual-beli atau perdagangan.

3. Prinsip Kwadran
Prinsip kerja timbangan kwadran didasarkan kepada perubahan
kedudukan setimbang berupa sudut atau kwadran yang selalu berubah-
ubah sesuai dengan muatan yang bekerja padanya. Perubahan
kedudukan setimbang itulah yang dipakai sebagai dasar penentuan
muatan.

Timbangan kwadran terdiri dari tuas patah A0C dan CD0 yang berputar
pada sumbu C. Pada muatan nol di titik D0 terjadi sudut  . Jika
kemudian pada D0 digantungkan muatan “L” dengan CD0 menjungkit
sebesar sudut  . Persamaan kesetimbangan setelah dimuati “L” adalah
:

Mc = 0
L x CD – G x A1A2 = 0
L x CD1 sin(+) – G x A1 sin = 0
L x l sin(+) = G x g sin
G g sin
L= ...... (1)
l sin( + )

Persamaan diatas diteruskan :


L l (sincos + cossin) = G g sin

Jika dibagi cos maka :


L l (sin + cos tan) = G g tan
L l sin = G g tan - L l cos tan
L l sin = tan (G g - L l cos)
Ll sin
tan= ...... (2)
G g−Ll cos

Persamaan (2) jika diketahui : G = 200 gram, g = 20 cm, l = 15 cm dan


 = 12 maka jika dimuati dengan muatan “L” berturut-turut 50g,
100g, 150g, dan 200g sudut  dapat dihitung untuk masing-masing
muatan, yaitu :
L=50 = 2,7
L=100 = 7,0 (selisih 4,3 dengan L=50)
L=150 = 14,6 (selisih 7,6 dengan L=100)
L=200 = 30,3 (selisih 15,7 dengan L=150)

Dari hitungan tersebut ternyata jarak skalanya tidak rata untuk


kelipatan muatan yang sama (50 gram). Timbangan kwadran yang
skalanya tidak rata, dapat dibuat rata dengan cara mengganti lengan
beban yang berpisau dengan lengan beban yang diberi berkeping
tembereng dan dilapisi ban logam tipis sedemikian rupa sehingga ban
logam menempel pada temberengnya. Dengan cara ini, jarak lengan
momen selalu tegak lurus terhadap lengannya dan selalu tetap dititik
tangkapnya maka sudut (+) selalu 90, sehingga rumus :
G g sin
L=
l sin( + )

menjadi
G g sin
L=
l
Ll
sin = ...... (3)
Gg
Persamaan (3) jika: G = 9,78 gram, g = 20 cm, l = 15 cm untuk
muatan “L” berturut-turut 50g, 100g, 150g, dan 200g, sudut  dapat
dihitung untuk masing-masing muatan, yaitu :
L=50 = 2,2
L=100 = 4,5 (selisih 2,3 dengan L=50)
L=150 = 6,7 (selisih 2,2 dengan L=100)
L=200 = 9,0 (selisih 2,3 dengan L=150)

Dari hitungan tersebut ternyata jarak skalanya relatif sama untuk


kelipatan muatan yang sama (50 gram)
Timbangan kwadran yang lengan bebannya berpisau, disebut
timbangan kwadran tunggal. Biasanya kapasitasnya terbatas (kecil).
Sedangkan timbangan kwadran yang lengan bebannya diberi
tembereng disebut timbangan kwadran majemuk atau lebih dikenal
dengan sebutan timbangan cepat. Kapasitasnya dapat dibuat besar
dengan menambah pemberat (pendulum) menjadi dua buah (double).
Hasil timbangan menggunakan timbangan kwadran adalah “massa”,
karena muatannya dihasilkan berdasarkan kesetimbangan momen-
momen gaya.

B. ELEKTRIS
Besaran masukan (input) pada kebanyakan sistem instrumentasi
bukan besaran listrik. Untuk menggunakan teknik elektronik pada
pengukuran atau pengontrolan besaran yang bukan listrik untuk diubah
menjadi sinyal listrik dilakukan oleh alat yang disebut transduser.
Transduser adalah elemen masukan yang fungsinya mengubah sebuah
besaran fisis menjadi sinyal listrik.
Transduser dapat berasal dari :
- Gaya kompensasi elektromagnetik
- String gauge load cell
- Resistance strain gauge load cell

Transducer yang cara kerjanya berdasarkan gaya kompensasi


elektromagnetik, menggunakan sebuah kumparan yang digantungkan
bebas dalam medan magnet. Letak kumparan dibuat sedemikian rupa
sehingga jika diberi beban dapat bergerak naik turun. Gerakan naik turun
dari kumparan menyebabkan perubahan arus listrik. Perubahan arus listrik
ini yang menjadi dasar mengubah besaran fisis menjadi sinyal listrik.

Transducer yang banyak dipakai pada alat ukur timbangan adalah


resistance strain gauge load cell yang sering disebut dengan load cell.

Resistance strain gauge load cell berasal dari tahanan variabel. Tahanan
variabel dapat berubah akibat tekanan, sinar, medan magnet, dan karena
pengaruh lainnya.

L L
1


L

L1 – L = L

R1 – R = R

R L
Faktor strain gauge : :
R L

Tahanan variabel, karena tekanan atau beban bahan konduktor akan


memanjang sehingga tahanan membesar. Perubahan tahanan ini terhadap
tahanan asal disebut strain. Strain yang kecil itu dapat diukur dengan
rangkaian listrik jembatan Wheat Stone.

E = Power supply

Rs4 = Resistance strain gauge


R3 = Tahanan geser

R1, R2 = Tahanan pasif

Jika tidak ada beban dikenakkan pada strain gauge load cell, maka tahanan
pada Rs4 tetap tidak berubah, dan arus di G = 0, Ig = 0, dan jika ada beban
dikenakkan pada strain gauge load cell, Rs4 berubah sehingga ada
perubahan tegangan, dan pada G ada arus Ig.

Hasil yang kecil itu kemudian dirangkai dengan komponen-komponen


elektronika lainnya, sehingga dapat menghasilkan sebuah timbangan
elektronik yang sempurna.

C. DRAUGHT
Draught adalah ukuran terbenamnya kapal didalam air. Menurut Hukum
Archimedes, jika ukuran terbenamnya kapal atau volume yang tercelup
didalam air dikalikan massa jenis air yang dipisahkannya merupakan
massa atau berat bagian kapal yang terbenam.
Berdasarkan prinsip itu maka secara kasar dapat menentukan muatan kapal
dengan cara sebagai berikut :

Misalkan tinggi lambung kapalsebelum dimuati = h1 dan tinggi lambung


kapal setelah dimuati = h2, maka ketinggian lambung kapal yang tercelup
setelah dimuati adalah h2 – h1 = t. Jika permukaan kapal berbentuk
lingkaran maka volume yang tercelup adalah :
π 2
Vm = t (a + ab + b2)
2
Dengan demikian maka berat/massa muatan kapal = Vm x massa jenis air
laut. Jika permukaan kapal berbentuk ellips maka volume kapal yang
tercelup adalah :
π (a 1+b 1)(a 2+b 2)
Vm = t (a b + + a1b1)
2 2 2 2

Massa/berat muatan kapal = Vm x massa jenis air laut

Metode penentuan berat/massa seperti ini disebut metode Ships Draught


Survey. Prinsip draught ini suatu metode penentuan berat/massa dari suatu
wadah yang berukuran besar didalam air, seperti kapal tongkang dan
sejenisnya. Prinsip draught bukan alat timbangan. Hasil
pengukuran/penimbangan dengan metode ini sangat kasar. Oleh karena itu
tidak dianjurkan dipakai dalam proses transaksi dan perdagangan.

D. PRINSIP LAIN-LAIN
Timbangan dapat juga dibuat berdasarkan prinsip hidrolik, prinsip tekanan
udara ke atas (pneumatic), prinsip frekuensi getaran tali (string balance),
prinsip frekuensi putaran kincir (gyro scale), dan bahkan dapat di buat
dengan pemanfaatan radiasi lemah dari radioaktif (conveyor scale with
radiation sensor).
Timbangan yang disebutkan diatas jarang dijumpai di lapangan, sehingga
tidak begitu populer.
BAB III

PERSYARATAN TIMBANGAN

A. PENDAHULUAN

Berdasarkan penggunaannya sesuai dengan Pasal 12 UUML dan Keputusan


Mentri Perindustrian dan Perdagangan No. 61/MPP/Kep/2/1998, timbangan dapat
dikategorikan sebagai :

a. Timbangan yang wajib ditera dan ditera ulang


b. Timbangan yang wajib ditera dan ditera ulang tetapi selanjutnya dapat
dibebaskan dari tera ulang
c. Timbangan yang dibebaskan dari tera dan tera ulang

Bagi timbangan yang wajib ditera dan ditera ulang harus memenuhi persyaratan
teknis yang meliputi : persyaratan-persyaratan mengenai bahan, bentuk,
konstruksi dan dimensi, persyaratan tentang karakteristik atau sifat metrologisnya
serta mencakup juga tentang metode dan prosedur pengujian timbangan.

Persyaratan teknis timbangan dibagi jadi 2, meliputi persyaratan teknis umum dan
persyaratan teknik khusus.

a. Persyaratan Teknis Umum untuk timbangan, meliputi :


1. Timbangan harus dibuat dari bahan yang kualitasnya sedemikian rupa
sehingga tahan aus, tahan perubahan bentuk, tahan pengaruh cuaca,
serta dapat menjamin keserasian, kekuatan, keawetan, karekteristik,
dan sifat-sifat metrologisnya.
2. Menggunakan Satuan Sistem Internasional (SI)
3. Mempunyai batas penimbangan maksimum dan minimum
4. Sifat-sifat tambang yang terdiri dari kebenaran, kepekaan, dan
ketidaktetapan
b. Persyaratan Teknis Khusus, merupakan rincian dari persyaratan umum
yang mengatur secara detail terhadap konstruksi, bentuk, dimensi, sistem
dan cara kerja, dan karakteristik atau sifat-sifat tambang yang harus
dipenuhi masing-masing jenis timbangan.
SSTK ini pada umumnya mengatur tentang hal-hal sebagai berikut :
1. Konstruksi
a. Timbangan harus dibuat sesuai dengan maksud dan tujuan
penggunannya
b. Timbangan harus dibuat kokoh dan rapi agar menjamin
pemeliharaan kualitas metrologisnya selama periode penggunaan
c. Timbangan harus mempunyai lantai muatan sedemikian rupa
sehingga anak timbangan standar dapat diletakkan dengan mudah
dan aman pada saat dilakukan pengujian
d. Timbangan tidak boleh mempunyai karakteristik yang
memudahkan orang untuk melakukan kecurangan
e. Tuas-tuas harus dipasang hanya dengan pisau-pisau, dan pisau-
pisau tersebut bertumpu pada bantalan-bantalan. Garis singgung
antara pisau dan bantalan harus merupakan satu garis lurus
f. Pisau-pisau harus terpasang pada tuas/gandar dengan cara
sedemikian rupa sehingga ketetapan perbandingan tuasnya
terjamin. Pemasangan pisau pada tuas tidak boleh dilas atau
dipatri. Mata pisau dari satu tuas harus sejajar dan terletak pada
satu bidang datar.

g. Pemasangan bantalan tidak boleh dilas atau dipatri dengan


dudukannya/anting. Pemasangan bantalan yang berhubungan
dengan lantai muatan harus sedemikian rupa sehingga dapat
berayun kesemua arah pada dudukannya dan tidak mudah lepas
h. Gerakan mendatar pisau harus dibatasi oleh pelat penahan
(lemping). Kontak antara pisau dengan lemping harus berbentuk
titik dan segaris dengan garis kontak antara mata pisau dengan
bantalan. Lemping penahan berbentuk bidang datar dan tegak lurus
terhadap garis kontak antara pisau dan abntalan.
i. Bagian-bagian kontak dari pisau-pisau, bantalan-bantalan, lemping
penahan harus mempnyai kekerasan sekurang-kurangnya 60C,
dengan catatan bahwa lemping dan bantalan lebih keras dari pisau
j. Timbangan harus dibuat sedemikian rupa sehingga gangguan yang
mempengaruhi kebenaran fungsinya segera dapat diketahui
k. Tombol-tombol kontrol harus dirancang sedemikian rupa sehingga
pengoperasinnya tidak dapat berakhir dalam posisi lain, kecuali
jika dalam pengoperasiannya semua penunjukkan dibuat tidak
mungkin berfungsi.
Tombol-tombol harus ditandai dengan jelas.
l. Timbangan harus dilengkapi dengan alat penyetel kebenaran dan
kepekaan, untuk timbangan kelas satu alat penyetel kepekaan boleh
tidak disegel
m. Timbangan boleh dilengkapi dengan alat penyetel rentang otomatis
atau semi otomatis. Alat ini harus merupakan kesatuan dengan
timbangannya dan setelah dilakukan penyegelan, pengaruh luar
terhadap alat ini harus tidak dimungkinkan
n. Timbangan boleh dilengkapi dengan alat kompensasi pengaruh
perubahan gravitasi. Setelah penyegelan/pengamanan, pengaruh
luar pada akses alat ini harus tidak dimungkinkan
o. Ketentuan terhadap konstruksi timbangan yang menggunakan
sistem load cell, sebagai berikut :
R
1) Kapasitas maksimum harus memenuhi syaratEMax> QMax
N
Dimana:
EMax : Kapasitas maksimum load cell
N : Jumlah load cell
R : Reduksi perbandingan
Q : Faktor koreksi
2) Jumlah interval maksimum load cell (nlc) tidak boleh kurang
dari pada jumlah nilai skala pengujian (n) timbangan : nlc> n
2. Alat Penunjukan
Alat penunjukan hasil penimbangan harus memenuhi syarat, antara
lain :
a) Pembacaan hasil penimbangan harus mudah, jelas, dan tidak
meragukan
b) Skala, angka, dan hasil pencetakan harus menggambarkan bentk
hasil penimbangan yang dapat dibaca dengan mudah
c) Hasil penimbangan harus dinyatakan dengan nama atau simbol
satuan massa.
a. Untuk setiap satu penunjukkan berat hanya boleh digunakan
satu satuan massa.
b. Nilai skala harus dinyatakan dalam bentuk satuan : 1 x 10n , 2 x
10n , atau 5 x 10n dimana n adalah bilangan bulat positif,
negatif, atau nol.
d) Pada penunjukan digital tidak diperbolehkan ada penunjukan diatas
penunjukan maksimumnya sebesar +9e
e) Pada timbangan dengan penunjukan analog harus dilengkapi
dengan dua indeks penunjuk yang bergerak kedua-duanya atau
salah satu bergerak dan yang lainnya tetap. Kedudukan masing-
masing penunjuk menyatakan posisi kesetimbangan yang
sebenarnya.
Pada timbangan kelas III dan IV yang digunakan untuk berniaga,
indeks penunjukan dan tanda skala harus memperlihatkan
kesetimbangan yang dapat dilihat dari kedua sisi yang berlawanan
dari timbangan
f) Skala harus dirancang dan diberi angka sedemikian rupa sehingga
pembacaan hasil penimbangan dapat dilakukan dengan mudah,
jelas, dan tepat.
a. Tanda skala harus terdiri dari garis-garis dengan ketebalan

1 1
seragam antara dan dari jarak skala dan tidak kurang dari
10 4
0,2 mm. Panjang skala terpendek sekurang-kurangnya harus
sama dengan jarak skala.
b. Tanda skala harus disusun sesuai dengan salah satu gambar
berikut

2 X 10K 1X
10K
 

5 X 10K
g) Pada penunjukan dengan gandar bobot ingsut, garis-garis skala
harus jelas dan dengan takikan. Bobot ingsut yang dilengkapi
dengan lubang justru harus tidak mudah dirubah. Jarak ruang skala
minimum 2 mm.
h) Pada timbangan dengan penunjukan otomatis, bentuk angka-angka
hasil penimbangan harus satu ukuran, satu bentuk, serta mudah dan
jelas untuk dibaca. Hasil penimbangan harus dinyatakan dengan
nama atau simbol satuan massa, dan untuk setiap satu penunjukkan
berat hanya boleh digunakan satu satuan massa.

Masih banyak persyaratan-persyaratan lain yang mengatur tentang


konstruksi, alat penunjukan timbagan maupun bagian-bagian lain dari
timbangan, hal tersebut diatur secara khusus dan tersendiri terhadap
masing-masing jenis timbangan.misalnya untuk timbangan-timbangan
non otomatis baik yang mekanik maupun elektronik. Untuk timbangan
mekanik diperinci lagi masing-masing persyaratan untuk berbagai
jenis neraca, timbangan dacin, timbangan meja, timbangan sentisimal,
timbangan pegas, timbangan kwadran, timbangan cepat, timbangan
jembatan, dan sebagainya. Demikian juga untuk timbangan elektronik
diatur persyaratan-persyaratan secara tersendiri disaming persyaratan
umumnya.
3. Batas Penimbangan
Pada setiap timbangan wajib dicantumkan kekuatan maksimum
menimbang dan batas minimum menimbangnya. Untuk batas
minimum menimbang dapat dipergunakan table klasifikasi timbangan.
Orang dilarang menimbang barang yang massanya melebihi kekuatan
maksimumnya. Demikian juga orang dilarang menggunakan
timbangan untuk menimbang barang yang beratnya kurang dari batas
minimum penimbangnya.
Kapasitas maksimum timbangan adalah kekuatan nominal timbangan
tanpa memperhitungkan tara penyetimbangnya. Penimbangan melebihi
kapasitas maksimum akan dapat mengakibatkan kerusakan timbangan.
Kapasitas minimum adalah nilai muatan yang bila menimbang di
bawah nilai muatan tersebut cenderung menimbulkan kesalahan yang
besar.
BAB VI
KLASIFIKASI, SIFAT TIMBANG, BATAS KESALAHAN DAN PENGUJIAN
TIMBANGAN

A. KLASIFIKASI TIMBANGAN

Dalam pemakaian timbangan orang selalu berupaya untuk menyesuaikan


antara penggunaan jenis dan jumlah barang yang ditimbang, sifat
penimbangan, kepraktisan dan kecepatan proses penimbangan dan tingkat
kesaksamaan yang diinginkan dengan jenis timbangan yang digunakan.
Misalnya untuk menimbang beras digunakan timbangan biasa seperti
sentisimal, tetapi kalau jumlah berasnya berkarung karung digunakan
timbangan jembatan. Dalam perdagangan logam mulya misalnya maka
digunakan timbangan halus. Sedangkan untuk menimbang batubara atau
bijih besi dipergunakan timbangan ban berjalan.

Berdasarkan rekomendasi OIML no. 76 tahun 1992 dan SK Ditmet No. 803
tahun 2001, tingkat keseksamaan timbangan dibagi menjadi 4 kelas, masing
masing :

a. Timbangan kelas satu atau timbangan dengan kesaksamaan


( ketelitian ) khusus, diberikan tanda pengenal I
b. Timbangan kelas dua atau timbangan dengan kesaksaman halus,
diberikan tanda pengenal II
c. Timbangan kelas tiga atau timbangan dengan kesaksamaan sedang
diberikan tanda pengenal III
d. Timbangan kelas empat atau timbangan dengan kesaksamaan biasa,
diberikan tanda pengenal IIII

Penggolongan timbangan berdasarkan kelas I, II, III, IIII semata mata


didasarkan pada hubungan antara nilai skala pengujian ( e ) dengan
kapasitas maksimum atau dari (K) timbangan. Semakin kecil perbandingan
antara skala terkecil dengan kapasitas maksimum timbangan semakin tinggi
tingkat ketelitiannya atau semakin tinggi kelasnya. Ketentuan tersebut
berlaku untuk semua jenis timbangan dan sama sekali tidak dipengaruhi oleh
sistem atau bentuk kontruksinya.

Kelas timbangan berdasarkan tingkat kesaksamaan tergantung dari tiga


faktor, yaitu masing masing besarnya interval skala verifikasi, jumlah interval
skala verifikasi dan kapasitas maksimum timbangan.

Interval skala verifikasi (e) adalah nilai yang dinyatakan dalam satuan massa,
digunakan untuk pengklasifikasian timbangan dan untuk pengujian
timbangan.

Interval skala terkecil (d) adalah nilai yang dinyatakan dalam satuan massa
yang menunjukkan perbedaan antara dua nilai dari 2 tanda skala yang
berurutan (untuk penunjukkan analog) atau perbedaan antara dua nilai yang
berurutan (untuk penunjukkan digital).

Besarnya e ditentukan sebagai berikut :

Jenis Timbangan Interval Skala Verifikasi (e)


Berskala, tanpa alat penunjuk e = d
tambahan
Berskala, dengan alat penunjuk e ditentukan oleh pabrik sesuai
tambahan dengan kelas timbangan
Tidak berskala e ditentukan oleh pabrik atas
persetujuan Direktorat Metrologi

Sedangkan jumlah interval skala verifikasi (n) adalah perbandingan antara


kapasitas maksimum timbangan dengan interval skala verifikasinya, yang

besarnya ditentukan dengan rumus :

Hubungan antara kelas kesaksamaan timbangan dengan interval skala


verifikasi, jumlaah interval skala verifikasi dan kapasitas minimum
timbangan adalah sebagaimana tabel di bawah ini.

Kelas Interval Jumlah Interval Verifikasi Kapasitas


Skala Minimum Maksimum Maksimum
Verifikasi
(e)
Khusus I 0,001 g < e *) 50.000**) - 100e
Halus II 0,001 g < e < 100 100.000 20e
0,05g 5.000 100.000 50e
0,1 g < e
Sedang III 0,1 g < e < 2 100 10.000 20e
g 500 10.000 20e
5g<e
Biasa IIII 5g < e 100 1000 10e
Catatan :

tabel - 14

*) verifikasi timbangan yang mempunyai interval skala verifikasi (e) < 1 mg,
tidak dilakukan, karena ketidakpastian standar tidak terpenuhi.

**) jumlah minimum interval skala verifikasi (e ) untuk timbangan kelas 1


dengan ‘’d’’ < 0,1 mg, ‘’a’’ boleh kurang dari 5000.

(X) untuk timbangan yang memiliki ‘’d’’ tidak sama dengan ‘’e’’ maka
minimum menimbang ditentukan berdasarkan nilai ‘’d’’ ( nila e diganti d ).

Sekedar diketahui bahwa kelas timbangan menurut Dienst Voor Schriften


Teknik ( ketentuan lama ) juga dibagi menjadi 4 ( empat ) kelas, yaitu :

a. Timbangan sangat halus, misalnya neraca analitis ( istimewa dan


biasa )
b. Timbangan halus, misalnya neraca obat, neraca emas/permata.
c. Timbangan biasa, misalnya timbangan meja, dacin, timbangan
sentisimal, timbangan bobot ingsut dan kelompok timbangan
majemuk lainnya.
d. Timbangan kasar, misalnya timbangan pegas.

B. SIFAT TIMBANG
Agar supaya timbangan dapat menentukan massa secara baik dan benar,
maka timbangan harus memiliki karakteristik atau sifat timbang yang sesuai
dengan batas batas yang dipersyaratkan. Jadi sifat timbang adalah kondisi
penunjukan timbangan apakah sesuai atau tidak sesuai dengan ketentuan
teknis yang berlaku. Sifat timbang umumnya meliputi tiga hal, yaitu :
kebenaran, kepekaan dan ketetapan ( repeatability ).

1. Kebenaran adalah kemampuan timbangan menunjuk massa suatu


benda yang ditimbang sesuai dengan massa yang sebenernya.
Kebenaran timbangan dapat diketahui dengan membandingkan
dengan massa standar. Selisih antara penunjukan timbangan dengan
nilai massa standar adalah kbenaran timbangan.

Jika diistilahkan penunjukan timbangan dan nilai standar penguji


dan kesalahan penunjukan timbangan , maka dari
uraian diatas dapat dibuat rumus :

Kebenaran atau kesalahan penunjukan timbangan ( E ) biasanya


dibatasi, tidak boleh melampaui batas. Kesalahan yang diijinkan ( BKD
) selama kesalahan penunjukannnya masih dalam BKD maka
kebenaran timbangan dinyatakan baik.

Dalam praktek dilapangan terkadang orang ingin mngetahui nilai


penunjukan timbangan sebenernya ( konvensional ), manakala
sebelumnya, telah diketahui lebih dahulu kesalahan penunjukan
timbangan atau telah diketahui faktor kalibrasinya.

a. Nilai sebenarnya suatu penunjukan timbangan dapat ditentukan


dengan :
Dimana :
L = nilai penunjukan sebenarnya ( konvensional )
P = penunjukan timbangan waktu pemakaiaan
E = kesalahan penunjukan timbangan telah diketahui sebenernya
b. Nilai sebenarnya suatu penunjukan timbangan dapat juga
ditentukan dengan
Dimana :
L = nilai penunjukan sebenarnya ( konvensional )
P = penunjukan timbangan waktu pemakaian

Fx = faktor kalibrasi =
( Telah dihitung sebelumnya )

2. Kepekaan adalah kemampuan timbangan untuk menunjukan


perbedaan penunjukan terhadap perubahan kecil muatan. Kepekaan
timbangan dapat diketahui dengan memberikan imbuh dengan anak
timbangan kecil, apakah imbuh tersebut memberikan penunjukan
yang nyata.
Jika imbuh yang diperlukan untuk memberikan penunjukan nyata,
kita sebut sedangkan adalah kepekaan atau penunjukan nyata,
dan L sebagai gaya arah yang mempertahankan ketetapan setimbang,

maka rumus kepekaan dapat ditulis


Artinya, dengan imbuh sebesar 1 ( satu ) kali BKD , harus
menampakkan perubahan penunjukan sesuai persyaratan yang
diharuskan.

3. Ketetapan ( repeatability ) adalah kemampuan untuk mengetahui


apakah timbangan selalu menunjuk konsisten, apabila diberi muatan
yang sama secara berulang ulang dan atau dengan berbagai keadaan
atau kondisi penimbangan.
Jika penunjukan timbangan dalam beberapa kali penimbangan
berturut turut kita sebut (P1, P2, P3,…Pn ) maka perbedaan
penunjukkan atau standar deviasinya adalah :
Dimana :
R = Repeatability ( kemampuan ulang ) timbangan
Pi= Penunjukan timbangan ke i(1, 2,…..n )

= Rata rata penunjukan timbangan


n = Jumlah pengujian / penimbangan

harga ‘’R’’ tidak boleh lebih besar dari nilai absolut 1 (satu ) kal BKD,
berdasarkan table BKD.
C. BATAS KESALAHAN YANG DIIJINKAN
Batas kesalahan yang diijinkan ( BKD ) timbangan diwujudkan dalam
bentuk tabel, yang nilainya ditentukan oleh besarnya muatan
dinyatakan dalam interval skala verifikasi (e ) dan kelas timbangan.
Makin besar muatannya makin besar nilai BKD nya yaitu dalam
tingkatan + 0,5e, + 1,0e, + 1,5e.
Tabel BKD
tabel – 15

BKD Untuk muatan (m) yang dinyatakan dalam interval skala verifikasi (e)
Kelas satu (khusus) Kelas dua (halus) Kelas tiga Kelas empat
(sedang) (biasa)
+ 0,5e 0 < m < 50.000 0<m<5000 0<m<500 0<m<50
+ 1,0e 50.000<m<200.000 5.000<m<20.000 500<m<2.000 50<m<200
+ 1,5e 20.000<m 20.000<m<10.00 2.000<m<10.000 200<m<1000
0

Contoh : muatan 50 kg untuk ‘’e’’ = 10 g dan kelas III maka muatan


dalam jumlah interval skala verifikasi adalah

Besarnya nilai BKD dalam jumlah 5000 e untuk kelas III adalah

Faktor pengali batas kesalahan yang diijinkan (BKD) sesuai dengan


jenis pengujian sbb :

tabel – 16

Jenis Pengujian Tera Tera Ulang


Ketetapan / repeatibility 1 1
Eksentrisitas 1 2
Kepekaan/diskriminasi 1 1
Kebenaran 1 2
Tarra 1 2

Catatan : BKD bagi timbangan yang telah dilakukan berlaku faktor


pengali tera.
D. PENGUJIAN TIMBANGAN

Pengujian atau kalibrasi bertujuan untuk melihat dan mengetahui apakah


timbangan mempunyai nilai nilai timbang yang masih berada dibawah batas
kesalahan yang diijinkan.

1. Menentukan posisi penunjukan (P) dan kesalahan timbangan (E)


Kesalahan timbangan yang disebut juga dengan kesalahan
penunjukkan timbangan adalah penunjukkan timbangan dikurangi
dengan nilai massa yang sebenarnya / massa konvensionalnya yang
berupa anak timbangan standar. Setelah timbangan diberi muatan
anak timbangan standar, misalnya seberat , maka timbangan akan

menunjuk sebesar . Untuk menentukan posisi penunjukan yang


sebenarnya dapat dilakukan sebagai berikut.

a. Timbangan dengan penunjukan digital


Setelah timbangan diberi muatan standar langkah langkah sebagai
berikut.
 Catat penunjukan timbangan (lt).
 Tambahkan imbuh sebesar 0,1 e diatas penerima muatan
secara bertahap sampai pada saat penunjukan berubah
tepat +1e dan stabil, catat jumlah imbuh yang dibutuhkan,
misalnya
 Hitung posisi penunjukkan timbangan (P) dengan rumus
sebagai berikut
 Jadi kesalahan penunjukkan timbangan (E) dapat dihitung

dengan rumus atau dimana


P : posisi penunjukkan timbangan
E : kesalahan penunjukkan timbangan

: penunjukkan timbangan terbaca sebelum ditambah


dengan imbuh
: jumlah imbuh yang ditambahkan
L : muatan timbangan
b. Timbangan dengan penunjukkan analog ( timbangan pegas,
timbangan cepat, analog elektronik )
Setelah timbangan diberi muatan standar lakukan langkah langkah
sebagai berikut.
 Tambahkan imbuh sebesar 0.1 e diatas penerima muatan
secara bertahap sampai pada saat penunjukkan tepat pada
garis skala berikutnya, catat jumlah imbuh yang dibutuhkan
misalnya

 Catat penunjukkan timbangan


 Hitung posisi penunjukkan timbangan ( P ) dengan rumus

sebagai berikut
 Jadi kesalahan penunjukkan timbangan (E) dapat dihitung

dengan rumus atau


Dimana :
: posisi penunjukkan timbangan
: kesalahan penunjukkan timbangan

: penunjukkan timbangan terbaca sesudah ditambah


dengan imbuh
: jumlah imbuh yang ditambahkan
: muatan timbangan
c. Timbangan dengan penunjukkan tidak boleh otomatis
berskala ( timbangan bobot ingsut, timbangan dacin,
timbangan sentisimal )
Setelah timbangan diberi muatan standar, lakukanlah langkah
langkah sebagai berikut.
 Periksa posisi alat penunjuk terhadap indek ( tolok )
keseimbangan :
o Bila posisinya diatas indek Kesetimbangan ( massa
muatan > penunjukkan massa timbangan ), maka
geser bobot ingsut ke skala berikutnya secara
bertahap sampai posisi alat penunjuk berada
dibawah indek kesetimbangan ( massa muatan <
penunjukkan massa muatan ). Kemudian tambahkan
imbuh sebesar 0,1 e diatas penerima muatan secara
bertahap sampai tercapai kesetimbangan, catat
jumlah imbuh yang dibutuhkan, misalnya

Catat penunjukkan timbangan yaitu sesuai


dengan pembacaan pada tuas utama bagi timbangan
bobot ingsut dan dacin, dan sesuai jumlah AT
dipiring anak timbangan dikali 100 + pembacaan bbi
pada tuas utama, bagi timbangan sentisimal.

o Bila posisinya dibawah indek kesetimbangan


( massa muatan < penunjukkan massa timbangan )
maka tidak perlu menggeser bobot ingsut ke skala
berikutnya, tambahkan langsung imbuh sebesar 0,1
e diatas penerima muatan secara bertahap sampai
tercapainya kesetimbangan, catat jumlah imbuh
yang dibutuhkan, misalnya
Catat penunjukkan timbangan yaitu sesuai
dengan pembacaan pada tuas utama bagi timbangan
bobot ingsut dan dacin, dan sesuai jumlah AT
dipiring tempat anka timbangan dikali 100 +
pembacaan pada bbi tuas utama bagi timbangan
sentisimal.

 Hitung posisi penunjukkan timbangan ( P ) dengan rumus

sebagai berikut
 Rumus perhitungan kesalahan penunjukkan timbangan E

adalah sebagai berikut : atau


Dimana :
: posisi penunjukkan timbangan
: kesalahan penunjukkan timbangan

: penunjukkan timbangan terbaca sesudah ditambah


dengan imbuh
: jumlah imbuh yang ditambahkan
: muatan timbangan

d. Timbangan dengan penunjukkan tidak otomatis dan tidak


berskala ( timbangan meja dan neraca )
1) Timbangan meja
Setelah timbangan diberi muatan standar, lakukanlah
langkah langkah sebagai berikut :
 Periksa posisi jarum (jarum menyatu dengan tolok
tempat anak timbangan) terhadap tolok atau indek
(indeks menyatu dengan piring muatan).
o Bila posisi jarum berada diatas indek (tolok) maka
tambahkan 1e atau 2e dipiring tempat anak
timbangan sedemikian sehingga posisi jarum sedikit
dibawah indek, lalu tambahkan imbuh sebesar 0,1 e
diatas piring penerima muatan secara bertahap
sampai terjadi kesetimbangan lalu catat jumlah
imbuh yang dibutuhkan misalnya .

Catat penunjukkan timbangan , yaitu sesuai


dengan jumlah anak timbangan diatas piring tempat
anak timbangan.
o Bila posisi jarum telah berada dibawah indek
(tolok), tidak perlu menambah 1e atau 2e diatas
piring tempat anak timbangan, tetapi tambahkan
langsung imbuh sebesar 0,1e diatas piring penerima
muatan secara bertahap sampai terjadinya
kesetimbangan lalu catat jumlah imbuh yang
dibutuhkan, misalnya .

Catat penunjukkan timbangan yaitu sesuai


dengan jumlah anak timbang diatas piring tempat
anak timbangan.
 Hitung posisi penunjukkan (P) dengan rumus sebagai

berikut :
 Rumus perhitungan kesalahan (E) adalah sebagai berikut
:

atau
Dimana :
: posisi penunjukkan timbangan
: kesalahan penunjukkan timbangan

: penunjukkan timbangan terbaca sesudah ditambah


dengan imbuh : jumlah imbuh yang ditambahkan
: muatan timbangan

2) Timbangan neraca
Untuk menentukan posisi penunjukkan yang sebenarnya (P)
timbangan neraca dilakukan langkah langkah sebagai berikut.

 Nolkan penunjukkan neraca dengan alat penyetel nol


( dibagian kedua ujung tuas berupa skrup yang dapat
digeser kekanan dan kekiri ).
 Muati dengan muatan (L) yang sama besarnya pada
kedua piring neraca. Kemudian berikan gaya luar
sedikit dengan cara menyentuh salah satu piringan
dengan secarik kertas atau bulu ayam dan baca 5 titik
balik, sehingga diperoleh titik kesetimbangan, misalnya
(T). Dengan demikian posisi penunjukkan neraca adalah
,dimana ‘’ ‘’ adalah nilai skala neraca yang
dihitung sebelumnya.
 Rumus perhitungan kesalahan penunjukkan (E) adalah :
atau
Dimana :
E : kesalahan penunjukkan neraca
P : posisi penunjukkan neraca
T : titik kesetimbangan
: nilai skala pada muatan ‘’L’’

2. PROSEDUR PENGUJIAN TIMBANGAN / KALIBRASI


Kalibrasi yang dilakukan meliputi pengujian :
a) Kemampuan ulang ( repeatability )

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah timbnagan


dapat memberikan hasil yang konsisten apabila diberikan muatan
yang sama secara beulang ulang pada posisi yang relatif sama.
Muatan uji yang dipergunakan adalah beban yang bersifat tetap
dengan massa sekurang-kurangnya 50% kekuatan maksimum
timbangan. Langkah pengujian untuk :
1) Timbangan elektronik penunjukkan digital
a) Nolkan timbangan ( penunjukkan Io )
b) Muati dengan muatan uji dan beri tanda letak posisi muatan
diatas lantai.
c) Setelah timbangan diberi muatan L lakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
- Catat penunjukan timbangan ( IL ). IL adalah penunjukan
timbangan terbaca sebelum ditambah dengan imbuh .
kemudian tambahkan imbuh 0,1 e keatas penerima
muatan secara bertahap sampai penunjukan tepat pada
saat berubah +1e dan stabil, catat jumlah imbuh yang
dibutuhkan, yaitu
- Hitung posisi penunjukan timbangan ( P ) dengan rumus

d) Turunkan muatan uji dan imbuh yang digunakan.


e) Jika penunjukan timbangan tidak nol, dinolkan.
f) Lakukan langkah-langkah poin kedua sampai kelima secara
berulang dengan minimum 3 kali pengujian
g) Hitung repeatability (kemampuan ulang) timbangan dengan

rumus
Dimana :
Pi = posisi penunjukan ke i( 1,2,.....n )

= rata rata penunjukkan timbangan


n = jumlah pengujian / penimbangan
Bandingkan hasil pengukuran dan periksa apakah nilai R
tidak lebih besar dari nilai absolut BKD untuk muatan uji.
2) Timbangan penunjukan analog (timbangan pegas,
timbangan cepat, analog elektronik)
a) Nolkan timbangan (penunjukan I0)
b) Muati dengan muatan uji dan beri tanda letak posisi
muatan diatas lantai.
c) Setelah timbangan diberi muatan L lakukan langkah-
langkah sebagai berikut :
 Tambahkan imbuh 0,1e keatas penerima muatan
secara bertahap sampai penunjukkan tepat pada
garis skala berikutnya, catat jumlah imbuh yang
dibutuhkan, yaitu

 Catat penunjukkan timbangan


d) Turunkan muatan uji dan imbuh yang digunakan.
e) Jika penunjukkan tidak nol, dinolkan
f) Lakukan langkah-langkah poin kedua sampai kelima secara
berulang-ulang dengan minimum 3 kali pengujian.
g) Kemampuan ulang (repeatability) adalah

Dimana :
Pi = posisi penunjukan ke i( 1,2,.....n )

= rata rata posisi penunjukkan timbangan


n = jumlah pengujian
h) Bandingkan hasil pengukuran dan periksa apakah nilai R
tidak lebih besar dari nilai absolut BKD untuk muatan uji.

3) Timbangan dengan penunjukkan, tidak otomatis berskala


(timbangan bobot ingsut, timbangan dacin, timbangan
sentisimal)
a) Nolkan timbangan (Io)
b) Muati dengan muatan uji dan diberi tanda letak posisi
muatan.
c) Setelah timbangan diberi muatan I, lakukanlah langkah-
langkah sebagai berikut.
 Periksa posisi alat penunjuk terhadap indek (tolok)
keseimbangan :
 Bila posisinya diatas indek kesetimbangan
(massa muatan > penunjukkan massa
timbangan) maka geser bobot ingsut ke
saklar berikutnya secara bertahap sampai
posisi alat penunjuk berada dibawah indek
kesetimbangan ( massa muatan <
penunjukkan massa timbangan ). Kemudian
tambahkan imbuh sebesar 0,1 e diatas
penerima muatan secara bertahap sampai
tercapainya kesetimbangan, catat jumlah
imbuh yang dibutuhkan, misal .

Catat penunjukkan timbangan yaitu


sesuai dengan pembacaan pada tuas utama
bagi timbangan bobot ingsut dan dacin, dan
sesuai jumlah anak timbangan dipiring AT
dikali 100 + pembacaan bbi pada tuas utama
bagi timbangan sentisimal, dengan demikian
posisi penunjukkan timbangan (P) adalah

 Bila posisinya diba.wah indek kesetimbangan


(massa muatan < penunjukkan massa
timbangan ) maka tidak perlu menggeser
bobot ingsut, ke skala berikutnya, tambahkan
langsung imbuh sebesar 0,1 e diatas
penerima muatan secara bertahap sampai
tercapainya kesetimbangan dan catat jumlah
imbuh yang dibutuhkan, misalnya .

Catat penunjukkan timbangan yaitu


sesuai dengan pembacaan pada tuas utama
bagi timbangan bobot ingsut dan dacin, dan
sesuai jumlah anak timbangan dipiring AT
dikali 100 + pembacaan bbi pada tuas utama
bagi timbangan sentisimal, dengan demikian

posisi penunjukkan timbangan


d) Turunkan muatan uji dan imbuh yang digunakan
e) Jika penunjukkan timbangan tidak nol, dinolkan
f) Lakukan langkah-langkah kedua sampai kelima secara
berulang-ulang dengan minimum 3 kali pengujian

g) Kemampuan ulangnya adalah


Dimana :
Pi = posisi penunjukan ke i( 1,2,.....n )

= rata rata posisi penunjukkan timbangan


n = jumlah pengujian
h) Bandingkan hasil pengukuran dan periksa apakah nilai R
tidak lebih besar dari nilai absolut BKD untuk muatan uji.

4) Timbangan dengan penunjukkan tidak otomatis dan tidak


berskala ( timbangan dan neraca )

1. Timbangan meja
a. Nolkan timbangan (Io)
b. Muati dengan muatan uji dan diberi tanda letak posisi
muatan
c. Setelah timbangan diberi muatan L lakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
Periksa posisi jarum (jarum menyatu dengan piring
tempat anak timbangan) terhadap indek atau tolok
(indek menyatu dengan piring muatan) :
 Bila posisi jarum berada diatas indek (tolok) maka
tambahkan 1e atau 2e dipiring tempat anak
timbangan sedemikian sehingga posisi jarum sedikit
dibawah indek, lalu tambahkan imbuh sebesar 0,1 e
diatas piring penerima muatan secara bertahap
sampai terjadi kesetimbangan, lalu catat jumlah
imbuh yang dibutuhkan, misalnya : , catat
penunjukkan timbangan diatas piring tempat anak

timbangan , yaitu sesuai dengan jumlah anak


timbangan diatas piring tempat anak timbangan.
 Bila posisi jarum telah berada dibawah indek
(tolok), tidak perlu menambahkan 1e atau 2e diatas
piring tempat anak timbangan, tetapi tambahkan,
langsung imbuh sebesar 0,1e diatas piring penerima
muatan secara bertahap sampai terjadi
kesetimbangan, lalu catat jumlah imbuh yang
dibutuhkan misalnya . Catat penunjukkan

timbangan , yaitu sesuai dengan jumlah anak


timbangan diatas piring tempat timbangan.
d. Turunkan muatan uji dan imbuh yang digunakan
e. Jika penunjukkan timbangan tidak nol, dinolkan
f. Lakukan langkah-langkah kedua sampai kelima secara
berulang dengan minimum 3 kali pengujian.

g. Kemampuan ulangnya adalah


Bandingkan hasil pengukuran dan periksa apakah nilai
R tidak lebih besar dari nilai absolut BKD untuk muatan
uji.

2. Timbangan neraca
a. Nolkan penunjukkan neraca dengan alat penyetel nol
(dibagian kedua ujung tuas berupa skrup yang dapat
diputar kekiri dan kekanan).
b. Muati dengan muatan (L) yang sama besarnya pada
kedua piring neraca. Kemudian berikan gaya luar
sedikit dengan cara menyentuh salah satu piringan
dengan secarik kertas atau bulu ayam dan baca 5 titik
balik, sehingga diperoleh titik kesetimbangan, misal (T)
dengan demikian posisi penunjukkan neraca adalah
dimana “ adalah nilai skala neraca yang
dihitung sebelumnya.
c. Turunkan muatan uji yang digunakan
d. Jika penunjukkan timbangan tidak nol, dinolkan
e. Lakukan langkah-langkah kedua sampai kelima secara
berulang-ulang dengan minimum 3 kali pengujian

f. Kemampuan ulangnya adalah


Bandingkan hasil pengukuran dan periksa apakah nilai
R tidak lebih besar dari nilai absolut BKD untuk muatan
uji.

2.b Pengujian eksentrisitas

Pengujian eksentrisitas bertujuan untuk mengetahui kinerja timbangan


dalam memberikan hasil penimbangan apabila muatan yang sama diletakkan
pada posisi-posisi yang berbeda.
Pertama hitung jumlah penyangga lantai penerima muatan dan bagilah
permukaan lantai penerima muatan menjadi n bagian yang sama.

Muatan uji yang digunakan adalah anak timbangan standar dengan jumlah
minimal 1/3 (sepertiga) maksimum + tarra.

Langkah pengujian untuk :

1) Timbangan elektronik digital


a) Nolkan timbangan (Io)
b) Naikkan muatan uji secara merata pada bagian yang diuji
sehingga timbangan menunjuk IL
c) Tentukan dan catat kesalahan penunjukkan timbangan (E)

yaitu
d) Lakukan langkah-langkah pertama sampai ketiga untuk
bagian permukaan lainnya secara berurutan searah jarum
jam
e) Periksa apakah kesalahan penunjukkan (E) pada setiap
bagian permukaan lantai tidak melebihi BKD untuk muatan
uji yang bersangkutan
.
2) Timbangan mekanik (timbangan meja, timbangan
sentisimal, timbangan bobot ingsut, analog elektronik)
a) Nolkan timbangan (Io)
b) Naikkan muatan uji secara merata pada bagian yang diuji

sehingga timbangan menunjuk


c) Tentukan dan catat kesalahan penunjukkan timbangan (E)

yaitu
d) Lakukan langkah-langkah poin pertama sampai dengan
ketiga untuk bagian permukaan lainnya secara berurutan
searah jarum jam.
e) Periksa apakah kesalahan penunjukkan (E) pada setiap
bagian permukaan lantai tidak melebihi BKD untuk muatan
uji yang bersangkutan.

2.c. Pengujian diskriminasi

Pengujian diskriminasi biasa dipergunakan untuk timbangan elektronik,


sedangkan pada timbangan non elektronik biasa dengan penyebutan
pengujian kepekaan. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
timbangan terhadap perubahan kecil dari muatan untuk timbangan
elektronik yang memiliki d = e maka ketentuan dalam prosedur ini yang
ditulis e dirubah menjadi d. Dan kebalikannya untuk timbangan non
elektronik yang mempunyai maka yang ditulis e dirubah menjadi d.

Pengujian dilakukan pada 3 (tiga) titik uji masing-masing pada minimum


menimbang 50% maksimum dan pada 100% maksimum. Langkah pengujian
untuk :

1) Timbangan elektronik
a) Nolkan timbangan
b)Naikkan muatan uji keatas lantai penerima muatan
c) Tambahkan imbuh sebesar 0,1 d secara bertahap sampai
penunjukkan tepat berubah sebesar satu interval skala (d) dan
stabil
d)Catat penunjukkannya (Il)
e) Dengan hati hati naikkan imbuh sebesar 1,4 d dan amati
perubahanan penunjukkan timbangan (I2)
f) Periksa apakah perubahan penunjukkan sebesar satu interval skala
(I2 – I1) = d.

2) Timbangan mekanik (timbangan sentisimal, bobot ingsut, dacin,


cepat pegas, timbangan meja, neraca )
a) Nolkan timbangan
b)Naikkan muatan uji ke atas lantai penerima muatan
c) Amati posisi keseimbangannya
d)Dengan hati-hati tambahkan imbuh sebesar satu kali nilai BKD
untuk muatan yang digunakan diatas lantai penerimaan muatan.
e) Amati perubahaan kesetimbangannya
f) Periksa apakah perubahan penunjukannya memenuhi syarat yang
ditetapkan, yaitu bergerak nyata.

2.d. Pengujian penunjukkan nol

Pengujian penunjukan nol ini sangat penting yang bertujuan untuk


mengetahui kinerja nol timbangan setelah dilakukan penyetelan nol.

1) Timbangan elektronik
Pada timbangan elektronik alat penyetelan nol diperlakukan secara
spesifik. Setelah dilakukan penyetelan nol maka pengaruh
penyimpangan nol pada hasil penimbangan tidak boleh dari 0,25 e.
Akan tetapi pada timbangan dengan alat penunjukkan tambahan
penyimpangan ini tidak boleh lebih dari 0,5 d.
Cara penyetelan nol pada timbangan dengan penunjukkan digital bisa
berupa penyetel nol, non otomatis, penyetel nol, semi otomatis
penyetel nol dengan otomatis. Untuk mengetahui jenis yang mana,
dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Nolkan timbangan
b. Naikkan muatan sebesar 5e
c. Nolkan timbangan
d. Turunkan muatan 5e
e. Amati perubahan penunjukan timbangan selama minimum 5 sekon
dan apabila berubah menjadi nol maka timbangan tersebut
memiliki alat penyetel nol otomatis. Dan apabila sampai 15 sekon
penunjukan tidak berubah maka timbangan tersebut tidak
memiliki alat penyetel nol otomatis.

Langkah pengujian penyetel nol untuk


1.1. Penyetel nol non otomatis dan semi otomatis
a. Nolkan timbangan (Io), kemudian
1. Muati timbangan dengan anak timbangan standar yang
besarnya berada dalam rentang ukurpenyetel nol (0 % s/d 4 %
maks, pada umumnya 2 % maks sekitar nol).
2. Tambahkan imbuh 0,1e secara bertahap sampai penunjukkan
tepat pada saat berubah + 1e dan stabil, tarik kembali imbuh
sebesar 0,1e.
b. Nolkan timbangan (Io)
c. Naikkan muatan 10 e amati penunjukkannya
d. Dengan hati-hati tambahkan imbuh standar 0,25e dan amati
penunjukan timbangan, apabila :
1) Tetap tidak berubah, lanjutkan langkah pada butir terakhir
2) Berubah dan stabil sebesar 1e dari penunjukan semula maka
timbangan dinyatakan tidak baik dan pengujian dihentikan.
e. Dengan hati-hati tambahkan imbuh standar sebesar 0,5e dan amati
penunjukan timbangan, apabila :
1) Berubah dan stabil sebesar 1e dari penunjukkan semula maka
timbangan dinyatakan baik.
2) Tetap tidak berubah maka timbangan dinyatakan tidak baik.

1.2. Penyetel nol otomatis


a. Nolkan timbangan (Io), kemudian
b. Naikkan 10e
c. Dengan hati hati tambahkan imbuh standar sebesar 0,25e dan amati
penunjukannya, apabila:
a) Tetap tidak berubah, lanjutkan langkah keempat
b) Berubah dan stabil sebesar + 1e dari penunjukkan semula
timbangan dinyatakan tidak baik (batal) dan pengujian
dihentikan.
d. Dengan hati hati tambahkan imbuh standar 0,25 dan amati
penunjukan timbangan, apabila :
a. Berubah dan stabil sebesar 1e dari penunjukkan semula maka
timbangan dinyatakan baik (sah)
b. Tetap tidak berubah maka timbangan dinyatakan tidak baik
(batal)
2) Timbangan mekanik (timbangan sentisimal, bobot ingsut, dacin,
cepat pegas, timbangan meja, neraca)
Pengujian dilakukan dengan menaikkan muatan (sembarang
muatan) serta mengamati perubahan penunjukannya.
Langkah-langkah pengujian dilakukan sebagai berikut :
a. Nolkan timbangan (Io)
b. Naikkan muatan uji, ditambah imbuh sebesar 0,25e yang diletakkan di
atas
c. Turunkan kembali muatan uji, imbuh sebesar 0,25e tetap diatas lantai
penerima muatan.
d. Amati secara visual dan periksa posisi alat penunjuk terhadap indeks
(tolok) kesetimbangan. Apabila posisinya berada:
1) Diatas indeks (tolok) kesetimbangan maka turunkan imbuh 0,25e,
apabila :
 Alat penunjuk bergerak dan melewati indeks
kesetimbangannya maka timbangan dinyatakan baik
 Alat penunjuk belum bergerak atau bergerak tetapi tidak
sampai indeks kesetimbangan maka timbanga dinyatakan
batal.
2) Dibawah indeks (tolok) kesetimbangan maka dinyatakan BATAL.

2.e. Pengujian kemiringan

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja timbangan sejauh mana


perbedaan hasil penimbangan apabila timbangan dimuati dalam posisi
miring. Pengujian posisi miring hanya diberlakukan pada timbangan-
timbangan dalam pemakaiannya dimungkinkan terletak miring seperti
timbangan jembatan dan timbangan dacin tidak perlu diuji kemiringan.
Langkah-langkah pengujian :

a) Posisikan timbangan dalam keadaan mendatar dengan


memperhatikan penyipat datar atau unting-untingnya.
b) Muati timbangan dengan sembarang muatan dan tentukan posisi
penunjukannnya, misalnya P1.
c) Posisikan timbangan dalam keadaan miring 2 / 1000 dari keadaan
penyipat datar butir pertama, yaitu dengan memberikan ganjal dalam
arah panjang atau melintang.
d) Muati timbangan sama besarnya dengan muatan sebagaimana butir
kedua dan tentukan posisi penunjukannya, misalkan P 2. Selisih (P2 – P1
) tidak boleh lebih besar dari BKD pada muatan tersebut.

2.f. Pengujian Kebenaran

Pengujian kebenaran harus dilakukan setelah uji kemampuan selesai


(repeatabil:y) Titik uji penimbangan ditetapkan sekurang-kurangnya 5 buah
didalam rentang ukur penimbangannya, yang harus mencakup :

 Minimum menimbangnya
 Pada perubahan BKD
 100% Maksimum menimbang, atau boleh Maks kurang %e

Langkah-langkah pengujian untuk :

1) Timbangan elektronik
a) Nolkan timbangan (I0)
b) Muati dengan anak timbangan standar I0 sesuai dengan titik uji yang
telah ditetapkan (didahului dari titik uji minimum menimbang.
c) Catat penunjukkan timbangan (IL), kemudian tambahkan imbuh 0,1e
diatas lantai penerima muatan secara bertahap sesuai penunjukkan
tepat pada saat berubah + 1e. Catatlah jumlah imbuh yang
dibutuhkan, yaitu sebesar , lalu hitung kesalahan penunjukkan

timbangan dengan rumus :


d) Lakukan kembali prosedur diatas untuk titik-titik uji yang lain.

2) Timbangan Mekanik
a) Nolkan timbangan (I0)
b) Muati dengan anak timbangan standar L sesuai dengan titik uji yang
telah ditetapkan (didahului dari titik uji minimum menimbang)

c) Catat penunjukkan timbangan dan tentukan kesalahan

penunjukkan (E) dengan :


d) Lakukan kembali prosedur diatas untuk titik-titik uji yang lain.

Prosedur kalibrasi sebagaimana tersebut diatas boleh dikatakan berlaku


untuk semua jenis timbangan.

E. Pengujian Timbangan Jembatan

Khusus untuk timbangan jembatan karena kapasitas maksimumnya


besar, maka biasanya jumlah anak timbangan standar yang tersedia tidak
akan mencukupi sampai kapasitas maksimumnya, sehingga metoda
pengujian kebenarannya menggunakan metoda substitusi dengan
menggunakan ballast.

a. Massa anak timbangan standar minimal

Repeatability Massa Anak Timbangan Standar Minimal


R < 0,1e 10% maks
0,1e < R < 0,2e 20% maks
0,2e < R < 0,3e 35% maks
R > 0,3e 50% maks
tabel-17

b. Substitusi ( ballast )
Tentukanlah massa dan jumlah material dari substitusi ( ballast ) yang
dibutuhkan dengan ketentuan sebagai berikut :
 Perbedaan massa yang dibolehkan antara massa material
substitusi (ballast) dengan penunjukkan timbangan yang telah
diketahui kesalahannya adalah +5% atau 1 ton, dipilih yang
terkecil. Material substitusi (ballast) harus dipilih sedemikian
rupa dari bahan yang massanya tidak mudah berubah.
 Jumlah material substitusi (ballast) harus tersedia sehingga
pengujian dapat dilakukan sampai dengan maksimum
menimbang.

c. Titik-titik uji
Tentukan titik-titik uji penimbangan minimal 5 (lima) titik uji dalam
rentang ukur penimbangan dengan ketentuan harus mencakup :
 Minimum menimbang
 Pada titik-titik perubahan BKD
 Maksimum penimbangan atau boleh maksimum kurang 5e

d. Penentuan massa sebenarnya baliast (B)


Setelah timbangan diberi muatan material substitusi (ballast)
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Untuk timbangan elektronik
 Catat penunjukkan timbangan IL.
 Tambahkan imbuh 0,1e secara bertahap sampai
penunjukkan tepat pada saat berubah + 1e dan stabil, catat
jumlah imbuh yang dibutuhkan, misalnya
 Hitung massa sebenarnya dari material substitusi (B)
dengan rumus :

B = massa sebenarnya dari material substitusi


IL = penunjukkan timbangan sebelum penambahan imbuh
e = interval skala tertentu
= jumlah imbuh yang digunakan
E = kesalahan penunjukkan timbangan yang digantikan
dengan ballast.
2) Untuk timbangan mekanik
 Muati dengan muatan L
 Tambahkan imbuh 0,1e secara bertahap sampai
penunjukkan tepat pada saat berubah berskala berikutnya
atau berubah +1e dan stabil, catat jumlah imbuh yang
dibutuhkan misalnya

 Catat penunjukkan timbangan

Hitung massa sebenarnya dari material ‘’B’’ dengan rumus :

Dimana :

B = massa sebenarnya dari material substitusi

= penunjukkan timbangan setelah ditambah

= jumlah imbuh yang digunakan

E = kesalahan penunjukkan timbangan yang digantikan dengan ballast.


Rangkuman BAB l s/d BAB lV

1. Dalam penggunaan timbangan sebagai alat ukur massa atau berat,


harus dipertimbangkan beberapa aspek yaitu penggunaan, jenis dan
jumlah barang yang ditimbang sifat penimbangan, kepraktisan dan
kecepatan proses penimbangan serta tingkat kesaksamaan atau
ketelitian penimbangan. Oleh karenanya timbangan dapat dibagi
berdasarkan konstruksinya.
Timbangan yang termasuk jenis UTTP Metrologi Legal sesuai dengan
peraturan perundang-undangan terdiri dari timbangan yang wajib
ditera dan ditera ulang, yang wajib ditera dan ditera ulang tetapi
dapat dibebaskan dari tera ulang, serta timbangan yang dibebaskan
dari tera dan tera ulang. Timbangan sebagaimana tersebut di atas
harus memenuhi persyaratkan teknis yang meliputi sifat phisis bahan
baku, penggunaan sistem internasional, mempunyai batas ukur serta
sifat-sifat ukur sesuai dengan ketentuan.
2. Dalam penggunaan timbangan secara baik dan benar harus
memperhatikan beberapa aspek anatar lain : sifat-sifat timbangannya
dan besarnya kesalahan yang diperkenankan, batas penimbangan,
kedudukan timbangan, tanda tera serta faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil penimbangan. Pengujian timbangan atau
kalibrasi terhadap timbangan pada hakekatnya adalah bertujuan
untuk mengetahui kinerja timbangan, apakah sifat timbang yang
meliputi kebenaran, kepekaan dan ketetapannya memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
BAB V

NERACA

A. Pendahuluan
Neraca adalah macam timbangan yang sangat sederhana,
terdiri dari sebatang tuas yang berputar pada sumbu yang dipasang di
tengah-tengahnya. Karena kesederhanaannya, maka neraca telah ada
sejak mengenal timbangan.

gbr-18
Untuk mempelajari teori neraca, kita ambil neraca sama lengan
(neraca yang umum digunakan), yaitu sebuah tuas antara pisau ujung
kanan dengan pisau putar dan pisau ujung kiri dengan pisau putar
jaraknya sama. Jarumnya (sebuah indicator) dipasang disebelah atas
tuas atau gandar meskipun ada juga yang dipasang di sebelah atas
tuas tetapi yang umum dipakai adalah jarum yang dipasang di sebelah
bawah.
Pada ujung jarum dipasang lemping yang diberi garis-garis
skala. Garis-garis skala dibuat sama jaraknya antara garis-garis skala
satu dengan garis skala lainnya, dan apabila garis skala tersebut
diteruskan ke atas maka semuanya akan melewati pisau tengahnya.
Pada skala yang di tengah-tengah diberikan angka nol. Garis terebut
apabila ditarik ke atas akan merupakan garis yang tegak lurus
terhadap lengan neraca, sehingga apabila jarum menunjuk angka nol,
berartigandar neraca dalam keadaan mendatar atau neraca dalam
keadaan setimbang.
Pada waktu pemakaian neraca harus diperhatikan bahwa
neraca dalam keadaan benar-benar mendatar. Oleh karena itu, neraca
harus dilengkapi dengan penyipat datar ataupun unting-unting yang
berhadapan dengan toloknya (kecuali neraca gantung).
Untuk memperkecil gesekan sekecil-kecilnya, pisau harus
tertumpu dengan baik pada bantalan yang kedua-duanya dibuat dari
bahan yang cukup keras (60-65 derajat Rockwell C).
Gandar neraca lazim juga disebut batang neraca dan piringannya
disebut daun. Jarak antara titik putar tangan dan ujung disebut lengan.
Yang ada di sebelah kanan disebut lengan kanan dan yang ada
disebelah kiri disebut lengan kiri.
Keterangan gambar 19
1. Gandar atau tuas neraca
2. Anting-anting (penggantung piring neraca yang dilengkapi dengan
bantalan)
3. Piring atau daun neraca untuk menaruh anak timbangan dan
muatan.
4. Skala pembacaan dengan garis nol di tengah-tengah
5. Jarum penunjuk
6. Unting-unting dengan toloknya untuk menentukan kedataran
neraca
7. Tolok
8. Alat untuk menaik turunkan tuas neraca
9. Skrup penyetel kedataran papan neraca
10. Skrup penyetel nol
11. Pisau ujung
12. Pisau tengah
13. Tiang neraca
gbr-19

Untuk mempelajari teori neraca dapat kita gambarkan neraca


itu seperti gambar di bawah. Dalam gambar itu titik C menunjukkan
pisau tengahnya, titik A adalah pisau untuk menggantungkan anak-
anak timbangan G. Titik D adalah pisau untuk menggantungkan
muatan L dan titik S adalah titik berat gandar yang beratnya
(termasuk berat jarum yang diikatkan padanya kuat-kuat) yang
disebut B.
A’

A’ S’ C D’
A’

l
g b
D
λ
A’
A γ S
A’ β A’

G + GO B L + LO
gbr-20

Penjelasan gambar

g : jarak antara mata pisau A dan C = lengan kiri = lengan anak


timbangan

l : jarak antara mata pisau D dan C = lengan kanan = lengan


muatan

b : jarak antara mata pisau C dan titik berat S

Sudut antara arah gaya yang merupakan berat G dan lengan g


kita disebut gama ( γ), sudut anatara gaya L dan lengan l kita sebut
lamda (λ) dan sudut antara gaya B dan b kita sebut beta (β). G O adalah
berat daun dimana terletak anak timbangan G. L O adalah berat daun
dimana terletak muatan L.

A’, S’, dan D’ proyeksi titik A,S, dan D atas garis datar lewat titik C.

B. Persamaan Kebenaran Neraca


Jika neraca yang dimuati seperti terlukis dalam gambar di atas
itu dalam keadaan setimbang (jarum menunjuk tegak lurus) maka
persamaan kesetimbangan dapat dituliskan :

[ ( G+G O ) × A ' C ] + [ B ×S ' C ]=( L+ LO ) × C D'


( G+GO ) g sin γ +Bb sin( β−180o )=( L+ LO ) l sin λ
( G+GO ) g sin γ −Bb sin β =( L+ LO ) lsin λ
Jika neraca tidak bermuatan, ia harus setimbang juga;
G O × A' C+ B × S' C=LO × C D'

GO g sin γ + Bb sin ( β−180o ) =LO lsin λ


G O g sin γ −Bb sin β ¿ LO l sin λ

Persamaan pertama dikurangi dengan persamaan kedua


menghasilkan

( G+GO ) g sin γ −Bb sin β =( L+ LO ) lsin λ


(-)
G o g sin γ −Bb sin β=Lo l sin λ

Go g sin γ =Ll sin λ

Supaya G = L maka syarat yang harus dipenuhi adalah :

g sinγ = l sin λ

Itulah syarat pertama kebenaran neraca. Dilihat pada gambar di atas


persamaan itu harus dibaca : Proyeksi datar lengan anak timbangan g
= proyeksi datar lengan muatan l.

C. Kepekaan Neraca
A’ S’ C D’

φ1 φ1
g φ1

γ
λ−φ1
γ −φ1 β
β−φ1 λ

G + GO +ΔG

B gbr-21 L + LO
Di atas ini digambarkan kedudukan kedudukan neraca itu
sesudah di daun kiri ditaruh imbuh sebanyak ΔG. Sudut miringnya,
yaitu sudut terhadap kedudukan gandar semula, kita sebut φ1 , maka
sudut yang dibuat oleh jarum dengan garis tegak lurus dalam
kedudukan itu juga φ1.

Persamaan sebelum diberi imbahΔG :

(G+G¿¿ o) g sin γ −Bb sin β=¿ ¿ ¿(1)

Sesudah diberi imbuhΔG di sebelah kiri, gandar menjungkit sebesar φ1:

( G+GO + ΔG ) g sin ( γ + φ1 )−eb sin ( β−φ1 ) =( L+ Lo ) lsin(¿ λ−φ1)… ..(2)¿

Jika persamaan (2) diuraikan dan dikurangi persamaan (1) dan


kemudian diselesaikan akan didapat :

ΔG g sin γ + ( G+G O + ΔG ) g cos γ tgφ 1+ Bb cos β tg φ1=−( L+ Lo ) ×1 cos λ tg φ1

Dari persamaan terakhir ini ternyata :

Δ G l sin γ
tg φ1=
−( G+G O + Δ G ) g cos γ −Bb cos β− ( L+ Lo ) l cos λ

Bila imbuh Δ G itu tidak ditaruh di daun kiri tetapi di daun kanan,
dengan cara yang sama diperoleh :

Δ G lsin λ
tg φ2=
−( G+G O ) g cos γ−Bb cos β−( L+ Lo + Δ G ) l cos λ

karenasudut φ 1harus sama dengan sudut φ 2, maka ruas kanan dari dua
persamaan terakhir itu harus sama pula. Selanjutnya menurut syarat
pertama g sinγ = 1 sinλ , hingga pembilang dua pecahan itu sama
besar, maka penyebutannya harus sama juga.

Penyebutnya itu akan sama bila Δ G g cosγ = Δ G l cos λ atau g cosγ = l


λ. Ini syarat kedua kebenaran neraca.

Hubungan yang kita peroleh ini menyatakan :


Supaya sudut jungkitnya φsama, baik imbuh Δ G ditaruh di daun kiri
atau kanan, maka proyeksi pada tegak lurus lengan g dan l harus
sama.

Dari syarat pertama dari syarat kedua dapat diambil kesimpulan


bahwa lengan g harus sama dengan lengan l. sebab dari syarat ke-1
g2 sin2 γ =l 2 sin 2 λ , dan dari syarat ke-2 g2 cos2 γ =l 2 cos2 λ, maka

g2 ( sin2 γ + cos2 γ )=l 2 (sin2 λ+cos 2 λ), atau g2=l 2 atau g=l

Selanjutnya oleh karena dalam kedudukan setimbang garis yang


menghubungkan mata pisau A dan D datar, dan g = l, maka sudut γ= λ.
Itu semua menunjukkan bahwa gandar, beratnya harus dibuat
simetris. Dengan demikian tidak ada alasan untuk membuat lengan
yang sebelah lebih kuat dari lengan yang lain, karena muatan pada
lengan kedua lengan selalu sama.

Pertimbangan lain, mengapa gandar harus dibuat simetris


karena dalam praktek perlu gandar itu dalam keadaan setimbang bila
tidak dimuati (muatan nol). Itu atinya, letak titik berat gandar, yaitu S
tegak lurus di bawah titik C (titik putar) dan sudut βmenjadi 180o.

Dari persamaan kebenaran neraca: Gg sinγ- Bb sinβ= Ll sinλ, maka


supaya G=L harus dipenuhi syarat sebagai berikut:

- g harus sama dengan l


- sudut γ= sudut λ
- titik tangkap B harus tegak lurus di bawah titik C atau sudut β=
180o

Penurunan Rumus Kepekaan

Dimuka telah dijelaskan bahwa φ 1dan φ 2harus sama, kita disebut saja φ❑
sehingga:

Δ G g sin γ
tg φ=
−( G+G O + Δ G ) g cos γ −Bbcos β−( L+ Lo ) lcos λ
Berdasarkan:

- neraca tidak bermuatan GO = LO


- maksud penimbangan atau penggunaan neraca G = L berarti G O + G =
LO+L
- Karena G = L maka g harus sama dengan l
- Cosγ = cosλberarti γ=λ
- Karena sudut kecil maka tgφ = φ, dengan demikian rumus di atas
menjadi :
Δ Gl sin γ
φ=
−( LO + L+ ΔG ) l cos γ −Bb cos β−( L+ Lo ) lcos γ
ΔG l sin γ
φ=
−( LO + L ) lcos γ + ΔGl cos γ−Bb cos β−( L+ Lo ) l cos γ

Harga Δ G dibandingkan dengan GO + G atau terhadap L O + L dapat


dibaikan dan sudut γmendekati 90o atau lebih besar sedikit dari 90 o
sehingga sin 90o = 1 dan cos > 90o = (-) kecil sekali.

Sudut β= 180o = -1. Kalau kita teruskan rumus di atas menjadi :

Δ Gl
φ=
−2 ( LO + L ) .−е−(−Bb)
ΔG l
φ=
2 ( LO + L ) . е + Bb

Inilah rumus sudut kepekaan neraca. Dari rumus tersebut dapat


diambil suatu kesimpulan bahwa supaya kepekaan neraca menjadi
besar, syaratnya adalah:

- Lengan g = l harus panjang


- Berat daun muatan harus ringan (Lo)
- Berat gandar harus kecil dan ringan (B)
- Jarak permukaan pisau-pisau (ujung dan tengah) kecil (e)
- Jarak titik berat harus kecil atau pendek (b)
Jika sudut γ=λ= … , berarti e = 0 maka rumus kepekaan di atas
menjadi :

Δ Gl momen M
φ= = =
Bb gaya ara h R
M
φ=
R

gaya arah (Bb) adalah perkalian jarak titik berat dengan berat
gandarnya. Fungsi gaya arah (R) mempertahankan ketetapan
setimbang dari pengaruh luar (momen)yang mencoba mengubah
arahnya.

M
Dari persamaan φ= berarti :
R
- Supaya kepekaan (φ ¿ besar, gaya arah harus kecil, sebaliknya
- Supaya kepekaan (φ ¿ kecil, gaya arah harus besar.

D. Macam Kesetimbangan
Macam kesetimbangan ada tiga yaitu kesetimbangan tetap (stabil),
kesetimbangan goyah (labil), dan senantiasa setimbang (indifferent).
a. Setimbang Tetap (stabil) adalah keadaan apabila imbuh ditaruh di
atas salah satu piring, gandar akan menjungkit atau berayun dan
apabila imbuh tersebut diambil kembali gandar akan kembali ke
kedudukan semula. Neraca yang demikian dikatakan mempunyai
sifat setimbang tetap atau stabil.

t.putar
t.berat

Dalam fisikan, setimbang tetap digambarkan, apabila benda itu


seikit digoyangkan, titik beratnya akan naik.
b. Setimbang goyah (labil) adalah keadaan apabila imbuh ditaruh di
atas salah satu piring (kecil sekali atau hanya disentuh) atau piting
ditekan perlahan-lahan, gandar bergerak harus ke bawahdan
berhenti. Neraca yang demekian dikatakan mempunyai sifat
setimbang goyah atau labil.

t.berat

t.putar

Dalam fisika, setimbang goyah digambarkan, apabila benda itu


digoyahkan, titil beratnyaakan turun
c. Senantiasa setimbang (indifferent) adalah keadaan kalau imbuh
ditaruh di atas salah satu piring, gandar akan menjungkit,
kemudianberhenti dan atau apabila imbuh tersebut diambil,
gandar diam, tidak kembali lagi pada kedudukan semula. Neraca
yang demikian dikatakan mempunyai sifat senantiasa seimbang
atau indifferent.

t.berat dan t.putar

Dalam fisika, senantiasa setimbang digambarkan, apabila benda


itu digoyangkan titik beratnya tetap.

Neraca supaya dapat dipakai dengan baik, salah satu syaratnya adalah
mempunyai sifat setimbang tetap (stabil). Syarat ini merupakan
syarat ketiga bagi neraca.
E. Nilai Skala Neraca
Nilai skala kebalikan dari kepekaan. Kepekaan adalah
banyaknya imbuh yang dibutuhkan untuk memperoleh sudut
jungkitan tertentu. Makin kecil imbuh yang dibutuhkan untuk
memperoleh sudut jungkitan, maka makin besarlah kepekaannya.
Sedangkan, nilai skala adalah besarnya imbuh yang dibutuhkan untuk
memindahkan satu mata skala. Berarti lebih kecil nilai skalanya, lebih
besarlah kepekaannya.
Dari rumus kepekaan (Gandar Tegar):
φ l φ (2 LO +2 L)e+ Bb
= rumus nilai skala =
ΔG 2 ( LO + L ) e + Bb ΔG l
Kalau kita ganti : p = Δ G = nilai skala
:Σ= φ= kepekaan
maka rumus nilai kepekaan menjadi:
p ( 2 LO +2 L)e +Bb
=
Σ l
Σ e ( 2 LO +2 L ) + Σ Bb 2 LO e+ Bb 2e
p= = Σ+ Σ L
l l l
p=C O +C 1 Lmerupakanpersamaan linier bentuk y = a + bx

Apabila ketiga mata pisau neraca terletak dalam satu bidang rata atau

Bb
e = 0, maka p= Σ
l

Bb
p= Σ p=−CO +C 1 L
l
Neraca semprna, p tidak trgantung tidak boleh terjadi
Muatan, nilai skala selalu sama.

p=C O +C 1 L p=C O −C1 L

e: mempunyai nili positif berada e: negative berada di atas


di bawah mata pisau tengah pisau tengah

Dari persamaan p=C O +C 1 L, jika telah didapatkan nilai skala pada


dua muatan, secara teoritis nilai skala yang lain dapat dihitung.

Hubungan rumus nilai skala dan sifat kesetimbangan dari rumus:


p ( 2 LO +2 L)e +Bb
=
Σ l

p>0 atau ( 2 LO +2 L ) e+ Bb>0 : setimbang tetap


p=0 atau ( 2 LO +2 L ) e+ Bb=0 : senantiasa setimbang
p<0 atau ( 2 LO +2 L ) e+ Bb<0 : setimbang goyah

F. Nilai Skala Memperhitungkan Lenturan


Karena pelenturan, jarak e akan berubah berdasarkan
besarnya muatan L. Jika belum dumuati kita sebut eo maka pada
muatan L, -e menjadi eo+Δe(Lo+L) atau dapat ditulis: e= eo+Δe(Lo+L)

Oleh karena e turun, maka titik beratnya akan turun.

Apabila tidak bermuatan, jarak titik berat bo, sehingga pada bermuatan
menjadi b=b o+∝ ∆ e ( LO + L ) .
Harga Δe, Δb adalah besarnya perubahan e dan b pada suatu muatan
yang satuannya dinyatakan dalam panjang-berat. Harga e dan b
dimasukkan ke dalam rumus p, maka:

2 LO e+ Bb 2L
p= Σ+ ΣL
l l

2 LO {e O +∆ e ( L+ LO ) }+ B {b O+ ∝∆ e ( L+ LO ) } 2 {e O + ∆ e ( L+ LO ) }
P= Σ+ ΣL
l l

2 LO ( eO + ∆ e LO ) + B( bO +∝ ∆ e LO ) 2 ( eO +2 ∆ e LO ) + B∝ ∆ e 2∆e 2
P= Σ+ Σ L+ ΣL
l l l

p=C O +C 1 L+C 2 L2 (ada lenturan)

Contoh hitungan mencari nilai skala :

Dalam suatu percobaan sebuah neraca kekuatan 1000 gram, diperoleh


nilai skala pada muatan nel =4,2 mg, pada muatan 500 gram=5,4 mg
dan pada muatan 1000 gram=9,6 mg tiap skala. Hitung nilai skala
neraca pada muatan 100 gram dan 600 gram

Hitungan:

PO =4,2 .10−3=C O +C1 L+C2 L2

¿ 4,2 . 10−3=C O +0+ 0

C O=4,2. 10−3

P500 =5,4 . 10−3=C O +C 1 L+C 2 L2

¿ 5,4.10−3=4,2. 10−3 +C 1 5. 102 +C2 52 .10 4

= 1,2. 10−3=C 1 .5 .102 +C 2 .25 .104 ……………..(dikali 2)

= 2,4. 10−3=C 1 .1 .103 +C 2 .50 .104 ……………(1)


P1000 =9,6 . 10−3=C O +C 1 L+C 2 L2

= 9,6. 10−3=4,2 .10−3+ C1 .1 .103 +C 2 .1.10 6

= 5,4. 10−3=C 1 .1 . 103+ C2 .1 .106……………(2)

Persamaan (1) – (2) : -3.10-3 = -C 2 . 5.105

−3 .10−3 -9
: C2 = 5 = 6.10
−5 . 10

Dari persamaan (2) : 5,4 . 10−3 =C1 .1. 103 +6. 10−9 .1. 106
: 5,4 . 10−3 =C1 .1. 103 +6. 10−3
: −0,6. 10−3=C 1 .1 . 103
−0,6.10−3 −7
:C 1= 3
=−6 .10
1. 10

L100 P1 = C O +C1 L+ C2 L2

¿ 4,2 . 10−3−6 .10−7 . 102 +5.10−9 .10 4=4,2.10−3 gram

¿ 4,2 mg
L600P6 =C O +C1 L+ C2 L2

¿ 4,2. 10−3 −6.10−7 (6.10¿¿ 2)+ 6.10−9 .36 . 104 ¿


¿ 6 . 10−3 gram=6 mg

G. Menentukan Titik Setimbang

Jarum neraca berayun ke kanan dan ke


kiri dan lama kelamaan berhenti pada
suatu titik. Titik itu dinamakan “titik
setimbang”,

Titik setimbang dicari dari rata-rata


titik balik.
a1 a4 a2
a3 a5

a1

a2
atau
a3
a 1+ a2 a2 + a3 a3 +a 4 a 4 +a 5
+ + +
2 2 2 2
T=
4

a1 +2 a2 +2 a3 +2 a4 + a5
T=
8

a1 +a3 + a5 a2 +a 4
( + )
3 2
T=
2

2 a1 +2 a3 +2 a5 3 a 2+3 a4
+
6 6
T=
2

2 a1+ 2a 3+ 3 a2+ 3 a4 +2 a5 1 2 a1 +3 a2 +2 a3 +3 a 4 +2 a5
T= × =
6 2 12

Untuk menentukan titik setimbang, titik balik harus ganjil, misal 3,5,
atau 7.

Kalau titik setimbangnya berasal dari tiga(3) titik balik:

a 1+ a2 a2 + a3
+
2 2 a +2 a2 +a3
T= = 1
2 4

Dalam praktik titik balik desebelah kiri titik nol disebut negative dan
disebelah kanan positif. Titik balik harus dibaca (ditaksir) dalam
persepuluhan mata skala.

Contoh

- 3,3
+ 4,5
- 2,8
- 2,3 + 4,8

Menggunakan rumus :

a1 +2 a2 +2 a3 +2 a4 + a5
T=
8s
(−3,3 ) +2 (+ 4,5 ) +2(−2,8)+2(+ 4,8)+(−2,3)
T=
8

T =+0,925atau dibulatkan menjadi +0,93 atau dapat dihitung sebagai


berikut:

+ 1,2
+1,7
+2,0
+2,5
=+ 0,925=+0,93
+7,4
8

Menggunakan rumus

2(−3,3)+ 3(+4,5)+2(−2,8)+3(+ 4,8)+2(−2,3)


T=
12

T=+ 0,925 = +0,93

Untuk plat skala yang jarumnya menunjuk ke atas maka titik balik
sebelah kanan titik nol ditandai “negative” dan yang disebelah kiri
titik nol ditandai “positive”

Hasil dari T selalu ditulis dalam dua decimal. Bila angka ketiga itu
lebih dari 5, hasil itu dibulatkan menjadi dua decimal dan bila angka
ketiga itu kurang dari 5, angka ketiga itu dihapuskan.

Penulisan titik balik tidak perlu ditulis dalam pecahan decimal,

1
misalnya angka 3,3 ditulis menjadi 3 . Jadi harus ditulis dalam
3
decimal.

H. Menentukan Nilai Skala Neraca

Untuk menentukan nilai skala, kita harus menentukan titik


kesetimbangan dua kali. Pertama, kesetimbangn (T 1) sebelum imbuh
ditaruh di salah satu daunnya dan kedua titik kesetimbangan (T 2)
sesudah imbuh ditaruh. Misalkan, imbuh itu sama dengan ΔG, jadi
sudut jungkitan yang disebabkan oleh ΔG ialah sudut yang sesuai
dengan sudut (T1-T2) mata skala.

Untuk (T1-T2) kita hanya ambil harga mutlaknya saja, jadi tidak

∆G
bertanda. Nilai skala dalam hal ini: P=
|T 1−T 2|

Dalam praktik, menentukan nilai skala dengan menaruh imbuh ∆ Gdi


daun kiri dan kanan. Membaca titik balik untuk mendapatkan titik
kesetimbangan T1 dan T2, neraca tidak boleh di area dan
memindahkan imbuh ∆ Gharus hati-hati yaitu dengan menggunakan
panset. Nilai skala dalam cara ini:

∆G
P= (sebab imbuh ditaruh dua kali, mula-mula di kiri
|T 1−T 2|
kemudian di kanan, jadi pengaruhnya dua kali juga)

I. Menentukan Perbandingan Lengan Neraca


Perbandingan lengan suatu neraca adalah perbandingan
proyeksi kedua lengannya dalam keadaan jarum menunjuk nol. Secara
kasar dapat dilakukan sebagai berikut:

g l Stel neraca pada muatan nol


(ujung jarum di skala nol). Taruh
muatan P di daun kiri dan Q di
daun kanan yang sama beratnya.
P+q Q
Jika tidak setimbang, taruh
imbuh “q”, misal di daun kiri.
(P+q) g = Q l

l P+ q P q q
= = + =1+ ,
g Q Q Q Q

jika P=Q = 500 gram dan q=40 mg, maka


l 40 mg
=1+ = 1 + 80. 10-5
g 500.000 mg

Perbandingan lengan neraca ditentukan dengan rumus :

1 2 ∝ μ o−(β + γ )μ
=1+
g 2P

Dimana:

P : Q muatan

∝:Titik kesetimbngan muatan nol

β : Titik kesetimbangan Pki Qka

γ : Titik kesetimbangan Pka Qki

μo :Nilai skala neaca pada muatan nol

Μ : Nilai skala pada muatan P dan Q

Pembuktian

g l g l

∝ β

O O P Q

g l

Q P
P . g=( Q+ βμ−∝ μo ) l(1)

Q . g=( P+ γμ−μ o ∝ ) l (2)

( 1 ) + ( 2 )=P . g +Q. g=( Q+ βμ−∝ μo + P+ γμ−∝ μo ) l

g P+Q+ βμ+ γμ−2 ∝ μo P+Q ( β +γ ) μ−2 ∝ μo


= = +
l P+Q P+Q P+ Q

g ( β +γ ) μ−2 ∝ μo
=1+
l 2P

l ( β+ γ ) μ−2∝ μ o 2 ∝ μ o−( β + γ )μ
=1− =1+
g 2P 2P

Contoh :

mg
∝=+0,5 ; β=−2,5; γ=+ 1,25; μ o=5 ; μ=20 mg/skala
skala

l 2.0,5 . 5−(−2,5+ 1,25 ) 20


=1+ =1+30. 10−6
g 2.500000

l ka −6
Biasanya ditulis dalam bentuk =1± a . 10
l ki

J. Alat Pengatur Kepekaan

Neraca yang halus-halus biasanya dilengkapi dengan suatu alat


untuk mengatur kepekaannya. Dengan alat itu bisa memperbesar dan
memperkecil kepekaannya, sehingga dapat dicapai nilai yang
diinginkan. Caranya denga mengubah letak titik berat gandar. Dengan
alat ini titik beratnya dapat dinaik turunkan. Bila dinaikkan,
kepekaannaya bertambah besar dan sebaliknya nilai skalanya menjadi
kecil. Bila diturunkan, kepekaannya menjadi kecil dan nilai skalanya
menjadi besar.
Alat itu ada yang dipasang tegak lurus di atas pisau tengah dan
ada pula dipasang tegak lurus di bawahnya. Yang dipasang di atas,
biasannya berwujud skrup disebut skrup puncak. Yang dipasang di
bawah biasannya dikaitkan pada jarum, dan oleh karena itu disebut
pemberat jarum.

Skrup puncak terdiri dari dua buah skrup, yang sebuah sebagai
skrup kontra dari yang lain hingga kedua buah skrup itu dapat
dikeraskan dan dengan demikian tidak dapat berpindah tempat
dengan sendirinya bila umpamanya neraca tersentuh.

Pemberat jarum berbentuk selubung yang diikatkan pada jarum


dengan skrup.

Dasar Pembacaan Neraca

l2
l1

A
Gb
Gx

supaya setimbang dipiring kanan diletakkan A, sehingga persamaan


menjadi:

G1 .l 1=Gb . l 1+ A . l 2

l2 l2
G x =G b . +A.
l1 l1

l 1=l 2
G x =Gb + A

A : titik kesetimbangan x nilai skala.

K. Metode Penimbangan
Mengingat bahwa membuat neraca agar kedua lengannya benar-
benar sama sangat sulit, maka untuk mengatasi ketidaksamaan lengan
itu, ada 3 (tiga) metode penimbangan yaitu:
- Penimbangan cara Chemis
- Penimbangan cara Borda
- Penimbangan cara Gause

a) Penimbangan cara Chemis


Pada penimbangan cara chemis tidak perlu membaca titik
balik, sedangkan untuk titik kesetimbangannya neraca selalu
diupayakan pada titik nol yaitu dengan menambahkan anak-anak
timbangan yang sesuai. Caranya sebagai berikut:
Letakkan anak timbangan yang akan diuji M pada salah satu daun
muatan (kiri). Kemudian setimbangkan neraca sampai penunjukan
jarum neraca 0 dengan menambahkan anak-anak timbangan
standar pada daun muatan lawan (kanan) ; misalkan massa anak-
anak timbangan standar yang diperlukan adalah A.

g l
g

n
M A

Sehingga diperoleh persamaan kesetimbangannya sebagai berikut :


M . g = A .l
A.l
g= (1)
M
Areatir (turunkan) neraca dan letakkan anak timbangan M pada
daun muatan lainnya (kanan) dan setimbangkan neraca dengan
menambahkan anak-anak timbangan standar pada daun kiri
sampai jarum penunjukkanneraca menjadi nol. Misalkan massa
anak timbangan standar yang dibutuhkan adalah B.

g l

0
B M
Sehingga diperoleh persamaan kesetimbangannya sebagai berikut,
B . g = M .l
M .l
g= (2)
B
Dari persamaan (1) dan (2) maka massa anak timbangan M dapat
dihitung:
A .l M . l
=
M B
M 2 . l= AB .l
M 2= AB
( A+ B)2 ( A−B)2
M 2= −
4 4
( A−B)2
Bila dihitung, relative sangat kecil, karena pada
4
hakekatnya A dan B adalah anak timbangan yang hampir sama
massanya, dan perbedaan lengan neraca juga kecil. Dengan
demikian persamaan di atas menjadi:
2 ( A+ B)2
M =
4
( A+ B)❑
M=
2
Atau dari M2 = AB, maka M=√ AB
b) Penimbangan cara Borda
Metode penimbangan ini disebut juga metode subtitusi. Cara
penimbangannya sebagai berikut:
Letakkan anak timbangan standar S pada daun muatan kanan, lalu
setimbangkan neraca dengan meletakkan beban terra T pada
daun muatan kiri, dan tentukan titik kesetimbangan neraca
tersebut adalah β dan nilai skalanya adalah μ

g l

Penunjukkan neraca pada muatan S = T+βμ


Areatir neraca dan turunkan anak timbangan standar S kemudian
naikkan anak timbangan yang diuji M pada daun muatan kanan
(berat terra T pada daun muatan kiri tetap) lalu baca titik
kesetimbangan neraca, misalkan setelah dihitung :δ

g l

Penunjukkan neraca pada muatan M = T+δ μ


Beda penunjukkan
M - S¿ ( T + δμ )−(T + βμ)
M −S=δμ−βμ
M =S+(δ −β) μ

c) Penimbangan cara Gauss


Letakkan anak timbangan standar S pada daun muatan kiri dan
anak timbangan yang diuji M pada daun muatan kanan, kemudian
tentukan titik kesetimbangnnya, misalnya :β
Diketahui nilai skala neraca :μ

g l

Persamaan
S kesetimbangannya adalah
M :
S . g=( M + βμ ) l ( 1 )
Areatir neraca dan pindahkan anak timbangan S dari daun kiri ke
daun kanan, serta anak timbangan M dari kananke kiri, kemudian
tentukan titik kesetimbangan neracanya, misalkan : δ
g l

M S

Persamaan kesetimbangannya adalah:


M . g=( S +δμ ) l ( 2 )
Dari persamaan (1) dan (2) dengan mengalikan silan dan lalu
diturunkan akan diperoleh rumus massa anak timbangan M.
( S g ) ( S+ δμ ) l= ( M g ) ( M + βμ ) l
S ( S +δμ )=M ( M + βμ )
S2 +δμS =M 2+ βμS
2 S +δμ=2 M + βμ
1 1
S+ δμ=M + βμ
2 2
1
M =S+ (δ−β) μ
2
Dari ketiga metode penimbangan dapat disimpulkan bahwa
cara Chemis lebih praktis, tetapi kurang seksama karena
meniadakan titik kesetimbangan dan menghapus beberapa
hitungan yang dianggap kecil. Cara Borda dan Gauss cukup
seksama karena titik kesetimbangan yang benar. Cara Gauss lebih
seksama daripada Borda, karena cara Borda massanya dinyatakan
dari selisih kedua titik kesetimbangan, sedangkan pada cara Gauss
massanya dinyatakan dari ½ selisih kedua titik kesetimbangan.
L. Penjustiran Neraca
a) Cara Penjustiran Kebenaran
Seperti telah diuraikan dimuka, bahwa neraca yang digunakan
umumnya adalah neraca sama lengan. Apabila muatan kiri
ternyata tidak sama dengan muatan kanan, artinya dua buah anak
timbangan yang massanya sama diletakkan pada daun kiri dan
daun kanan, ternyata terdapat jungkitan, ini berarti lengan neraca
tidak sama benar.
Apabila perbedaan atau kesalahan ini melebihi remidi, maka
neraca harus dijustir atau dibetulkan.
Penjustiran atau pembetulan dilakukan dengan cara:
- Menggosok pisau ujung dengan tujuan untuk memperpanjang
jarak lengan sehingga menjadi sama dengan lengan
sebaliknya.
- Memukul/membengkokkan sedikit dari lengan yang pendek.

l1 l2 l1< l2

dipukul
gbr-32
Bila dipergunakan cara dengan memukul, maka haruslah
digunakan pemukul yang berupa alat yang tumpul dan apabila
digunakan cara pembengkokkan gandar haruslah digunakan
kunci inggris.

b) Penyebab Ketidaktetapan Neraca


- Mata pisau tumpul
Karenanya harus ditajamkan, namun harus diingat didalam
menajamkan pisaunya, harus diperhatikan agar pisau tetap
dalam satu bidang datar, sejajar dan dijaga agar jarak lengan
kiri dan kanan harus hampir-hampir sama.
- Permukan pisau yang tidak rata
Bila permukaan pisau tidak rata, maka titik tumpu akan
berpindah-pindah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
pisau harus digosok sedemikian rupa sehingga cukup rata.
- Pisau tidak cukup keras
Apabila pisau tidak cukup keras (lembek), maka pisau akan
segera tumpul dan ini berarti titik tumpunya akan berpindah-
pindah sehingga menyebabkan tidak tetapnya neraca.
Kekerasan pisau harus terletak antara 60 sampai 65 derajat
Rockwell C.
- Pisau tidak sejajar
Apabila pisau tidak sejajar, ketika muatan berubah tempatnya
akan mengakibatkan perubahan kesetimbangan, hal ini
disebabkan oleh perubahan titik tangkap muatan, terlihat
sebagaimana pada gambir di bawah ini.

l1 l2

dipukul
gbr-33

Pisau a tidak sejajar dengan pisau b dan c. Untuk


mensejajarkan pisau-pisau tersebut, caranya adalah dengan memukul
gandar pada pisau yang miring tesebut, atau membengkokkannya.

Perlu diingat bahwa, dengan menajamkan pisau dalam


keadaan pada satu bidang datar, dam membuat pisau-pisau sejajar
satu dengan lainnya, berarti sekaligus akan membuat neraca menjadi
peka. (jarak e kecil).

M. Pembubuhan Tanda Tera


a.) Neraca Biasa
Tera :- Tanda tera sah (SL4) pada sumbat cap di bagian kiri
neraca;
- Tanda tera daerah ( D4), satu buah pada kaki atau
sengkang gantung dan 1 (satu) buah pada gandar di
samping sumbat cap.
- Tanda tera pegawai berhak (H4) di samping D4
pada kaki neraca.
Tera Ulang : - Tanda tera sah (S14) pada sumbat cap.
b.) Neraca Obat
Tera : - Tanda tera sah (SL6) di atas plombir yang mengikat
lemping (bentuk ellip) dan tiang neraca;
- Tanda tera sah (SL2), 1(satu) buah pada gambar
dibawah pisau tumpuan dan 1 (satu) buah lagi pada
kaki tiang;
- Tanda tera daerah (D4) pada kaki tiang di samping
SL2.
- Tanda tera pegawai berhak (H4) disamping D4
pada kaki tiang disamping SL2.
Tera Ulang : - Tanda tera sah (SL6) di atas plombir yang mengikat
lemping (bentuk ellip) dan tiang neraca.
c.) Neraca Emas
Tera : - Tanda tera sah di atas plombir yang mengikat
lemping
(bentuk persegi panjang) dan tiang neraca;(SL6).
- Tanda tera sah (SL2) masing-masing 1(satu) buah
pada gandar di kanan di kiri pisau tumpuan;
- Tanda tera daerah (D4) pada kaki tiang.
- Tanda tera pegawai berhak (H4) disamping D4
pada kaki tiang neraca.
Tera Ulang : - Tanda tera sah (SL6) di atas plombir yang mengikat
lemping (bentuk persegi panjang) dan tiang neraca.
 Catatan : - Sumbat cap hanya ada untuk neraca biasa. Untuk
neraca emas dan obat tidak ada.
- Sumbat cap dibagian kiri gandar neraca.
- Sumbat cap berupa timah yang dilekatkan pada
gandar untuk neraca emas dan obat cap sahnya
diatas plombir.

N. LATIHAN

1. Persamaan kebenaran neraca adalah :


¿ sin γ −Bb sin β=¿ sinλ
Dimana G adalah muatan pada lengan g dan L muatan pada lengan l. B
adalah berat gandar dengan jarak titik beratnya sama dengan b. Dari
persamaan tersebut ada 3 (tiga) syarat yang harus dipenuhi supaya
muatan G sama dengan L. Coba Saudara sebutkan dan jelaskan ketiga
syarat dimaksud.

2. Apa yang dimaksud dengan setimbang tetap (stabil), senantiasa


setimbang (indifferent), setimbang goyah (labil)? Dan jelaskan bagaimana
posisi titik putar dan titik berat dari masing-masing kesetimbangan
tersebut.

3. Coba Saudara sebutkan rumus kepekaan neraca. Dari rumus tersebut,


syarat apa yang harus dipenuhi supaya kepekaannya dalam
kesetimbangan stabil?

4. Diketahui dari sebuah neraca berat gandarnya (B) = 200g, jarak titik
berat gandarnya (b) = +0,8 mm dan jarak permukaan pisau-pisau ujung
dan tengah (e) = -1,5 mm , hitung pada muatan berapa neraca tersebut
dalam keadaan setimbang stabil. L0 = 80 gram.
Jika pada muatan 500 g diberi imbuh 100 mg dan diketahui panjang
lengan neraca = 15 cm dan “b” menjadi 3 mm , berapa besarnya sudut
kepekaannya (dalam derajat, menit, sekon).
5. Bagaimana caranya menentukan nilai skala neraca sama lengan? Berikan
contoh-contoh dalam angka.
6. Tentukan titik kesetimbangan sebuah neraca, apabila dari ayunannya
terbaca titik balik sebagai berikut :

- 4,4
+ 3,5
- 4,0

7. Terangkan , bagaimana cara menguji kebenaran, kepekaan dan


ketidaktetapan neraca sama lengan !.
8. Dalam suatu pengujian neraca sama lengan, dipiring kiri dan kanan
ditaruh muatan masing-masing P dan Q yang beratnya sama yaitu 1000
gram, sedemikian sehingga terbaca titik balik sebagai berikut :
-5,0
+ 6,4
- 4,4
+ 6,1
- 4,0
Apabila nilai skala pada muatan 1000 g = 1,5 mg/skala, coba Saudara
hitung :
a.) Kesalahan penunjukan neraca;
l
b.) Perbandingan lengan l dan g dalam bentuk =1± a . 10−6
g
9. Hitung repeatibility neraca, jika dimuati 1000 g dalam tiga kali
penimbangan terbaca titik balik sbb :
- 7,1 -6,5 -8,0
+ 3,5 + 2,1 + 1,1
- 6,5 - 5,1 - 7,5
+ 3,2 + 1,0 + 0,5
- 6,0 - 4,5 - 7,0
Diketahui nilai skala pada muatan tersebut = 1,8 mg/skala.
10. Dalam suatu praktikum sebuah neraca, kekuatan 1000 gram diperoleh
nilai skala pada muatan nol = 4,5 mg/skala, pada muatan 500 gram = 5,6
mg /skala dan pada muatan 1000 g = 9,8 mg/skala.
Hitung nilai skala neraca untuk muatan 100 gram dan 600 g dengan
rumus nilai skala p = C 0+ C1 L+C 2 L2

11. Jelaskan , bagaimana cara membubuhkan tanda-tanda tera pada


pengujian tera bagi neraca biasa, neraca obat, neraca emas.

12. Apa yang Saudara ketahui tentang hubungan kepekaan dan nilai skala
neraca.
O. RANGKUMAN

Neraca adalah timbangan yang sangat sederhana, terdiri hanya satu


tuas. Pada umumnya, neraca dipakai untuk pennimbangan yang kecil-
kecil, tetapi cukup akurat.
Teori neraca merupakan dasar untuk pengembangan timbangan-
timbangan yang lain, terutama bagi timbangan yang prinsip kerjanya
berdasarkan sifat-sifat tuas. Dari uraian kebenaran neraca, dapat
diketahui syarat-syarat supaya muatan di piring kiri dan kanan sama
beratnya.
Rumus kepekaan neraca membuktikan, supaya kepekaannya besar
maka neraca harus dibuat dengan berat gandar yang seringan-ringannya
dan jarak permukaan pisau-pisau ujung dan tengah harus dibuat sekecil-
kecilnya.
Kesetimbangan neraca yang diinginkan adalah kesetibangan tetap
(stabil) yaitu keadaan apabila imbuh ditaruh di atas salah satu piring,
gandar akan kembali ke kedudukan semula. Syaratnya adalah : ( 2 L0 +2 L)
e + Bb harus positif.
Nilai skala neraca dapat dihitung secara langsung dan tidak langsung.
Cara langsung dapat diperoleh dari hasil pengujian masing-masing
muatan, sedangkan cara tidak langsung cukup 2 @ 3 nilai skala yang
diperoleh dari hasil pengujian, yang lainnya dihitung berdasarkan rumus
p =C 0+ C1 L+C 2 L2
Titik keseimbangan neraca diperoleh dari pembacaan rata-rata
titik balik, umumnya dibaca 5 titik balik yaitu dengan rumus :

a1 +2 a2 +2 a3 +2 a4 + a5
T=
8
atau
2 a1+ 3 a2+ 2 a3+ 3 a4 +2 a5
T=
12

Pembubuhan tanda tera dilakukan setelah proses pengujian


selesai, yang meliputi pengujian kebenaran, kepekaan dan ketidak-
tetapan.
BAB VI
ANAK TIMBANGAN

A. PENDAHULUAN

Anak Timbangan adalah benda ukur massa diperuntukkan atau dipakai sebagai
pelengkap pada alat timbang yang menentukan hasil penimbangan. Karekteristik
fisik dan metrologisnya diatur, yang meliputi harga nominal, bahan, konstruksi,
dimensi, massa jenis, kondisi permukaan, penandaan, dan kesalahan
maksimumnya.

Peraturan tentang karakteristik dan sifat metrologisnya diatur berdasarkan Surat


Edaran Direktur Metrologi tanggal 29 Juni 1999 No.4599/Dirmet-1.1/VI/1999.

Anak Timbangan terdiri dari 7 kelas, yaitu kelas E1, E2, F1, F2, M1, M2, M3.
Kelas anak timbangan E2 dan F1 adalah kelas ketelitian anak timbangan yang
diperuntukkan untuk menimbang dengan timbangan kelas I. kelas F2 dan M1
diperuntukkan untuk menimbang dengan timbangan kelas II. kelas M2
dipergunakan untuk menimbang dengan timbangan kelas III. Sedangkan kelas M3
dipergunakan untuk menimbang dengan timbangan kelas III dan IV.

Massa nominal anak timbangan disusun berdasarkan kelipatan :

1, 2, 5, dan 10 mulai 1 mg hingga 50 kg.

Masing-masing anak timbangan sesuai dengan harga nominal dan kelasnya


mempunyai Batas Kesalahan yang Diijinkan (BKD). Makin tinggi kelasnya makin
kecil BKDnya. Untuk mengetahui anak timbangan memenuhi BKD, maka perlu
dilakukan pengujian. Sarana pokok untuk menguji anak timbangan adalah anak
timbangan standar sebagai pembanding dan timbangan sebagai alat penimbang

3. Anak Timbangan Standar


Anak Timbangan yang akan diuji dibandingkan dengan anak timbangan
standar yang telah diketahui kesalahannya atau massa sebenarnya. Sesuai
dengan rekomendasi internasional OIML No.111 tahun 1994, bahwa untuk
menentukan kesalahan anak timbangan yang akan diuji harus
dibandingkan dengan anak timbangan standar yang mempunyai kesalahan
maksimum 1/3 BKD anak timbangan yang diuji atau harus dibandingkan
dengan anak timbangan yang kelasnya minimal setingkat lebih tinggi
GAMBAR 34, 1 set Anak Timbangan

4. Timbangan yang Dipakai


Timbangan yang dipakai untuk mengetahui kesalahan anak timbangan
dapat digunakan timbangan mekanik (neraca) atau timbangan elektronik
yang memenuhi.
f. Neraca
Pengujian anak timbangan dengan neraca dapat dilakukan dengan
metoda BORDA, GAUSS, dan CHEMIS
 BORDA

Muatan neraca Pembacaan titik balik Titik Formula Pembacaan Nilai


Kanan : TARRA kesetimbangan timbangan Skala

Kiri : ... (T) T . µ neraca


µ
a1 a2 a3 a4 a5

At standar ... ... ... ... ... ... S1 ... ...


At yang diuji ... ... ... ... ... ... M1 ... ...
At yang di uji ... ... ... ... ... ... M2 ... ...

At standar ... ... ... ... .. ... S2 ... ...


.
M 1+ M 2 S 1+ S 2 ∆M ...
Selisih penimbangan : −
2 2
Massa konvensional : At standar S ...

Massa konvensional : At yang diuji M = S + ∆ M M ...

( M – Nominal AT ) E ...
BKD : ... Sah 
Batal 

 GAUSS

Muatan Neraca Pembacaan titik balik Titik Formula Pembacaan Nilai


Kiri - Kanan kesetimbangan timbangan Skala
(T) T . µ neraca
µ
a1 a2 a3 a4 a5

At standar ... ... ... ... ... ... S1 ... ...


At yang diuji ... ... ... ... ... ... M1 ... ...
At yang di uji ... ... ... ... ... ... M2 ... ...

At standar ... ... ... ... .. ... S2 ... ...


.
M 1+ M 2 S 1+ S 2 ∆M ...
Selisih penimbangan : −
2 2
Massa konvensional : At standar S ...

Massa konvensional : At yang diuji M = S + ∆ M M ...

( M – Nominal AT ) E ...

BKD : ... Sah 


Batal 
 Menguji Anak Timbangan Secara Sederhana (Tera/Tera Ulang)
TABEL TERA ULANG

Muatan Neraca Pembacaan Titik Formula Nilai


Kiri - Kanan titik balik kesetimbangan Skala
T = neraca
a1 a2 a3
µ
a 1+ a 2+a 3
4

M–S ... ... ... ... ... ...

Pembacaan : T x µ ∆M ...
Massa konvensional standar S
-6
Perbandingan lengan : (Nominal x a.10 )*) P
Massa yang diuji : ( S + ∆ M – P ) M
( M – Nominal AT ) E
BKD : ... Sah  Batal 

g. Persyaratan Neraca :
Neraca yang digunakan untuk menguji anak timbangan harus
memenuhi syarat. Syarat adalah NILAI SKALA nya harus lebih kecil
dari 1/3 BKD anak timbangan yang akan diuji (ingat, bahwa neraca
yang mempunyai nilai skala besar, kurang saksama). Contoh misalnya
AT yang akan diuji kelas M2, nilai nominal 1 kg. Pertanyaannya,
berapakah nilai skala neraca paling besar yang dapat digunakan untuk
menguji AT tersebut?
Caranya : Lihat tabel BKD kelas M2 nominal 1 kg, ternyata menurut
tabel, BKDnya = +- 150mg.
Dengan demikian maka nilai skala neraca yang dapat yang digunakan
adalah neraca yang nilai skalanya (pada muatan 1 kg) adalah 1/3 x 150
mg = 50 mg / skala.
Sebagai "Ilustrasi", perhatikan contoh tabel berikut :
TABEL ILUSTRASI BKD

MASSA BKD AT mg NILAI SKALA NERACA MAKSIMAL mg/skala


NOMINA BARU LAMA
M1 M2 M3 M1 M2 M3 T/T.ULANG PARAMA
L
1 kg 50 150 500 16 50 165 50 15
500 g 25 75 250 8 25 83 35 10
200 g 10 30 100 3 10 33 21 8
100 g 5 15 50 2 5 16 14 5
50 g 3 10 30 1 3 10 11 2
... ... ... ... ... ... ... ... ...
Selain syarat nilai skala, juga syarat besarnya ketidaktetapan neraca tidak boleh
lebih besar dari 0,5 skala

h. Dengan Timbangan Elektronik


Sebagaimana telah dijelaskan dimuka, bahwa kalau menguji anak
timbangan menggunakan neraca, yang harus di perhatikan adalah besar
nilai skalanya sedangkan kalau menguji anak timbangan dengan
timbangan elektronik, yang harus diperhatikan adalah besarnya nilai
"d" (interval skala terkecil) dari timbangan elektronik yang akan
digunakan, atau nilai "e" (interval skala verifikasi) manakala e = d.
Syaratnya adalah nilai "d" dari timbangan elektronik yang digunakan
harus lebih kecil atau sama dengan 1/3 x BKD anak timbangan yang
akan diuji.
TABEL PENGUJIAN AT DENGAN TIMBANGAN ELEKTRONIK

Massa nominal Muatan timbangan Formula Pembacaan


Elektronik P = IL + 0,5d +
∆L
AT standar S1 ...
AT yang diuji M1 ...
AT yang diuji M2 ...
AT standar S2 ...
Selisih : ∆M ...

M 1+ M 2 S 1+ S 2

2 2
S ...

Massa
Konvensional AT
M ...
standar

...
Massa AT yang E
diuji :
S + ∆M

(M – Nominal AT)
BKD : ... Sah 
Batal 

Keterangan :
 Pembacaan = IL + 0,5d + ∆ L, dimana IL adalah penunjukan t.e terbaca
sebelum ditambah
 ∆ L adalah jumlah imbuh yang ditambahkan sehingga pembacaan berubah
 IL + d adalah penambahan ∆ L secara bertahap dimulai dari 0,1d

Prosedur pengujiuan tersebut diatas dapat disederhanakan dengan cara


meletakan At standar dan AT yang akan diuji pada lantai muatan, masing-masing
cukup 1 kali, sehingga ∆M = M1 – S1

B. KLASIFIKASI ANAK TIMBANGAN DAN TOLERANSINYA

Keputusan Direktur Metrologi No. met-4005/875/1994 " Syarat-syarat Teknis


Khusus Anak Timbangan Ketelitian Khusus dan Ketelitian Biasa "

TABEL35 TABEL KLASIFIKASI AT

Massa ±Dalam mg
Nominal Kelas E1 Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas
E2 F1 F2 M1 M2 M3
50 kg 25 75 250 750 2500 7500 25000
20 kg 10 30 100 300 1000 3000 10000
10 kg 5 15 50 150 500 1500 50000
5 kg 2.5 7.5 25 75 250 750 2500
2 kg 1.0 3.0 10 30 100 300 1000
1 kg 0.5 1.5 5 15 50 150 500
500 g 0.25 0.75 2.5 7.5 25 75 250
200 g 0.1 0.3 1.0 3.0 10 30 100
100 g 0.05 0.15 0.5 1.5 5 15 50
50 g 0.030 0.10 0.3 7.5 3.0 10 30
20 g 0.025 0.080 0.25 3.0 2.5 8 25
10 g 0.020 0.060 0.2 1.5 2.0 6 20
5g 0.015 0.050 0.15 1.0 1.5 5 15
2g 0.012 0.040 0.12 0.8 1.2 4 12
1g 0.010 0.030 0.1 0.6 1.0 3 10
500 mg 0.008 0.025 0.08 0.5 0.8 2.5
200 mg 0.006 0.020 0.06 0.4 0.6 2.0
100 mg 0.005 0.015 0.05 0.3 0.5 1.5
50 mg 0.004 0.012 0.04 0.25 0.4
20 mg 0.003 0.010 0.03 0.2 0.3
10 mg 0.002 0.008 0.025 0.2 0.25
5 mg 0.002 0.006 0.020 0.2 0.2
2 mg 0.002 0.006 0.020 0.2 0.2
1 mg 0.002 0.006 0.020 0.2 0.2

C. MASSA JENIS

Massa jenis bahan anak timbangan harus sedemikian rupa sehingga


penyimpangan 10% dari massa jenis yang seharusnya tidak menimbulkan
kesalahan lebih dari 0,25 kesalahan maksimum yang diijinkan. Batas harga massa
jenis anak timbangan adalah sebagaimana tercantum dalam tabel berikut ini.

TABEL 36 MASSA JENIS

Masssa nominal ρ min … … … ρ max(103 kg/m3)


Kelas E2 Kelas F1
≥ 100 g 7,81 .... .... 8,21 7,39 .... .... 8,73
50 g 7,74 .... .... 8,28 7,27 .... .... 8,89
20 g 7,50 .... .... 8,57 6,6 .... .... 10,1
10 g 7,27 .... .... 8,89 6,0 .... .... 12,0
5g 8,9 .... .... 9,6 5,3 .... .... 16,0
2g 6,0 .... .... 12,0 ≥ 4,0
1g 5,3 .... .... 16,0 ≥ 3,0
500 mg ≥ 4,4 ≥ 2,2
200 mg ≥ 3,0
100 mg ≥ 2,3
50 mg
20 mg
Massa nominal Kelas F2 Kelas M1 Kelas M2
≥ 100 g 6,4 .... .... 10,7 ≥ 4,4 ≥ 2,3
50 g 6,0 .... .... 12,0 ≥ 4,0
20 g 4,8 .... .... 24,0 ≥ 2,6
10 g ≥ 4,0 ≥ 2,0
5g ≥ 3,0
2g ≥ 2,0

Kondisi Permukaan
3) Kualitas permukaan anak timbangan harus sedemikian rupa sehingga pada
penggunaan normal perubahan massanya dapat diabaikan dibandingkan
kesalahan maksimumnya.

4) Permukaan anak timbangan termasuk bagian bawah harus halus dan


tepinya harus lengkung. Permukaan anak timbangan kelas E2, F1, dan F2
tidak terlihat tanda berpori dan harus mengkilap.

5) Permukaan anak timbangan kelas M1, M2, dan M3 yang berbentuk


silinder dengan massa nominal 1 g sampai dengan 10kg harus halus dan
tidak terlihat tanda berpori.

6) Permukaan anak timbangan kelas M1, M2, dan M3 yang berbentuk


persegi dengan massa nominal 5 kg, 10 kg, 20 kg, dan 50 kg harus sama
dengan kualitas besi cor kelabu yang dicetak dengan cetakan pasir halus.

7) Dalam hal terjadi keragu-raguan terhadap kualitas permukaan anak


timbangan maka ditentukan harga maksimum kekasaran permukaan
seperti yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini
D. PENULISAN KELAS DAN ANGKA NOMINAL KEADAAN LUBANG
JUSTIR AT

KELAS TEMPAT PENULISAN LUBANG


UNTUK PENULISAN ANGKA JUSTIR
KELAS NOMINAL
E2/KLS 1 Kelas ditulis pada Tidak boleh Tanda lubang
kotak/tidak pada ditandai massa justir
AT nya nominal pada
Kotak pada kayu kotak
dibubuhi tanda
pabrik
F2/KLS 1 Kelas ditulis pada  Bentuk 1 g s/d 50 kg
kotak/tidak pada persegi dan lubang justir
AT nya silinder 1 fakultatif,
Kotak pada kayu gram s/d 50 dengan syarat
dibubuhi tanda gram harus volume lubang
pabrik ditandai justir lebih kecil
massa dari anak
nominal, timbangan
tanpa diikuti
unit satuan.
 Bentuk
lemping 1 mg
s/d 1 g tidak
diberi massa
nomial.
F2/KLS II  1 g s/d 50 kg Bentuk persegi, 1 g s/d 50 kg
pada AT nya silinder, lemping lubang justir
dengan kode F 1 miligram s/d fakultatif,
berdampingan 50 gram harus dengan syarat
dengan tanda ditandai massa volume lubang
massa nominal secara justir lebih kecil
nominalnya. jelas, tanpa dari anak
 < 1 g tanpa diikuti unit timbangan
tulisan kelas satuan.
pada AT nya
 1 mg s/d 50 kg
tulisan kelas
dibuat juga
pada kotaknya
dari kayu
dibubuhi tanda
pabrik

Catatan : Kelas F1, F2. M1, M2, dan M3 massa nominal 10 g keatas harus
ditandai dengan tanda pabrik pada bgian bawah

LANJUTAN PENULISAN

KELAS TEMPAT PENULISAN LUBANG


UNTU PENULISAN KELAS ANGKA NOMINAL JUSTIR
K
M1/KLS  Kelas dibubuhi pada  Bentuk silinder 1 g  100 mg s/d 50
II AT nya dengan tanda s/d 500 g pada kg harus
“M1 atau M bagian atas knob. puinya lubang
berdampingan dengan  Bentuk silinder justir
tanda massa nominal” 500g s/d 10 kg  1 g s/d 50 g
 1 mg s/d 50 kg tulisan pada bagian atas fakultatif
kelas dibuat juga pada knob dan pada  5 kg s/d 50 kg
kotak dari kayu bagian badan anak persegib harus
dibubuhi tanda pabrik timbangan punya lubang
 Bentuk persegi 5 justir berulir
kg s/d 50 kg pada  100 g s/d 10
bagian atas kg silinder
(dengan satuan) harus ada
lubang justir,
ditutup dengan
sumbat berulir
 Volume
lubang justir
harus lebih
kecil dari 0,2
volume anak
timbangan
 2/3 justir
timbangan
harus kosong
M1/KLS  Kelas dibubuhi pada  Bentuk silinder 1 g  10 g atau
III AT nya dengan tanda s/d 500 g pada kurang tanpa
“M2 berdampingan bagian atas knob. lubang justir
dengan massa  Bentuk silinder  20 g s/d 50 g
nominalnya” 500g s/d 10 kg fakultatif
 Boleh tanpa kotak pada bagian atas  100 g s/d 50
 Pada kotak tidak ada knob dan pada kg harus
tanda bagian badan anak punya lubang
 Kotak boleh tidak dari timbangan justir
kayu  Bentuk persegi 5  5 kg s/d 50 kg
kg s/d 50 kg pada persegi harus
bagian atas ada lubang
(dengan satuan) justir
 2/3 lubang
justir harus
kosong
M1/KLS  Boleh tanpa kotak  Bentuk silinder 1 g  20 g atau
IIII  Pada kotak tidak ada s/d 500 g pada kurang tanpa
tanda, dan bahannya bagian atas knob. lubang justir
boleh tidak dari kayu  Bentuk silinder  50 g s/d 50 kg
500g s/d 10 kg harus ada
pada bagian atas lubang justir
knob dan pada  5 kg s/d 50 kg
bagian badan anak persegi harus
timbangan punya lubang
 Bentuk persegi 5 justir
kg s/d 50 kg pada  2/3 lubang
bagian atas justir harus
(dengan satuan) kosong
PEMBUBUHAN TANDA TERA AT KELAS F2, M1, M2, DAN M3

MASSA TERA TERA ULANG


TANDA TEMPAT TANDA TEMPAT
NOMINAL
TERA PEMBUBUHAN TERA PEMBUBUHAN
BENTUK SILINDER
10 kg D8.SL6 Samping anak SL6 Samping tanda
timbangan sah sebelumnya
J8 Pada lubang justir J8 Pada lubang justir
500 g – 5 kg D4SL4 Samping anak SL4 Samping tanda
timbangan sah sebelumnya
J8 Pada lubang justir J8 Pada lubang justir
100 g – 200 D4SL4 Samping anak SL4 Samping tanda
g timbangan sah sebelumnya
J5 Pada lubang justir J5 Pada lubang justir
20 g – 50 g D4.SL2 Samping anak SL2 Samping tanda
timbangan sah sebelumnya
1 g -10 g SL2 Pada samping AT SL2 Samping tanda
sah sebelumnya
BENTUK PERSEGI
5 kg – 50 kg D8.SL6 Pada sumbat cap SL6 Samping tanda
sah sebelumnya
J8 Pada lubang justir J8 Pada lubang justir
BENTUK KAWAT
<1g SL6 Pada label / SL 6 Samping tanda
amplop sah sebelumnya
BENTUK LEMPING
500 mg – SL2 Pada lemping SL6 Diatas lak pada
1000 mg amplop
< 20 mg Tanpa Dimasukan pada SL6 Samping tanda
tanda tera amplop SL6 pada sah sebelumnya
lak pada amplop
dengan lak
Massa A A’ B B’ H a b c h d r o m n p
Nominal
5 kg 150 152 75 77 84 36 30 6 66 19 5 12 16 13 55
10 kg 190 193 95 97 109 46 38 8 84 25 6 16 35 25 70
20 kg 230 234 115 117 139 61 52 12 109 29 8 20 50 30 95
50 kg 310 314 155 157 192 83 74 16 152 40 10 25 70 40 145
DIMENSI SUMBAT CAP TANDA TERA

(dalam mm)

DIMENSI
MASSA NOMINAL X Y
509 L 1009 0.25 Ø M8 . 0.5
2009 L 5009 M12 . 1.0
1 kg - 10 kg M16 . 1.0
BAB VII
DACIN

A. PENDAHULUAN

Berdasarkan jenis kontruksinya dacin termasuk jenis


timbangan bertuas tunggal., karena tuasnya hanya satu. Dacin hanya
mempunyai dua pisau, yaitu pisau tumpuan dan pisau muatan.

Kedudukan dacin dalam keadaan setimbang dapat dilihat dari


kedudukan jarum dan toloknya atau dapat diketahui dari kedudukan
lengannya. Dacin setimbang bila jarum tepat berhadapan dengan ujung
toloknya atau lengan timbangan dalam keadaan mendatar.

Sebagaimana timbangan-timbangan lain, bahwa dalam


keadaan tidak bermuatan maka dacin harus dalam keadaan
setimbang.

Ditinjau dari segi pemakaian, dacin lebih praktis karena untuk


setimbang barang tidak perlu menggunakan anak timbangan. Dacin lebih
mudah untuk dibawa kemana-mana. Dengan demikian maka dacin banyak
dipergunakan oleh petani, pedagang keliling, dan nelayan.

Untuk memperkecil gesekan sekecil-kecilnya, pisau tuas dan pisau


muatan harus tertumpu dengan baik pada bantalan dan kekerasannya harus
antara 60º - 65º Rockwell C. Rasan bantalan serta pelat-pelat penahan lebih
tinggi beberapa derajat daripada kekerasan pisau-pisau sebab kalau rasan pisau
lebih besar dari kekerasan bantalan
akan tergores-gores pada bantalan
yang berakibat terjadinya kedudukan
pisau yang berubah-ubah.

B. PERSAMAAN
KESETIMBANGAN

Untuk menjelaskan
persamaan kesetimbangan dacin
kita anggap kedudukan dacin
dalam keadaan datar dan dapat
pula dalam keadaan tidak datar (lihat gambar).

Bila tuas (gandar) dianggap datar maka :

Pada muatan nol (L0) :

L0 x l=G x g0 .............................................… … … .. … … … … … .......(1)

Pada muatan (L)

( L0 + L ) l=G ( g0 + g )

L0 l+ ¿=G go +¿ .............................................… … … ..... … ....(2)

G
( 2 )−( 1 ) :≪¿≫→ L g atau L=cg
l

Bila tuas (gandar) dian

ggap datar maka pada muatan nol (L0) sebagai berikut :

L0 l sinγ−Bb sinβ=G g 0 sinα ........................................... …... … ....(3)


Pada muatan (L) sebagai berikut :

( L+ L0 ) l sinγ−Bb sinβ=G ¿

¿ sinγ+ L0 l sin γ −Bb sinβ=G g0 sinα + g cosα ...............................(4)

( 4 )− (3 ) :≪ sinγ=¿ cosα

¿ cosα
L= .............................................… … … … . … … . … … .. …....(5)
l sinγ

Menurut persamaan (5), apabila tuas (gandar) datar berarti sudut γ =90° dan
sin γ =1 dan cosα=1maka persamaan (5) menjadi :

G
L= g=cg .............................................… … … … . … … . … … ..… ....(5)
l

Persamaan (6) berarti harga L tergantung perubahan jarak g atau besarnya


skala, dan dapat dikatakan bahwa muatan L berbanding lurus dengan jarak g.
Artinya, apabila L diperbesar maka g juga harus diperbesar (diperpanjang).
Memperpanjang atau memperpendek g dilakukan dengan menggeser-
geserkan bobot ingsut. Oleh karena L berbanding lurus dengan g maka skala-
skalanya dibuat sama.

C. PRINSIP PENJUSTIRAN DACIN

g
Dari persamaan L= G , kalau dacin salah (tidak benar), berarti
l
persamaan diatas tidak lagi berlaku. Dengan perkataan lain ruas kiri
dan kanan tidak lagi sama. Perubahan itu dapat diakibatkan oleh
perubahan jarak l dan berat G. Oleh karena itu, untuk menjustir dacin
ada dua alternatif.

Alternatif pertama, jarak lengan muatan (l) yang diperpanjang atau

g
diperpendek. Dari persamaan L= G dimana L adalah anak timbangan
l
standar, G adalah berat bobot ingsut (kita anggap sudah penuh), g adalah
jarak garis skala nol dengan skala maksimum (sudah tertentu), maka kalau
dacin dalam keadaan tidak setimbang, yang harus dirubah adalah jarak
lengan l, artinya :

 Apabila gandar menjungkit keatas berarti harga Gg kecil, supaya


setimbang maka Gg diperbesar yaitu dengan
memperkecil/memperpendek jarak l.
 Apabila gandar menjungkit kebawah berarti harga Gg besar, supaya
setimbang makaGg diperkecil yaitu dengan
memperbesar/memanjangkan jarak l.

Alternatif kedua, berat bobot ingsut G yang ditambah atau

g
dikurangi (dibor). Dari persamaan L= G , dimana : L adalah anak
l
timbangan standar, G adalah berat bobot ingsut (kita anggap sudah
penuh), g adalah jarak garis skala nol dengan skala maksimum (sudah
tertentu), l adalah lengan muatan (tertentu/tetap), maka kalu dacin
tidak setimbang yang diubah adalah berat G (bobot ingsut), artinya :

 Apabila gandar menjungkit keatas berarti harga Gg kecil, supaya


setimbang maka Gg diperbesar/ditambah yaitu dengan menambah
berat bobot ingsut.
 Apabila gandar menjungkit kebawah berarti harga Gg besar, supaya
setimbang makaGg diperkecil yaitu dengan mengurangi/mengebor
bobot ingsut.

C.1 Menjustir Dacin Pada Muatan Nol


Pada muatan nol : ∑ M c = 0

M ( m+l ) + L0 l=G g 0

M ( m+l ) +0=G g 0..............................................................................................................(7)

Jika m+l+m0, maka persamaan (7) menjadi M m0 =G m0 ........................................


(7a)

Kalau dalam muatan nol dacin tidak setimbang, usahakan ruas


kanan dan kiri dari persamaan (7a) sama, yaitu dengan menambah
atau mengurangi berat M (bobot lawan) atau merubah jarak m 0.
Merubah jarak m 0.bisa di titik M atau di titik C.Namun, merubah jarak
di titik M tidak mungkin, karena M terpasang permanen (di pasak).

Dalam praktik, menjustir muatan nol, kadang-kadang dilakukan


dengan menambah atau mengurangi timah dibagian ujung gandar (petit).
Menambah atau mengurangi timah dipetit sama artinya menambah atau
mengurangi berat M, yang pada prinsipnya persamaan (7a) harus terpenuhi,
yaitu M m0 =G g 0

Jika pada muatan nol, dan muatan maks (L) setimbang, maka berlaku

G
persamaan kesetimbangan L= g=cg lihat uraian butir 8.
l

C.2. Menjustir Ducin Pada Muatan Maksimum Dengan Cara Menambah


atau Mengurangi Berat Bobot Ingsut
Muati dacin dengan anak timbangan standar, sesuai kapasitasnya.
Kemudian geser bobot ingsut pada skala maksimum. Misalkan gambar dacin
menjungkit keatas. Selanjutnya usahakan dacin setimbang dengan
menambah timah pada bobot ingsut, misal G n. Timah tersebut diletakkan
sejauh g 0 dari skala maksimum, sehingga persamaan kesetimbangannya
menjadi :

M ( m+l ) +¿=G ( g 0 +g ) +Gn ( g+ g0−g 0 )

M ( m+l ) +¿=G ( g 0 +g ) +G n g

M ( m+l ) +¿=G g 0+ ¿+Gn g

M ( m+l ) +¿=G g 0+ ( G+ G n ) g

Kemudian bobot ingsut digeser ke skala nol dan anak


timbangan standar diturunkan, maka persamaan seharusnya :

M ( m+l ) +0=G g 0

Akan tetapi karena Gndimasukkan keadalam bobot ingsut


maka persamaan menjadi :

M ( m+l ) ≠ ( G+ G n ) g 0 → tidak setimbang

Supaya dalam muatan nol tetap setimbang maka harus dihilangkan


pengaruh Gng 0diruas kanan, yaitu dengan menambah momen Mm (M
ditambah atau m diperpanjang) diruas kiri. Dengan demikian muatan nol
setelah dibuat setimbang menjadi :

M ( m+l )=G1 g0...................................................................................................................(9)

Setelah dimuati :

M ( m+l ) + L1=G1 + ( g0 + g )

M ( m+l ) + L1=G 1 g 0 +G 1 g............................................................................................(10)

Persamaan (10) – (9) → L1 =G 1 g

Jadi, kalau dikembalikan pada muatan maksimum, setelah


dimasukkan G nkedalam bobot ingsut yaitu G menjadi G1, terbukti tidak
mempengaruhi kesetimbangan, berlaku hubungan L1=G 1

D. KEPEKAAN DACIN

Rumus kepekaan dacin diambil dari teori kepekaan neraca. Apabila


pada daun muatan diberikan imbuh kecil sebesar ∆ l maka persamaan
kesetimbangannya adalah sebagai berikut:

( L+ L0 +∆ L ) l sin ( γ + φ )−Bb sin ( β −φ )=( G+ G0 ) g sinα


Dan seterusnya .......................(lihat teori neraca buku I)

∆−l sinγ
tgφ=
−( L0 + L+∆ L ) l cosγ−Bb cosβ −( G 0 +G ) g cosα

Imbuh ∆ l sangat kecil terhadap L0 + L dan G 0 +G, maka dari itu ∆ l, dalam
penyebut ruas kanan dapat dihapuskan.

Sehingga persamaan menjadi :

∆ L l sinγ
tgφ=
−( L0 + L+∆ L ) l cosγ−Bb cosβ −( G 0 +G ) g cosα

tgφ l sinγ
=
∆ l −( L0 + L+∆ L ) l cosγ−Bb cosβ −( G 0 +G ) g cosα

 ¿ γ mendekati 90 ° , jadi sin γ =1 tandanya +


 ¿ γ dan ¿ α mendekati atau ¿ 90 ° sedikit sehingga
 Lo=Go
 Dalam keadaaan setimbang titik berat gandar B berada tegak lurus di
bawah titik putar C atau ¿ β=180 °, sehingga cos 180 °=−1

Dengan demikian rumus diatas menjadi :

tgφ l
=
∆ l −( L0 + L ) .−e+ Bb−( G 0 +G ) .−e

tgφ l
=
∆ l ( L+G ) e+ Bb

Atau

∆ Ll
tg φ=
( L+G ) e+ Bb

Kalau e=0 atau permukaan pisau berupa garis lurus maka

∆ Ll
tg φ=
Bb
Rumus Umum Sudut Kepekaan

∆ Ll
tg φ=
( L+G ) e+ Bb

Dari rumus kepekaan umum tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa


syarat supaya kepekaannya besar adalah :

 Lengan l dacin diperpanjang


 Jarak permukaan pisau tumpuan, jarak muatan dan ujung bobot
ingsut (e) harus kecil (kalau dapat segaris)
 Berat gandar B harus kecil
 Jarak titik berat gandar dengan titik tumpuan C harus kecil (b)

Dalam praktek, untuk menguji kepekaan dacin maka letakkan suatu imbuh
∆ L pada tempat muatan yang besarnya tidak melebihi 1 BKD.

Pada kedudukan setimbang, bila dimuati dengan imbuh sebesar 1 BKD harus
menjungkit sebesar 2 cm tiap meter panjang lengan bobo ingsut atau jarum
penunjuk.

Contoh :

Kalau panjang lengan bobot ingsut sampai dengan titik tumpuan = 43,8 cm,
maka jungkitan harus dihasilkan adalah :

43,8
× 2 cm=0,9 cm
100
E. PENJUSTIRAN DACIN DALAM PRAKTIK DAPAT DILAKUKAN
SEBAGAI BERIKUT

a) Apabila bobot ingsut terlalu ringan


1) Karena G terlalu ringan, maka pada waktu dacin bermuatan L maks
lengan timbangan akan menjungkit keatas (lihat gambar)

Misalkan bobot ingsut G terlalu ringan sebesar ¿ ∆ G


2) Untuk menyetimbangkan, taruhlah sembarang timah dengan
massa misalkan (p) pada lengan timah sejauh x dari pisau
tumpuan sehingga lengan timbang mendatar (lihat gambar)

Persamaan akan menjadi


Lmax l=( G−∆ G ) g max + px
Lmax l=G gmax −∆ G gmax + px
Supaya dacin menjadi benar maka syaratnya Lmaks .l=G. gmaks
sehingga persamaan tersebut dapat dicapai apabila :
∆ G gmax = px
Sehingga apabila dikehendaki ∆ G=p (artinya timah p adalah
kekurangan massa G, maka p tersebut haruslah kita taruh pada
yang jaraknya sama dengan gmax → x=gmax
gmax = jarak antara garis nol skala dengan garis maksimum skala.
3) Pada tahap berikutnya adalah mengmbalikan timah p untuk
ditempatkan pada bobot ingsutnya yang menunjukkan gmax dengan
tindaka ini maka lengan timbang dacin akan menjungkit ke bawah.
Untuk menyeimbangkan lagi maka kita cukup menambah pada
bobot lawan (imbalan)
4) Kemudiaan masukkan timah p tersebut pada lubang justir dari
bobot ingsut untuk kemudian ditutup kembali dengan dibubuhi
tanda jaminan.
5) Krena bobot ingsut sekarang sudah benar, maka dacin akan benar
pada setiap penunjukkan garis skala pada lengan timbang.
Apabila ternyata lubang justirnya sudah penuh sehingga tidak
mungkin ditambah timah lagi, maka jalan yang lain adalah dengan
merubah jarak pisau tumpuan dan pisau muatan (l) menjadi lebih
pendek, dilakukan dengan memotong pisaunya dengan gurinda.

b) Apabila bobot ingsut terlalu berat


1) Pada keadaan tidak bermuatan dcin dibuat setimbang lebih
dahulu.
2) Ekmudian dacin dimuati denga anak timbangan standar
sebesar Lmax , karena bobot terlalu berat maka apabila bbi
digeser pada skala maksimumya, gandar akan menjungkit
kebawah (lihat gambar).

3) Agar gander menjadi setimbang kembali, taruhlah anak


timbang sembarang diatas muatan sehingga mejadi datar.
Misalkan jumlah anak timbangan yang ditaruh tersebut
sebesar ∆ L.
Tahap berikutnya,taruhlah sekali lagi anak timbangan yang
semasa dengan massa ∆ L diatas muatan Lmax + ∆ L sehingga
muatan sekarang akan menjadi Lmax +2 ∆ L. Dengan sendirinya
gandar akan menjungkit keatas(boleh dkatakan kedudukan
sekarang seolah-olah bbi terlalu ringan)
(lihat gambar)

4) Seperti halnya pada dacin bbi yang terlalu ringan maka taruhlh
timah justir sebesar p sejauh gmax dari pisau tumpuan sehingga
dacin kembali setimbang.

5) Kemudian ambillah dari muatan Lmax +2 ∆ L dengan ∆ Lsehingga


muatan tinggal Lmax + ∆ L dan sekarang gandar menjungkit
kebawah lagi. Untuk membuat dacin setimbang, maka timah
yang ada didalam bbi dikeluarkan dengan jalan dibor.
6) Tahap berikutnya adalah, taruhlah kemudian timah p tepat
diatas bobot ingsut B, sehingga dengan demikian lengan dacin
akanmenjungkit kebawah. Untuk membuatnya setimbang
tambah timah dibobot lawan.
7) Tahap terakhir adalah dengan mengambil anak timbangan ∆ L
dari muatan Lmax + ∆ L. Jadi muatan pada pisau tinggal Lmax dan
bersamaan dengan itu timah justir p juga diambil dari atas
bobot ingsut dan dacin akan tetap setimbang karena bobot
ingsut telah benar.
F. BEBERAPA SYARAT TEKNIK DACIN YANG BENAR

a. Bahan dan kontruksi lengan timbang berbentuk pipa yang dibuat dari
logam campuran yang tahan karat dan dalamnya dapat dimasukkan
batag logam yang kuat, sedemikian sehingga pada muatan maksimum
tidak menimbulkan lenturan
yang besar.
Lenturan maksimum yang diperbolehkan pada lengan timbang adalah
2,5 cm tiap meter panjang lengan timbang bila pada ujung lengan
timbang dibebani massa 4 kali massa tersebut dalam kondisi
timbangan dimuati maksimum.
b. Lengan bobot ingsut, lengan bobot lawan dan rumah pisau
dikontruksi sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan yang
kokoh dan pada kedudukan setimbang harus mendatar.
c. Bobot ingsut dan bobot lawan masig-masing mempunyai satu lubang
justir yang ditutup dengan sekrup dan terdapat lubang jaminan pada
sekrup dan badannya. Bahan bobot ingsut dan bahan lawan harus
terbuat dari logam atau logam campuran yang tahan karat sejenis
dengan lengan timbang.
Didalam bobot ingsut dipasang pegas spiral dengan lemping luncur
dari logam atau logam campuran yang sama atau lebih lunak dari
bahan lengan timbang. Bobot ingsut tidak boleh digeser disebabkan
oleh massanya sendiri.
d. Pisau, bantalan dan pelat penahan harus dibuat dari baja yang cukup
keras atau dapat diperkeras dan tidak boleh terdapat belahan atau
retakan. Kekerasan pisau, bantalan dan pelat penahan sekurang-
kurangnya 60 ° rockwell C dan setinggi-tingginya65 ° rockwell C.
e. Pisau dipasang dalam rumah pisau yang dibuat dari besi tempa dan
pemasangannya harus cukup kuat dan tidak boleh dilas. Bentuk
bantalan harus berbentuk V. Pelat penahan harus diupam dan tidak
boelh dicat.
f. Jarum penunjuk dan tolok yang dipasang berhadapan adalah alat yang
dipergunakan untuk mengetahui kesetimbangan. Jarum dipasang

1
tegak lurus dan lengan timbang dan panjagnya sekurang-kurangnya
8
dari lengan bobot ingsut dihitung dari pisau tumpuan.
g. Dacin dengan kekuatan menimbang sampai dengan 25kg harus
dilengkapi piring beban yang tidak dapat dilepas, digantungkan pada
rantai dan dapat dilengkapi dengan kait beban yang tidak lepas dari
gantungannya. Dan bahannya harus dibuat dari logam yang tahan
karat.
h. Kekuatan menimbang dacin adalah 50 g, 100 g, 10 kg, 20 kg, 25 kg, 50
kg, 100 kg, dan 110 kg dan minimum menimbangnya adalah 2 % dari
kekuatan menimbangnya. Garis skala sesudah nol sampai dengan2 %
dari kekuatannya tidak boleh ada garis skala.
i. Harga/nilai 1 (satu) mata skala paling besar yang diperbolehkan
adalah 1 % dari kekuatan menimbangnya.
j. Jarak minimum satu mata skala sebagai berikut :

Kekuatan Jarak Minimum


50 g 0,8 mm
100 g 1,0 mm
10kg 1,5 mm
20 kg 2,0 mm
25 kg 2,0 mm
50 kg 2,5 mm
100 kg 3,5 mm
110 kg 3,5 mm

k. Pembagian skala harus dibubuhkan pada kedua belah sisi dari gandar,
sedemikian rupa sehingga pada sebelah menyebelah nilai beratyang
tepat sama ditunjukkan oleh bobot ingsut.

Catatan : Ketentuan butir “h”. “i”, “j” menurut DVT

G. PEMBUBUHAN TANDA TERA

a) Tera :
 Tanda tera daerah (D4), tanda tera pegawai berhak (D4) dan
Tanda tera Sah (SL4) dibubuhkan berdampingan dibagian kiri
lengan bobot lengan.
 Tanda tera jaminan :
- J4 dibubuhkan di sisi setelah nomor seri sebelah
menyebelah dengan letak tanda tera D4, H4, SL4.
- J4 dibubuhkan pada keling pengaman tutup di bagian
kanan lengan bobot ingsut
- J4 dibubuhkan pada lubang justir bobot ingsut dan bobot
lawan.
b) Tera ulang :
 Tera ulang sah (SL4) dibubuhkan berdampingan disebelah
kanan tanda tera sah sebelumnya.
 Tanda tera jaminan (J4) dibubuhkan pada lubang justir bobot
ingsut dan atau bobot lawan apabila mengalami penjustiran
atau perbaikan.
H. CONTOH SOAL

a. Sebuah dacin logam, kekuatan 5 kg. Diketahui jarak titik tumpuan ke


skala nol g0=5 cm, jarak lengan muatan ke titik tumpuan ( l )=2,2 cm ,
berat bobot ingsut ( G )=1000 gram. Berapakah jarak terkecil skala
timbangan, kalau nilai satu skala ¿ 100 gram ?
Penyelesaian : Hitung dulu jarak “g” pada muatan maksimum dengan
rumus Lm l=G(g0 + g) yaitu : 25000.2,2=1000 ¿)→ g 25=50cm. Kalau kita

25000
inginkan 1 skala = 100 g, maka jumlah skalanya ¿ =250 skala .
100

500mm
Berarti jarak satu skala terkecil ¿ =2mm
250

b. Dalam pengujian dacin, kekuatan 25 kg, e=100 gram, di piring/kait


diletakkan muatan anak timbang standar 25 kg dan bobot ingsut
diposisikan pada skala 25 kg, ternyata dacin tidak setimbang. Untuk
membuat setimbang harus diletakkan imbuh pada piring/kait anak
timbang sebesar 80 gram sehingga penunjukkan pada lengan timbang
terbaca 25.000 gram. Dalam keadaan demikian berapa gramkah
kesalahan penunjukkan dan bagaimana pendapat saudara tentang
kesalahan penunjukkan tersebut dalam pengujian tera?
Penyelesaian :
P=l L+∆ L−∆ L=25.000−80=24.920 gram
E=P−L=24.920−25.000=80 gram
Kesalahan penunjukkan tersebut tidak memenuhi syarat karena batas
kesalahaan yang diizinkan (BKD) khusus untuk dacin menggunakan
rumus
k + 2 M 25000+5000
BKD= = =±25 gram
3000 30000
Soal diatas apabila diketahui apanil diketahui jarak muatan ( l )=2 cm
dan jarak skala nol sampai ke skala maksimum ¿ 2 cm, berapakah
berat bobot ingsut (G) harus ditambah atau dikurangi supaya dacin
menjadi benar (tidak ada kesalahan penunjukkan) ?
Penyelesaian :
Dalam keadaan setimbang berlaku :
G
¿=¿ → L= g
l
Kita cari dulu berat bobot ingsut dalam posisi L=25.080 gramyaitu
sesuai rumus :
E=P−L
80=25000−L
L=25080 gram
Berat bobot ingsut dalam posisi ini kita misalkan (x) sehingga :
G x
L= g →25080= 50 → x=1003,2
l 2
Yang dikehendaki L=25 kg dan posisi bobot ingsut pada jarak
gmaks=50 cm, sehingga supaya setimbang bobot ingsut harus ditambah
atau dikurangi sebesar (n). Harga (n) dapat dihitung sebagai berikut :

G ( x +n)
L= g →2500= 50
l 2

( 1003,2+n )
2500= 50
2

n=−3,2 gram

Jadi, supaya dacin menjadi benar (tidak ada lagi kesalahan) maka
bobot ingsut harus ditambah sebesar3,2 gram
c. Sebuah dacin kekuatan 50 kg dimuati maksimum. Diketahui berat
bobot ingsut ( G )=110 gram , jarak permukaan pisau muatan dan pisau
tumpuan ( e )=−0,1 mm , jarak titik berat gandar( b )=+7,4 mm, jarak
lengan muatan ( l )=3 cm dan berat gandar ¿ 3000 gram. Hitung
kepekaan dacin kalau di beri imbuh sebesar 50 gram.
Kalau panjang jarum ¿ 14 cm , bagaimana pendapat saudara tentang
kepekaan dacin tersebut?
Penyelesaian :
∆ Gl
Rumus kepekaan dacin : tgφ=
( L+ G ) e + Bb
50 ×30
tgφ= =0,08777026
( 50.000+1100 ) (−0,1 ) +3000 ( 7,4 )
Dengan mempergunakan kalkulator CASIO FX 4500P, φdapat dihitung
sebagai berikut :
Pencet MODE, Pencet 4→ muncul D, kemudian,
Pencet SHIFT, pencet TAN, pencet 0,08777026 pencet EXE
Pencet SHIFT, pencet o → muncul 5 ° 0' 58 ' '
Selanjutnya 5 ° 0' 58' ' dijadikan dalam radian sebagai berikut:
5° 0' 58' '
× 2 πR=0,08754591 R
360
Oleh karena panjang jarum ( R )=140mm maka
φ=0,08754591× 140=12,3 mm . Sedangkan syarat kepekaan dacin

panjang jarum 140


(minimal jungkitan) ¿ × 2= × 2mm=2,8 mm
100 100
Jadi kepekaan dacin memenuhi 12,3>2,8 mm
LATIHAN

a. Bagaimana mengetahui kedudukan dacin dalam keadaan setimbang?


b. Bila ditinjau dari segi pemakaian, dacin itu lebih praktis dibanding
timbangan lain, mengapa?
c. Kekerasan bantalan pada dacin lebih besar beberapa derajat Rockwell
C daripada kekerasan pisau. Mengapa demikian?
d.
Turunkan persamaan kesetimbangan dacin
Ggcosα
P
l sinγ
Apabila gandar dalam keadaan mendatar, alias sudut γ =90° dan
sudut α =0 °, hitung berapa P?
e. Dari rumus kepekaan dacin :

∆ L l sinγ
tg φ=
−( L0 + L ) l cos γ −Bb cosβ−( G 0 +G ) g cos α
1. Bahwa gundar dalam keadaan datar atau sudut γ dan sudut α
mendekati ¿ 90 ° dan dacin dalam keadaan setimbang, coba
saudara turunkan rumus diatas menjadi
∆ Ll
tg φ= dan jelaskan arti masing-maisng unsur
( L+G ) e+ Bb
tersebut. Apakah syaratnya agar kepekaan dacin menjadi
besar?
2. Kalau gandar datar, alias jarak permukaan pisau sama dengan
nol, bagaimana bentuk rumus kepekaan dacin tersebut?
f. Coba saudara jelaskan bagaimana caranya menjustir dacin kalau
dalam keadaan tidak bermuatan tidak setimbang.
¿
g. Dari persamaa kebenaran dacin L= l , dimana :

L=muatan
l=lengan muatan
G=berat bobot ingsut
g=lengan bobot ingsut ( jarak skala nol dengan skala maksimum )
h. Jelaskan cara menjustir dacin pada muatan maksimum dengan cara
menambah atau mengurangi berat bobot ingsut.
RANGKUMAN
Berdasarkan kontruksinya dacin termasuk jenis timbangan bertusa
tunggal dan pisaunya hanya dua, yaitu pisau tumpuan dan pisau muatan
tetapi kekuatan menimbangnya dapat dibuat mencapai 110 kilogram.
Ditinjau dari pemakaian dacin lebih praktis, karena bentuknya berupa
batang dan tidak memerlukan anak timbang, sehingga lebih mudah dibawa
kemana-mana
Dari persamaan kebenaran dacin, dapat dipahami bahwa dalam
pemakaian, muatan L tergantung kepada perubahan skala, yaitu :
L= ¿ =cg(c=constanta) maka :
l
Berat L tergantung pada perubahan jark g atau jarak-jarak
skala atau dengan perkataan lain harga L berbanding lurus dengan
harga g. Dengan demikian skala-skala pada lengan bobot ingsut dapat
dibuat sama jaraknya.
Untuk menjustir dacin dapat ditempuh dengan merubah jarak lengan
muatan atau merubah (menambah atau mengurangi) berat bobot ingsut,
tergantung kepada kesalahan penunjukkannya.
Kepekaan neraca ditentukan dari rumus :
∆ Ll
tg φ=
( L+G ) e+ Bb
Artinya supaya kepekaan besar maka harga e, B dan b harus
dibuat sekecil kecilnya.
Dacin dibuat harus memeuhi syarat-syarat teknik khusus,
antara lain mengenai bahan, ketebalan pipa, kekasaran
pisau/bantalan, pemasangan, jarak-jarak, lain dengan maksud agar
sifat-sifat timbangnya memenuhi BKD yang telah ditentukan.
Pengujian dacin meliputi material, sifat timbang (kebenaran,
kepekaan, dan ketidaktetapan). Apabila pengujian dilakukan telah
memenuhi syarat maka tindakan selanjutnya adalah membubuhkan
tanda tera sebagai tanda bahwa dacin telah memenuhi ketentuan,
sehingga dapat diedarkan dan dipakai sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di dalam undang-undang metrologi legal.
BAB VIII
TIMBANGAN KWADRAN

A. PENDAHULUAN
Kedudukan setimbang dari timbangan kwadran selalu berubah – ubah, sesuai
dengan muatannya. Perubahan kedudukan setimbang itulah yang dipakai
sebagai dasar penentuan muatannya. Kelebihan dari timbangan ini adalah
banwa untuk menentukan berapakah besarya muatan tidak perlu menaruh
anak timbangan seperti halnya neraca, tidak perlu menggeser bobot ingsut
seperti dacin atau timbangan bobot ingsut. Untuk membaca besarnya
penunjukan muatan, kita tinggal menunggu saja sampai kesetimbangan
tercapai, yaitu
C ayunan
l berhenti
A pada muatan dan skala terlentu.
A
1
ϕ

A
ϕ g 2

L
D D
2 1
D

G G

CA = l = lengan muatan
L = muatan yang menggantung pada sumbu A
CD = g lengan pemberat G

Gambar di atas merupakan bagan dari timbangan kwadran. Tuas patah ACD
berputar pada sumbu C. Apabila pada sumbu A digantungkan muatan L ,
maka CA akan menjungkit dengan sudut ϕ , begitu juga lengan CD akan
menjungkit dengan sudut , kedudukan tuas menjadi A2CD2.. Dan persamaan
kesetimbangan dalam posisi ini adalah :

→ →
Pada timbangan kwadran besaran G , g dan I harganya tetap, dapat disebut

konstanta atau C , sehingga persamaan diatas menjadi . Dari


persamaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa muatan L ditentukan oleh
besarnya sudut jungkitan . Karena sudut paling besar = 900 atau kwadran
lingkaran maka disebut dengan timbangan kwadran.
Karena bertambahnya muatan berbanding lurus dengan tg , dan harga tg
bukan merupakan harga yang linear maka untuk tiap kenaikan muatan L
yang sama, skala penunjukannya tidak akan sama. Dengan kata lain,
timbangan kwadran mempunyai skala yang tidak rata

Berarti muatan L ditentukan oleh jungkitan Atau suatu kuadran lingkaran


(< 900) maka iu disebut timbangan kuadran
Muatan berbanding lurus dengan tg Sehingga tiap kenaikan muatan L ,
jungkitan/skalanya tidak sama , harga tg Bukan ?????
Contoh :

→ = 11,30
→ = 21,800 ) 10,5
→ = 30,960 ≈ 310 ) 9,2
→ = 38,660 ≈ 38,70 )7,7

Harusnya setiap perubahan beban dengan kelipatan muatan yang sama →


niali (perubahannya) harus sama
B. Persamaan Kesetimbangan
Konstruksi timbangan kwadran pada umunya seperti terlukis pada gambar
di bawah ini. Sebelum dimuati tuas patah A 0CD0 membentuk sudut tumpul
dan berputar pada sumbu C. “g” panjang lengan pemberat, l adalah panjang
lengan muatan, G adalah pemberat, L adalah muatan dan sudut λ terbentuk
sebelum dimuati dengan muatan “L”

D0
D1
l λ
L0
ϕ λ+ϕ
L posisi pada muatan nol
C D2
D4 posisi pada muatan ½
g
maks

posisi pada muatan


A1 D3
A0 maksimum
Lm
G terbentuk setelah
.
dimuati “L”

Persamaan kesetimbangan setelah dimuati dengan muatan L adalah :

(1)

→ dibagi
(2)

Timbangan kwadran yang beredar dimasyarakat ada 2 (dua) macam :


a. Timbangan kuadran yang sudut skalanya simetris
b. Timbangan kuadran yang sudut sklanya tidak simetris
Timbangan kwadran yang sudut skalanya simetris adalah bila posisi ½
Muatan maksimum dalam keadaan datar, maka sudut skala antara muatan
nol dan muatan ½ Maksimum sama besarnya dengan sudut antara muatan
maksimum dan muatan ½ Maksimum.
Sedangkan, timbangan kwadran yang skalanya tidak simetris adalah bila
posisi ½ muatan maksimum dalam keadaan datar, maka sudut skala antara
muatan nol dan muatan ½ maksimum tidak sama besarnya dengan sudut
antara muatan maksimum dan muatan ½ maksimum .

½ Muatan
maksimum
½ at
M
u
n ks

a
m
a
um

im

C. Rumus Besarnya Sudut Skala Simetris


Pada muatan maksimum, persamaan (1) dapat ditulis menjadi
atau

Kita mempunyai hubungan sebagai


λ berikut :

ϕ r 0,5ϕm
ϕm

Harga – harga tersebut diatas jika kita masukan kedalam rumus (1) menjadi
sebagai berikut :

Persamaan diatas kita sederhanakan menjadi :


Perbandingan : dari persamaan (2) dapat ditulis

(3)

Rumus (3) disebut rumus besarnya sudut skala untuk skala yang simetris

D. Contoh Menghitung Besar Sudut Nilai Skala yang Simetris

Sebuah timbangan kwadran kekuatan menimbangnya = 2000 g , tefdiri dari

100 skala. Besar sudut maksimum ( ) = 500. Nilai satu mata skala ( ) =

= 20 gram

Dari rumus maka λ dapat dihitung sebagai berikut :

λ = sudut sebelum ada muatan


Selanjutnya, dengan memakai rumus (3) besarnya sudut nilai skala dapat
dihitung :
=

0,007687906586 ≈ 7,6879 x 10-3

Dengan mempergunakan kalkulator maka diperoleh

0,015431132

Dengan mempergunakan kalkulator maka diperoleh

untuk ½ Maksimum sebagai berikut :

= dan seterusnya
diselesaikan

½ Maks = 250

untuk muatan maksimum :

dan seterusnya diselesaikan

Maks = 500
Dengan demikian, timbangan kwadran tersebut diatas dapat dibuat
masing – masing skalanya ( tidak linear / tidak rata) sebagai berikut :

Skala ke : Nilai Skala (gram) Besar Sudut Nilai Skala


Dalam Derajat
1 20 00 26’ 25”
2 40 00 53’ 2”
3 60 10 19’ 50”
4 80 10 45’ 50”
5 100 20 14’ 0”
6 120 20 41’ 20”
7 140 30 8’ 50”
- - - - -
- - - - -
48 960 230 55’ 50”
49 980 240 27’ 56”
50 100 250 0’ 0”
51 1020 250 32’ 3”
- - - - -
- - - - -
0
98 1960 49 61’ 57”
99 1980 490 33’ 35”
100 2000 500 0’ 0”

Panjang besar sudut Maks dapat diketahui, jika panjang jarum (p)
diketahui
Misal p = 200 mm ; maks = 500

maka untuk

untuk
Kesimpulan :
Bahwa terbukti untuk kelipatan muatan yang sama skalanya tidak rata (ada
perbedaan jarak)
Jarak satu skala dengan skala yang lain paling besar 1.679 mm yaitu
kedudukan timbangan pada ½ Lm, pad posisi ( λ + ϕ ) = 900

E. Rumus Besarnya Sudut Skala yang Skalanya tidak Simetris

λ
l
ϕ λ+
C ϕ
L
G g l
λ+ϕm

G Lm

Persamaan kesetimbangan pada


muatan L adalah :
L l sin(+) = G g sin
Pada muatan maksimum Lm bentuk
persamaan itu Lm l sin(+m) = G g sinm

(gambar 60)
Dari dua persamaan itu dapat kita tuliskan :

Jika persamaan tersebut kita kerjakan, akan kita dapat :

Lm sin sin(+m) = L sinm sin(+)


Lm sin (sin cosm + cos sinm ) = L sinm (sin cos + cos sin)

Jika ruas kiri dan kanan dibagi cos cos maka menghasilkan :

Lm tg (sin + cos tgm ) = L tgm (sin + cos tg)


tg (Lm sin + Lm cos tgm – L cos tgm) = L sin tgm

tg =

Pembilang dan penyebut dari pecahan diruas kanan dibagi oleh L m


sin tgm sehingga persamaan diatas menjadi sebagai berikut :

tg =
tg = ........ (4)

Persamaan 4 merupakan rumus besarnya sudut skala untuk skala


yang tidak simetris.

F. Contoh Menghitung Besar Sudut Skala yang tidak Simetris


Sebuah timbangan kwadran  = 60 , m = 90 , Lm = 1000g yang
skalanya terbagi dalam 100 mata skala. Maka tiap skala sesuai dengan

Lm . Karena m = 90 maka cotgm = 0 sehingga rumus untuk


menghitung  berubah menjadi :

tg = = tg = tg

tg = tg 60 =

tg = = = 0,017495462

Dengan menggunakan kalkulator didapat = 1 0’ 8,3’’


Begitu seterusnya, sehingga dapat dihitung sudut skala 2, 3, 4, 5, ...,
100

 Dasar Pembuatan Skala

D Sebagaimana diuraikan di atas

l untuk tiap muatan berlaku


S D1 persamaan kesetimbangan :
S1
C ϕ
x H L Gy = Lx  L = G
g ϕ

A1
Y F
Dm
A0
G

Segitiga CA1F sebangun dengan


segitiga CDS, berarti :
CA1 : A1F = CD : DS
g : y = l : DS

DS = y .... (1)

(gambar 61)
Segitiga SDS1 sebangun dengan segi tiga HCD1 , berarti :
DS1 : DS = CD1 : CH
DS1 : DS = l : x

DS = x .... (2)

8) = (2)

y =x  =

Dari persamaan L = G maka L = G = DS1


L = k . DS1
Berdasarkan pembuktian tersebut maka dapat dibuat skala timbangan
kwadran sebagai berikut :
Bagi sisi DDm dalam bagian yang sama panjnag dan dalam jumlah
tertentu, misalnya “k”. Bila muatan maksimumnya = L m maka sudut

DCS1 adalah sudut jungkitan yang muatannya = Lm.

D
S1

S2

C S3

Dm

Selanjutnya, buatlah lingkaran yang jari-jarinya sesuai dengan yang


kita inginkan (dalam gambar jari-jarinya = CD). Kemudian teruskan
garis CS1, CS2, CS3, dan seterusnya, sampai memotong busur lingkaran.
Pada titik potong tersebut tinggal dibuat garis skalanya.

Nilai “k” biasanya diambil diambil bilangan bulat (20, 50, 100) dan
sebagainya, dan Lm diambil biasanya 200, 500, atau 1000 g.
Dari lukisan diatas, ternyata skala timbangan kwadran tidak sama
rata.

G. Kepekaan Timbangan Kwadran


Menurut ketentuan umum, kepekaan adalah besarnya sudut jungkitan
yang disebabkan karena imbuh yang diletakan pada muatan.
Pada timbangan kwadran sudut jungkitan itu adalah mata skalanya.
Jadi, skala timbangan kwdran sebenarnya juga skala kepekaannya
pada berbagai muatan. Dengan demikian pengertian kepekaan pada
timbangan kwadran adalah jawaban pertanyaan : pada muatan
berapakah mata skalanya paling besar? Jawaban pertanyaan tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pada muatan L persamaan kesetimbangannya :


L l sin(+) = Gg sin

L = G

Jika muatan ditambah L, sudut  menjadi  + 


Jadi,

L + L = L = G

L = G –L

L = G - G

L = G

L = G

Karena  adalah sudut kecil, cos dapat disamakan dengan 1, dan


sin = , dan  dalam penyebut dapat dihapuskan terhadap
(+). Sehingga :
L = G

L = G

L = G

L = G

Maka kepekaannya : =

Kepekaannya paling besar jika sin(+) harganya terbesar, yaitu bila


+ = 90, dalam hal ini sin(+) = 1

Jika kepekaannya kita sebut dengan K, dan kepekaan maksimum K m,


maka :

Km =

Dan kepekaannya pada muatan nol :

K0 = sin 
Oleh karena itu, seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa skala
timbangan kwadran adalah skala kepekaan, maka rumus kepekaan ini
dapat digunakan untuk menghitung perbandingan besarnya mata
skala yang satu dengan mata skala yang lain. Misalnya perbandinga
antara mata skala yang pertama (kepekaan pada muatan nol) dan
mata skala yang sesuai dengan kepekaan maksimum ialah :
= = sin2 
Perbandingan-perbandingan antara mata-mata skala yang lain dapat
dihitung sesuai rumus :

tgx =

tgx =

H. Pengujian dan Penjustiran Timbangan kwadran


3) Stel kedataran timbangan degan menggunakan penyipat datar atau
unting-untibg. Dalam keadaan datar tersebut usahakan jarum
menunjuk skala nol.
4) Letakan anak timbangan standar pada daun muatan sesuai dengan
kekuatan menimbangnya, misalnya 1000g. Bila penunjukkannya tidak
tepat pada skala 1000g, stel dengan pemberatnya. BKD pada muatan
max = ... (lihat pada tabel)
5) Muati timbangan dengan muatan L, sedemikian sehingga lengan
muatan datar arahnya yaitu :
5. Untuk timbangan kwadranyang skalanya simetris dimuati
dengan muatan ½ Lm
6. Untuk timbagan kwadran yang skalanya tidak simetris dimuati
dengan muatan ¼ Lm
Pada muatan L tersebut, berarti lengan muatan harus datar alias
jarum harus menunjuk pada skala muatan L.
Jika tidak sesuai, maka lakukan penjustiran dengan cara
membengkokkan lengan muatan atau merubah kedudukan jarum.
Dengan menambah atau mengurangi timah pada nilai skala.
6) Kemudian diuji lagi pada muatan nol dan maksimum. Bila
penunjukkanya belum benar, ulangi lagi dari awal, dan begitu
seterusnya.
7) Setelah penunjukan pada muatan nol, maksimum dan pada muatan
dimana lengan dalam keadaan datar telah benar, maka seharusnya
pada masing-masing muatan dari skala nol sampai dengan maksimum
menjadi benar pula. Kalau ternyata tida demikian keadaannya berarti
yang salah adalah jarak-jarak skalanya. Kesalahan demikian tidak
dapat dihilangkan. Karena itu skalanya harus diganti atau dirubah.

f) Persyatan Sifat Timbang


 Kebenaran
Pengujian kebenaran pada prinsipnya dilakukan pada semua
skala timbangan kwadran. Akan teetapi karena muatan pada
timbangan kwadran ditentukan oleh besarnya perubahan sudut
atau kwadran dan skalanya yang tidak sama rata maka pengujian
dilakukan pada muatan nol, maksimum dan pada muatan dimana
lengan muatannya dalam keadaan datar. Kesalahan pada tiap
muatan tersebut atau selisih antara berat L dan berat yang
ditunjuk tidak boleh besar dari BKD
 Kepekaan
Untuk setiap muatan, BKD sama dengan BKD kebenaran baik tera
maupun tera ulang.
 Ketidaktetapan / Repeatibility
Dengan dimuati berulang kali maka selisih terbesar dari
penunjukannya tidak boleh lebih besar dari :

R=
J. Pembubuhan Tanda Tera

a) Tera

 Tanda tera Daerah (D4), Tanda tera Pegawai Berhak (H4) dan
tanda tera sah (SL4) dibubuhkan berdampingan pada plat
dasar timbangan.
 Tanda tera jaminan (J4) dibubuhkan pada lubang justir
pemberat.

b) Tera Ulang

g) Tanda tera sah (SL4) dibubuhkan berdampingan disebelah


kanan tanda tera sah sebelumnya.
h) Tanda tera jaminan (J4) dibubuhan pada lubang pemberat
apabila mengalami penjustiran atau perbaikan.

K. Rangkuman

Disebut timbangan kwadran, karena muatannya ditentukan oleh


perubahan sudut atau kwadran, tetapi muatan itu tidak berbanding lurus
dengan perubahan sudut, melainkan berbanding lurus dengan tangan
sudutnya, sehingga skalanya tidak merupakan skala yang beraturan alias
tidak rata.

Dalam hal membaca muatan, timbangan ini lebih praktis disbanding


dengan timbangan yang prinsip kerjanya berdasarkan tuas. Dengan
timbangan kwadran kita tida perlu lagi menggeser-geserkan bobot ingsut
atau menaruh anak timbangan. Muatannya langsung terbaca pada skala,
manakala kesetimbangannya telah berhenti.

Dari persamaan kesetimbangan, kita dapat menurunkan rumus besarnya


sudut skala, yaitu :

5) Bagi skala timbangan kwadran yang skalanya simetris :


6) Bagi skala timbangan kwadran yang skalanya tidak simetris :

Meskipun skala timbangan kwadran tidak rata, namun berdasarkan rumus


L = k DDm dapat kita buat dengan mudah, dimana DD m adalah garis yang
menghubungkan titik skala nol dan titik skala maksimum.

Pada prinsipnya, bahwa pengujian kebenaran timbangan kwadran


dilakukan pada semua skala timbangan, namun pada prinsip kwadran
maka pengujiannya cukup diuji pada muatan nol, muatan maksimum dan
pada muatan dimana lengan muatan dalam keadaan datar (yaitu posisi
simetris anata skala nol dan skala maksimum).

Pembubuhan tanda tera dilakukan setelah selesai pengujian sifat-sifat


timbangannya yang meliputi kebeneran, kepekaan dan ketidaktetapan.
L. Latihan

a) Dalam hal pemakaian, timbangan kwadran lebih praktis


disbanding dengan timbangan yang prinsip kerjanya berdasarkan
tuas. Jelaskan mengapa demikian.

b) Apa sebabnya mata skala pada timbangan kwadran tidak sama


rata? Jelaskan.

c) Timbangan kwadran bila dimuati L akan membentuk sebuah


sudut . Apabila dalam muatan nol sudut yang dibuat oleh berat
daunnya = coba saudara buktikan bahwa :

G = Pemberat

g = Lengan pemberat

l = Lengan muatan

 Sebuah timbangan kwadran (skalanya simetris) kekuatan


menimbangnya 1000 gram, terdiri dari 100 skala. Besar sudut

maksimum ( ). Hitung berapa besarnya sudut skala pada


muatan 30 gram, 50 gram dan 250 gram.
 Sebuah timbangan kwadran (skalanya tidak simetris) kekuatan
menimbangnya 2000 gram, sudut dan sudut maksimum

terdiri dari 100 mata skala. Hitung besar sudut skala antara
muatan 500 g dan 520 g. Pada muatan berapakah jarak skala paling
besar?
 Coba saudara buat skala timbangan kwadran kekuatan
menimbangnya 1000 gram yang terdiri dari 50 skala dan sudut

. Panjang jarum 10 cm dan


 Sebuah timbangan kwadran (skala tidak simetris) kekuatan

menimbangnya 2000 g, sudut dan sudut maks ( ,


terdiri dari 100 skala. Pertanyaan :
i. Hitung besar sudut skala antara skala 25 dan skala 26?
j. Hitung pada muatan berapakah jarak skala paling besar?

 Timbangan Kwadran yang Skalanya Rata

Sebagaimana telah dibahas pada Bab VIII (Timbangan Kwadran), bahwa


jarak mata skala dari kelipatan muatan yang sama untuk timbangan
G

kwadran tunggal tidak sama lebarnya (tidak rata). L


b
r
-
m
6
a 3
Mata skala yang tidak sama rata menimbulkan rasa ragu-ragu untuk k

mempercayainya. Oleh karena itu, diusahakan membuat timbangan


kwadran skalanya rata, dengan cara mengganti lengan beban yang
berpisau dengan beban yang diberi berkeping tembereng dan ban logam
(pita baja tipis).

Bila sebuah timbangan kwadran lengan bebannya diberi berkeping


tembereng, dan pada pinggir tembereng itu diikatkan sepotong logam
lembut, hingga dapat menempel rata diatas pinggir itu, dan pada ujung
dari beban itu digantungkan daun muatannya maka jarak lengannya
berubah mengikuti pinggir temberengnya, sedangkan jarak lengan
momennya selalu tetap terhadap titik putranya, yaitu sebesar l (arah ban
selalu sama dengan arah gaya yang bekerja padanya).

Berbeda dengan timbangan kwadran yang berpisau beban, dimana jarak


lengannya tetap, selalu mengikuti titik tangkap muata L, sedangkan jarak
lengannya momennya berubah terhadap titik putarnya.

l
(Skala rata) (Skala tidak rata)
g
L

L
G
Berkeping tembereng
Berpisau muatan

Timbangan kwadran yang berpisau beban, muatan (L) ditentukan oleh


persamaan :

Timbangan kwadran sebagian berkeping tembereng dan sebagian


berpisau muatan, muatan L ditentukan oleh persamaan :

 Timbangan Kwadran Sebagian Berkeping Tembereng Sebagian


Berpisau Muatan

Gambar
disamping ini
r
P A melukiskan
P1
1
e sebuah
A
timbangan
C
F1
kwadran
E E F
bersahaja
g 1 L L0 + L
’ 0 yang
berkeping
D1
D tembereng
G’
G lingkaran

dan ban daun
muatannya digantungkan. Pisau tumpuannya adalah (C) dan pada pisau
inilah keping tembereng itu berputar. Titik pusat lingkaran tembereng
adalah (P) dan PA sama dengan (r) = jari-jarinya. Titik tangkap gaya (A)
yang kalua tuas berputar akan berpindah-pindah tempat di atas
tembereng, tetapi karena gaya muatan itu selalu tegak lurus arahnya ,
maka titik (A) itu selalu terletak sedemikian rupa hingga PA datar arahnya.
Karena itu, lengan muatan dapat dibayangkan terjadi dari dua bagian,
yaitu satu bagian PA yang panjangnya tetap dan satu lagi bagian CE yang
selalu berubah seperti lengan momen beban timbangan kwadran yang
berpisau muatan.

Bila jarak pisau tumpuan ke titik pusat lingkaran CP kita sebut jarak
eksentrisnya dan jarak ini kita namakan “e”, maka pada jungkitan dari

tuas beban CE adalah ; dan lengan momen bebannya

menjadi sedangkan momen gaya muatannya

Pada timbangan kwadran macam ini titik tangkap gaya muatan selalu
berpindah-pindah di atas tembereng kalau tuas menjungkit, maka berat

daun dalam hal ini tidak dapat dimasukan kedalam berat pemberat
seperti pada timbangan kwadran yang berpisau muatan. Maka dari itu,
berat pemberatnya sama dengan berat tuas seluruhnya dengan segala
yang terikatkan padanya, kecuali daun muatannya. Berat pemberat ini kita
sebut G’ dan lengannya yakni jarak titik berat seluruhnya terhadap titik
putaran C, kita misalkan g’ dan sudut yang dibuatnya dengan garis tegak

lurus lewat C adalah . Dengan demikian momen pemberat ini pada

kedudukan permulaan adalah dan pada kedudukan tuas

menjungkit Persamaan kesetimbangannya menjadi :


atau jika muatan L kita hitung dari persamaan ini, dan kemudian
pembilang dan penyebut diruas kanan dibagi e, kita dapat persamaan
sebagai berikut :

untuk mendapatkan skala yang sama rata, maka kalau muatan ditambah
berangsur-angsur dengan muatan yang sama, sudut jungkitnya harus
bertambah dengan tambahan yang sama pula. Bila tambahan muatan kita
sebut , sedangkan tambahan sudut jungkitnya yang sesuai tambahan

muatan itu kita sebut , maka perbandingan harus tetap (konstan).


Perbandingan ini dapat dihitung dari persamaan diatas sebagai berikut :

Bila muatan L ditambah dengan , sudut jungkitan akan bertambah


dengan ; jadi persamaan diatas menjadi,

Persamaan (3) – (2) didapat :

Setelah dan dalam pembilang kita

selesaikan disamakan dengan 1, karena sudut sangat kecil, dan

disamakan dengan , kemudian dalam penyebut


dihapuskan terhadap maka dari persamaan diatas kita dapat sebagai
berikut :
Dari hasil yang kita dapat pada persamaan (4) ternyata suku-sukunya

masih ada unsur , berarti harga yang kita dapat masih tergantung
dari nilai yang selalu berubah kalau L berubah. Untuk itu dengan
menggunakan keeping tembereng lingkaran yang dipasang eksentris, kita

belum mendapatkan perbandingann yang tetap, atau masih sama


artinya bahwa kita belum mendapatkan skala yang sungguh-sungguh
sama rata.

Akan tetapi kita dapat mendekatkannya dengan memilih harga yang tepat

untuk dan , walaupun kita tidak mendapat skala yang benar-benar


sama rata, tetapi kesalahan penunjukannya tidak terlalu besar bila
skalanya dibuat sama rata.
 Kesaksamaan Muatan Dengan Skala Sama Rata

Berdasarkan rumus (4) diatas, kita dapat mengetahui bagaimana


kesaksamaan skala yang dibuat sesuai dengan muatan diatas daunnya
dengan skala sama rata, misalnya untuk timbangan kwadran kekuatan

1000 gram dan = 300 , muatan muatan L yang bersesuaian bila

berangsur-angsur bertambah dengan 30 dan dan berturut-turut diberi


harga berlain-lainan.

Jika, berat daun muatan L 0 = 500 gram, berturut-turut 800, 850 dan 900

sedangkan berturut-turut 2, 1, dan 0,5. Dengan menggunakan dua


kesetimbangan yaitu, kesetimbangan pada muatan nol dan kesetimbangan
pada muatan maksimum.

Untuk L = Lm

Untuk L = 0

Jika dalam persamaan (5) dihitung, kemudian persamaan ini


dibagi persamaan (6) kita dapat :
Setelah dihitung dari rumus ini, kita dapat menghitung pula dari
persamaan (6).

Bilangan tetap ini, dibutuhkan untuk menghitung L dengan rumus :

Berikut ini contoh hitungannya :

 Kombinasi = 800 dan =2

 Kombinasi = 800 dan =1


= 130 36’ 22,1”

L = 105,1 gram

 Kombinasi = 800 dan = 0,5

= 130 45’ 11,89”

L = 103,1 gram

 Kombinasi = 900 dan =2 lihat hal berikut.

= 140 2’ 10,48”
L = 104,2 gram

 Kombinasi = 900 dan =1

= 140 30’ 8,89”

L = 100,9 gram

 Kombinasi = 900 dan = 0,5

= 150 0’ 0”

L = 97,5 gram
Berdasarkan hitungan diatas dapat dibuat tabel kesalahan kombinasi dari

3 harga untuk , dan 3 harga untuk .

Tabel Kesalahan Untuk ke-9 Kombinasi

Dari 3 Harga Untuk dan 3 Harga Untuk

Kesalahan Penunjukan
Berat
yang = 800 = 850 = 900

ditun
juk
2 1 0,5 2 1 0,5 2 1 0,5
0
g g G g g G g g g g

0 0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0


3 100 -7,0 -5,1 -3,1 -5,6 -3,0 -0,3 -4,2 -0,9 +2,5

6 200 -12,6 -8,8 -4,8 -9,9 -4,9 +0,2 -7,6 -1,3 +5,2
9 300 -16,5 -10,9 -5,3 -13,0 -6,0 +1,2 -10,1 -1,1 +7,8
12 400 -18,8 -11,9 -4,9 -15,0 -6,3 +2,6 -11,6 -0,8 +10,0
15 500 -19,6 -11,9 -4,0 -15,6 -6,1 +3,8 -12,1 -0,3 +11,6
18 600 -18,9 -10,8 -2,7 -14,9 -5,3 +4,7 -11,6 +0,2 +12,4
21 700 -16,6 -9,1 -1,6 -13,0 -4,2 +5,2 -10,3 +0,7 +11,9
24 800 -12,6 -6,5 -0,4 -9,8 -2,9 +4,7 -8,0 +0,9 +9,9
27 900 -7,2 -3,5 +0,2 -5,2 -1,5 +3,1 -4,5 +0,7 +6,1
30 1000 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Dalam tabel ikhtisar diatas ini ternyata, bahwa kombinasi yang terbaik

hasilnya ialah = 900 dan = 1. Pada kombinasi ini kesalahan-kesalahan


penunjukannya ada dalam batas BKD yaitu dibawah ± 1,5 gram untuk
muatan 200 gram. Kelihatan pula, bila dibesarkan kesalahannya bergerak

kearah positip, dan demikian pula bila dikecilkan.


TAMBAHAN PENJELASAN TIMBANGAN KWADRAN

YANG SKALANYA RATA (HALAMAN 225)

Untuk menjelaskan timbangan kwadran yang bebannya berpisau skalanya


tidak rata, dan timbangan kwadran yang bebannya bertembereng dengan
logam lembut skalanya rata, akan dijelaskan dalam bentuk angka sebagai
berikut :

Data timb. kwadran Data timb. kwadran


berbeban pisau beban bertembereng
G0 = 3993,263377 g

G =
1144,869 g
= 14,502469440
g = 20 cm
L0 = 500 g
l = 12 cm
= 900
= = 1
= 900
rumus :
rumus :

Kita misalkan perubahan sudut atau kwadran ( ) tiap muatan tertentu


bertambah secara bertahap sebesar 3 0. Lalu dengan persamaan
kesetimbangan dihitung muatan tertentu tersebut yaitu (L).

Apabila dengan perubahan sudut yang sama, L nya juga berubah dengan nilai
yang sama, maka timbangan tersebut skalanya rata. Sebaliknya, kalau dengan
perubahan sudut yang sama L berubah dengan nilai tidak sama, maka skala
timbangan tersebut tidak rata.

Untuk jelasnya mari kita hitung data tersebut diatas dengan ( ) berturut-
turut 30, 60, 90, 120, 150, 180 dan 210.
BAB IX
TIMBANGAN PEGAS

PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN

Menurut pemakaiannya, timbangan pegas ada yang disebut


timbangan pegas macam meja dan timbangan pegas gantung. Timbangan
pegas macam meja adalah timbangan pegas yang pemakaiannya
diletakkan di atas meja, dan biasanya kepastiaannya terbatas, sedangkan
timbangan pegas gantung adalah timbangan pegas yang dalam
pemakaiannya digantung.

Klasifikasi timbangan pegas umumnya berada pada kelas ketelitian


kelas “biasa”, atau kelas IIII. Oleh karena itu, timbangan pegas banyak
digunakan hanya untuk menimbang barang yang tidak memerlukan
ketelitian tinggi, seperti menimbang buah-buahan, ikan, beras, gula dan
barang lainnya untuk keperluan rumah tangga sehari-hari.

Cara penggunaannya sangat praktis, karena penunjukkannya


termasuk timbangan yang penunjukkannya otomatis. Muatan yang
ditimbang langsung dapat dibaca pada alat penunjuknya yang berupa
sekala dalam satuan massa, tidak memerlukan anak timbangan.

Timbangan pegas dapat dibuat dengan kontruksi yang murni, yaitu


timbangan pegas dimana muatan yang ditimbang seluruhnya dengan
perantaraan sifat-sifat pegas saja. Tetapi ada juga timbangan pegas dengan
kontruksi campuran, yaitu timbangan pegas dimana hanya sebagian saja
penunjukkannya menggunakan sistem pegas, sedangkan bagian lainnya
menggunakan tuas-tuas.

Kontruksi timbangan pegas seperti gambar 67, ujung pegas


dihubungkan dengan suatu batang bergigi yang dapat bergerak vertikal.
Apabila pegas bertambah panjang maka batang bergigi akan bergerak naik
turun. Pergerakan batang bergigi ini akan memutar roda gigi yang padanya
dilakatkan jarum penunjuk lengkap dengan skala dalam satuan massa.

Piring Muatan

Penyetel Nol
Pegas Spiral

Jarum Penunjuk

Roda Gigi
Batang Bergigi

Gambar 67

B. PENJUSTIRAN TIMBANGAN PEGAS

Sebagaimana telah diuraikan pada bab di muka tentang


sistem kerja timbangan pegas, bahwa bila pegas diberi beban
sebesar G, maka pegas akan meregang sebesar ∆ L .Besarnya ∆ L
menurut Hukum Hook:

F
F=k . ∆ L atau ∆ L=
k

Dimana: F = gaya yang bekerja pada pegas (kg.m.s-2=N)

k = konstanta pegas (kg.m.s-2/m= N/m)

∆L = adalah regangan (m)


Karena F berupa gaya, maka F dipengaruhi oleh massa G
dan gravitasi “g”, sehingga rumus (1) dapat ditulis:

∆ L= ¿
k

d4 . ε
k= ( Konstanta pegas)
64.n . R3

Dari (1) maka

∆ L= ¿ =64. n . R3 .≫ 4¿ … … … … … ..(1 a)¿


4
d .ε d .ε
3
64. n . R

Dimana: R = jari-jari lilitan pegas (cm)

n = jumlah lilitan (tanpa satuan)

G = muatan (massa) dalam kg

g = grafitasi (m.s-2)

d = diameter bahan pegas (cm)

ε = modulus elastisitas bahan pegas (kg.cm.s-2/cm2)

∆L = regangan pegas (cm)

Dari rumus (1a ) ∆ L=64.n . R3 .≫ 4¿ … … … … … ..¿ ¿Apabila satuan


d .ε
g= cm.s-2 dan ε =¿ kg.cm.s-2/cm2 disipkan kedalamnya, maka:

64. n . cm3 . kg . cm. s−2


∆ L=
cm 4 . kg . cm . s−2 . cm−2

64. n . R 3 . G
∆ L= … … … … … … … … … … … ….. … …(2)
d4 . ε

Rumus ini membuktikan bahwa “G” adalah massa, dan satuan ε=


kg/ cm
Dari rumus (2), dapar kita tarik kesimpulan sebagai berikut:

 Regangan suatu pegas akibat muatan (G) ditentukan pula oleh


jumlah titik (n), jari-jari pegas (R), diameter bahan pegas (d) dan
modulud elastisitas bahan pegas (ε ¿ .
Oleh karena faktor-faktor R, d, dan ε, besarnya tertentu (tetap) sehingga
untuk menjustir timbagan pegas cukup mengatur jumlah lilitan (n) sampai
pada jumlah atau kedudukannya sesuai.
 Dasarnya ∆ L berbanding lurus dengan muatan (G); atau benda
yang ditimbang berbanding lurus dengan peregangan pegasnya.
Oleh karena itu, skala-skala pada timbangan pegas selalu sama untuk
kelipatan muatan yang sama.
Regangan pegas ∆ Luntuk timbangan pegas yang menggunakan 2 (dua)
buah pegas menjadi:

G
Gambar 68

1 1 Regangan pegas kiri+ kanan


∆ L= ∆ L=
2 2 2

Dalam praktek, regangan dua buah pegas dapat diukur dengan mudah,
yaitu selisih regangan ketika dimuati dengan muatan tertentu dan regangan
tanpa muatan.

Data pengukuran :
∆ Lo ( kiri ) ¿ a 1 ∆ LG ( kiri ) ¿ a 2

∆ Lo ( kanan ) ¿ b 1 ∆ LG ( kanan ) ¿ b 2

∆ L( kiri ) ¿ a 2−a 1 ( a2−a1 ) +( b2−b1)


∆ L=
2
∆ L( kanan ) ¿ b 2−b 1

1
∆ L' = ∙ ∆ L
2

Contoh Penjustiran Timbangan Pegas :

Sebuah timbangan pegas kekuatan menimbangnya 60 kg, terdiri dari 2 buah


pegas. Ketika dimuati dengan muatan berupa anak timbangan standar 60 kg,
timbangan ternyata menunjuk 59,5 kg. Hitung kesalahan penunjukan timbangan
(E), dan berapa lilitankah pegasnya harus ditambah atau dikurangi agar kesalahan
penunjukan timbangan menjadi nol pada muatan maksimum?

Penyelesaian :

Kesalahan penunjukan timbangan adalah E = P – L

E = 59,5 – 60 kg

E = -0,5 kg = -500 g

Oleh karena E = -500 g maka agar jarum tepat menunjuk pada skala 60 kg, berarti
pada penerima muatan harus diberi beban sebesar 60,3 kg, yaitu berdasarkan
rumus :

E =P–L

-0,5 = 60 – L

L = 60,5 kg

Misalkan diperoleh data sebagai berikut :


Sebelum dimuati ( muatan nol ) :

regangan pegas kiri ∆ Lo ( kiri ) ¿ a 1 = 9, 50 cm

regangan pegas kanan ∆ Lo ( kanan ) ¿ b 1 = 9, 70 cm

Setelah dimuati 60,5 kg (supaya jarum menunjuk tepat 60 kg )

regangan pegas kiri ∆ L60,5 ( kiri ) ¿ a2 = 12,84 cm

regangan pegas kanan ∆ L60,5 ( kanan ) ¿ b2 = 12,92 cm

( a2−a1 ) +( b2−b1) = ( 12,84−9,50 )+(12,92−9,70)


∆ L= ∆ L=
2 2

∆ L=3 ,28 cm

1
∆ L' = . ∆ L
2

1
∆ L' = .3 , 28 cm=1 , 64 cm
2

Regangan ∆ L' sebesar 1,64 cmadalah regangan tepat menunjuk pada skala 60 kg,
yaitu pada muatan 60,5 kg, sehingga jika diketahui : jari – jari pegas (R) = 1, 44
cm ; diameter bahan pegas (d) = 0,41 cm; modulus elastisitas bahan pegas = 5,37 .
105 kg.cm-2 , maka :

' 64. n . R3 . G
∆L=
d4 . ε

64 . n p . (1,44 )3 .60 .5
1, 64 =
(0,41)4 .5,37 . 106

np = 21,5

Jumlah lilitan pada muatan 60 kg dengan regangan 1,64 cm (yaitu skala yang
dikehendaki), dapat dihitung sebagai berikut :
'64. n . R3 . G 64 . n p . (1,44 )3 .60 .5
∆L= 1, 64 =
d4 . ε (0,41)4 .5,37 . 106

n s = 21,7

Dengan demikian, supaya timbangan dengan regangan 1,64 cm atau jarum pada
muatan 60 kg menunjuk tepat pada skala 60 kg, lilitan pegas harus ditambah
masing-masing sebanyak:

n s - np = 21,7 – 21,5 = 0,2 lilitan

Menambah atau mengurangi lilitan pegas, dapat


diatur dengan menyetel posisi pengatur lilitan (s)
seperti gambar di samping.

Dapat disimpulkan bahwa dari rumus

' 64. n . R3 . G
∆L=
d4 . ε

Faktor R, d, dan ε besaran tetap, tidak bisa dirubah,


sehingga apabila ternyata penunjukan timbangan
tidak benar, satu-satu nya faktor yang masih dapat
diubah adalah banyak lilitan (n).

Misalnya saja, apabila ternyata kesalahan


penunjukan timbangan minus, yang berarti regangan
∆L terlalu kecil, sehingga regangan harus
diperbesar, yaitu dengan cara menambah jumlah
lilitan Gambar 69
C. PENGARUH GRAVITASI TERHADAP PENUNJUKAN
TIMBANGAN PEGAS

Menurut Hukum Newton II, sebagaimana telah diuraikan dalam bab


terdahulu, bahwa penunjukan timbangan pegas adalah hasil gaya reaksi
yang timbul akibat beban yang digantungkan, yang besarnya F= m.g

F, adalah gaya berat; gaya berat dipengaruhi oleh besarnya gravitasi. Oleh
karena itu, apabila sebuah timbangan pegas dimuati dengan muatan
(massa) yang sama di tempat yang berbeda, penunjukannya akan berbeda
sesuai dengan rumus:

g2
I 2−I 1 =∆ I =I 1( −1)..................................... (3)
g1

dimana: I1 = penunjukan timbangan di tempat pemakaian pertama


(dalam satuan massa);

I2 = penunjukan timbangan di tempat pemakaian kedua;

g1 = gravitasi di tempat pemakaian pertama;

g2 = gravitasi di tempat pemakaian kedua.

Besarnya gravitasi di suatu tempat dapat dihitung dengan rumus:

g = 9,806656 – 0,025028 cosinus 2φ - 0,00003h............................... (4)

dimana:φ = sudut lintang di suatu tempat dalam derajat;

h = tinggi tempat dari permukaan laut dalam meter.

berdasarkan rumus (4), ternyata gravitasi yang paling besar terdapat di


bagian kutub bumi (9,8322 m.s-2), dan gravitasi yang paling kecil terdapat
di bagian chatulistiwa (9,7804 m.s-2)*).

dengan demikian berdasarkan rumus (3) dapat dihitung perbedaan


penunjukan antara kedua tempat tersebut sebagai berikut:
9,8322 0,005296307 m
∆ I =m ( 9,7804 −1) =
m
× 100=0,5 %

Artinya, jika suatu timbangan pegas, semula dipakai di daerah chatulistiwa


dengan massa “m”, kemudian timbangan tersebut di pakai di daerah
bagian kutub bumi dengan muatan yang sama, yaitu “m”, maka akan
terjadi perbedaan penunjukan sebesar ± 0,5 % dari massa “m” tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbadaan penunjukan
timbangan pegas akibat adanya perbedaan gravitasi di bumi paling besar
(ekstrim) ± 0,5 %.

Sebagai ilustrasi, di wilayah Indonesia gravitasi yang paling besar terdapat


di Waingapu, NTT (9,7829 m.s-2), yang paling kecil terdapat di Pontianak
(9,7804 m.s-2). Jika dihitung dengan rumus (3) perbedaan penunjukan
paling besar di wilayah Indonesia dengan perbedaan gravitasi sebagai
berikut:

∆ I =m ( 9,7829
9,7804
−1) =
0,00255613 m
m
×100=0,03 %

Kalau kita bandingkan dengan BKD timbangan, angka 0,03% masih di


bawah BKD untuk timbangan kelas III.

*)= Fisika, PAUL A, TIPLER hal 713

D. PEMBUBUHAN TANDA TERA


a) Tera
 Tanda tera daerah (D4) dan tanda tera pegawai berhak (H4)
dibubuhkan/ dicapkan di samping skala terakhir.
 Tanda tera sah (SL4) dicapkan pada sumbat cap di plat jarum
(dial).
 Tanda tera jaminan plomuir (JPB) pada bagian penutup.
Catatan: Apabila plat skala tidak terbuat dari logam (misal ebonit)
maka D4, H4, SL4 dibubuhkan pada plat lumanium atau kuningan
dan ditempatkan pada plat skala (dial).
b) Tera Ulang
Tanda tera sah (SL4) pada sumbat cap dan (JPB) pada bagian penutup,
apabila mengalami perbaikan atau perjustiran.
Catatan: Apabila plat skala tidak terbuat dari logam, misalnya ebonit,
maka tanda tera sah (SPB) diikat pada bagian penutup.

E. RANGKUMAN

Prinsip kerja timbangan pegas memanfaatkan sifat regangan pegas,


yaitu apabila pegas diberi beban, pegas akan meregang dan apabila beban
diambil kembali, kedudukan pegas akan kembali kebentuk semula. Regangan
dapat dikontruksi sedemikian rupa sehingga dapat memutar roda gigi pada
poros yang dihubungkan dengan jarum penunjuk dan dapat dibaca pada skala
penunjukan.

Jika kita menimbang dengan timbangan pegas, yang ditunjuk oleh


timbangan tersebut adalah berat bukan massa. Berat dipengaruhi oleh
gravitasi, sedangkan gravitasi berbeda-beda besarnya antara satu tempat
dengan tempat lainnya, tergantung letak tempat tersebut (dipengaruhi sudut
lintang dan tinggi suatu tempat). Dengan demikian, apabila suatu timbangan
ditera di suatu tempat, kemudian dipakai di tempat lain maka penunjukan
timbangan pegas di tempat lain tersebut akan berbeda penunjukannya yang
besarnya tergantung kepada perbedaan gravitasinya sesuai rumus:

g2
∆ I =I 1 ( −1)
g1

Berdasarkan rumus:

❑ 64. n . R 3 . G
∆L =
d4 . ε

bahwa, regangan suatu pegas ditentukan oleh jumlah lilitan (n), jari-jari
lilitan (R), diameter bahan (d) dan modolus elastisitas bahan (ε). Oleh
karena itu R, d, dan ε besarnya tertentu (tetap) maka untuk menjustir
timbangan pegas cukup mengatur jumlah lilitan (n).
Besarnya regangan (∆ L) berbanding lurus dengan beban G atau
benda yang ditimbang berbanding lurus dengan peregangan pegasnya.
Oleh karena itu, skala-skala pada timbangan pegas selalu sama untuk
muatan yang sama.

Regangan pegas (∆ L) untuk timbangan pegas yang menggunakan


2 (dua) buah pegas menjadi:

1
∆ L' = . ∆ L
2

F. LATIHAN
1) Sebutkan macam timbangan pegas menurut pemakaiannya.
2) Berdasarkan prinsip apa cara kerja timbangan pegas itu? Coba saudara
jelaskan.
3) Jika kita menimbang dengan timbangan pegas, yang di tunjuk oleh
timbangan tersebut adalah berat, bukan massa.
Mengapa demikian. Jelaskan!
4) Sebuah timbangan pegas, kekuatan menimbangnya = 150 kg.
Timbangan tersebut ditera (pertama kali) di Medan. Ketika timbangan
itu dimuati dengan anak timbangan standar 100 kg (massa) di Medan
menunjuk tepat pada skala 100 kg. Berapakah penunjukan timbangan
tersebut kalau di Irian Jaya, juga dimuatin dengan anak timbangan 100
kg (massa). Diketahui gravitasi di Medan = 9,7803487 m.s -2 dan
gravitasi di Irian Jaya = 9,7829513 m.s-2.
5) Sebuah timbangan pegas kita tera di Jakarta menunjuk 1000 kg.
Kemudian timbangan tersebut dipakai di Takengon (Aceh). Berapa
gramkah perbedaan penunjukan timbangan di Jakarta dan Takengon?
Diketahui gravitasi di Jakarta = 9,7814234 m.s-2 dan gravitasi di
Takengon = 9,7800001 m.s-2.
6) Timbangan pegas skala-skalanya selalu sama rata untuk muatan yang
sama. Jelaskan mengapa demikian.
7) Sebuah timbangan pegas kapasitas 100 kg terdiri dari dua buah pegas,
interval skala verifikasi (e)= 200 gram. Ketika dimuati dengan anak
timbangan standar sebesar 100 kg timbangan tidak menunjuk tepat
pada skala 100 kg, tetapi setelah diletakan imbuh ∆ L ditempat muatan
sebesar 20 g timbangan menunjukan 100,2 kg.
Pertanyaan:
a. Berapakah kesalahan penunjukan timbangan pegas tersebut?
Dengan rumus:
E=I L+∆ L−∆ L−L
b. Bagaimana pendapat Saudara tentang kesalahan penunjukan
timbangan tersebut dalam hal pengujian tera.
c. Berapakah lilitan pegas harus ditambah/dikurangi agar timbangan
pegas tersebut menjadi benar atau kesalahan penunjukannya
menjadi nol, apabila dalam pratikum diperoleh data sebagai berikut:
Regangan pegas kiri muatan nol : 5,80 cm
Regangan pegas kanan muatan nol : 5,54 cm
Regangan pegas kiri pada muatan 99,820 kg : 7,56 cm
Regangan pegas kanan pada muatan 99,820kg : 7,38 cm
Jari-jari pegas (R) : 1,345 cm
Diameter bahan pegas (d) : 0,41 cm
Modulus elastisitas bahan (ε) : 5,37. 106
kg.cm-2.
BAB X
TIMBANGAN MEJA

PENDAHULUAN

Berdasarkan kontruksinya timbangan meja ( kontruksi beranger ) termasuk jenis


timbangan bertuas majemuk , karena tuasnya lebih kecil dari satu, yaitu terdiri
dari tuas utama dan tuas penghubung. Timbangan meja berasal dari jenis
timbangan majemuk trapesium tunggal. Kemudian disempurnakan menjadi
trapesium terbalik.

Dari trapesium terbalik disempurnakan menjadi trapesium ambilan. Dan


selanjutnya disempurnakan lagi, dari trapesium ambilan menjadi timbangan
trapesium ambilan terbalik.
Pada kontruksi beranger ( timbangan meja). Bagian tempat anak timbangan dibuat
simetris dengan bagian muatan. Anak timbangan dan muatan ditaruh datas daun
yang terletak dia atas pisau Panjang . bukan daun yang digantungkan. Timbangan
meja ini dibuat sama lengan , jadi berat/massa muatan yang ditimbang

sama dengan erat/massa anak timbangan yang ditaruh di daun yang lain. Dengan
perkataan lain, berat/massa muatan banding berat/massa anak timbangan sama
dengan berat/massa anak timbangan hanya jika pada muatan nol timbangan
tersebut telah setimbang. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang benar
pada penimbangan, harus dilihat dulu apakah timbangan dalam keadaan tidak
bermuatan telah setimpang atau tidak. Kalua tidak setimbang padamuatan nol
maka harus dibuat setimbang lebih dahulu, yaitu dengan cara
menambah/mengurangi timah ditempat khusus diadakan yang terletak dibawah
daun tempat anak timbangan. Tempat timah itu disebut alat penyetel nol.
Penjelasan sebagai berikut:

Apabila dalam muatan nol tidak setimabang, misalkan lebih berat ke daun tempat
barang sehingga di daun empat anak timbangan harus ditambah imbuh sebesar
delta G

Persamaan kesetimbangan dlam keadaan tidak bermuatan:

(GO + ∆G) g = Lol

Gog + ∆ Gg = Lol ………..(1)

Persamaan kesetimbangan waktu dimuati :

(Go + G) g = (Lo + L) l

Gog + Gg = Lo1 + Ll …..….(2)

Jika (2) = (1) :

Gg - ∆Gg = Ll

(G - ∆ G) g = Ll

Oleh karena g = l , maka

G - ∆G = L, artinya ,muatan yang ditimbang terdapat selisih sebesar ∆G atau L


kurang dari ∆G.

Kedudukan timbangan meja dalam keadaan setimbang dapat dilihat apabila


kedua toleknya saling berhadapan atau lengan utama timbangan dalam posisi
mendatar.

Timbangan meja banyak dipakai untuk menimbang barang-barang eceran yaitu


barang yang beratnya dibawah 5 kg dan bagian-bagiannya.

Timbangan ini dilengkapi piring/daun muatan yang dapat diangkat.


Penggunaannya di atas meja , tidak memerlukan tempat yang luas. Oleh karena
itu, timbangan meja, termasuk timbangan yang terbanyak dipakai oleh pedagang
di Indonesia.
Timbangan meja banyak menggunakan pisau-pisau dan bantalan, sehingga pada
saat timbangan tersebut bergerak atau berayun ada kemungkinan terjadinya
gesekan diantara keduanya. Oleh karena itu , pisau dan bantal kab harus tertumpu
degan baik, supaya tidak terjadi gesekan-gesekan . gesekan- gesekan bagi
timbangan meja sangat mempengaruhi sifat-sifat timbangnya
( kebenaran,kerapatan, dan kepekaan) . kedudukan pisau dan bantalan harus
dipasang sejajar dan simetris.

Akibat pemakaian dan pemeliharaan yang tidak sempurna dapat mengakibatkan


korosif pada pisau dan bantalan , sehingga pisau menjadi tumpul. Akan
menyebabkan terjadinya perubahan perbandingan jarak-jarak lengan tuas( tidak
lagi sebagaimana mestinya), dan hal tersebut akan mempengaruhi kebenaran
timbangan ( momen-momen gaya tidak lagi setimbang). Selain itu, harus dijaga
bahwa pemasangan komponen-komponen jangan sampai ada yang tertukar.
Biasanya untuk komponen-komponen tertentu telah dibubuhi kode.

B. syarat-syarat

Beban (G) di daun kiri dan (L) di daun kanan diletakkan di tengah-tengahnya .
beban tersebut, sebagian akan diterima di bagian ujung tuas penghubung sebesar
(y) dan (x) ,dan sebagian lagi akan diterima diterima dibagian ujung tuas utama

masing-masing sebesar (G - Y) dan (L - X)


Momen terhadap E :

K.BE – X.EF = O

K.BE = X.EF

EF
K= .X
BE

Momen terhadap C :

(G-y).CH1 + K1.CD1 = (L-x) . CH + K.CD

E1 F 1 EF
(G-y).CH1 + .CD1 = (L-x) .CH + x. CD
B 1E1 BE

E1 F 1 EF
G.CH1 – CH1.y + y.CD1 = L.CH – CH .x + x. CD
B 1E1 BE

E1 F 1 EF
G.CH1 + y ( . CD1 – CH1) = L.CH + x ( .CD – CH)
B 1E1 BE

Pada persamaan (3) ,terlihat masih ada pengaruh harga (y) dan (x). supaya
persamaan tersebut tidak dipengaruhi (y) dan (x) maka suku keduaruas masing-
masing harus

E1 F 1 CH 1 E1 F 1
CD1 = CH 1 = ……….(4)
B 1E1 CD 1 B 1E1

EF EF
. . CD – CH = 0 .CD = CH
BE BE

CH EF
= …………..(5)
CD BE

E1 F 1 EF
Persamaan (3) : G. CH1 + y ( .CD1 – CH1 ) = L.CH + x ( .CD – CH )
B 1E1 BE

Setelah dimasukkan (4) dan (5) menjadi : G. CH1 = L. CH …. (6)

Dari (6) , supaya G = L atau berat /massa muatan maka syaratnya CH1 harus
sama dengan CH .
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa syarat agar G = L dan letak G dan L
diatas kedua daun/piring dapat bebas ( tidak mempengaruhi kesetimbangan )
adalah:

CH 1 E1 F 1
1. =
CD B 1E1

CH EF
2. =
CD BE

3. CH1 = CH

Pada timbangan meja kontruksi beranger , perbandingan tuasnya sebagai berikut :

CD1 = D1H1 = CD = DH dan E1B1 = B1F1 = EB = BF ,berarti

CH1 : CD1 = E1F1 :B1E1 = 2 : 1 dan CH : CD = EF : BE = 2 : 1

Dengan demikian terbukti bahwa pada timbanagn meja kontruksi beranger


berat/massa di piring/daun sebelah kiri = berat/massa di piring/daun sebelah
kanan.

C. Syarat-Syarat Teknik Timbangan Meja Yang Penting

(a) Supaya letak kedua daun kokoh dan rata maka kedua daun timbangan meja
harus bertumpu diatas 3 (tiga) titik rupa pisau.
Pisau – pisau tersebut dibuat rangkap atau umumnya masing-masing dibuat
berupa satu pisau Panjang.

Ketiga pisau itu letaknya satu sama lain harus selalu sejajar agar supaya jarak HC
dan HC tetap sama.

(b) Kekuatan menimbang timbangan meja umumnya 3 kg, 5 kg, 10 kg, 15 kg, dan
25 kg. Tulisan kekuatan menimbang dicapkan pada tuas utama.

(c) Bak justir penyetel nol, dibuat sedemikian rupa sehingga tidak boleh dimasuki
benda-benda secara mudah. Oleh karena itu harus cukup diskrup dengan kuat.
Piring/daun muatan harus terbuat dari bahan yang tahan karat , yang itu dari bahan
kuningan, alumunium atau baja tahan karat.

(d) Piring/daun muatan harus terbuat dari bahan yang tahan karat, yaitu dari bahan
kuningan, alumunium, atau baja tahan karat.

(e) Di bawah piring muatan pada gandar utamanya disediakan sumbat cap yang
gunanya untuk tempat cap sah tera ulang.

(f) kekerasan pisau dan bantalan minimal 60 sampai 55 derajat lockwel C.


(g)Minimum menimbang timbangan meja sesuai dengan tabel klasifikasi
timbangan pada kolom (5). Catatan : menurut DVT (ketentuan lama 2 i0 dari
kapasitasnya.

(j) Dalam penggunaanya, timbangan meja harus selalu ditempat yang datar, sebab,
apabila timbangan meja diletakkan pada kemiringan, missal 2 ° maka setiap
penimbangan 10 kilogram akan terjadi selisih sebagai berikut :

Gambar
79

L – Lcosα = 10.000 – 10.000 cos 2°

= 10.000 – 10.000 X 0,999

= 10 gram
Gaya (L) diuraikan menjadi gaya L1 dan L2 (lihat gambar). ∆M adalah
pengaruh pemindahan gaya pada tuas utama atau perubahan momen
muatan terhadap titik putar C.

Besarnya ∆M atau hubungan momen tersebut dengan sudut jungkitan φ


telah diterapkan pada timbangan kontruksi timbangan trapesium ambilan
terbalik, yang tidak lain adalah kontruksi Beranger atau timbangan meja
( dibuat simetris).

l
{
∆ M=− L 1 a φ ( tg α - tg β )(1-
m
¿ }
Diketahui bahwa : ∆ M=∆ Gg = ∆La

l
{
Maka : ∆ L.a = - L1a φ ( tg α - tg β )(1-
m
¿ }
−∆ L
φ=
l (7)
L 1(tg α - tg β )( 1- )
m

Rumus tersebut masih dapat disederhakan lagi sebagai berikut :


Terlewat

Oleh karena sudut β dan sudut γ sudut – sudut kecil dan hampir sama besarnya
( yaitu karena L1 dan L2 hampir vertikal ), maka :

L2 sin γ = - L1 tg β

Sudut – sudut kecil, sinus tangen

Sehingga : L2 tg γ = - L1 tg β

−∆ L
φ=
Sehingga rumus (7) menjadi : l
(L1 tg α - L1 tg β)(1- )
m

−∆ L
φ=
l
(L1 tg α - L2 tg β)(1- )
m

Dalam kontruksi, sudut α dapat dibuat sama dengan sudut γ sehingga α =γ ,


Dengan demikian :

−∆ L
φ=
l
(L1 tg α - L1 tg β)(1- )
m

−∆ L m 1
φ= . .
L1+ L2 m−1 tg α

Oleh karena sudut β dan γ hampir nol maka gaya – gaya L2 cos β + L1 cos γ = L
L2 + L1 = L , maka rumus

Sudut kepekaan timbangan meja adalah :

∆L m
φ= . (−cotgα) φ dalam radial
L m−1

Jika diketahui L = 10 kg ; ∆L = 10 g ; m = 9 cm

I = 10,5 cm dan sudut α = + 6,87°


R = 20,5 cm

10 9 1
φ= . . =0,05 R
10000 ( 9−10,5) −tg6,87 °

Kepekaan = 0.05X20,5 cm = 1 cm = 10 mm

LATIHAN

a. Coba saudara jelaskan dengan gambar asal usul timbangan meja kontruksi
beranger !
b. Apa kelebihan timbangan meja kontruksi beranger ditinjau dari
penggunaanya?
c. Mengapa sebelum timbangan meja dipergunakan pad muatan nol harus
selalu setimbang lebih dahulu? Jelaskan secara matematis.
d. Dalam penggunaan timbangan meja harus selalu ditempat yang datar,
Jelaskan mengapa!α
e. Gambar dibawah ini adalah gambar kontruksi timbangan meja beranger.

Dalam pengujian timbangan ini pada posisi 3 di ketiga piring ketika


dimuati 10 kg tidak ada kesalahan penunjukkan. Tetapi ketika anak
timbangan standar pada piring kiri di posisi lima dan pada piring kanan di
posisi tiga, ternyata posisi timbangan tidak setimbang, dimana piring kiri
menjungkit kebawah. Pertanyaan :
1. Apa artinya?
2. Bagaimana upaya saudara untuk menjustirnya?
f. (di lewat))
1. Sebutkan letak muatan diatas piring/daun tidak mempengaruhi
kesetimbangan.
2. Buktikan bahwa muatan yang ditimbang di piring kiri sama dengan
muatan yang ditimbang di piring kanan atau L = G
g. Sebuah timbangan meja diketahui

L=10 kg
∆ l=10 kg
m=9 cm
l=10,5
jungkitan φ=0,5 cm
Berapakah besar sudut α (dalam derajat, menit dan sekon)
h. Sebuah timbangan meja kekuatan 10 kg diuji dengan meletakkan anak
timbangan standar di piring kiri dan kanan masing-masing 10 kg . Dalam
pengujian tersebut ternyata tidak setimbang, keadaannya lebih berat ke
daun/piring tempat anak timbangan. Untuk membuat setimbang diperlukan
anak timbangan sebesar 15 gram (θ = 10 g)
Pertanyaan :
1. Berapa (dilewat) salah tunjuk timbangan dimaksud?
2. Bagaimana pendapat saudara tentang kesalahan tunjuk timbangan
tersebut dalam pengujian tera? Jelaskan !
i. Sebuah timbangan meja kekuatan menimbangnya 10 kg (dilewat) kg
dimuati maksimum {10 kg kiri dan sepuluh kg di kanan} keadaannya
setimbang. Kemudian setelah dilewati imbuh 1 BKU di salah satu piring
timbangan , jarummenjungkit 2,5 cm. Bagaimana pendapat saudara
tentang kepekaan timbangan meja tersebut? Di ketahui Panjang lengan
timbangan meja tersebut? Di ketahui Panjang lengan timbangan meja =
20,5 cm. (menurut DVT)
j. Coba saudara gambar proyeksi kontruksi timbangan meja beranger dan
tunjukkan mana yang disebut tuas utama dan tuas penghubung.
k. Buktikan dan jelaskan syarat agar letak muatan di kedua piring/daun anak
timbangan dan muatan tidak mempengaruhi kesetimbangan.
l. Coba saudara ceritakan secara kronologis pengujian sifat timbang dari
timbangan meja.

Gambar diatas adalah sebuah gambar proyeksi timbangan meja.


Pertanyaan :
1. Sebutkan syarat letak muatan tidak mempengaruhi kesetimbangan
2. Kalau diketahui L = L1 + L2 dan G = G1 + G2 dan juga syarat letak
muatan tidak mempengaruhi kesetimbangan terpenuhi, buktikan G
=L

F. Pembubuhan Tanda Tera

a. Tera
 Tanda Tera Daerah (D4), tanda tera pegawai berhak, tanda tera Sah
(SL6) dibubuhkan berdampingan pada bagian utama di sebelah
kanan.
 Tanda tera jaminan (J4) dibubuhkan pada piring muatan
(gambar)
b. Tera Ulang
 Tanda tera sah (SL4) dibubuhkan/dicapkan diatas (dilewat) cap
yang terletak tidak jauh dari sisi tanda tera sebelumnya.

Timbangan meja adalah modifikasi dari timbangan majemuk


tranpesium, yaitu timbangan yang mempelopori bahwa jarak muatan di
sembarang tempat diatas piring/daun muatan tidak mempengaruhi
kesetimbangan . berbeda dengan timbangan bertuas tunggal, disana
muatannya harus selalu digantungkan pada titik tangkap tertentu.
Untuk timbangan meja muatannya bias diletakan disembarang tempat
diatas piring/daun ( di ujung, disamping atau ditengah).

Supaya berat/massa muatan yang ditimbang = berat/massa anak


timbangan yang ditaruh di bagian piring/daun lain, maka jarak lengan
tuas utama harus dibuat sama, selain harus dipenuhi pula perbandingan
jarak tuas utama dan tuas penghubung, yaitu:

1. CH1 = CH
CH Ef
2. =
CD BE

CH 1 E1 F 1
3. =
CD 1 B 1E1

Meskipun syarat itu terpenuhi, tetapi apabila pada muatan nol kedudukan
timbangan belum setimbang maka akan terjadi selisih penimbangan
sebesar penyimpangan pada muatan nol seilisihnya. Oleh karena itu,
sebelum penimbangan dimulai, periksa lebih dahulu kesetimbangan pada
muatan nol, hal ini sering dipraktekan oleh pedagang yang curang.

∆L m
Menurut rumus φ= . . ( - cotg∝) . kepekaan m dipengaruhi
L m−1
besarnya sudut ∝ dan jarak l makin kecil sudut ∝ makin besar
kepekaanya.

Ketidaktetapan kesetimbangan meja sangat dipengaruhi oleh adanya


gesekan. Terutama gesekan antara bantalan dan piring pisau , selain karena
perbandingan tuas yang tidak sama. Oleh karena itu kedudukan pisau dan
bantalan harus selalu dalam keadaan panas ( tidak bersinggungan) dan
kekerasaanya telah memenuhi syarat yang telah ditentukan.
BAB XI
TIMBANGAN SENTISIMAL & BOBOT INGSUT

1. TIMBANGAN SENTISIMAL

PENDAHULUAN

Timbangan sentisimal termasuk juga jenis timbangan bertuas


majemuk, karena tuasnya terdiri tiga tuas berjenjang masing-masing
tuas utama (gandar atas ), tuas penghubung dan tuas lantai.

Timbangan ini diperuntukkan menimbang barang atau benda dalam


jumlah yang besar dan berat kekuatan timbangan antara 50 kg sampai
750 kg . oleh karena itu agar orang dapat dengan mudah meletakkan
muatan di atas timbangan . maka dibuatlah kontruksi sedimikian rupa
sehingga daun piring muatan berada dekat dengan tanah.

Sesuai dengan Namanya , yaitu timbangan sentisimal yang berarti


kelipatan seperatus, maka dalam menimbang timbangan ini hanya
memerlukan anak timbangan untuk penimbang sebesar seperatus
(1/100) dari berat muatan yang dipertimbang . Jadi kalua menimbang
barang berat/massanya 500 kg hanya diperlukan anak timbangan 5
kg , 300 ghanya perlu anak timbangan 3 kg dan seterusnya.

Timbangan sentisimal dikembangkan dari timbangan trapesium


ambilan ( diturunkan) dan dari tuas berpangkar.

Gambar 87
Gambar 87

Tuasnya terdiri dari tuas utama (JHI), tuas antara ( AB1a) dan tuas
muatan (DEF).

Gambar 88
Muatan yang diletakkan di ataslantai muatan diteruskan oleh gaya
pada batang BJ dan selanjutnya disetimbangkan oleh gaya akibat
massa G.

Masyarakat terbiasa menamakan timbangan ini timbangan kodok


atau timbangan Fairbanks. Istilah timbangan Fairbanks diambil dari
nama pabrik yang membuat timbangan sentisimal walaupun sekarang
ini tidak semua timbangan sentisimal buatan Fairbanks.

Kedudukan timbangan sentisimal dalam keadaan setimbang dapat


dilihat bila tolak saling berhadapan dengan ujung tuas utama yang
dibuat lancip.

B. Persamaan Kesetimbangan dan Syarat Letak Muatan Diatas Lantai


Tidak Mempengaruhi Kesetimbangan

Kebenaran, kepekaan,dan ketidaktetapan, bertitik tolak pada


persamaan kesetimbangan yaitu perkalian gaya-gaya dengan jarak
dari suatu titik putar ( tumouan ) ke garis kerja tersebut di dalam
suatu system tuas yang biasa disebut momen terhadap titik putarnya.

Gambar 89

Persamaan kebenaran timbangan sentisimal ditentukan pula oleh


perbandingankeseluruhan lengan luas-luasnya ,yaitu perbandingan
antara muatan (L) dan anak timbangan(G) harus sebanding 100:1.
Syarat lain yang harus dipenuhi adalah perbandingan lengan tuas-
tuasnya bawahnya yang harus menjamin agar letak muatan tidak
mempengaruhi nilai kesetimbanganya.

Untuk membuktikan itu, muatan (L) diatas lantai diletakkan ditengah-


tengahnya. Muatan tersebut sebagian akar diterimadibagian ujung
tuas antara pada titik (C) sebesar x dan sebagian lagi akan diterima di
bagian ujung tuas muatan pada titik (C) sebesar (L-x). Dengan
memperhatikan tuas muatan, tuas antara dan tuas utama dapat kita
hitung momen-momen yang bekerja padanya, sebagai berikut :

∑ Mf =0 ∑ Ma=0
K1.UF – (L-x) . EF = 0 x.AC + K1.AD1 –
K2.AB = 0

EF EF
K1 = (L-x) k2.AB = x.AC + L
DF DF

EF
AD1 - x AD1
DF

EF . AD 1 AC
K2 = L + ( -
DF . AB AB

EF . AU 1
) x……………(1)
DF . AB
Dalam persamaan di atas, ternyata masih ada pengaruh factor harga
‘’x’’. Supaya persamaan tersebut tidak dipengaruhi oleh harga ’’x’’
maka suku pertama ruas kedua sebelah kanan harus = 0. Jadi :

AC EF . AD 1 AC EF
- =0 =
AB DF . AB AD ! DF

Inilah syarat letak muatan diatas lantai tidak mempengaruhi kalau


syarat itu di sisipkan kedalam persamaan (1)maka

AC . AD 1 AC AC . AD 1 AC
K2 =
AD 1. AB
L+ (−
AB AD 1. AB
x) K 2=
AB
L

.∑ MH =0

K2 . JH = G .IH = 0

K2 . JH = G .IH

AC
. L. JH=G . IH L =
AB

AB. IH AC . JH
G atau G= L
AC . JH AB . IH

Pada timbangan sentisimal, perbandingan (G) dan (L) adalah 1 : 100 ,

AC . JH 1
maka koefisien harus =
AB. IH 100

1
Maka untuk timbangan sentisimal berlaku G = L
100

Cara membuat perbandingan lengan pada tuas JHI dan ACB dalam

1
prakteknya adalah bebas, asal perkaliannya = .
100
Jadi perbandingannya misalkan dibuat demikian :

AC 1 JH 1
a) = dan =
AB 8 IH 12,5
AC 1 JH 1
b) = dan =
AB 4 IH 25
AC 5 JH 5
c) = dan =
AD 75 IH 33,3

1
Untuk membuat hasil perkaliannya tepat maka kita bias
100
mengatur jarak AB karena pisau B dipasang pada bagian khusus yang
dapat disetel sehingga Panjang lengan AB dapat diperpanjang atau
diperpendek jika perlu.

Bagian khusus tersebut oleh kalangan metrology selalu disegel


dengan tanda tera jaminan (PDB) supaya tidak dapat diubah lagi oleh
orang dengan maksud apapun, pemutusan segel hanya diperlukan
setelah mendapat ijin dari petugas metrology yang berhak ( misalkan
untuk keperluan perbaikan timbangan atau reparasi).

Gandar utama timbangan sentisimal selalu diberi berskala serta


dilengkapi bobot ingsut. Dengan bobot ingsut ini kita dapat
menimbang sampai 25 kg atau sampai 50 kg untuk timbangan
sentisimal kapasitas yang agak besat kapsitasnya.

Maksud mempergunakan bobot ingsut tersebut, sepertipada


timbangn decimal atau milisimal, yaitu untuk penggunaan anak
timbangan yang kecil-kecil yang mudah hilang.

Kekuatan dari timbangan ini macam-macam yaitu 150 kg ,250 kg ,300


kg , 500 kg , 750 kg, dan 1000kg. Kekuatan menimbangnya dicapkan
dekat dengan pisau ujung lengan timbang pada tuas utama.

Cara menimbang dengan sentisimal sama dengan menimbang


memakai timbangan decimal, hanya bedanya disini dalam
memnentukan massa muatan, massa anak timbangan harus dikalikan
100, sedangkan pada timbangan decimal massa anak timbangan
dikalikan 10 , pada timbangan milisimal massa anak timbangan
dikalikan 1000.

Dalam praktek pisau A,C,F, dan E dibuat rangkap, sedangkan pisau-


pisau lainnya tunggal yaitu pisau pada I, H ,J ,B ,D1 dan D . Seperti
timbangan tanah lainnya , pada timbangan sentisimal ini harus pula
dilengkapi dengan gunting-guntinguntuk mengontrol datar tidaknya
letak timbangan.

Untuk menyetel nol ,maka timbangan ini dilengkapi dengan bak justir
yang terletak di bawah daun piring tempat anak timbangan dan bobot
penyetel yang ada pada ujung (J) , dimana untuk menyetelnya harus
menggunakan obeng. Lantai muatan dilengkapi dengan pagar besi
pada sebelah tiang dan 4 buah roda agar mudah dipindah-pindahkan.

Penjustiran Timbangan Sentisimal

Sebagaimana telah dijelaskan di permulaan, bahwa hubungan muatan


(L) dan anak timbangan (G) supaya dalam keadaan setimbang berlaku

AB . IH
: L¿ .G
AC . JH

Harga C,JH,IH dianggap tetap, kita sebut saja ‘’x’’ ( konstan ) sehingga :

AB
L= .G
x

Gambar 91
Dalam suatu percobaan, pada lantai timbangan diletakkan anak
timbangan standar sebesar 300 kg dan di piring tempat anak
timbangan diletakkan anak timbangan sbesar 3 kg. Kalau timbangan
itu benar berarti anatara jarum dan tolok saling berhadapan. Namun
dalam percobaan ini ternyata G menjungkit kehadapan. Namun dalam
percobaan ini ternyata G menjungkit ke atas , berarti timbangan ini
mempunyai kesalahan tunjuk. Pertanyaannya, supaya timbangan ini
benar atau setimbang diapakan Panjang AB ? diperpanjang atau
diperpendek.

Cara 1

Oleh karena jarum penunjuk menjungkit ke atas berarti dari

AB AB
persamaan L = .G , ruas kanan yaitu .G terlalu ringan. Supaya
x x
ruas kanan dan kiri menjadi sama atau setimbang maka ruas kanan

AB
.G harus diperbesar yaitu dengan memperbesar atau
x
memperpanjang jarak “AB”. Sebaliknya kalua dalam pengujian jarum

AB
penunjuk menjungkit ke bawah. Berarti dari persamaan L = .G .
x

AB
Ruas kanan yaitu .G terlalu berat. Supaya ruas kanan dan kiri
x

AB
menjadi sama atau setimbang maka ruas kanan .G harus
x
diperkecil yaitu dengan memperkecil atau memperpendek jarak “AB” .

Memperpanjang atau memperpendek jarak “AB” dilakukan pada


ujung “B” yang dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat di stel
( dimajukanmundurkan ).

Dari uraian di atas , maka apabila dalam suatu pengujian kebenaran di


lapangan ditemukan bahwa untuk membuat setimbang (setelah
diletakkan masing-masing standar baik di lantai maupun pada piring
AT) masih diperlukan imbuh melebihi BKD pada gandar utama
(stang) maka AB harus diperpanjang dan sebaliknya apabila untuk
membuat setimbang diperlukan imbuh melebihi BKD pada dek ( lantai
bawah) maka AB harus diperpendek .

Ingat di stang AB diperpanjang

Ingat di dek AB diperpendek

Penjustiran bobot ingsut pada tuas utama dar timbnagan sentisimal


identik dengan penjustiran timbangan dacin.

Contoh soal :

Timbangan sentisimal kekuatan 300 kg , dimuati maksimum


sedemikian pada piring AT supaya setimbang diperlukan anak
timbangan 3,0150 kg , Hitung berapa cm AB harus diperpanjang atau
diperpendek diketahui jarak AB mula-mula= 75 cm.

Perhitungan :
AB
Rumus kesetimbangan timbangan sentisimal L= .G dimana x
x
adalah bilangan tetap. Sesuai dengan rumus dalam posisi setimbang

75 3.015× 75
300 = .3,0150 x= =0,75375
x 300

Sesuai dengan ketentuan timbangan sentisimal G : L = 1 : 100 maka G


seharusnya 3 kg dan L = 300 kg, sehingga menurut rumus diatas :

AB+ N
L= .G
x

75+ N
300 = .3
0,75375

3 ( 75 + N ) = 0,75375 . 300

225 + 3 N = 1,125

N = + 0,375

Dengan demikian, supaya timbangan mejadi benar ( tidak ada


kesalahan tunjuk) maka tuas AB harus diperpanjang = 0,375 cm,

Cara II

Penjustiran timbangan sentisimal dengan merubah jarak AB dapat


digunakan rumus sebagai berikut :
(a). Posisi setumbang dicapai kalua imbuh di letakkan di dek :

K.AB = L.AC menjungkit ke bawah , kemungkinan karena ada


penambahan AB sebesar ∆ AB atas perubahan L sebesar ∆L .

K .( AB + ∆ AB ) = L.AC

K.AB = L.AC - K.∆ AB …..(1)

atau

K. AB = ( L + ∆ L ) .AC

K. AB = L .AC + ∆ L .AC …..(2)

(1)=(2) L.AC – K.∆ AB= L .AC + ∆


L.AC

-K.∆ AB = ∆L.AC

L
∆ AB =∆ . AC ……(3)
K

(b). psosisi setimbang dicapai kalua imbuh di stang ( piring at) G.IH =
K.AB menjungkit ke atas, kemungkinan karena ada pengurangan AB sebesar
∆ AB atau perubahan G sebesar ∆ G
G.IH = (AB-∆ AB)

G.IH = K.AB – K ∆ AB

K.AB = G.IH + K.∆ AB ….(1) atau

K.AB = (G + ∆ G) IH

K.AB = G.IH + ∆G . IH ….(2)

(1) = (2) G.IH + K .∆AB = G.IH + ∆ G.IH K.∆ AB = ∆G .IH

G. IH G. IH ∆ AB ∆G
K= : = ∆ G .IH ∆ AB = . AB
AB AB G

Catatan : imbuh di dek = ∆L

Imbuh di stang = ∆G

D . kepekaan timbangan sentisimal

EF AC
Dalam pembahasan kebenaran ,telah di dapat = untuk membuat
DF AD 1
agar kepekaan tidakdipengaruhi olehletak muatan di atas lantai muatan,
maka ∝=γ=90 ° . Jadi batang CC1 // DD1, sehingga muatan L dapat dianggap
bertitik tangkap di titik C dan E.
Dengan demikian maka untuk mencari kepekaannya dapat diturunkan dari
rumus umum kepekaan timbangan tuas berpangkat.

Rumus umum kepekaan tuas berpangkat tiga adalah :

∆ G. g 1
φ=
I1 2 I1I2 2
M 1+ M 2
g2 ( )
+M 3(
g2g3
)

Dimana : menghitung harga M1dan


M2diuraikan dalam lembaran
tersendiri

M1 = ( G + Z1 ) e2’ + B’ e1’

M2 = (Z1 + Z2 ) e2’ + B’’e1”

M3 = (Z2 + L ) e2”’ + B”’ e1”’

Karena timbangan sentisimal merupakan tuas berpangkatdua maka rumus


diatas menjadi :

∆≫1
φ=
M 1+ M 2 ¿ ¿

I 1I 2
M1 = -L
g 2 tg ⅄ ⅄

I2
M2 = -L
tg ⅄
I1I2
∆G = ∆L
g1 g2

Harga M1, M2, dan ∆ G itu kita masukan kedalam persamaan

∆G g1
φ=
M 1+ M 2 ¿ ¿

I1I2 I 1 I 2∆ L
∆ Lg1
g1g2 g2
φ= 2
=
I1I2 I2 I1 −L I 1 I 2 I 1 I 22
−L
g 2tg ⅄
−L
tg ⅄ g 2 ( ) (
tg ⅄ g 2
+
g 22
)

I1I2
−∆ L g2
φ= . tg ⅄
L I 1 I 2 I 12 I 2
+
g 2❑ g 22

I 1I 2
−∆ L g2
φ= . tg ⅄
L I 1 I 2 g 2+ I 12 . I 2
g 22

−∆ L g2
φ= . . (−tg ⅄)
L g 2+ I 1

Inilah rumus sudut kepekaan timbangan setisimal. Dari rumus tersebut maka
yang dimaksud dengan kepekaan timbangan sentisimal adalah besarnya
jungkitan (φ ¿yang diperoleh dari pemberian imbuh sebesar remidi (∆L) .

Dari rumus tersebut . ternyata kepekaan timbangan sentisimal ditentukan


pula oleh sudut ⅄ atau kemiringan dari batang tariknya, sedangkan pengaruh
Panjang g2 dari susunan tuas bawah relative kecil bila dibandingkan
terhadap sudut ⅄ dan Panjang I1 pada tuas utama.
Pengaruh lenturan dari susunan tuas-tuas bawah akan menimbulkan
perubahan sudut ⅄ dan g2 . Oleh karena itu, lenturan dari kontruksi tuas-tuas
bawah harus kecil.

Contoh : hitung jungkitan (kepekaan) jika diketahui :

.∆ L=0,5 kg

L = 500 kg

g2 = 75,5 cm

I1 = 5 cm

⅄ = 94,3°

R = Panjang jarum = 40 cm

∆L g2 ( 0,5 ) ( 75,5 )
Hitungan : φ= . (−tg ⅄ )= (−tg 94,3 °)
L g 2+ I 1 500 ( 75,5+5 )

φ=0,0125 R . Kepekaan=0,0125× 40 cm=0,5 cm

Ternyata kepekaan timbangan sentisimal mejadi besar kalua sudut ⅄


mendekati 90 derajat.

E. Menghitung M1dan M2 dalam kaitan menurunkan kepekaan

Terlebih dahulu kita hitung harga e. Untuk mencari harga”e” kita tinjau tuas
berlengan (g) dan (I) seperti gambar di bawah ini .
G bersudut gaya dengan g

L bersudut gaya dengan l

e = CS = CH – SH

CH = l sin (⅄-90°)

= I (sin ⅄ cos 90 ° - cos ⅄ sin 90° ¿

= - I cos⅄

Selanjutnya kita hitung SH sebagai berikut :

∆ SDH ≅ ∆ ADN

SH DH DH
= SH= AN
AN DN DN

DH = I sin ⅄

DN = BE = BC + CE = g sin γ + I sin ⅄

AN = BN – AB = CH – AB = - I cos ⅄ - (-g cos γ )

= g cos γ – I cos ⅄

DH
Berdasarkan : SH = AN
DN

= I sin ⅄¿ ¿

e = CH – SH
e = - 1 cos ⅄ - I sin ⅄¿ ¿

rumus hal 197 – 198 – 199

e=−I cos ⅄¿ ¿

e=−Ig cos ⅄sin γ −sin ⅄¿−I sin ⁡⅄ ¿ ¿

e=−lg ¿ ¿ ¿

−lgsin( γ+ ⅄)
e=
g sin γ + I sin ⅄

dalam perhitungan selanjutnya, dianggap bahwa tuas tidak mempunyai


massa, sehingga titik berat tuas berimpit dengan titik putarnya jadi

B’.e1’ = B”.e1” = 0

M1 = ( G + Z ) e2’

M2 = ( Z + L ) e2”

Selanjutnya perhatikan gambar 96:

∑M A =0

LI2 – Zg2 sin ⅄ = 0

I2
Z= L
g 2 sin ⅄

∑M H =0
ZI1 sin v – Gg1 = 0

I1 I 1 I 2 sin ⅄ I 1I 2L
G= Z sin ⅄ = L =
g1 g 1 g 2sin ⅄ g1g2

I1I2
G= L
g1 g2

Pada tuas JH1 harga “e2” (lihat halaman berikut )

−g1 l 1sin( 90 °+ ⅄) −g1 l 1cos ⅄


e2’ = = , jadi :
g 1 sin 90° + I sin ⅄ g 1+ I sin ⅄

M1 = ( G + z ) e2’

I1I2 I2 g 1 I 1cos ⅄
M1 = ( . L+ L¿
g1 g2 g 2 sin ⅄ g 1+ I sin ⅄

I2
M1 = -L ¿¿
g2

I 1I 2
M1 = - L
g 2 tg ⅄

Sedangkan pada tuas AB :

g 2 l 2 sin ( ⅄+ 90° ) g 2 I 2cos ⅄


e2” = - =-
g 2 sin ⅄+ I 2sin 90° g 2 sin v +i 2

M2 = ( Z + L ) e 2 “

I 2L −g 2 I 2 cos ⅄
M2 = ( +L ¿
g 2 sin ⅄ g 2 sin ⅄+ I 2

M2 = - L ¿ ¿

Dengan demikian , harga M1 , M2 telah didapat,sehingga dengan


memasukkan harga-harga M1, dan M2 ke dalam persamaan

∆G.g1
φ= 2
I1
M 1+ M 2
g2 ( )
Maka seperti telah di terangkan di depan , diperoleh rumus kepekaan
timbangan sentisimal sebagai berikut :

∆ L g2
φ= (−tg ⅄)
L g 2+ I 1

Catatan : yang dimaksudkan dengan :

e1’ = Jarak titik berat gandar B ketitik putar C

e2’ = Jarak titik berat resultan gaya G dan Z1.

e1” = jarak titik berat gandar A ketitik putarnya.

e2” = jarak titik berat resultan gaya Z1 dan Z2

perhatikan gambar 6

F. Syarat – Syarat Teknik Khusus Yang Penting

a.) Kontruksi timbangan sentisimal harus dibuat sesuai dengan tujuan


penggunaanya , kuat, kokoh, tahan, dan rapi agar sifat metrologinya, selama
penggunaanya selalu dalam kondisi primma,terhindar dari sifat
karakteristikanya yang memudahkan orang berbuat curang ( penipuan ).

b.) Rangkaian atau susunan timbangan sentisimal, jika dimuati dengan


muatan maksimum tidak menimbulkan pelenturan-pelenturan kritis pada
tuasnya dan tidak boleh ada gesekan-gesekan antara pisau dan bantalan atau
bagian-bagian lain yang bersentuhan yang berpengaruh terhadap sifat-sifat
timbangnya. Oleh karena itu bahan tuas-antara dan bahan tuas muatan harus
dibuat dari logam baik (besi tempa,besi cor yang tidak berongga atau
retakan-retakan) dan tidak berkarat .
c.) Gandar ( tuas ) uatama harus dibuat dari logam yang tahan karat ( seperti
kuningan, atau baja tahan karat).

d.) Untu bagian-bagian tertentu , bahannya boleh terbuat dari bahan kayu
yang berkualitas baik dan harus dicat.

e.) Arah gandar utama harus menghadap kekanan, jika permukaannya dilihat
dari lantai muatan.

f.) Pembagian skala pada gandar utama harus teratur dan tanda-tanda harus
kelihatan jelas dan mudah dibaca . Skala-skala pada kedua sisi gandar harus
sama tepat pada pembacaannya.

g.) Kelonggaran bobot ingsut antara bobot ingsut dan gandarnya tidak boleh
lebih dari 1 mm, dan semua penunjukan skala harus dapat dengan jelas dan
secara simultan terbaca oleh penjual dan pembeli.

h.) Ayunan jungkitan gandar harus dibatasi dengan alat pembatas jungkitan,
shingga tidak boleh terlalu sempit dan terlalu lebar .

i.) Minimum menimbang timbangan sentsimal sesuai dengan tebal klasifikasi


timbangan pada kolom (5) . Catatan : menurut DVT (ketentuan lama) 2% dari
kapasitasnya.

j.) Bobot ingsut pada tuas utama tidak boleh dilepas dengan mudah dari
gandar tanpa merusak tanda tera jaminan, dan lubang justirnya harus dibuat
sedemikian rupa sehingga timah yang digunakan untuk penjustiran tidak
mudah dikeluarkan tanpa merusak tanda tera jaminan di dalamnya.

k.) Mata-mata pisau pada tuas harus terletak pada satu bidang datar dan
arahnya sejajar satu sama lain. Pisau harus tertanam ke dalam tuas minimal
1/3 dari tinggi pisau ( d≥ 1/3h)

l.) Pisau-pisau, bantalan, tempat penyangga harus dibuat dari baja yang
dikeraskan tanpa ada retakan dan belahan-belahan.

Kekerasan yang disyaratkan antara 60 – 65 derajat rockwell C . kekerasab


pisau lebih lunak sedikit dari kekerasan bantalan.

m.) Berdasarkan DVT kekuatan timbangan sentisimal harus 4 kali muatan


maksimumnya . Jadi kalau kekuatan timbangan sentisimal 500 kg maka
kekuatan kontruksinya harus sanggup menahan muatan 2000 kilogram.

G. Pembubuhan Tanda Tera

a.) Tera

1.) Tanda tera daerah ( D8) , tanda tera pegawai berhak (H4) dan tanda tera
sah (SL6) dibubuhkan/dicapkan berdampingan pada tuas utama di bagian
sebelah kanan.

2.) Tanda tera jaminan ( J5) dalam lubang justir bobot ingsut.

3.) Tanda tera jaminan (PB8) pada alat justir di ujung tuas antara.
b.) Tera ulang

1.) Tanda tera sah (SL6) dibubuhkan/dicapkan di atas sumbat cap ,yang
terletak tidak jaug dari sisi tanda-tanda tera sebelumnya.

2.) Tanda tera jaminan (J5) atau (PB8) apabila timbangan mengalami
penjustiran atau perbaikan pada bobot ingsut atau pada alat justir kebenaran
di tuas antara.
H. LATIHAN

a.) Coba saudara jelaskan asal usul kontruksi timbang nsentisimal

b.) Apa kelebihan timbangan sentisimal dibandingkan dengan timbangan


meja kontruksi beranger.

c.) Mengapa timbangan Fairbank disebut juga timbangan sentisimal .


Jelaskan!

d.) Coba Digambar proyeksi kontruksi timbang nsentisimal berdasarkan


gambar tersebut buktikan dan sebutkan syart agar letak muatan diatas lantai
tidak mempengaruhi kesetimabgan. Dari uraian itu turunkan pula persamaan
kesetimbangannya.

e.) Sebuah timbangan sentisimal kapasitas 300 kg ( e = 200 g) ketika di lantai


muatan diletakkan anak timbangan standar 300 kg dan di tempat piring at 3
kg keadannaya tidak seimbang ( jarum menjungkit ke atas) .Selanjutnya pada
piring at kita letakan at standar sebesar 4 g sehingga jarum menjungkit
kebawah , lalu supaya setimbang kita letakan lagi at di lantai muatan sebesar
40 gram.

Pertanyaan :

1. Hitung kesalahan penunjukan timbangan (E) tersebut ,


2. Apakah Enya itu memenuhi untuk pengujian tera? Jelaskan
3. Berapa Panjang AB harus diperpendek atau diperpanjang agar Enya
menjadi nol, jika diketahui Panjang AB mula-mula = 75 cm
4. Jika diketahui I1 = 5 cm , g2 atau AB = 75 cm ketika ada muatan
maksimum diletakan imbuh 200g di lantai muatan , jarum menjungkit
ke atas sebesar 0,6 cm , hitung berapa sudut ⅄ ( dalam derajat). Jarak
g1 = 40 cm
5. Bagaimana komentar anda tentang repeatability timbangan tersebut
dalam pengujian tera ulang kalua data praktik waktu dimuati 150 kg
di lantai muatan dan 1,5kg pada ring at, keadaanya hampir-hampir
setimbang,sbb : penimbangan pertama untuk membuat setimbang
diperlukan at di lantai muatan (∆ L ¿ = 120 g , pada penimbangan
kedua = 80 g dan pada penimbangan ketiga sebesar 160 gram

h.) Diketahui timbangan sentisimal seperti gambar no 14 kekuatannya 300


kg . DImuati maksimum . Untuk membuat setimbang diperlukan anak
timbangan pada tempat anak timbangan = 3,010 kg ( jarak A2C2 tidak bias
lagi diperpanjang ) berapakah jarak L1 harus diperpanjang /diperpendek
agar kesalahan tunjuk timbangan menjadi nol ? jarak L1mula-mula = 5 cm

i.) Lihat gambar no.14

L = L1 + L2

A1C = 3 cm

A 2 D BE
=
A 2 D 1 BF

AC = 30 cm
A2D = 7,5 cm

A2C2 = 75 cm

A 1. C . A 2
Buktikan : (1) G = .L
A 2c 2. AC

1
(2) G= L
100

j.) Jika jungkitan (kepekaan) φ = 2 cm dari timbangan sentisimal , dan


diketahui imbuh sebesar BKD = ∆ L = 0,3 kg , muatan L = 300 kg ,g2 = 75 cm ,
l1 = 5,4 cm hitung besar sudut ⅄ ? Panjang jarum 40 cm .

k.) Sebutkan dengan jelas pembubuhan tanda-tanda tera, setelah hasil


pengujian tera dinyatakan memenuhi syarat.

I . Rangkuman

Timbangan sentisimal termasuk timbangan majemuk kelas menengah yang


banyak digemari oleh para pedagang.

Lantai muatannya luas, sehingga timbangan ini dapat menimbang muatan


yang relative besar dan tanpa memerlukan anak timbangan yang besar ,
karena anak timbangan yang diperlukan hanya seperatus dari muatan yang
ditimbang .

Timbangan ini cukup tahan dalm pemakaian yang lama , karena bagian lantai
tertumpu di atas 4 (empat) titik tumpuan dan dilengkapi dengan pagar
pengaman.

Apabila dalam pemakaian tertentu , penunjukannya yang berubah , dengan


mudah dapat di justir yaitu dengan menyesuaikan perbandingan tuas-
tuasnya yang telah dibuat secara khusus. Di bagian ujung tuas antara.Ujung
tuas ini selalu tersegel dengan tanda tera jaminan, supaya jangan dapat
dirubah oleh yang tidak berwenang.
Timbangan ini disebuut juga timbangan Fairbank, yaitu salah satu pabrik
yang mepelopori pembuatannya di masa lalu di amerika serikat. Kini , setelah
Indonesia merdeka, hampir seluruhnya timbangan sentisimal yang beredar
di Indonesia buatan Indonesia sendiri.
2. TIMBANGAN BOBOT INGSUT

PENDAHULUAN

Timbangan bobot ingsut juga termasuk jenis timbangan baertuas majemuk


yang dikembangkan dari timbangan majemuk trapesium ambilaan dan tuas
berpangkat. Kontruksi timbangan bobot ingsut hampir sama dengan
kontruksi timbangan sentisimal, terutama pada tuas lantai dan
penghubungnya . Perbedaanya hanyalah pada tuas utamanya.

Gambar 102

Kalau pada timbangann sentisimal untuk membuat kesetimbangan


penunjukan akibat muatan adalah dengan menggunakan anak timbangan
1/100 berat muatan, sedangkan pada timbangan bobot ingsut untuk
membuat kesetimbangn dilakukan dengan menggeserkan bobot ingsut di
atas tuas utama atau barang yang berskala

Kekuatan timbangan bobot ingsut bermacam-macam , yaitu mulai dari 25 kg,


150 kg, 300 kg, 500 kg, 1000 kg ,bahkan ada yang sampai 50 ton.
Penggunaanya sangat praktis , tidak memerlukan anak timbangan. Cukup
menggeser-geserkan bobot ingsutnya pada skala yang dibuat pada tuas
utamanya.

Kedudukan setimbang dapat dilihat bila tolok dan ujung yang lancip pada
tuas utama ( alat penunjuk kesetimbangan) saling berhadapan.
Timbangan bobot ingsut seperti halnya timbangan majemuk lain nya banyak
menggunakan pisau dan bantalan. Antara pisau dan bantalan harus tertumpu
dengan baik, supaya tidak terjadi gesekan-gesekan. Gesekan-gesekan bagi
timbangan yang prinsip kerjanya berdasarkan tuas , sangat berpengaruh
terhadap sifat timbangnya (kebenaran,ketidaktetapan dan kepekaan) .

J.2. PERSAMAAN KESETIMBANGAN,SYARAT LETAK MUATAN DI ATAS


LANTAI TIDAK MEMPENGARUHI KESETIMBANGAN, DAN KEPEKAAN

a. Persamaan kesetimbangan bobot ingsut sama dengan persamaan


kesetimbangan timbangan sentisimal, yaitu :

AB . IH
L= G
AC . JH

Dimana , G bukan anak timbangan , tetapi berat bobot ingsut.

b. Syarat letak muatan di atas lantai muatan tidak mempengaruhi


kesetimbangan , juga sama dengan timbangan sentsimal yaitu

AC EF
=
AD 1 DF
2.1 Kepekaan Timbangan Bobot Ingsut

Rumus sudut kepekaan timbangan bobot ingsut juga mengambil dari rumus
kepekaan timbangan sentisimal yaitu:

∆L AB
φ= . .(−tg ⅄)
L AB + IH

Dimana ⅄ adalah sudut yang dibuat oleh batang penghubung dengan tuas

Gambar 103

utama.

Ternyata dari rumus tersebut , supaya kepekaanya besar atau menjadi besar
maka harga (−tg ⅄) harus besar. Harg.(−tg ⅄) besar kalau. ⅄ mendekati 90°
atau batang penghubung dan tuas uatma saling berada dalam posisi tegak
lurus.

2.3. Penjustiran Timbangan Bobot Ingsut

Dari persamaan kesetimbangan

AB . IH
L= G
AC . JH

Dimana jarak IH adalah jarak letak bobot ingsut dengan pisau di H

AB G
( lengan”g” ) dan dapat dianggap suatu konstanta C, sehingga
Ac IH
persamaan di atas menjadi L = C.IH = C.g
Hal ini berarti , bahwa muatan “L” berbanding lurus dengan gerak “g” yang
merupakan besaran skala dalam satuan massa. Dengan demikian ,apabila
persamaan kesetimbangan tidak terpengaruh artinya L ≠ cgmaka dapat
dilakukan adalah dengan mengubah besaran konstanta . Dari besaran
konstanta tersebut yang paling mudah dilakukan adalah dengan mengubah
berat bobot ingsut seperti halnya menjustir timbangan dacin. Oleh karena itu
berbeda dengan timbangan sentisimal. Timbangan bobot ingsut pada tuas
lantainya (tuas AB) tidak dilengkapi dengan alat penyetel.

Manakala menjustir dengan mengubah berat bobot ingsut tidak


memungkinkan lagi ( misalnya lubang justir bobot ingsutnya sudah penuh )
maka penjustiran dapat dilakukan dengan cara lain yaitu dengan mengubah
jarak “JH”

Contoh : misalkan dalam suatu pengujian kebenaran timbangan bobot


ingsut , ujung tuas utamanya ( alat penunjuk kesetimbangan menjungkit ke
atas, sementara lubang juntir bobot ingsut sudah penuh. Pertanyaanya ,
diapakan jarak JH ( diperpanjang atau diperpendek) agar timbangan bobot
ngsut menjadi benar penunjukannya?

AB . IH x
Dari L= G ke L= G oleh karena tuas utama menjungkit ke atas
AC . JH JH

x x
berarti dari persamaan L= G , ruas kanan yaitu G terlalu ringan.
JH JH
Supaya ruas kanan dan kiri menjadi sama atau setimbang , maka ruas kanan

x
G tentu jarak “JH” harus diperkecil atau diperpendek. Jadi , kalau
JH
timbangan menjungkit ke atas penjustiran dapat dilakukan dengan
memperpendek jarak “JH” . Sebaliknya ,kalua timbangan menjungkit ke
bawah penjustiran dapat dilakukan dengan memperpanjang jarak “JH”.
BAB XII
TIMBANGAN CEPAT

A. PENDAHULUAN
Konstruksi timbangan cepat adalah berdasarkan sistem timbangan kwadran.
Bedanya dengan timbangan yang berdasarkan sistem tuas adalah:
 Pada sistem tuas kedudukan setimbangnya tertentu yaitu bila
tuas/gandar datar atau jarum berhadapan tepat dengan tolok.
Juga timbangan ini kita memerlukan anak-anak timbangan atau bobot
ingsut untuk mengetahui massa muatan yang ditimbang.
 Pada sustem kwadran kedudukan setimbangnya berubah-ubah
tergantung pada muatannya. Jadi, pada sistem ini yang digunakan
sebagai ukuran massa muatannya adalah perubahan-perubahan
kedudukan setimbang tersebut. Dengan sistem kwadran tidak
diperlukan anak-anak timbangan atau bobot ingsut, kita tinggal
menunggu sampai ayunan ayunan berhenti dan langsung dapat dibaca
massa satuan tersebut pada penunjukan jarum yang selalu ada pada
timbangan.
Meskipun demikian, ada juga timbangan cepat yang merupakan kombinasi
antara system kwadran dan tuas, tetapi seperti telah pernah disebutkan pada
bab sebelumnya, sebetulnya yang berbeda adalah tuas utamanya saja,
sedangkan susunan tuas-tuas bawahnya (tuas suatan dan antara) adalah
seperti pada timbangan tuas yang lain.
Pada timbangan cepat dibagian tuas utamanya dihubungkan dengan suatu
system kwadran yang memungkinkan kita untuk membaca muatan secara
langsung, tidak perlu menghitung-hitung lagi. Itulah sebabnya mengapa jenis
timbangan ini di sebut timbangan cepat, karena timbangan tersebut orang
dapat menimbang lebih cepat, dibanding dengan timbangan-timbangan yang
lain (sistem tuas). Perlu diketahui, bahwa walaupun dengan tibangan pegas
orang dapat menimbang sama cepatnya seperti dengan timbangan kwadran,
tetapi timbangan pegas tidak digolongkan/ dinamakan timbangan cepat.
Namun, dalam hal penggolongan sistem penunjukan, kedua timbangan
tersebut (kwadran dan pegas) termasuk jenis timbangan yang
penunjukannya otomatis, seperti juga timbangan elektronik.
Sistem konstruksi penunjukan timbangan cepat sebagian besar telah
menggunakan lengan yang berkeping tembereng dan ban logam (pita baja
tipis). Dengan konstruksi tersebut maka skalanya bisa dibuat rata.
Sebagaimana telah dibahas pada timbangan kwadran yang “sebagian
berpisau muatan dan sebagian berkeping temebereng”, Namun, masih ada
timbangan cepat yang sistem konstruksi di bagian penunjukannya
emnggunakan sistem timbangan kwadran baisa (berpisau muatan), yaitu
dijumpai pada timbangan cepat skalanya mendekati rata, maka sudut skala
timbangan ini dibuat simetris dan Q maks nya dibuat terbatas (40°−50 °),
sedemikian sehingga tidak menampakan perbedaan yang menyolok.

Umumnya konstruksi dan pembuatan bagaian tuas utama timbangan cepat


lebih sulit daripada timbangan tuas biasa. Oleh karena itu, timbangan cepat
yang beredar di Indonesia kebnayakan berasal dari impor, seperti merk
Berkel, Toledo, Molenschot,Avery,Servo,Kubota.
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam membuat bagian tuas utama
timbangan cepat umumnya adalah :
 Bagian-bagian tersebut harus dikerjakan secara baik dan rapi agar
menjadi alat-alat ukur yang presisi.
 Bahan-bahannya harus pilihan akibatnya harga mahal dan hanya
dimiliki oleh orang-orang tertentu.
 Pada timbangan kwadran mata skalanya adalah tidak rata dan ini
sukar membuatnta. Pengguna umumnya sudah biasa dan lebih percaya
pada skala-skala yang rata lebarnya.
 Untuk membuat skala pada timbangan kwadran, kita terikat pada
sudut jungkitan yang terbatas sehingga kita tidak dapat membuat skala
yang melingkar penuh dengan 360°
Menurut jenisnya, timbangan cepat dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu:

1. Timbangan cepat meja


2. Timbangan cepat tanah
3. Timbangan cepat gantung

1. TIMBANGAN CEPAT MEJA


Kekuatan timbangan ini antara 1 kg sampai 25 kg. Timbangan cepat meja
tidak dilengkapi dengan lengan timbangan yang berupa bobot ingsut.
Ada 3(tiga) macam timbangan cepat meja (TCM) :
a. TCM yang penetapan berat/massanya untuk sebagian dilakukan
melulu dengan pelat jarum.
b. TCM yang penetapan berat massanya untuk sebgian dilakukan
dengan anak-anak timbangan yang telah ditera atau ditera ulang, dan
untuk sebagian pada pelat jarum. Dalam hal ini perbandingan antara
anak timbangan dan muatan adalah 1:1
c. TCM yang penetapan berat massanya untuk sebgaian dilakukan
dengan pemberat tambahan dan untuk sebagian pada pelat jarum.
Konstruksi bagian bawah TCM, kebanyakan beupa sistem
Paralellogram,Roberval atau Beranger

Timbangan cepat meja yang dibuat dengan sistem Paralellogram


kekuatannya kecil-kecil, hanya smapai 5 kg, dan penunjukannya dibuat
melulu pada pelat jarum saja. Sedangkan yang dibuat dengan sistem
Roberval atau Beranger adalahh timbangan ceepat meja yang
kekuatannya agak ebsar yaitu samapai 10 kg, 15kg atau 25kg dan
penunjukannya mrupakan kombinasi antara pelat jarum dan anak-anak
timbangan.
a. TCM Tuas Bawahnya Sistem Paralellogram

Parallelogram yang dimaksud dalam gambar adalah FE F’E: Titik-titik F


dan F’ letaknya tetap pada rangka timbangan. Titik-Titik E dan E’ terletak
pada batang pengantar piring muatan yang dalam hal ini terletak di
atasnya.

Apabila timbangan berayun maka titik-titik E dan E’ bergerak naik turun


sambil berputar membuat busur lingkaran dengan jari-jari EF dan E’F’,
tetapi pada saat naik turun tersebut dgaris EE’ selalu sejajar dengan FF’.
karena garis FF’ letaknya tegak lurus maka arah gerakan EE’ juga selalu
tegak lurus. Untuk meneyetel supaya FF’ tepat tegak lurus arahnya maka
tiap TMC selalu dilengkapi dengan penyipat datar (niveau). Oleh karena
itu, apabila akan menyetel atau memperbaiki timbangan cepat, tidak
boleh lupa menyetel kedataran lebih dahulu dan begitupula setiap kali
timbangan dipindah tempatnya, timbangan harus distel datar.

Timbangan cepat juga selalu dilengkapi dengan alat panahan (peredam)


ayunan agar jarum lekas berhenti berayun sehingga bisa cepat
menentukan titik kesetimbangannya. Alat peredam D (dampar) dipasang
pada tuas CEF, terdiri dari sbeuah silinder berongga yang diisi minyak
(biasanya SAE-10) dan sebuah torak (pengisap) yang dapat bergerak
naik turun di dalam minyak tersebut. Dengan mengatur letak torak di
dalam minyak maka kekuatan mengerem dari alat ini dapat diatur. Untuk
itu pada batang torak tersebut dilengkapi dengan alat penyetel. Makin
dalam letak torak di dalam minyak, berarti minyak yang menekan di atas
torak makin banyak maka makin cepat ayunan berhenti. Rem harus
diatur sedemikian rupa sehingga jarum berayun hanya satu atau dua kali
melewati titik penunjukan (kesetimbangan) terus berhenti pada titik
tersebut. Agar supaya jalannya ayunan jarum tenang (tidak meloncat-
loncat) dan agar penunjukan timbangan tidak begitu terpengaruh oleh
bekerjanya rem yang menyebabkan penunjukannya tidak tetap maka
tuas CEF dibuat berat. Ketidaktepatan penunjukan TC daoat pula
disebabkan oelh kotornya minyak rem akibat debu atau kotoran-kotoran
lain karena kamanya pemakaian, juga bisa disebabkan oleh kurangnya
minyak rem (karena menguap atau tumpah), sehingga selama berayun
torak tidak selamanya didalam minyak.
Untuk mengatur kesetimbangan tuas CEF yang dibuat berat tadi maka di
sebelah kanan titik F dipasang pemberat (tarra) T. Sedangkan untuk
mengatur kesetimbangan bila ada selisih-selisih kecil pada muatan nol
(menyetel nol) maka dibawah piring muatan dibuat tempat timah untuk
menembah atau mengurangi timah, lazim disebut menjustir nol.

Bagian penunjukan timbangan ini menggunakan sistem timbangan


kwadran biasa. Oleh karenanya maka skalanya tidak sama lebar. Untuk
mengurangi perbedaan ini, maka pada timbangan sistem ini skalanya
dibuat simetris dan sudut jungkitan terbesar bila timbangan dimuati
muatan maksimum diambil sudut antara 40° sampai 50 °, karena skala
timbangan kwadran menjadi simetris bila kedudukan datar lengan
muatan sesuai dengan penunjukan jarum setengah maksimum.
Pembungkus/penutup bagian timbangan selalu disegel dengan tanda
tera oleh Direktorat Metrologi agar orang tidak mudah/dapat mengubah-
ubah bagian-bagian yang dapat mempengaruhi penunjukannya.

b. TCM Tuas Bawahnya Sistem Beranger

Timbangan ini merupakan kombinasi antara timbangan kwadran dengan


timbangan meja konstruksi Beranger. Jadi dengan timbangan ini kita
dapat menimbang dengan tiga cara:

 Untuk muatan yang kecil dapat hanya menggunakan skala dengan


penunjukan jarum G2.
 Untuk muatan yang lebih besar dapat hanya menggunakan anak-anak
timbangan yang ditaruh pada piring anak timbangan G1.
 Untuk muatan yang lebih besar lagi, dapat digunakan kombinasi
kedua cara diatas. Dalam hal menggunakan anak-anak timbangan yang
ditaruh diatas piring a.t G1 maka perbandingan massa antara muatan
dan anak timbangan 1:1. Kekuatan menimbang timbangan jenis ini
adalah antara 10 kg sampai 25kg. Konstruksi tuas-tuasnya sebagaimana
tergambar dibawah ini.

Sistem lengan muatan dengan pisau muatan pada bagian kwadran


timbangan ini diganti dengan sistem silinder tipis B dengan pita baja D
yang disangkutkan pada silinder tersebut. Silinder tersebut berputar
pada sumbu yang berupa mata pisau yang letaknya eksentris (diluar
pusat). Dengan demikian yang merupakan panjang lengan muatan adalah
jarak antara titik singgung pita baja pada silinder dengan sumbu putar
tersebut. Dalam hal ini jarak tersebut berubah-ubah, tidak tetap
tergantung pada berputarnya silinder dan jarum.

Pita baja harus dibuat dari bahan yang halus dan rapi pembuatannya
agar supaya dapat menempel seluruhnya diatas silinder. Titik
singgungnya adalah titik dimana pita baja tepat melempaskan diri dari
silinder. Pita baja tersebut dihubungkan dengan bagian piring muatan
sebelah kiri lewat sebuah batang yang melengkung ke bawah. Jarak naik
turunnya suatu titik pada pita baja D tepat sama dengan jarak naik
turunnya piring kiri adalah piring muatan, sedang piring kanan adalah
piring untuk menaruh anak timbangan. Jika dipiring kiri ditaruh muatan
maka sebagian dari massa muatan tersrbut dibuat setimbang oleh anak
timbangan yang ditaruh di piring kanan, dan sebagian lagi yang tersisa di
buat setimbang oleh timbangan kwadrannya.

Contoh :

Misalkan kita akan menimbang gula yang massanya 2400 gram dengan
timbangan cepat jenis ini yang kekuatannya 10 kg, dimana skalanya
maksimum hanya bisa menunjuk sampai 1000 g. Dengan demikian yang
kita lakukan adalah, gula ditaruh pada piring muatan, sedangkan pada
piring anak timbangan ditaruh a.t yang massanya 2kg (2000 g), maka
secarav otomatis jarum timbangan akan menunjuk 400 g. Artinya, massa
gula tersebut adalah 2kg + 400 g = 2400 kg.

Kekuatan maksimum timbangan ini asalah besarnya a.t dan penunjukan


skala yang mampu ditimbang dengan timbangan ini. Jadi kalua ada
timbangan cepat yang kekuatnannya 15 kg dan skala penunjukan
maksimum 1000 g, maka a,t yang boleh digunakan maksimum adalah 14
kilogram. Kekuatan maksimum menimbangnya disebutkan pada pelat
skala.

2. TIMBANGAN CEPAT TANAH


Timbangan cepat tanah (TCT) juga merupakan kombinasi, yaitu antara
sistem timbangan kwadran sebagai penunjukannya dan susunan tuas
serupa dengan timbangan sentisimal untuk bagian-bagian bawahnya.
Di bagian penunjukannya juga bisa di kombinasi dengan bobot ingsut
seperti pada timbangan sentisimal. Dalam uraian ini, konstruksi tuas-
tuas bawah tidak kita gambarkan. Yang kita gambarkan pada halaman
berikut ini adalah konstruksi bagian kwadrannya yaitu yang merupakan
bagian penunjukannya:
Skala penunjuka TCT dibuat bunder sehingga jarum penunjuk untuk
menunjuk muatan maksimum dapat berputar 360 °. Pembagian skalanya
umumnya sama rata, karena sistem lengan muatan dengan pisau muatan
diganti dengan sistem silinder ( dalam hal ini berupa tembereng dengan
pita baja.
Jadi serupa dengan TCM, hanya bedanya pada TCM dibuat berupa
silinder berukuran kecil, sementara pada TCT dibuat berupa silinder
ukuran lebih besar , yaitu berupa tembereng. Skala sesungguhnya dari
timbangan kwadran memang tidak persis rata, tetapi dengan
menggunakan konstruksi seperti dijelaskan di atas dan dibut dengan
cermat, perbedaan antara skala yang sesunggunya dengan skala yang
sama rata dapat dibuat sangat kecil hingga tidak berarti.

Prinsip kerja timbangan cepat tanah ini sebagai berikut:


Bila ada gaya atau beban pada M, kedua pendulum (pemberat) berayun
maka batang bergigi D akan bergerak naim turun tegak lurus dank
arenanya roda gigi akan berputar. Untuk menghubungkan gaya-gaya
yang bekerja pada tuas-tuas bawah dengan bagian penunjukan
diguanakan batang penghubung M yang fungsinya memindahkan gaya-
gaya dari tuas bawah ke mekanik penunjukan yang lazim disebut sebagai
penerus gaya. Jarum penunjuk timbangan kwadran ini dapat menunjuk
berputar pada 360 ° karena pada konstruksinya digunakan batang bergigi
D dan roda gigi C, tetapi sudut jungkitan pendulumnya umumnya tidak
besar, biasanya kurang dari 90°.

Timbangan cepat tanah juga dilengkapi dengan alat peredam ayunan


yang etaknya diikatkan pada tuas yang ada pada ujung bawah batang M.
Pada tuas tersebut juga dipasang alat penyetel nol yang biasanya berupa
sebuah pemberat yang dapat di geser-geserkan dengan memutar skrup
dari luar (pada gambar ditunjukan dengan huruf P).

Seperti pada TCM, pada TCT inipun penutup bagian penunjukannya


(klok) selalu disegel dengan tanda tera oleh Direktorat Metrologi.
Timbangan cepat ini banyak tipenya, masing-masing pabrik membuat
jenis tipe yang beragam dan kekuatannyapun bermacam- macam,
tergantung untuk keperluannya. Umumnya antara 100 kilogram sampai
1000 kilogram, dan ada juga yang lebih besar, misalkan pada timbangan
yang dikombinasikan dengan timbangan jembatan.
3. TIMBANGAN CEPAT GANTUNG
Konstruksi bagian penunjuka timbangan cepat gantung serupa dengan
timbangan cepat tanah, tetapi tuas bawahnya tidak ada, karena daun
muatan atau piring timbangan ini digantung.

Timbangan cepat gantung ini sangat praktis, mudah dibawa bawa dan
bisa untuk menimbang bermacam-macam komoditi. Sayangnya,
timbagan ini jarang dipakai di Indonesia. Kekuatan timbangan ini antara
25 kg sampai 100 kilogram.
B. FUNGSI PENDULUM

Pendulum atau pemberat adalah penyeimbang beban muatan untuk


mencapai kedudukan setimbang. Kalau titik berat pada pendulum berada

dibawah titik putar (C) maka momen akibat pendulum M c =C ¿ sebaliknya


¿

kalau pendulum dalam posis miring terhadap titik putarnya maka momen
akibat pendulum P tergantung kepada besarnya jari-jari R dan sudut
miringnya,MC= PR sin α .

Jadi,pengaruh dinaik-turunkannya pendulum hanya ada apabila posisi


pendulum dalam keadaan miring.

Pengaruh dinaik-turunkannya pendulum tidakada,apabila posisi pendulum


dalam keadaan vertical ( lihat gambar).

a) Posisi Pendulum Batang Tarik

Untuk batang Tarik,posisi pendulum pada muatan nol adalah vertical,dan


posisi pendulum pada muatan maksimum adalah miring.Dengan demikian
penyetelan atau menaik-turunkan pendulum hanya berpengaruh (dilakukan)
pada muatan maksimum.
b) Posisi Pendulum Batang Tekan

Untuk batang tekan,posisi pendulum pada muatan nol adalah miring dan
posisi pendulum pada muatan maksimum adalah vertical.Dengan demikian
penyetelan atau menaik-turunkan pendulum hanya berpengaruh (dilakukan)
pada muatan nol.
C. PENJUSTIRAN TIMBANGAN CEPAT MEJA

1. Batang Tekan

( 1 ) Pada muatan nol ( Pendulum miring ) jarum menunjuk pada skala


nol,seperti gbr. 114.

( 2 ) Pada muatan maks (pendulum tegak lurus) , jarum menunjuk


pada skala 1000 g – 2 g , berarti terdapat kesalahan penunjukkan
sebesar 2 g , seperti gambar 115.

( 3 ) Timbangan harus dijustir.Caranya,letakkan imbuh di samping


anak timbangan standar, berupa timah diatas piring muatan
,sedemikian hingga tepat menunjuk skala 1000 gram.

( 4 ) AT standar 1000 g diambil (timah tetap) , jarum akan kembali ke


posisi nol, tapi jarum tidak menunjuk tepat pada skala nol,karena
ada timah.Lalu stel dengan menaik turunkan pendulum, hingga
jarum tepat menunjuk skala nol.
( 5 ) Timah diambil,lalu masukan di bawah piring muatan.Ulangi
kembali pengujian muatan maks. Seperti butir ( 2 ). Kalau belum
cocok ,kerjakan lagi seperti butir ( 3 ) dan butir ( 4 ). Begitu
seterusnya ,hingga pada muatan nol dan maks memenuhi BKD.

( 6 ) Muati ½ L maks . Kalau tidak cocok rubahlah jarum kea rah


berlawanan sebesar 5 atau 7 kali dari kesalahan
penunjukkannya,yaitu dengan merubah posisi
tembereng.Kemudian,uji kembali pada muatan nol ( penunjukkan
akan berubah),lalu stel dengan menaikturunkan
pendulum.Selanjutnya uji kembali seperti butir (2),(3) dan
seterusnya.

2. Batang Tarik

( 1 ) Pada muatan nol (pendulum tegak),jarum menunjuk pada skala


nol,seperti gbr. 116
( 2 ) Pada muatan maks (pendulum miring),jarum menunjuk pada
skala 1000 g – 2g berarti terdapat kesalahan penunjukan sebesar
2 gram.

( 3 ) Timbangan harus dijustir.Caranya,stel dengan menaik-turunkan


pendulum,sedemikian hingga jarum tepat menunjuk skala maks
(1000 g).

( 4 ) AT standar 1000 g diturunkan,jarum akan kembali ke posisi


nol.Jika jarum tidak menunjuk tepat pada skala
nol,tambahkan/kurangi timah pada bak tempat penyetel nol.

( 5 ) Ulangi kembali pengujian pada muatan maks seperti butir


(2).Kalau belum cocok,lakukan kembali butir (3) dan butir
(4).Begitu seterusnya,hingga pada muatan maks dan nol membuhi
BKD.

( 6 ) Muati ½ Lmaks.Kalau tidak cocok,rubahlah jarum kearah


berlawanan sebesar 5 atau 7 kali dari kesalahan
penunjukkannya,yaitu dengan merubah posisi
tembereng.Kemudian uji kembali pada muatan maks (penunjukan
akan berubah) dan stel lagi dengan menaik turunkan
pendulum.Selanjutnya uji kembali pada muatan nol seperti butir
(4) dan seterusnya.

D. PENJUSTIRAN TIMBANGANN CEPAT TANAH

1. Batang Tekan
( a ) Amati posisi muatan nol dan catat salah tunjuknya,apakah
(+)atau(-).

Bila minus,turunkan posisi pendulum dan bila plus naikan


pendulum,sedemikian sehingga jarum tepat menunjuk pada skala
nol. (Usahakan kedua pendulum digerakan dengan jarak yang
sama) dengan melonggarkan?mengencangkan skrup AV dan baut
AS.

( b ) Letakan anak timbangan standar di lantai muatan sebesar ½


muatan maksimum.Jika salah tunjuk (+) sebesar 1 mata skala
maka stel 10 kali dengan arah berlawanan dengan cara
mengendorkan baut AP dan putar kedua tembereng kebawah
dengan ketinggian yang sama.Catatan ; Angka berapa kali kea rah
berlawanan tidak sama,tergantung tipe timbangannya,ada yang 5
kali da nada pula yang 7 kali.

Jika salah tunjuk (-) 1 mata skala maka stel 10 kali kearah yang
berlawanan dengan mengendorkan baut AP dan putar kedua
tembereng (segmen) ketas dengan ketinggian yang sama.
( c ) Muati timbangan dengan muatan maksimum dengan meletakkan
anak timbangan standar pada lantai muatan.Amati salah
tunjuknya (+) atau (-). Jika ada salah tunjuk maka stel dengan
karter AR dengan cara memutar kearah kanan atau kiri
sedemikian sehingga jarum tepat menunjuk pada skala
maksimum.Kalau salah tunjuk (+) maka karter diputar sesuai arah
putaran jarum jam,dan kalau salah tunjuknya (-) maka karter
diputar berlawanan dengan arah jarum jam.Catatan ; Penyetelan
pada muatan maksimum, ½ muatan dan nol saling
mempengaruhi,karena itu proses penyetelan harus diulangi lagi
dari muatan nol, ½ muatan dan maksimum.

( d ) Apabila pada muatan nol, ½ muatan maksimum dan muatan


maksimum telah benar,selanjutnya periksalah pada muatan 1/4
dan 3/4 kapasitas.Kalau jarum tidak menunjuk tepat pada skala-
skala tersebut maka AW bisa digeser sesuai kebutuhan.Harus
diingat pengaruh penyetelan AW pada muatan 1/4 dan 3/4
kapasitas berbanding terbalik.

( e ) Penyetelan muatan tambahan ( kalau ada ) idem dengan dacin


atau timbangan bobot ingsut.

2. Batang Tarik

Pengujian dan penjustiran timbangan cepat batang tarik pada


prinsipnya identik dengan batang tekan , yang berbada hanya
penyetelan pada muatan nol dan maksimum,dimana kalau batang
Tarik penyetelan pada muatan nol dengan memutar karter,bukan
dengan pendulum sebagaimana dilakukan untuk batang
tekan.Sedangkan penyetelan pada muatan maksimum dilakukan
dengan menaik-turunkan pendulum.

Untuk penyetelan 1/4 , 3/4 dan 1/2 kapasitas identic dengan


penyetelan pada timbangan cepat batang tekan.

E. SYARAT-SYARAT TEKNIK

( a ) Umum

Pembuatannya dan susunannya harus sesuai dengan tujuan


penggunaannya dan harus menjamin syarat-syarat
kebenaran,kepekaan dan ketidaktetapan yang berlaku.Antara lain
mengenai bahan (pita baja,roda gigi,batang bergigi) harus terbuat dari
bahan yang baik.Tuas lantai tidak boleh terjadi pelenturan yang
berlebihan,demikian pula mengenai kekerasan pisau dan bantalan
harus cukup keras ( 60° - 65° Rokcwell C ).

( b ) Skala-Skala

Garis-garis skala harus terang dengan tebal minimal 0,2 mm dan


maksimal 1,5 mm untuk skala utama.Untuk skala lainnya,tebal
minimal 0,2 mm dan maksimal 1,0 mm.

Selisih berat yang ditunjukkan oleh dua garis skala yang berurutan
harus mempunyai nilai 0,1% atau kurang dari muatan maksimumnya.

Jika muatan yang dicapai seluruhnya ada pada pembagian skala,garis


pembagi skala sesudah nol menunjukkan 2% dari muatan maksimum
(minimal menimbang) (menurut DVT).

( c ) Kelengkapan lainnya

Timbangan cepat dilengkapi antara lain ;


 Alat penyetel agar timbangan dapat dibuat datar yang ditandai
dengan penyipat datar.
 Alat penyetel nol yang penyetelannya harus menggunakan alat
(obeng,tang atau kunci lainnya).
 Alat pengatur ayunan.
 Khusus untuk timbangan tokok pada plat skala harus ada
sebutan/tulisan “Dilarang untuk perdagangan eceran”.
 Batang bergigi dan roda gigi (khusus pada timbangan cepat
tanah) yang berfungsi ; apabila batang bergigi bergerak turun-
naik maka jungkitan ayunan pendulum akan memutarkan roda
gigi yang akan diteruskan kea rah plat jarum melalui as roda
jarum.
 Tulisan kapasitas timbangan dicantumkan pada plat skala atau
pada bagian clock.
F. PEMBUBUHAN TANDA TERA

( a ) Timbangan Cepat Meja

Tera

- Tanda tera daerah (D8),tanda pegawai berhak (H8) dan tanda


tera sah (S16) dicapkan berdampingan di atas plat yang
dilekatkan di dalam klok.
- Tanda tera sah (SP8) pada pembungkus mekanik (klok) ;
- Tanda tera jaminan (JP8) pada pembungkus mekanik (klok) yang
lain.

Tera Ulang

- Tanda tera sah (SP8) pengganti tanda tera sah pada pembungkus
mekanik (klok) sebelumnya).

( b ) Timbangan Cepat Tanah dan Gantung

Tera

- Tanda tera daerah (D8) ,tanda tera pegawai berhak (H8) dan
tanda tera sah (S16) dicapkan berdampingan diatas plat yang
dilekatkan/lem atau pada sumbat cap.
- Tanda tera sah (SP8) pada pembungkus mekanik (klok) ;
- Tanda tera jaminan (JP8) pada pembungkus mekanik (klok) yang
lain.

Tera Ulang

- Tanda tera sah (SP8) pengganti tanda tera sah pada pembungkus
mekanik (klok) sebelumnya.
G. RANGKUMAN

Timbangan cepat bila dilihat dari segi pemakaiannya sangat


praktis,karena muatan yang ditimbang langsung dapat dibaca pada plat
skala,tanpa menggunakan anak timbangan dan menggeser-geserkan
bobot ingsut.

Timbangan cepat atau timbangan kwadran majemuk,skala nyarata


untuk muatan yang sama,karena lengan system kwadrannya telah diberi
berkepeing tembereng yang dilapisi ban logam lembut (plat baja tipis).

Skala timbangan cepat,terutama timbangan cepat tanah,skala


penunjuknya dibuat dengan lingkaran penuh,sehingga jarum dapat
menunjuk 360° ,dan dilengkapi dengan roda gigi dan batang bergigi yang
berkwalitas tinggi.

Kedudukan pendulum dalam timbangan cepat sangat berpengaruh


dalam hal penjustiran.Kalau titik berat pendulum berada dibawah titik
putar maka momen akibat pendulum=nol,Sebaliknya kalau pendulum
dalam posisi miring terhadap titik putarnya maka momen akibat
pendulum sangat bergantung kepada jari-jari dan sudut
miringnya.Jadi,pengaruh dinaik-turunkannya pendulum hanya ada
apabila posisi pendulum dalam keadaan miring.

Posisi pendulum dalam keadaan miring bisa terjadi dalam muatan


nol atau dalam muatan maksimum,tergantung kepada batang
penghubungnya,tarik atau tekan.
H. SOAL LATIHAN

(a) Mengapa timbangan kwadran majemuk disebut timbangan cepat?

(b) Apa bedanya timbangan system kwadran dengan system tuas?

(c) Apa yang saudara ketahui tentang konstruksi tuas utama timbangan
cepatt,terutama bahannya.

(d) Apa fungsi pendulum dalam timbangan cepat?

(e) Pada posisi bagaimanakah pendulum berpengaruh bila dinaik-


turunkan.Terangkan mengapa demikian.

(f) Menurut jenisnya timbangan cepat itu dapat dibagi berapa golongan?
sebutkan.

(g) Timbangan cepat meja,bila dilihat dari penetapan berat/massanya yang


ditunjuknya ada 3 (tiga) macam.sebutkan.

(h) Kemungkinan penyebab kesalahan sifat timbang dari timbangan


cepat,selain karena kedudukan pendulum,tembereng atau pemberat
jarum,juga dapat disebabkan factor-faktor lain.Sebutkan penyebab
tersebut.

(i) Skala-skala timbangan kwadran tunggal pada umumnya tidak rata untuk
kelipatan muatan yang sama,tetapi untuk timbangan kwadran majemuk
atau timbangan cepat hal itu bisa diatasi,bagaimanakah mengatasi hal
tersebut?Terangkan.
(j) Timbangan kwadran yang berkeping tembereng,muatannya dapat
dihitung dengan rumus :

(j) Timbangan kwadran yang berkeping tembereng,muatannya dapat


dihitung dengan rumus :

sin(φo+ φ)
L = G' O r
+ sin( λ+ ¿ φ)−L ¿ O
e

Kalau diketahui :

r
λ = 80 ° dan =2
e

LO = 500 gram

L m = 1000 gram

φ m = 30°

φ = 5° yaitu sudut perubahan bila dimuati L

(k) Coba saudara jelaskan cara penjustiran timbangan cepat (batang


penghubung tekan) yang terdiri dari dua pendulum,apabila pada
muatan maksimum salah tunjuknya positif.
BAB XIII
TIMBANGAN ELEKTRONIK

PENDAHULUAN
Timbangan elektronik adalah timbangan yang bekerjanya berdasarkan system
elektronik. Elektronik berasal dari kata benda electron, sedangkan electron bagian
dari atom. Atom sendiri bagian terkecil dari molekul, sedangkan molekul bagian
terkecil dari bahan (benda).

Bila dua benda sama-sama bermuatan sejenis saling berdekatan diberi muatan
listrik (digsok-gosok), akanterjadi interaksi tolak menolak, atau dua benda
bermuatan tak sejenis saling berdekatan akan terjadi interaksi tarik menarik,
sehingga terjadi gaya tolak menolak atau tarik menarik. Gaya tersebut
menimbulkan energy, energy inidisebut energy potensial listrik atau tegangan
listrik atau teganagn listrik, contoh.
Muatan (+) di A lebih besar daripada di a, atau berarti potensial di A lenih besar
daripada di a, atau berarti arus listrik mengalir dari A ke B : seblaiknya electron di
a akan mengalir ke A, karena di B lebih banyak electron (-). Gerakan ini disebut
gaya gerak listrik (ggl) = electrmotiveforce (emf) = perbedaan tegangan listrik =
tegangan = voltase.

Dapat disimpulkan, aliran arus ada, karena ada beda potensial (tegangan),
sedangkan tegangan ada karena adanya perpindahan electron. Perpindahan
electron merupakan sifat. Jadi sifat atau keadaan electron yang menyebabkan
adanya akliran lisrtrik disebut elektronik (bersifat eletronis).

Alat yang berhubungan dengan sifat electron atau elektronik disebut alat-alat
elktronik, seperti radio, TV, kulkas, strika, blender, HP, dan lain-lain. Timbangan
elektronik adalah timbangan yang bekerjanya berdasarkan elektronik, benda
benda dapat bekerja kalau da komponen-komponen elektronik seperti : resisto,
kapasitor/kondentator, diode, transformator, transistor, dan lain sebagainya.

Timbangan elektronik berdasarkan prinsip kerjanya dapt dibagi dua yaitu


elektronik dan full elektronik. Pada timbangan mis elektronik sensor gayanya
masih menggunakan lengan-lengan timbangan yang meneruskan ke indicator
yang bersifat elektronik. Sebelum indokator, dipasang suatu sensor yang
mengubah besaran mekanis menjadi besaran elektronik. Pada timbangan full
elektronik sensornya sudah menggunakan komponen yang dapat mengubah
besaran mekanik. Jadi disini tidak lagi digunakan perbandungan lengan untuk
menghitung gaya, tetapi sudah berupa signal elektronik.
Walaupun kita sebut sebagai timbangan full elektronik , tetapi bukan
berarti bahwa timbangan tersebut bekerja seratus persen elektronik. Hal ini
dapat kita kembalikan pada kegunaan timbangn adalah menentukan
massa/berat, sedangkan massa/berat tidak dapat di ukur secara langsung,
tetapi yang diukur adalah gaya. Dengan demikian walaupun sebuah
timbangan dikatakan full elektronik bukan berarti proses dari awal sampai
akhir adalah elektronik.

Pada mulanya timbangan yang sederhana hanya menunjukan


massa yang ditimbang, tetapi teknologi yang berkembang memungkinkan
untuk saat ini, bukan hanya menunjukan massa saja tetapi juga satuan
yang bayar, bahkan dengan beberapa harga sekaligus sehinggakita tidak
perlu mengubah harga satuannya apabila kita ingin menimbang komoditi
yang lain.

Perkembangan berikutnya, memungkinkan sebuah timbangan


menggunakan interface, baik untuk printer maupun dihubungkan dengan
peralatan lainnya. Perkembangan baru di bidang elektronik dengan
perlengkapan microprocessor telah membuka lebih luas lagi penggunaan
timbangan elektronik tentang kebutuhan, sehingga timbangan elektronik
lebih unggul dari timbangan system mekanik antara lain dalam hal :
akurasinya tinggi, dimensinya kecil dan kompak, responya tinggi,
memilika keleluasan fasilitas yang lebih luas, dapat dihubungkan ke
computer untuk pemerosesan pekerjaan.

1. Transquser
Besaran masukan (input) pada kebanyakan system instrument tapi
bukan besaran listrik, untuk listrik. Untuk menggunakan teknik elektrik
pada pengukuran atau pengontrolan besaran yang bukan listrik untuk di
ubah menjadi suatu sinyal listrik dilakukan oleh alat yang disebut
transduser. Transduser adalah elemen masukan yang fungsinya mengubah
sebuah besaran fisis menjadi sinyal listrik.

Contoh komponen transduser yang banyak dipakai sebagai salah


satu yang mencakup alat untuk mengubah besaran mekanis (gaya) menjadi
dalam bentuk besaran listrik (pada alat timbangan elektronik) adalah
komponen yang disebut “Load Cell”.

2. Load Cell
Setiap benda yang mencapai stress (tegangan) . Untuk
mengetahui besarnya tegangan atau stress dapat dilakukan dengan cara
mengukur strain (tegangan) yaitu dengan menggunakan strain gauge stess
pada benda dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab, antara lain adanya
arikan (beban), apabila stress disebabkan oleh beban maka strain gauge
yang digunakan untuk mengetahui stress tersebut biasa disebut strain
gauge Load Cell atau Load cell.

Load Cell ini, banyak digunakan pada alat timbangan, karena alat
timbangan digunakan untuk mengukur beban (load).

Alat timbangan yang menggunakan transudernya Load Cell


sehingga penentu massa ataupun gaya disebut dengan alat timbangan
dengan system load cell.

Pada hakekatnya load cell adalah strain gauge, dimana stress yang
terjadi pada benda berasal dari load cell.
Strain gauge load cell bias dihasilkan dari system optis, system
elektris, system akusitis dan lain-lain. Untuk keerluan paraktis jenis yang
paling banyak digunakan adalah system elektris. System elektrin terdiri
dari beberapa system antara lain :

a. Dengan system risistansi (tahanan)


b. Dengan system kapasitansi (kapasitor)
c. Dengan system infuktansi (inductor)

Dari ketiga system di atas yang paling banyak digunakan adalah


system risistansi atau load cell jenis risistansi.

Load cell system risistansi berasal dari tahanan variable :

Sebagaimana diketahui, bahwa tahanan terdiri dari : tahanan tetap


(baku), tahanan variable, dan tahanan dapat di ukur.

Tahanan “variable” dapat berubah, akibat tekanan, sinar, magnit dank


arena pengaruh isinya. Tahanan “tetap” ditandai dengan kode arah arah
tekanan tahanan dapat diatur berupa rangkaian tahanan dan tahanan
variabel. karena tekanan Akan memanjang, sehingga tahanan akan
membesar, data di contohkan lembaran seperti roti lapis wafer yang di
dalamnyadi letakan kawat konstan tipis (25 ). Bila wafer itu ditelkan (ada
beban) kawat akan tertarik dan akan memanjang sehingga tahanan dalam
wafer akan membesar sesuai rumus :

L
R=ρ dimana
A

ρ = hambatan jenis
L = Panjang

A = luas permukaan

Perubahan tahanan menimbulkan strain gauge. Besaran strain gauge yang


dihasilkan melalui jembata wheat stone adalah tegangan (V).

3. Rangkaian Jembatan Wheat Stone

E= power supply
RS4 = resistance strain gauge aktif
R3 = tahanan geser (potensiometer)
R1 . R2 = tahanan pasif

Dalam keadaan setimbangan (tidak ada beban) yang dikenakan pada


strain gauge load cell meka perubahan RS tidak ada , alias nol.0an
arus melalui galvanometer (G), yaitu ……. Maka berlaku hubungan
R1 . RS4 = R2 . R3 (setimbangan).

Dalam keadaan setimbang (Ig menunjuk nol) jika di ketahui


R1=120, R2=450, R3=80 maka dapat dihitung sebagai berikut:
R1 . RS4 = R 2 . R3
R 2 ⋅ R3 450.80
RS4 = = =300 Ohm
R1 120

Kalau ada muatan, RS berubah, sehingga ada perubahan tegangan, dan


pada galvanometer G ada arus Ig.

Pada rangkaian jembatan wheat stone, dua tegangan input sebagai


tegangan aksitasi dan dua lainnya sebagai tegangan output. Pada kodisi
tidak ada beban semua strain gauge tahanannya = nol. Kalau ada
beban, konfigurasu tahanan pada strain gauge akan berubah, sehingga
terjadi beda tegangan pada tegangan outputnya. Sinyal yang dikirim
adalah basis sinyal yang dihasilkan oleh strain gauge yang berupa
sinyal kontinyu (sinus).

Hubungan tegangan dan tahanan menurut hokum Ohm :

Strain atau strain gauge seperti telah diterangkan di muka adalah


sebuah transduser aktif yang mengubah pergeseran mekanis menjadi
perubahan tahanan.

Besaran strain yang keluar melalui jembatan gheat stons umumnya


perubahannya sangat kecil, Dapat dijelaskan sbg :

ΔR ∕ R
Gf = , diamana Gf = gauge faktor
ΔL ∕ L
Misalkan bahan terbuat dari constataan dengan Gf = 2 dilekatkakan ke
sebuah benda baja yang dipengaruhi oleh tegangan geser

Sebesar S=105C kg/cm2 , E baja=2.1.106 kg/cm2

adalah modulus elastisitas bahan.

Dari rumus di atas dapat dihitung perubahan tahanan delta R / R sbb :


Menurut hukum Hooks.
ΔL s 1050
σ= = = =5,10−4
L Σ 2 ⋅1⋅10 6

ΔR ∕ 12
2= 2 . 5 . 10-4 = 10-3 = 0,1 %
5 ⋅10−4

Contoh ini menjelaskan bahwa tegangan geser yang relative tinggi,


yakni 1050 kg/cm2 memperlihatkan perubahan hanya 0,1%, benar-
benar suatu perubahan yang kecil.

Hasil yang kecil ini diukue oleh jembatan Wheat Stone, lalu dirangkai
dengan Op-Amp (Operasional Amplifier) yang dapat berfungsi sebagai
penguat, untuk menghasilkan tegangan out put yang diinginkan, yaitu
tegangan yang umumnya dibutuhkan oleh TTL (gate) adalah 0 Volt
untuk low, dan 5 Volt untuk high.

Load Cell berdasarkan bentuk ada beberapa type, antara lain : solid
type, hole type, ring tyoe, diaphragm type, doughout type, double
beam type.
Load Cell pada mulanya dibuat dalam bentuk Analog Load Cell,
tetapi akhir-akhir ini load cell telah dikembangkan dalam bentuk
Digital Load Cell.

Perbedaan Analog Load Cell dan Digital Load Cell antara lain,
kalau dalam analog load cell panjang kabel sudah tertentu menyatu
dalam satu kesatuan dengan kompone load cellnya, dalam arti kalau
panjang kabel dirubah akan berpengaruh kepada penunjukan
(indicator), (nearalitynya tidak baik). Sedangkan dalam Digital Load
Cell panjang kabel tidak berpengaruh bila dirubah.

Keunggulan lain dari digital load cell, dapat memonitor kerusakan


dalam satu bar load cell-load cell yang terpasang melalui indikatornya.

a. Rangkaian Alat Timbang Elektronik Sistem Loadcell


o Power Supply : Sumber arus atau tegangan
o F : Beban (Load)
o M : Lantai muatan
o R(1,2,3,4) : Sistem gauge load cell
o OP-Amp : Operasional Amplifier (penguat)
o Tr-Ps : Tranmisi pengkodisian sinyal terdiri dari :
- Demolator (pengkombinasi)
- OP-Amplifier (penguat)
- Filter (penyaring)
o Tr-Digit : Tranmisi rangkaian digital atau perubahan
Analog ke digit (biner)
terdiri dari :
- AC (analog comparator) atau
pembanding sinyal.
- Gate/Adder (pengubah → menjumlah,
membagi, mengali)
- Oscilator (pembangkit sinyal pulsa)
- Clock (pengatur waktu)
- Counter n Sits (penghitung jumlah sinyal
pulsa ke biner)
- D/A (digit to analog converter)
o Display Data AC0 to 7(seven) segmen decorder LED berfungsi
merubah bilangan biner ke dalam bilangan decimal, yang
mempunyai input 4 masing-masing A,B,C, dan D.

Dengan beban F maka Load Cell (Rs) terdefleksi dengan out


put sinyal listrik (tegangan mV) dan sebagai input (V 1) bagi
Analog Comparator (AC) setelah dikuatkan melalui amplifier,
V1 dan Vd (besaran Analog) disbanding oleh AC sehingga
sampai V1 = Vd dan output dari AC adalah besaran digital
(pulsa).

Pulsa atau digit diterima sebagai input gate atau adder


(pengubah → pembagi, pengali) dan pulsa tersebut
dibangkitkan dan diatur waktu operasinya oleh oscilator dan
clock (pengatur waktu operasi). Setelah itu ke Counter n Sits
(penghitung jumlah sinyal pulsa ke biner), berfungsi
menghitung jumlah sinyal pulsa (V1) kedalam bentuk bilangan
biner (0101) atau mati-hidup,maati-hidup), yaitu berupa
rangkaian RS Flip Flop atau JK Flip Flop.

Gambar dibawah ini menunjukan rangkaian RS Flip Flop


secara sederhana, di mana R (input) pada Flip Flop
dihubungkan ke tegangan positip melalui tahan d1, selain itu
bias dihubungkan dengan ground melalui saklar SW.
Input (S) pada Flip Flop dihubungkan ke tegangan positip
melalui R2 dan ke ground melalui switch yang sama. Pada
posisi SW seperti nampak pada gambar di atas maka keadaan
inpu adalah R=0 dan S=1, sehingga output akan SET = 1.
Tetapi jika posisi SW pada keadaan sebaliknya maka R=1 dan
S=0 sehingga output = 0.
Jika SW dihidupmaatikan (ON=OFFkan) maka Output 0 akan
terbentuk deretan pulsa segi empat yang bersih dari benturan.

Keluaran Counter n Sits berupa biner diolah DSP (Digital


Signal Processing) diteruskan ke Decorder ACD-7 segmen
LED (Light Emiting Dioda), yaitu perubahan biner ke decimal
dan diparalelkan ke D/A counter sebagai umpan balik (feed
back) bagi analog comperator.

Syarat bekerjanya system D/A adalah V1=Vd sehingga counter


berfungsi. Dengan perkataan lain, bahwa D/A akan mengisi
AC berupa sinyal analog (Vd) sampai sama dengan sinyal input
(V1) dari elemen-elemen. Dan AC, baru dapat mengeluarkan
sinyal ke gate, sehingga Counter n Bits dapat bekerja.

Selanjutnya ACD to 7 segmen Decorder LED berfungsi


merubah bilangan biner ke dalam bilangan decimal yang
dibentuk oleh 7 segmen LED yang inputnya ada 4 masing-
masing (A,B,C,D) dengan keluaran 7 segmen (a,b,c,d,e,f dan
g).

LED adalah suatu komponen semi conductor yang sifatnya


sama dengan diode, tetapi bisa menyala kalau mendapat
tegangan forward (anoda mendapat tegangan (+) dan katoda
mendapat tegangan (-).
Seven(7)segmen LED adalah display yang terbentuk dari 7
kelompok (segment) LED yang diatue sedemikian rupa
sehingga bisa membentuk angka-angka dari 0 (nol) sampai
dengan 9.

Jika gabungan anoda dihubungkan dengan tegangan positif dan


kaki a, b, dan c dihubungkan dengan negative maka akan
terbentuk angka “7”. (lihat gambar pada halaman berikut )

Untuk mendapatkan bentuk angka-angka yang lain tinggal cara kita


menghubungkan katoda LED yang sesuai.
Dengan sistem digital yang sempurna (rangkaian elektronika sempurna) maka
dapat menghasilkan pengukuran yang sempurna, cepat, praktis dan sesuai dengan
tingkat kesaksamaan yang diinginkan, ditambah dengan adanya terminal kendali
yang digunakan untuk keperluan :

- Menyetel pembacaan nol kembali


- Mengosongkan nol pemula yang tidak terpakai (pentaraan)
- Penempatan titik decimal yang sesuai
- Mengembalikan memori dalam keadaan terprogram (on-off-on)
- Pengusiran (pembetulan kesalahan penunjukkan)
- Dapat dipararelkan dengan perekam kartu atau dengan mikro komputer,
dan dapat dikontrol dari jarak jauh (control room)
- Lain-lain sesuai keperluan.

Rangkain alat timbang elektronik dan elemen-elemen data digitalnya dapat


digambarkan sebagai berikut :
Trans Pengkondi Pengubah Unit pencatan
Pengubah Analog
gucer sinyal sinyal ke digital digital

C. PENGARUH-PENGARUH PADA TIMBANGAN ELEKTRONIK

1. Pengaruh Gravitasi
F=m.g F1 = S.g F2 = M.g

Timbangan elektronik dipengaruhi oleh besarnya gravitasi, karena hasil


penunjukkan timbangan elektronik berasal dari gaya reaksi ke atas yang
bekerja padanya yang besarnya adalah massa muatan x gravitasi.
Sebaliknya timbangan yang berperinsif tuas (momen gaya setimbang)
gravitasinya tereliminir.

2. Pengaruh Gelombang Elektromagnetik

a. continue

- motor generator

- switching power supplies

- microwave dan alat-alat frekuensi tinggi (radio dan tv)

- rangakain pengoperasian

b. discontinue

- petir, langsung maupun induksinya

- switching off load on power line

- elektrostatik

- radiasi

3. Pengaruh Gaya Tekanan Keatas dari Udara

Seperti diketahui bahwa suatu benda apabila ditempatkan dalam suatu


fluida/udara akan
mendapatkan gaya tekanan ke atas seberat volume fluida/udara yang
dipindahkankannya oleh benda tersebut :

m
G= ρμ⋅ ⋅g
ρm

Penunjukan timbangan :

P = F – G = mg – m1g

ρμ
P = mg - ⋅g
ρm

ρμ
P=(1- ) mg
ρm

4. Pengaruh Lainnya

Suhu yang bervariasi, getaran (vibrasi), dan frekuensi


gelombang elektromagnetik yang berinterfrensi sedikit banyak
berpengaruh pada penunjukkan timbangan. Akibat suhu yang bervariasi
dapat menimbulkan faktor-faktor yang berpengaruh antara lain terhadap :

- harga modulus elastisitas bahan load cell (berubah)

- daya rekat (isolatif) starin gauge berkurang

- harga hambatan (resistansi) dapat berubah, sesuai rumus

- temperatur pemakain yang diperkenan dibatasi anatara -10˚C sampai


+40˚C

5. Pengaruh Kemiringan Penempatan Timbangan


Mestinya penunjukan F, tetapi karena ada kemiringan sebesar,terjadi
selisih sebesar F

6. Karakteristik Penunjukkan Timbangan Elektronik

Ciri kesalahan Linearity timbangan elektronik diambil dari bentuk


grafik huruf “S”

= the best straight line

. . . . . . . . . = non linearity (kesalahan)

Terlihat dalam grafik, bahwa terjadi penyimpangan penunjukan pada


muatan ¼ dan ¾ dari maksimum. Penyimpangan penunjukan bias terjadi
ketika beban “naik” (dari 0- maks ) yang tidak linear terhadap the best
straight line yang diharapkan. Dan, ketika beban turun dari maks – nol,
penyimpangan penunjukan bisa juga terjadi yang tidak linier terhadap the
best strainght line. Selisih perbedaaan menunjukkan ketika naik dan turun
pada titik uji yang sama disebut kesalahan hysteresis. Itulah sebabnya,
dalam pengujian kebenaran timbangan elektronik (untuk kapasitas kescil)
selalu diuji ketika beban naik dan beban turun. Kesalahan tersebut diatas,
kemungkinan akibat adanya perambatan (creep), yaitu karena adanya
penyimpangan dari output Load Cell terhadap waktu, meskipun beban dan
kondisi lingkungan dalam keadaan tetap (stabil).

Dalam pengunaan Load Cell pada timbangan elektoronik bahwa


kesalahan lensaritas, kesalahan hysteresis, selalu ada dan sulit
dikompensasikan hingga hilang sama. Sedangkan kesalahan-kesalahan
load cell oleh faktor-faktor kelembapan, debu, gelombang
elektromagnetik, dan bahan-bahan kimia masih dapat dicegah dengan
pengaman/ perlindungan yang sempurna.

Kompensasi yang diperlukan untuk kesalahan linearitas, kesalahan


hypsterisis atau kesalahan creep, dapat diatasi dengan cara memilih bahan
baku yang baik, strain gauge dari bahan konduktor yang mempunyai
Gauge Faktor relatif besar.

5. PEMBACAAN PENUNJUK W TIMBANGAN ELEKTRONIK

Posisi di A :

Setelah penambahan ∆L (0,1s bertahap) sedemikian sehingga penunjukan display


berubah dari 740 menjadi 750, berarti setelah ditambah ∆L posisinya adalah : 740
+ 0,5e. Posisi sebenarnya (Penunjukan) = Posisi setelah ditambah ∆L dikurangi
CL

Contoh :

P = 740 + 0,5e - ∆L

P = 1L + 0,5e - ∆L

1L = pembacaan sebelum penambahan ∆L

1L = 740

∆L – 3, makan P = 740 + 5 – 3 = 742


Setelah penambahan ∆L ( 0,1e bertahap ) sedemekian sehingga display berubah
dari 740 menjadi 750, berarti setelah ditambah ∆L posisinya adalah 740 + 0,5e.
Posisi sebenarnya B (Penunjukan) = Posisi setelah ditambah ∆L dikurangi ∆L.

P = 740 + 0,5e - ∆L

P = IL + 0,5e - ∆L

Contoh: IL = 740

∆L = 8 ,maka

P = IL + 0,5e -∆L

P =740 + 5 – 8 = 737

6. KONVERSI BESARAN MUATAN DAN PRINSIP PERINDUSTRIAN

1. Konversi Besaran Muatan

Konversi besaran muatan menjadi besaran sinyal listrik timbangan


elektronik dapat dijelaskan sebagai berikut : Misalkan output rate Load
Cell = 2mV/V dan tegangan exsotasi ( range tegangan maks ) di set = 15
Volt, berarti tegangan maks yang dihasilkan oleh Load Cell : 2mV/V X
15V = 30Mv.

Artinya, jika timbangan di set 50 ton dan interval skala verifikasi ( e ) = 10


kg, sinyal loistrik untuk e = 10 kg dapat dihitung, yaitu :

50000 kg 30 mV
n= =5000 , maka sinyal listrik untuk e=10 kg adalah =0,006 mV
10 kg 5000

2. Prinsip Penjustiran
Prinsip penjustiran timbangan elektronik didasarkan kepada hokum Ohm,
yaitu …. ,dimana R = tahanan. V = tegangan dan I = arus.

Rumus tersebut menunjukkan bahwa harga V dan R berbanding lurus,


sehingga penjustiran dapat dilakukan dengan memperbesar / memperkecil
harga “R”.

Misalakan kesalahan penunjukan timbangan elektronik pada muatan 50%


maka (y3) = 100 kg maka menurut contoh di atas, (y3) =100 kg
equevalen dengan

100 x 0,006mV / 10 = 0,06mV

Sehingga dengan rumus

R = V/I , “R” dapat dihitung, dan selanjutnya dengan


menambah/mengurangi harga “R” berarti telah melakukan tindakan
penjustrian

F. PEMBUBUHAN TANDA TERA

1. Tanda tera sah, tanda tera pegawai berhak dan tanda tera daerah …
dibubuhkan pada sumbat cap atau lemping, dimana lemping tersebut
diletakan pada kerangka ( box ) dengan kuat. Bagian-bagian yang
memungkian terjadinya perubahan, seperti alat penjustiran harus diberi
tanda tera jaminan J4 atau JP8.

2. Untuk tera, dibubuhkan tanda tera sah pada lemping yang dipasang
dengan kuat pada kerangkanya.

3. Lempingan tersebut pada butir 1 dan 2 di atas, dapat dipasang dengan cara
dilem dengan kuat atau dengan skrup dibubuhi tanda tera jaminan.
G. RANGKUMAN

Timbangan elektronik didasarkan kepada system intrumentasi elektronika


yang terdiri dari 5 (lima) elemen utama yaitu peralatan masukan (input),
pengkondisian ( signal conditioning ), pengubah sinyal, pengubah analog ke
digital dan unit pencatan digital. Peralatan masukan yang mengubah besaran
bukan listrik menjadi suatu sinyal listrik yang dimaksud adalah transduser.
Salah satu peralatan transduser adalah Load Cell, yaitu alat untuk mengubah
besaran gaya menjadi sinyal listrik.

Adanya gaya akan terjadi regangan (strain), dan adanya regangan akan
mengubah tahanan listrik. Dari perubahan tahanan akan dapat diukur
regangannya dari gauge faktor, yaitu :

dengan rumus : Gf=

Pengukur regangan disebut juga strain gauge. Strain gauge sangat kecil.
Untuk menditeksi tegangan tersebut kedalam sinyal listrik maka dibuatlah
rangkaian listrik Jembatan Wheat Stone. Kemudian dengan peralatan
pengolah (IC atau microprosesor) dan peralatn keluaran (output)
terwujudlah suatu timbangan elektronik yang sempurna.

Timbangan elektronik lebih unggul dari timbangan mekanik, terutama dalam


hal ukuran dimensi, akurasi, kefleksibelan, dan kepraktisannya.

Kelas timbangan elektronik ditentukan oleh besarnya jumlah skala, yaitu


kapasiatsnya dibandingkan dengan nilai interval skala verifikasi. Makin besar
jumlah skalanya, makin tinggi kelas kesaksamaannya.

Nilai interval skala verifikasi ( e ) timbangan elektronik sudah tertentu


besarnya, tergantung dari kelasnya, sehingga nilai massa suatu pembacaan
terinterpolasi kebawah atau keatas. Oleh karena itu, dalam setiap pengujian
timbangan elektronik harus diperhitungkan rounding errornya, yaitu dengan
rumus P=IL + 0,5e - , dimana ∆L adalah muatan tambahan yang dapatb
menyebabkan penunjukan IL berubah satu nilai “e”, sehingga menjadi IL + e.
Penunjukan timbangan elektronik dipengaruhi oleh seberapa faktor, antar
lain adalah pengaruh gravitasi, kemiringan, gelombang eletromagnetik, gaya
tekanan ke atas dari udara, kelembapan, suhu, bahan kimia dan pengaruh
getaran.

Penjustiran timbangan elektronik didasarkan kepada hokum Ohm, yang


mengartikan bahwa harga tahanan dan tegangan berbanding lurus, sehingga
penjustiran dapat dilakukan dengan memperbesar/memperkecil harga
tahanan ( R ).

Penjustiran untuk beberapa timbangan elektronik dapat dilakukan dengan


prosedur internal kalibrasi ( Fully Automatic Calibration Technology ).
H. LATIHAN

1. Apa yang disebut timbangan elektronik, jelaskan?

2. Berdasarkan gaya penerus muatan, timbangan eletronik dibagi 2(dua)


yaitu mix electronic dan full electronic, jelaskan.

3. Timabangan elektronik lebih unggul dari pada timbangan mekanik.


Sebutkan keunggulannya.

4. Apa yang Saudara ketahui tentang transduser pada timbangan elektronik?

5. Coba Saudara buat gambar rangakaian timbangan elektronik sistem Load


Cell dan jelaskan proses kerjanya.

6. Langkah-langkah apa yang harus Saudara lakukan untuk mengetahui BKD


suatu pengujian timbangan elektronik. Jelaskan.

7. Jika diketahui kapasitas timbangan elektronik = 25 kg dan interval skala


verifikasinya ( e ) = 2 gram, tentukan kelas, minimum menimbang, BKD pada
muatan 50% maks, dan BKD pada muatan maksimum.

8. Rumus pununjukan timbangan elektronik dengan memperhitungkan


rouding erro adalah P= IL + 0,5e - ∆L Pertanyaan :

k. Apa yang dimaksud dengan ∆L


l. Coba saudara terangkan cara menentukan ∆L tersebut
m. Kalua diketahui ∆L = 900 mg ; I = 500 g dan e = 1g muatan
500g, 500g adalah anak timbangan standar yang telah
diketahui massa sebenernya.

9. kalua kita menggunakan timbangan elektronik masih dipengaruhi


gravitasi, mengapa demikian ? jelaskan.

10. sebutkan alat-alat listrik yang apat mempengaruhi penunjukan


timbangan elektronik.
11. baik timbangan elektronik maupun timbangan mekasik, dalam
pengunaannya harus dalam keadaan datar, kalu tidak, bagaimana
pengaruhnya ? jelaskan.

12. apa yang dimaksud saudara ketahui tentang hysteresis, linearitas, creep
error ?

13. jelaskan prinsip-prinsip penjustiran timbangan elektronik berdasarkan


hokum uhm.
BAB XIV
TIMBANGAN JEMBATAN

7. PENDAHULUAN

Dikatakan timbangan jembatan, karena lantai muatan berupa jembatan yang


permukaanya dibuat rata dengan permukaan jalan. Oleh karena itu, ttuas-
tuas bagia bawah selalu dipasang didalam lubang dibawah tanah. Sedangkan
tuas utamanya berada di atas tanah.

Kontruksi tuas bagian bawah pada umumnya berasal dari konstruksi


timbangan trapesium yang diturunkan dari tuas berpangkat. Jadi serupa
dengan timbangan tanah/lantai yang lain, perbedaanya hanya dalam hal :

n. Ukuran dimensinya lebih besar, karena dipakai untuk menimbang


muataan yang besar;
o. Tempatya tetap ( statis ), tidak mudah dipindah-pindah;
p. Luas lantai agak luas, sesuai dengan kegunaannya ( menimbang
muatan berupa kendaraan

Jadi, dengan timbangan jembatan kita dapat menimbang mobil, kereta api,
gerobak, mesin mesin berat, hasi hasil perkebunan ( teh, karet, tebu, sawit,
dan sebagainya ), hewan dan lain lain.

Untuk menimbang gerobak atau mobi, lantai timbangan harus dibuat rata
dengan permukaan jalan, sedangkan untuk timbangan jembatan yang
dipergunakan untuk menimbang kereta api maka diatas lantai muatan
dipasang rel. timbangan jembatan untuk menimbang hewan, lantai
muatannya dipasang pagar untuk menjaga agar hewan waktu ditimbang
tidak lari.


Kontruksi/ susunan tuas utamanya ada yang berupa tuas, kuadran, pegas
majemuk dan berupa elektronik ( digital ). Timbangan jembatan menurut
hubungan tuas utamanya dapat dibagi :

 Timbangan jembatan dengan piring-piring gantung ( senstisimal,


milisimal );
 Timbangan jembatan dengan bobot ingsut;
 Timbangan jembatan dengan kuadran atau pegas majemuk
 Timbangan jembatan konstruksi elektronik.

Dewasa ini, dengan kemajuan keelektronikan maka timbangan jembatan


yang beredar di lapangan kebanyakan timbangan jembtan kontruksi
elektronik ( mix, full electronic ).

Timbangan jembatan yang prinsip kerjanya berdasarkan prinsip tuas-tuas,


umumnya dikenal dengan nama pencipta kontruksinya, antara lain kontruksi
Rolle, Schwilque, Herman, Plaen, Bockhausen & Dinse.
 Kontruksi Tuas Lantai Muatan Timbangan Jembatan

Sebagai contoh kita ambil timbangan jembatan kontruksi Rolle dan


Schwilque. Kontruksi tuas bagian bawah dari timbangan ini berbentuk
trapesium tuas berpangkat, sedangkan tuas utamnya berupa bobot ingsut
( lihat gambar 140 ). Tuas C 2O5A2 adalah tuas antara, gunanya untuk
memperkecil gaya yang diteruskan ke tuas utama ( O1C1A1 ).

Pisau-pisau yang harus menahan lantai muatan adalah pisau-pisau ,

Terletak pada tuas muatan yang berbentuk segitiga.

Ujung kedua tuas


muatan tersebut
dan
digantungkan pada
dari tuas antara
.

Untuk membuktikan
syarat letak muatan
diatas lantai tidak
mempengaruhi
kesetimbangan dan
persamaan
Misalkan pada lantai sebelah kiri ada beban “x” dan sebelah kanan menjadi

( L- x)

Z = K1 + K2 = X ( L-x ) – ( C– )x+ L

Dalam persamaaan ini, ternyata masih ada pengaruh fator “x”. Supaya factor
“x” tidak ada maka :

=
– = = 0 inilah syarat letak muatan tidak mempengaruhi
kesetimbangannya
∑Mc2 = 0

z.c2o5 = K3.C2A2 K3 = .z

∑Mc1 = 0

K3.C1D1 = G. A1C1 . .C1D1 . L = A1C1 . G

Persamaan kesetimbanganya menjadi :

G= L

Kalau C1D1 . C2D5 . C4D4 . A1C1 . A4C4 merupakan bilangan tetap x ( konstanta ),
persamaan diatas dapat ditulis :

L=

G= Merupakan timbangan milidesimal

L = x . A1C1 . G Merupakan timbangan bobot ingsut

Pada umumnya, tuas lantai muatan timbangan jembatan ( kecuali timbangan


jembatan full electronic ) tidak jauh berbeda dengan kontruksi Rolle, baik
timbangan jembatan millisimal, timbangan bobot ingsut, timbangan
jembatan kuadran maupun timbangan jembatan elektronik.

Bedanya hanya pada bagian indikatornya ( alat penunjuk ) disana timbangan


jembatan bobot ingsut dengan bobot ingsut, timbangan jembatan milisimal
dengan anak timbangan, timbangan kuadran dengan kuadran dan timbangan
jembatan elektronik dengan digital.
Gaya yang diterima oleh batang penguhubung bervariasi, tergantung kepada
perbandingan tuas muatan dan tuas antara.

Kalau kita maengambil contoh dari kontruksi Rolle tersebut diatas maka gaya
yang diterima batang penghubung adalah besarnya gaya ( K3 ), yaitu :

K3 = =

Apabila dan

Maka gaya yang diterima oleh batang penghubung :

K3 =

Syarat-syarat Teknik Khusus Yang Penting:

1. Karena lantai muatan dibuat rata dengan permukaan jalan maka tuas
tuas bagian bawah dari timbangan dipasang didalam lubang
Lubang tersebut harus memenuhi syarat berikut :
e) Lubang harus cukup dalam, agar cukup memberi tempat bagi
tuas tuas bagian bawah dan orang dapat masuk di dalamnya
untuk memeriksa bagian bagian bawah timbangan.
f) Lubang harus bersih dan kering, supaya tuas-tuas dan bagian-
bagiannya tidak lekas rusak akibat karat.
g) Lubang, harus ada saluran pembuangan air agar tidak ada air
yang tergenang, atau dilengkapi pompa air.
h) Lubang harus dibeton, sedemikian rupa sehingga kuat
menahan daya timbang.
Catatan : Dispensasi ketentuan lubang untuk timbangan
jembatan dapat diberikan oleh Direktur Metrologi, hanya
dalam keadaan khusus yang secara teknis masih dapat
dipertanggung jawabkan.
2. Kontruksi lantai muatan dan tuas-tuasnya harus cukup kuat untuk
menimbang sesuai dengan kekuatan menimbangnya.
3. Bagian indikator ( bagian penunjukan ) harus terlindung dari hujan,
Karena itu bagian ini harus dipasang terpisah terletak disamping
lantai muatan didalam ruangan yang tertutup dan beratap. Dinding
ruangan tersebut ( yang mengahdap ke lantai muatan ) harus selalu
dibuat berjendela agar orang lain data meihat muatan yang ditimbang.
4. Timbangan jembatan, jika tidak ditentukan lain harus memenuhi
ketentuan yang berlaku menurut jenisnya, yaitu timbangan jembatan
engan piring gantung arus memenuhi ketentuan timbangan
sentisimal/milisimal, timbangan jembatan bobot ingsut harus
memenuhi ketentuan timbangan bobot ingsut, timbangan cepat harus
memenhi ketentuan timbangan cepat, dan timbangan jembatan
elektronik harus memenuhi ketentuan timbangan elektronik
5. Batas kesalahan yg diizinkan ( BKD ) untuk timbangan jembatan
berlaku ketentuan SSTK timbangan bukan otomatis sesuai Surat
Keputusan Direktur Metrologi NO.803-1/Dirmet1.1/VII/2001, yaitu
berdasarkan kelas ketelitiaanya
6. Kepekaan untuk timbangan jembatan bobot ingsut dan milisimal,
berlaku ketentuan bahwa bila pada muatan tertentu diletakan imbu
pada lantai muatan sebesar BKD, maka ujung gandar harus
menjungkit 1cm setiap 100cm panjang lengannya.
7. Timbangan jembatan yang kekuatan menimbangnya lebih besar dari
10 ton, biasanya dilengkap dengan alat yang disebut alat pengarea
yang gunanya untuk melepaskan pisau pisau muatan dari lantai
muatan, sehingga lantai muatan tidak lagi bertumpu dari pisau pisau
tersebut, satu dan lain hal supaya pisau pisau muatan tidak lekas aus.
Penggunaan alat area ini tidak boleh berpengaruh terhdap
penunjukan timbangan.
8. Ukuran dimensi pisau dan bantalan disesuaikan dimensi tuas tuas,
tetapi harus tertanam 1/3 dari tingginya, sedangkan kekerasannya
antara 60 – 65 derajat Rockwell C.
9. Timbangan jembatan tidak perlu dilengkapi dengan unting – unting
( penyipat datar ) sebab letaknya sudah tetap.
Menentukan Salah Fraksi TJ bobot Ingsut Substitusi Singkat

Yang diuji cukup sua fraksi saja, misalnya salah tunjuk freaksi ke-1 dan fraksi
ke-9 maka kesalahan mutlak masing-masing fraksi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus-rumus umum :

Contoh :

Sebuah timbangan jembatan kapasitas 10.000 Kg, Jumlah fraksinya = 10, kita
sebut ‘’n’’.

Salah fraksi penimbangan ke-1 = = +1Kg

Salah fraksi penimbangan ke-2, yaitu fraksi ke-9 = = +1Kg

Dari rumus umum :

maka dimana,

kesalahan mutlak maksimum dengan rumus

( + )

= nilai fraksi maka suku pertama ( )

= nilai fraksi maka suku kedua ( )

Dari data di atas diperoleh :

( + )= (+1+1) = 10 Kg

Selanjutnya kita hitung harga dan . Harga dapat dihitung dengan rumus :
Jadi, = =

Kemudian dari keterangan di atas, bahwa . Maka,

Z = = 1. 10 = 10 Dan Dari :

10 = 10 +

Dari = 0= =0

Dengan harga . tersebut maka dapat dihitung kesalahan mutlak tiap fraksi
sebagai berikut :

+ = 1. = 1 Kg

+ = 1. = 2 Kg

+ = 1. = 3 Kg

.................................................................................................................................................................
.............................................................................................................

+ = 1. = 10 Kg

Salah Fraksi
Salah
Mutlak

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Contoh ke-2

Timbangan jembatan kapasitas 10 Ton, jumlah fraksi “n”=10. Salah fraksi

penimbangan Ke-1 = = 1 Kg, salah fraksi penimbangan ke-2 pada fraksi ke-

9= = 1,2 Kg. Hitung berapa kesalahan mutlak masing-masing fraksi.

Hitungan :

Salah mutlak fraksi maksimum adalah :

( + )= (1+1,2) = 11 Kg

= =

Cari harga sebagai berikut :

Dari rumus umum, yaitu maka

= = 1. 10 = 10

11 = 10 +

Identik dengan persamaan umum, maka :

1 =

= 1.

Dengan data tersebut di atas maka kesalahan mutlak tiap fraksi dapat
dihitung sebagai berikut :

+ = 1. = 1,01 Kg
+ = 1. = 2,04 Kg

+ = 1. = 3,09 Kg

+ = 1. = 4,16 Kg

.................................................................................................................................................................
.............................................................................................................

+ = 1. = 11 Kg

Dari hasi-hasil tersebut di atas maka dengan mudah dapat diketahui


kesalahan masing-masing fraksi.

E. Pemtubuhan Tanda Tera

Pemtubuhan tanda tera untuk timbangan jembatan, baik tera maupun tera
ulang berlaku ketentuan sesuai asal jenis timbangan jembatan tersebut.
Timbangan jembatan sentisimal/milisimal berlaku ketentuan timbangan
sentisimal/milisimal. Timbangan jembatan bobot ingsut berlaku ketentuan
timbangan bobot ingsut, timbangan jembatan cepat berlaku ketentuan
timbangan cepat, dan timbangan jembatan elektronik berlaku ketentuan
timbangan elektronik.
F. Rangkuman

Timbangan jembatan adalah modifikasi dari konstruksi jenis-jenis timbangan


yang lain, yang dikembangkan dengan ukuran yang lebih besar, baik dalam
hal dimensi, kekuatan, maupun dalam hal luas lantai muatan, sehingga
timbangan jembatan dapat dipergunakan untuk menimbang muatan
berdimensi lebih basar.

Pengujian timbangan jembatan yang paling baik adalah pengujian dengan


standar penuh sesuai dengan kekuatan menimbangnya, namun karena
keterbatasan anak timbangan standar maka pengujian timbangan dapat
dilakukan dengan cara subtitusi.

Perkembangan teknologi memungkinkan dapat menggali sumber alam


(tambang, pertanian, hutan) secara maksimal. Dalam kerangka itu,
timbangan jembatan semakin dibutuhkan untuk mendapatkan hasil
penimbangan yang benar dan untuk meningkatkan efisiensi.
G. Latihan

7) Mengapa disebut timbangan jembatan, Jelaskan.


8) Kontruksi timbangan jembatan pada umumnya modifikasi dari jenis
timbangan yang lain, Apa yang membedakannya sehingga dikatakan
timbangan jembatan
9) Menurut hubungan tuas utamanya, timbangan jembatan dapat dibagi
menjadi 4 macam, sebutkan
10) Sebutkan beberapa timbangan jembatan yang prinsip kerjanya
berdasarkan tuas-tuas menurut penemunya

K3
z
G

K1 k2

11) Gambar diatas adalah Timbangan Jembatan Konstruksi Rolle. Buktikan :


3) Syarat letak muatan diatas lantai tidak mempengaruhi
kesetimbangan, yaitu :

=
4) G = = = . L
DAFTAR PUSTAKA

Akademi Metrologi (1964), Diktat Alat-Alat Timbang

Drs. M. Lukman, Diktat Timbangan Tunggal (1994), Balai Pendidikan dan


Latihan Metrologi Metrologi, Bandung

J. Soemardi, Akademi Metrologi (1964), Diktat Timbangan Tunggal

Terjemahan Dienst Voor Schriften Technik (DVT), Direktorat Metrologi

J. Soemardi, Akademi Metrologi (1964), Diktat Timbangan kwadran

Akademi Metrologi (1964), Diktat Timbangan Pegas

Martin Kanginan, Dipl. Ing, Diktat Timbangan Elektronika (1995)

Japan International Cooporation Agency National Research Laboratory


Of Metrology, Scale, 1985

F. Suryatmo, Teknik Digital, 1994

Jan Robertson Sinclair, Elektronika Digital, 1996

Tatang Regawastan, Balai Diklat Metrologi Bandung (1982) Timbangan


Majemuk

Undang-undang RI No. 2 Tahun 1981, Tentang Metrologi Legal

SK. Memperindag No. 61/MPP/2/98 Tentang Penyelenggaraan


Kemetrologian

Rekomendasi OIML No. 76 edisi tahun 1992 dan SK Dirmet No.


803/2001 Tentang Syarat-Syarat Teknik Timbangan Bukan Otomatis

Anda mungkin juga menyukai