Anda di halaman 1dari 36

TEKNIK

PENGUKURAN DAN
KALIBRASI ALAT
UKUR DIMENSI
Training

Detail Pelatihan

Di dalam SNI 17025:2008 disebutkan bahwa kegiatan kalibrasi dilakukan oleh personil yang
memiliki keahlian di bidang kalibrasi. Hal ini dapat dicapai salah satunya dengan mengikut
sertakan personil yang terlibat dalam kegiatan kalibrasi untuk mengikuti pelatihan yang
sesuai dengan bidang tugasnya.

Dalam kegiatan pengukuran kalibrasi memegang peranan penting. Dengan kalibrasi dapat
diketahui berapa nilai penunjukan yang sebenarnya dari alat ukur yang kita gunakan. Di
bidang produksi pengukuran yang dilakukan dengan benar akan menghasilkan data yang
akurat dan tertulusur, pada akhirnya akan meningkatkan mutu produk yang dihasilkan,
menurunkan biaya produksi, serta meningkatkan produktivitas.

Hasil pengukuran yang baik dipengaruhi oleh faktor-faktor diantaranya: alat standar yang
digunakan, perlakuan terhadap alat yang akan dikalibrasi, prosedur kalibrasi, cara
pengambilan data, dan perhitungan ketidakpastian hasil pengukuran.

Pelatihan Teknik Pengukuran dan Kalibrasi Alat Ukur yang kami sediakan diantaranya
adalah ruang lingkup Dimensi. Pelatihan ini diperuntukkan bagi kalangan industri dan
laboratorium, baik itu laboratorium uji atau kalibrasi industri yang akan mengembangkan
kalibrasi alat ukur internal.

Materi teknik pengukuran dan kalibrasi alat ukur yang akan diberikan kepada peserta
menggunakan metoda atau prosedur yang sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC
17025:2008, struktur materi sudah termasuk pengolahan data, dokumentasi dan proses
penerbitan sertifikat kalibrasi.

Pada akhir training peserta akan dapat:

Untuk memberikan pengetahuan di bidang kalibrasi baik

secara teori maupun praktek.


Membentuk tenaga yang terampil di bidang kalibrasi

Agenda:

Pengantar SNI ISO/IEC 17025:2008


Pengantar Teknik Pengukuran dan Kalibrasi Alat Ukur Dimensi
Perhitungan Ketidakpastian Pengukuran
Simulasi Kalibrasi Dial Indicator, Micrometer dan Vernier Caliper
Simulasi Perhitungan Ketidakpastian Pengukuran
Analisa dan Evaluasi Hasil Kalibrasi

Method:

1. Dialog Interaktif / Sharing


2. Diskusi Grup
3. Latihan di Kelas
4. Studi Kasus

Lama Training :
Event selama 2 hari

Investasi:
Rp . 2,750,000 / Peserta

Course Trainer
Mr. Ir H Bimbing Atedi

Instruktur pelatihan teknis pengukuran dan kalibrasi Dimensional di

industri

Instruktur pelatihan teknis pengujian ketelitian geometrik Mesin

perkakas

Konsultan teknis pengembangan Laboratorium Pengukuran &

Kalibrasi di Industri

Konsultan teknis pengembangan Laboratorium Kalibrasi ISO 17025


Kepala Lab. Metrologi Dimensi /Subbid Kerjasama Industri, KIM-LIPI
Peneliti Madya Bidang Metrologi Mekanik, KIM-LIPI
Lektor Kepala pada mata kuliah Metrologi Industri, FTI Unversitas Trisakti/ISTN
Panitia Teknis untuk Lab.Kalibrasi, KAN-BSN

Peserta yang perlu menghadiri

Siapa saja yang ingin mengetahui dan tertarik pada kegiatan kalibrasi
Teknisi kalibrasi
Pegawai pada instansi/perusahaan yang memiliki laboratorium kalibrasi
Instansi/perusahaan yang memiliki dan menggunakan alat ukur standar
Jenis-Jenis Alat Ukur Laboratorium Kimia Beserta
Fungsinya


A. TUJUAN
1.Siswa dapat mengklasifikasi berbagai jenis alat ukur berdasar fungsinya.
2.Siswa dapat menentukab tingkat ketelitian berbagai jenis alat ukur.
B. LANDASAN TEORI
Pengukuran adalah kegiatan membandingkan nilai besaran yang diukur dengan
alat ukur yang ditetapkan sebagai satuan. Contoh: mengukur panjang meja dengan
sebatang pensil (panjang meja sebagai besaran, pensil sebagai alat ukur, dan panjang
pensil sebagai satuannya).
Satuan yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang sama
atau tetap untuk semua orang disebut satuan baku, sedangkan satuan yang digunakan
untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang tidak sama untuk orang yang
berlainan disebut satuan tidak baku.
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah didefinisikan terlebih dahulu.
Besaran yang dapat diukur dan memiliki satuan disebut besaran fisika. Besaran yang
tidak dapat diukur dan tidak memiliki satuan merupakan sesuatu yang tidak termasuk
besaran fisika. Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diperoleh dari besaran
pokok.
Pertimbangan satuan yang baik harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
satuan selalu tetap, artinya tidak mengalami perubahan karena pengaruh apapun;
bersifat internasional, artinya dapat dipakai di seluruh negara; mudah ditiru bagi
setiap orang yang akan menggunakannya.
Alat ukur panjang yang biasa dipakai antara lain mistar, jangka sorong dan
mikrometer sekrup. Alat yang digunakan untuk mengukur massa suatu benda adalah
neraca. Berbagai jenis neraca yang biasa digunakan adalah neraca batang antara lain :
neraca sama lengan, neraca tiga lengan (Ohauss 2610 dapat mengukur massa
sampai 2.610 kg dengan ketelitian 0,1 gram ), neraca empat lengan (Ohauss 311
dapat mengukur massa sampai 310 gram dengan ketelitian 0,01 gram). Alat ukur
waktu yang biasa dipakai adalah jam atau stopwatch.
Suhu adalah ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda.
Alat yang digunakan untuk mengukur suhu benda dengan tepat dan menyatakannya
dengan angka disebut termometer.


C.ALAT
baca juga : mengukur skala ukur dan mikrometer sekrup
Alat Fungsi

Tempat membuat
larutan. Dalam
membuat larutan
erlenmeyer yang
selalu digunakan.

Erlenmeyer
Termometer
adalah alat yang
digunakan untuk
mengukur suhu
(temperatur),
ataupun
perubahan suhu.
Istilah termometer
berasal dari
bahasa Latin
thermo yang
berarti panas dan
meter yang berarti
untuk mengukur.
Prinsip kerja
termometer ada
bermacam-
macam, yang
thermometer paling umum
digunakan adalah
termometer air
raksa.

Tempat untuk
menyimpan dan
membuat larutan.
Beaker glass
memiliki takaran
namun jarang
bahkan tidak
diperbolehkan
untuk mengukur
volume suatu zat
ciar.

Gelas Beaker
Digunakan untuk
titrasi, tapi pada
keadaan tertentu
dapat pula
digunakan untuk
mengukut volume
suatu larutan.

buret

Untuk membuat
dan atau
mengencerkan
larutan dengan
ketelitian yang
tinggi.

Labu ukur leher panjang

Untuk mengukur
volume larutan.
Pada saat
praktikum dengan
ketelitian tinggi
gelas ukur tidak
diperbolehkan
untuk mengukur
volume larutan.
Pengukuran
dengan ketelitian
tinggi dilakukan
menggunakan
Gelas ukur pipet volume.
Untuk destilasi
larutan. Lubang
lubang bawah
tempat air masuk,
lubang ata tempat
air keluar.

kondensor

Jangka sorong Jangka sorong


adalah alat ukur
yang ketelitiannya
dapat mencapai
seperseratus
milimeter. Terdiri
dari dua bagian,
bagian diam dan
bagian bergerak.
Pembacaan hasil
pengukuran
sangat bergantung
pada keahlian dan
ketelitian
pengguna maupun
alat. Baca Juga :

Mengukur Skala
Ukur Dengan
Jangka Sorong
Dan Mikrometer
Sekrup

Neraca Ohaus Neraca Ohaus


adalah alat ukur
massa benda
dengan ketelitian
0.01 gram. Prinsip
kerja neraca ini
adalah sekedar
membanding
massa benda yang
akan dikur dengan
anak timbangan.
Anak timbangan
neraca Ohaus
berada pada
neraca itu sendiri.

Neraca digital Neraca digital


merupakan alat
yang sering ada
dalam
laboratorium yang
digunakan untuk
menimbang bahan
yang akan
digunakan.

Neraca digital
berfungsi untuk
membantu
mengukur berat
serta cara
kalkulasi fecare
otomatis harganya
dengan harga
dasar satuan
banyak kurang.
Untuk mengukur
volume larutan

Pipet ukur

Digunakan untuk
mengambil
larutan dengan
volume tertentu
sesuai dengan
label yang tertera
pada bagian pada
bagian yang
menggembung.

Pipet volume atau pipet gondok atau volumetrik

Piknometer Piknometer
adalah alat yang
digunakan untuk
mengukur nilai
massa jenis atau
densitas dari
fluida. Berbagai
macam fluida
yang diukur
massa jenisnya,
biasanya kalau
dalam praktikum
yang di ukur
adalah massa
jenis dari oli , dan
juga untuk
minyak goreng.
Pengaduk
magnetik. Untuk
mengaduk
larutan. Batang-
batang magnet
diletakan di dalam
larutan kemudian
disambungkan
arus listrik maka
Stirer dan batang stirer
secara otomatis
batang magnetik
dari stirer akan
berputar.

D.PEMBAHASAN



Dalam praktikum ini kami dapat mengklasifikasi berbagai jenis alat ukur dan fungsinya,
antara lain 1.Erlenmeyer,Berupa gelas yang diameternya semakin ke atas semakin kecil
dengan skala sepanjang dindingnya, berfungsi untuk menyimpan dan memanaskan cara
menggunakannya yaitu dibersihkan, dikalibrasi, lalu dikeringkan dengan lap. Kemudian suatu
larutan dimasukkan lalu dititrasi, kemudian digoyangkan memutar labu erlenmeyernya
larutan, menampung filtrate hasil penyaringan, dan menampung titran ( larutan yang dititrasi)
pada proses filtrasi. 3. Labu ukur

Labu dengan leher yang panjang dan bertutup, terbuat dari kaca dan tidak boleh terkena
panas karena dapat memuai berfungsi untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu
dan mengencerkan larutan. Cara menggunakannya yaitu dibersihkan, dikalibrasi, lalu
dibersihkan dengan kain lap. Kemudian dimasukkan larutan yang akan diencerkan atau
masukkan zat dengan bantuan kertas isap, agar zat tidak menempel pada dinding diatas
batas atas. Lalu dimasukkan aquadest untuk melarutkannya. Lalu paskan dengan batas
bawah. Tutup lalu homogenkan.

2.Gelas Beaker,Tempat untuk menyimpan dan membuat larutan. Beaker glass memiliki
takaran namun jarang bahkan tidak diperbolehkan untuk mengukur volume suatu zat ciar.

3.corong gelas, Corong dibagi menjadi dua jenis yakni corong yang menggunakan karet atau
plastik dan corong yang menggunakan gelas. Corong digunakan untuk memasukan atau
memindah larutan ai satu tempat ke tempat lain dan digunakan pula untuk proses
penyaringan setelah diberi kertas saing pada bagian atas.

4.buret,Digunakan untuk titrasi, tapi pada keadaan tertentu dapat pula digunakan untuk
mengukut volume suatu larutan.

5.Labu ukur leher panjang, Untuk membuat dan atau mengencerkan larutan dengan ketelitian
yang tinggi.

6.gelas ukur, Untuk mengukur volume larutan. Pada saat praktikum dengan ketelitian tinggi
gelas ukur tidak diperbolehkan untuk mengukur volume larutan. Pengukuran dengan
ketelitian tinggi dilakukan menggunakan pipet volume.

7.pipet ukur, Untuk mengukur volume larutan

8.pipet volume,Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu sesuai dengan
label yang tertera pada bagian pada bagian yang menggembung.

9.Stirer dan batang stirer,Pengaduk magnetik. Untuk mengaduk larutan. Batang-batang


magnet diletakan di dalam larutan kemudian disambungkan arus listrik maka secara otomatis
batang magnetik dari stirer akan berputar.

10. Piknometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur nilai massa jenis atau densitas
dari fluida. Berbagai macam fluida yang diukur massa jenisnya, biasanya kalau dalam
praktikum yang di ukur adalah massa jenis dari oli , dan juga untuk minyak goreng.

11. Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur), ataupun
perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa Latin thermo yang berarti panas dan
meter yang berarti untuk mengukur. Prinsip kerja termometer ada bermacam-macam, yang
paling umum digunakan adalah termometer air raksa.

12. Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus
milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil
pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat.

13. Neraca Ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram. Prinsip kerja
neraca ini adalah sekedar membanding massa benda yang akan dikur dengan anak
timbangan. Anak timbangan neraca Ohaus berada pada neraca itu sendiri.

14.Neraca digital merupakan alat yang sering ada dalam laboratorium yang digunakan untuk
menimbang bahan yang akan digunakan.

Neraca digital berfungsi untuk membantu mengukur berat serta cara kalkulasi fecare otomatis
harganya dengan harga dasar satuan banyak kurang.

E.KESIMPULAN

Pada praktikum ini kami dapat mengklasifikasi berbagai jenis alat ukur berdasar
fungsinya. dan kami dapat menentukan tingkat ketelitian berbagai jenis alat ukur tersebut.
VERIFIKASI DAN KALIBRASI
Verifikasi adalah penegasan dengan pemeriksaan dan penetapan bukti
bahwa persyaratan yang ditetapkan telah dipenuhi.

Sehubungan dengan manajemen alat ukur, verifikasi memberikan suatu


cara untuk mengecek bahwa penyimpangan antara nilai yang ditunjuk oleh
suatu alat ukur dan nilai berkaitan yang diketahui dari suatu besaran yang
diukur adalah secara koonsisten lebih kecil daripada kesalahan maksimum
yang dapat diperbolehkan yang ditetapkan dalam suatu standar, peraturan
atau spesifikasi yang khusus untuk manajemen alat ukur.
Hasil dari verifikasi membawa pada suatu keputusan:

- Apakah alat akan kembali digunakan

- Melakukan penyetelan

- Melakukan perbaikan

- Menyatakan unjuk kerja telah menurun

- Menyatakan alat tidak dapat dipakai lagi

Verifikasi alat adalah semua pekerjaan yang dilakukan oleh suatu badan
pelayanan metrologi legal nasional (atau organisasi lain yang secara legal diberi
kewenangan) yang bertujuan untuk memastikan dan menegaskan bahwa peralatan
atau satandar sepenuhnya memenuhi persyaratan peraturan untuk verifikasi.

Kalibrasi adalah serangkaian pekerjaan di bawah kondisi tertentu yang


menetapkan hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh suatu alat ukur, sistem
pengukuran, nilai yang ditunjukkan oleh suatu besaran bahan (material measure)
atau bahan acuan dan nilai yang diketahui berkaitan dari suatu besaran ukur.

Kalibrasi berarti menetapkan dan merekam ketidakpastian pengukuran dari alat


ukur.
Hasil dari kalibrasi memungkinkan:

- Perkiraan kesalahan dari penunjukan alat ukur, sistem pengukuran atau besaran
bahan

- Penetapan nilai untuk penandaan pada skala yang berubah-ubah

- Menghasilkan faktor kalibrasi, misal dalam bentuk kurva kalibrasi

KALIBRASI VERIFIKASI

Menetapkan hubungan antara nilai yang Pemeriksaan kesesuaia alat ukur


diukur dan nilai yang berkaitan yang dengan persyaratan legal:
dicapai oleh standar: -Uji kualitatif
-Di bawah kondisi yang ditetapkan -Kesalahan maksuimum yang
-Pada tanggal dan waktu tertentu diperbolehkan (Maximum
Permissible Errors/MPE)

Pernyataan dari kedua penyimpangan atau Memberi tanda pada alat yang diuji
koreksi dan ketidakpastian pengukuran (pasport function)

Menerbitkan sertifikat kalibrasi Menerbitkan sertifikat verifikasi


sebagaimana dipersyaratkan atau
diminta

Setiap laboratorium perlu mengadakan dan melaksanakan suatu program


kalibrasi yang sesuai, termasuk semua peralatan yang mempunyai hubungannya
dengan hasil pengujian akhir.

Pengecekan yang sering akan mendeteksi secara dini kegagalan fungsi atau cacat
pengujian terdahulu.

Tujuan dilakukan program kalibrasi/verifikasi adalah memberikan kepercayaan


bahwa pengukuran yang dilakukan di laboratorium tersebut relevan dan tertelusur
ke standar (nasional/internasional), atau bahan acuan bersertifikat.

Frekuensi kalibrasi peralatan merupakan fungsi berbagai faktor, seperti:

- Akurasi dan batas kesalahan yang diperbolehkan


- Stabilitas alat ukur dan uji

- Maksud dan penggunaan (frekuensi, personel, kondisi lingkungan, dll)

- Pengalaman dengan alat ukur dan dan uji serupa

Sumber: Siregar, C.J.P., 2007, Praktek Sistem manajemen Laboratorium-


Pengujian yang Baik, Jakarta, EGC

Sumber Kesalahan
Dalam Pengukuran
Advanced Quality, Management Article

Cara kalibrasi alat ukur | Dalam proses pengukuran paling tidak ada tiga faktor yang terlibat
yaitu:

Alat ukur,
Benda ukur, dan
Orang yang melakukan pengukuran

Cara kalibrasi alat ukur | Hasil pengukuran tidak mungkin mencapai kebenaran yang absolut
karena keterbatasan dari bermacam faktor. Yang diperoleh dari pengukuran adanya hasil
yang dianggap paling mendekati dengan harga geometris obyek ukur. Meskipun hasil
pengukuran itu merupakan hasil yang dianggap benar, masih juga terjadi penyimpangan hasil
pengukuran.

Cara kalibrasi alat ukur | Masih ada faktor lain lagi yang juga sering menimbulkan
penyimpangan pengukuran yaitu lingkungan. Lingkungan yang kurang tepat akan
mengganggu jalannya proses pengukuran.

1. Kesalahan pengukuran karena alat ukur


Jika kesalahan dalam pengukuran tidak diperhatikan maka sifat-sifat merugikan ini tentu
akan menimbulkan banyak kesalahan dalam pengukuran. Oleh karena itu, untuk mengurangi
terjadinya penyimpangan pengukuran sampai seminimal mungkin maka alat ukur yang akan
dipakai harus dikalibrasi terlebih dahulu. Kalibrasi ini diperlukan disamping untuk mengecek
kebenaran skala ukurnya juga untuk menghindari sifat-sifat yang merugikan dari alat ukur,
seperti kestabilan nol, kepasifan, pengambangan, dan sebagainya.

2. Kesalahan pengukuan karena benda ukur


Tidak semua benda ukur berbentuk pejal yang terbuat dari besi, seperti rol atau bola baja,
balok dan sebagainya. Kadang-kadang benda ukur terbuat dari bahan alumunium, misalnya
kotak-kotak kecil, silinder, dan sebagainya. Benda ukur seperti ini mempunyai sifat elastis,
artinya bila ada beban atau tekanan dikenakan pada benda tersebut maka akan terjadi
perubahan bentuk. Bila tidak hati-hati dalam mengukur benda-benda ukur yang bersifat
elastis maka penyimpangan hasil pengukuran pasti akan terjadi. Oleh karena itu, tekanan
kontak dari sensor alat ukur harus diperkirakan besarnya.

Di samping benda ukur yang elastis, benda ukur tidak elastis pun tidak menimbulkan
penyimpangan pengukuran misalnya batang besi yang mempunyai penampang memanjang
dalam ukuran yang sama, seperti pelat besi, poros-poros yang relatif panjang dan sebagainya.
Batang-batang seperti ini bila diletakkan di atas dua tumpuan akan terjadi lenturan akibat
berat batang sendiri. Untuk mengatasi hal itu biasanya jarak tumpuan ditentukan sedemikian
rupa sehingga diperoleh kedua ujungnya tetap sejajar. Jarak tumpuan yang terbaik adalah
0.577 kali panjang batang dan juga yang jaraknya 0.544 kali panjang batang.

Cara kalibrasi alat ukur | Kadang-kadang diperlukan juga penjepit untuk memegang benda
ukur agar posisinya mudah untuk diukur. Pemasangan penjepit ini pun harus diperhatikan
betul-betul agar pengaruhnya terhadap benda kerja tidak menimbulkan perubahan bentuk
sehingga bisa menimbulkan penyimpangan pengukuran.
3. Kesalahan pengukuran karena faktor si pengukur
Bagaimanapun presisinya alat ukur yang digunakan tetapi masih juga didapatkan adanya
penyimpangan pengukuran, walaupun perubahan bentuk dari benda ukur sudah dihindari. Hal
ini kebanyakan disebabkan oleh faktor manusia yang melakukan pengukuran. Manusia
memang mempunyai sifat-sifat tersendiri dan juga mempunyai keterbatasan. Sulit diperoleh
hasil yang sama dari dua orang yang melakukan pengukuran walaupun kondisi alat ukur,
benda ukur dan situasi pengukurannya dianggap sama.
Cara kalibrasi alat ukur | Kesalahan pengukuran dari faktor manusia ini dapat dibedakan
antara lain sebagai berikut: kesalahan karena kondisi manusia, kesalahan karena metode yang
digunakan, kesalahan karena pembacaan skala ukur yang digunakan.
1. Kesalahan Karena Kondisi Manusia

Kondisi badan yang kurang sehat dapat mempengaruhi proses pengukuran yang akibatnya
hasil pengukuran juga kurang tepat. Contoh yang sederhana, misalnya pengukur diameter
poros dengan jangka sorong. Bila kondisi badan kurang sehat, sewaktu mengukur mungkin
badan sedikit gemetar, maka posisis alat ukur terhadap benda ukur sedikit mengalami
perubahan. Akibatnya, kalau tidak terkontrol tentu hasil pengukurannya juga ada
penyimpangan. Atau mungkin juga penglihatan yang sudah kurang jelas walau pakai kaca
mata sehingga hasil pembacaan skala ukur juga tidak tepat. Jadi, kondisi yang sehat memang
diperlukan sekali untuk melakukan pengukuran, apalagi untuk pengukuran dengan ketelitian
tinggi.

2. Kesalahan Karena Metode Pengukuran yang Digunakan

Alat ukur dalam keadaan baik, badan sehat untuk melakukan pengukuran, tetapi masih juga
terjadi penyimpangan pengukuran. Hal ini tentu disebabkan metode pengukuran yang kurang
tepat. Kekurangtepatan metode yang digunakan ini berkaitan dengan cara memilih alat ukur
dan cara menggunakan atau memegang alat ukur. Misalnya benda yang akan diukur diameter
poros dengan ketelitian 0,1 milimeter. Alat ukur yang digunakan adalah mistar baja dengan
ketelitian 0,1 milimeter. Tentu saja hasil pengukurannya tidak mendapatkan dimensi ukuran
sampai 0,01 milimeter. Kesalahan ini timbul karena tidak tepatnya memilih alat ukur.
Cara memegang dan meletakkan alat ukur pada benda kerja juga akan mempengaruhi
ketepatan hasil pengukuran. Misalnya posisi ujung sensor jam ukur, posisi mistar baja, posisi
kedua rahang ukur jangka sorong, posisi kedua ujung ukur dari mikrometer, dan sebagainya.
Bila posisi alat ukur ini kurang diperhatikan letaknya oleh si pengukur maka tidak bisa
dihindari terjadinya penyimpangan dalam pengukuran.

3. Kesalahan Karena Pembacaan Skala Ukur

Kurang terampilnya seseorang dalam membaca skala ukur dari alat ukur yang sedang
digunakan akan mengakibatkan banyak terjadi penyimpangan hasil pengukuran. Kebanyakan
yang terjadi karena kesalahan posisi waktu membaca skala ukur. Kesalahan ini
sering disebut, dengan istilah paralaks. Paralaks sering kali terjadi pada si pengukur yang
kurang memperhatikan bagaimana seharusnya dia melihat skala ukur pada waktu alat ukur
sedang digunakan. Di samping itu, si pengukur yang kurang memahami pembagian divisi
dari skala ukur dan kurang mengerti membaca skala ukur yang ketelitiannya lebih kecil
daripada yang biasanya digunakannya juga akan berpengaruh terhadap ketelitian hasil
pengukurannya.Jadi, faktor manusia memang sangat menentukan sekali dalam proses
pengukuran. Sebagai orang yang melakukan pengukuran harus menetukan alat ukur yang
tepat sesuai dengan bentuk dan dimensi yang akan diukur. Untuk memperoleh hasil
pengukuran yang betul-betul dianggap presisi tidak hanya diperlukan asal bisa membaca
skala ukur saja, tetapi juga diperlukan pengalaman dan ketrampilan dalam menggunakan alat
ukur.

Cara kalibrasi alat ukur | Ada beberapa faktor yang harus dimiliki oleh seseorang yang akan
melakukan pengukuran yaitu:

1. Memiliki pengetahuan teori tentang alat ukur yang memadai dan memiliki
ketrampilan atau pengalaman dalam praktik-praktik pengukuran.
2. Memiliki pengetahuan tentang sumber-sumber yang dapat menimbulkan
penyimpangan dalam pengukuran dan sekaligus tahu bagaimana cara mengatasinya.
3. Memiliki kemampuan dalam persoalan pengukuran yang meliputi bagaimana
menggunakannya, bagaimana, mengalibrasi dan bagaimana memeliharanya.

4. Kesalahan karena faktor lingkungan


Ruang laboratorium pengukuran atau ruang-ruang lainnya yang digunakan untuk pengukuran
harus bersih, terang dan teratur rapi letak peralatan ukurnya. Ruang pengukuran yang banyak
debu atau kotoran lainnya sudah tentu dapat menganggu jalannya proses pengukuran.
Disamping si pengukur sendiri merasa tidak nyaman juga peralatan ukur bisa tidak normal
bekerjanya karena ada debu atau kotoran yang menempel pada muka sensor mekanis dan
benda kerja yang kadang-kadang tidak terkontrol oleh si pengukur. Ruang pengukuran juga
harus terang, karena ruang yang kurang terang atau remang-remang dapat mengganggu dalam
membaca skala ukur yang hal ini juga bisa menimbulkan penyimpangan hasil pengukuran.
Akan tetapi, untuk penerangan ini ruang pengukuran sebaiknya tidak banyak diberi lampu
penerangan. Sebeb terlalu banyak lampu yang digunakan tentu sedikit banyak akan
mengakibatkan suhu ruangan menjadi lebih panas. Padahal, menurut standar internasional
bahwa suhu atau temperatur ruangan pengukur yang terbaik adalah 20C apabila temperatur
ruangan pengukur sudah mencapai 20C, lalu ditambah lampu-lampu penerang yang terlalu
banyak, maka temperatur ruangan akan berubah. Seperti kita ketahui bahwa benda padat akan
berubah dimensi ukurannya bila terjadi perubahan panas. Oleh karena itu, pengaruh dari
temperatur lingkungan tempat pengukuran harus diperhatikan.

KALIBRASI ALAT UKUR GELAS


I. NAMA PEMBIMBING : Drs. Ajen Zaenal Hayat

II. TANGGAL PRAKTIKUM : Kamis, 14 Agustus 2014

III. TANGGAL LAPORAN : Rabu, 20 Agustus 2014

IV. TUJUAN PRAKTIKUM :

a. Dapat mengetahui prosedur kalibrasi alat ukur gelas berupa buret, pipet seukuran, dan labu ukur dengan
benar.

b. Dapat melakukan kalibrasi alat ukur gelas berupa buret, pipet seukuran, dan labu ukur dengan benar.

c. Dapat mengetahui kelayakan suata alat ukur gelas.

V. PRINSIP PERCOBAAN :

a. Buret

Berat dari volume aqua DM yang dikeluarkan oleh buret diukur, dan kemudian dibandingkan dengan berat
jenis air pada suhu pengukuran volume tersebut dilakukan. Pengerjaan pada skala interval 5 sampai 25,
sehingga dapat ditemtukan nilai ketepatannya.

b. Pipet Seukuran

Berat dari volume aqua DM yang dikeluarkan oleh pipet seukuran diukur, kemudian dibandingkan dengan
berat jenis air pada suhu pengukuran volume tersebut dilakukan sehingga dapat ditentukan nilai
ketepatannya.

c. Labu Ukur

Berat dari volum aqua Dm dari labu ukur yang telah diketahui beratnya diukur. Kemudian dibandingkan
dengan berat jenis air pada suhu pengukuran volume tersebut dilakukan, sehingga dapat ditentukan nilai
ketepatannya.
VI. DASAR TEORI :

PENDAHULUAN

Secara umum kalibrasi mempunyai pengertian sebagai rangkaian kegiatan membandingkan hasil
pengukuran suatu alat dengan alat standar yang sesuai untuk menentukan besarnya koreksi pengukuran alat
serta ketidakpastiannya. Dalam pengertian ini alat standar yang digunakan juga harus terkalibrasi dibuktikan
dengan sertifikat kalibrasi. Dengan demikian maka besarnya koreksi pengukuran alat dapat ditelusurkan ke
standar nasional atau standar internasional dengan suatu mata rantai kegiatan kalibrasi yang tidak terputus.

Alat ukur yang telah dikalibrasi tidak akan secara terus menerus berlaku masa kalibrasinya, karena
peralatan tersebut selama masa penggunaanya pasti mengalami perubahan spesifikasi akibat pengaruh
frekuensi pemakaian, lingkungan penyim-panan, cara pemakaian, dan sebagainya. Untuk itulah selama
berlakunya masa kalibrasi alat bersangkutan perlu dipelihara ketelusurannya dengan cara perawatan dan cek
antara secara periodik.

Hasil pengukuran yang diberikan oleh beberapa alat sejenis tidak selalu menunjukkan hasil yang
sama, meskipun alat tersebut mempunyai tipe yang sama. Perbedaan ini diperbesar lagi dengan adanya
pengaruh lingkungan, operator, serta metode pengukuran. Padahal dalam menghasilkan hasil pengukuran
tersebut sangat diharapkan bahwa setiap alat ukur yang digunakan dimanapun memberikan hasil ukur yang
sama dalam kaitannya dengan keperluan keamanan, kesehatan, transaksi, dan keselamatan.

Agar setiap alat dapat memberikan hasil ukur dengan keabsahan yang sama, alat ukur tersebut perlu
mempunyai ketelusuran kepada standar nasional atau standar internasional. Cara untuk memberikan jaminan
bahwa alat yang digunakan mempunyai ketelusuran kepada standar nasional adalah dengan melakukan
kalibrasi terhadap alat tersebut. Lebih dari itu untuk memelihara ketelusuran tersebut perlu dilakukan
perawatan alat dalam selang kalibrasi tertentu.

Dalam penerapan standar ISO/IEC 17025 : 2005, kiranya upaya-upaya untuk menyamakan persepsi
bagi semua pihak terkait perlu dilaksanakan. Ketelusuran pengukuran tidak hanya sekedar menjadi
persyaratan administratif, melainkan telah menjadi kebutuhan teknis yang mendasar terutama dengan
diwajibkannya mencantumkan estimasi ketidakpastian dalam hasil uji.

Tujuan Kalibrasi

Mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat dikaitkan/ditelusur sampai ke standar yang
lebih tinggi/teliti (standar primer nasional dan / internasional), melalui rangkaian perbandingan yang tak
terputus.

Menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai konvensional penunjukan suatu instrument ukur.

Menjamin hasil-hsil pengukuran sesuai dengan standar Nasional maupun Internasional.

Manfaat Kalibrasi
Menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesefikasinya

Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri pada peralatan laboratorium dan
produksi yang dimiliki.

Bisa mengetahui perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang ditunjukkan oleh alat
ukur.

Hasil Kalibrasi antara lain:

Nilai Obyek Ukur

Nilai Koreksi/Penyimpangan

Nilai Ketidakpastian Pengukuran(Besarnya kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengukuran, dievaluasi
setelah ada hasil pekerjaan yang diukur dan analisis ketidakpastian yang benar dengan memperhitungkan
semua sumber ketidakpastian yang ada di dalam metode perbandingan yang digunakan serta besarnya
kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengukuran)

Sifat metrologi lain seperti faktor kalibrasi, kurva kalibrasi.

Persyaratan Kalibrasi

Standar acuan yang mampu telusur ke standar Nasional / Internasional

Metoda kalibrasi yang diakui secara Nasional / Internasional

Personil kalibrasi yang terlatih, yang dibuktikan dengan sertifikasi dari laboratorium yang terakreditasi

Ruangan / tempat kalibrasi yang terkondisi, seperti suhu, kelembaban, tekanan udara, aliran udara, dan kedap
getaran

Alat yang dikalibrasi dalam keadaan berfungsi baik / tidak rusak

Kalibrasi diperlukan untuk:

Perangkat baru

Suatu perangkat setiap waktu tertentu

Suatu perangkat setiap waktu penggunaan tertentu (jam operasi)

Ketika suatu perangkat mengalami tumbukan atau getaran yang berpotensi mengubah kalibrasi

Ketika hasil pengamatan dipertanyakan

Di beberapa negara, termasuk Indonesia, memiliki lembaga metrologi nasional (National metrology
institute). Di Indonesia terdapat Pusat Penelitian Kalibrasi Instrumentasi dan Metrologi (Puslit KIM LIPI) yang
memiliki standar pengukuran tertinggi (dalam SI dan satuan-satuan turunannya) yang akan digunakan sebagai
acuan bagi perangkat yang dikalibrasi. Puslit KIM LIPI juga mendukung infrastuktur metrologi di suatu negara
(dan, seringkali, negara lain) dengan membangun rantai pengukuran dari standar tingkat tinggi/internasional
dengan perangkat yang digunakan.
METODE PERHITUNGAN 1

Untuk mendapatkan hasil pengukuran massa yang akurat, efek buoyancy (daya apung benda akibar
aliran udara) harus di koreksi terlebih dahulu. .Udara pada keadaan standar dengan keadaan saat ditimbang
itu beda. Sehingga menyebabkan sedikit perbedaan. Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan buoyancy
pada alat alat tersebut (tingkatan keseimbangan pada saat kedua objek itu mempunyai massa yang sama ) .Hal
ini dapat diperbaiki dengan menggunakan :

Dimana : M = massa air sebenarnya (g)

G = massa air yang ditimbang (g)

da= densitas udara (0.0012 g/cm3)

d = densitas air pada suhu percobaan (g/cm3)

ds = densitas bobot standar (8.47 g/cm3)

Data massa air sebenarnya (M) di konversi ke dalam bentuk volume(ml) dengan menggunakan tabel
masa jenis air pada suhu kalibrasi .Termometer yang digunakan juga harus terkalibrasi agar hasil yang
diperoleh akurat. Konversi dapat menggunakan rumus

Dimana : M = massa air sebenarnya (g)

V= volume air pada suhu percobaan (ml)

d = densitas air pada suhu percobaan (g/cm3)

Berikut adalah tabel densitas air

Suhu (oC) Massa Jenis


(g/cm3)

10 0.9997026

11 0.9996084

12 0.9995004

13 0.9993801

14 0.9992474

15 0.9991026

16 0.9989460

17 0.9987779

18 0.9985986

19 0.9984082

20 0.9982071
21 0.9979955

22 0.9977735

23 0.9975415

24 0.9972995

25 0.9970479

26 0.9967867

27 0.9965162

28 0.9962365

29 0.9959478

30 0.9956502

Setelah mendapatkan volume air pada suhu percobaan(Vo) ,kemudian volume tersebut dikoreksi pada
suhu baku alat atau batas suhu yang tertera pada alat tersebut.

Koreksi ini dapat dilakukan dengan menggunakan koefisien ekspansi termal air atau juga koefisien muai gelas
,dengan rumus :

Diman : Vt = Volume pada suhu 20oC (suhu yg tertera pada alat)

V= volume air pada suhu percobaan (ml)

= koefisien muai gelas (0.000025ml/oC)

T = Suhu percobaan (oC)

To= Suhu baku alat (oC)

Koefisien muai beberapa material alat volumetrik dapat dilihat dalam tabel di bawah ini yang diambil
dari ASTM E-542 01 APPENDIX Tabel X1.3 :

Material Koefisien muai ruang, , /C

Fused silica (quartz) 0.0000016

Borosilicate glass (A) 0.000010

Borosilicate glass (B) 0.000015

Soda-lime glass 0.000025

Polypropylene plastic 0.000240

Polycarbonate plastic 0.000450


Polystyrene plastic 0.000210

Untuk mengetahui seberapa besar keselahan dari hasil pengukuran maka dapat dihitung persen
kesalahan .Dimana persen kesalahan itu adalahan kesalahan mutlak terhadap nilai yang sebenarnya dikalikan
100% , dan kesalahan mutlak itu sendiri adalah selisih hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya, oleh karena
itu diperoleh rumus persen kesalahan yaitu :

Dimana : Vt = Volume pada suhu 20oC (suhu yg tertera pada alat)

Vo = volume air yang sebenarnya (ml)

Dalam suatu pengukuran yang terpenting adalah sampai sejauh mana kesalahan tersebut masih dapat
diterima .Penerimaan suatu kesalahan yang muncul dalam suatu pengukuran sering diistilahkan dengan
toleransi .Secara matematika, toleransi dalam pengukuran adalah selisih hasil pengukuran terbesar yang dapat
diterima dengan hasil pengukuran terkecil yang dapat diterima. Maka diperoleh rumus :

Dimana : Vt = Volume pada suhu 20oC (suhu yg tertera pada alat)

V = volume air sebenarnya (ml)

Menurut ASTM E694 Standard Practice for Calibration of Laboratory Volumetric Apparatus. Berikut
adalah tabel data toleransi pada setiap alat pada suhu 20oC

1. Buret

Kapasitas (ml) Toleransi (ml)

5 0.01

10 0.02

25 0.03

50 0.05

100 0.20

2. Pipet Seukuran

Kapasitas (ml) Toleransi (ml)

0.5 0.006

1 0.006

2 0.006

5 0.01

10 0.02
20 0.03

25 0.03

50 0.05

100 0.08

3. Labu Ukur

Kapasitas (ml) Toleransi (ml)

5 0.02

10 0.02

25 0.03

50 0.05

100 0.08

250 0.12

500 0.20

1000 0.30

2000 0.50

Menurut ASTM E 694 ,dengan pengecualian gelas ukur toleransi untuk alat alat kelas B pada umunya 2 kali
dari alat alat kelas A,

METODE PERHITUNGAN 2

Volume sebenarnya = Massa Air x Faktor Koreksi (FK)

Koreksi = Volume dipindahkan Volume Sebenarnya

% Galat = x 100

Faktor Koreksi

Suhu (T) FK

24C 1,0038

25C 1,0040

26C 1,0042

27C 1,0045
VII. ALAT DAN BAHAN :

A. Alat :

1. Buret 25 ml

2. Pipet seukuran 5 ml

3. Labu ukur 25 ml

4. Gelas kimia 100 ml

5. Botol Timbang

6. Statif dan klem

7. Neraca Analitik

B. Bahan :

1. Aqua DM

2. Alkohol 95%

3. Kertas isap

VIII. RANGKAIAN ALAT :

Buret

Pipet seukuran

Labu ukur

IX. PROSEDUR KERJA

A. Kalibrasi Buret

1. Buret dicuci hingga bersih.


2. Botol timbang yang kosong ditimbang beratnya.

3. Buret diisi dengan aqua dm dan ditanda bataskan.

4. 10 ml aqua dm dari buret dimasukkan kedalam botol timbang.

5. Botol timbang + aqua dm ditimbang.

6. Hasil penimbangan dan suhu dicatat

7. Langkah diatas diulangi 3x dengan volume 5 s/d 25 ml dengan interval 5 ml

B. Kalibrasi Pipet Seukuran

1. Pipet seukuran dicuci hingga bersih.

2. Botol timbang yang kosong ditimbang beratnya.

3. Aqua dm dipipet dengan pipet seukuran yang akan di kalibrasi.

4. Aqua dm dari pipet seukuran dimasukkan ke dalam botol timbang.

5. Botol timbang dan aqua dm ditimbang.

6. Hasil penimbangan dan suhu dicatat.

7. Langkah diatas diulangi 3x.

C. Kalibrasi Labu Ukur

1. Labu ukur dicuci hingga bersih. Labu ukur kosong tersebut ditimbang.

2. Labu ukur yg sudah diketahui beratnya diisi dengan aqua dm dan ditanda bataskan.

3. Labu ukur + aqua dm ditimbang. Hasil penimbangan dicatat.

4. Langkah diatas diulangi 3x.

X. DIAGRAM ALIR :

A. Buret 25 ml

B. Pipet Seukuran 5 ml
C. Labu Ukur 25 ml

XI. DATA PENGAMATAN :

MENGGUNAKAN METODE PERHITUNGAN 1

A. Buret 25 ml
Tabel Pengamatan Kalibrasi Buret 25 ml ke-1

Pengamatan ke 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml 25 ml

0 ml 5 ml 5 ml 10 ml 10 ml 15 10 ml 15 10 ml 15
ml ml ml

Vawal 0 ml 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml

Vakhir 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml 25 ml

Vyang dipindahkan 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml

M alat + Mair 23,6252 g 28,6117 g 33,6027 g 38,5028 g 43,4420 g

M alat 18,6860 g 23,6152 g 28,6117 g 33,6027 g 38,5028 g

M air 4,9392 g 4,9865 g 4,9910 g 4,9001 g 4,9392 g

Suhu 27oC 27oC 27oC 27oC 27oC

Densitas air 0.9965162 0.9965162 0.9965162 0.9965162 0.9965162


g/ml g/ml g/ml g/ml g/ml

M(massa air sebenarnya) 4,9444 g 4,9918 g 4,9963 g 4,9053 g 4,9444 g

Vo(V pada suhu percobaan) 4,9617 ml 5.0093 ml 5,0138 ml 4,9442 ml 4,9617 ml

Vt(V pada suhu baku alat) 4,9626 ml 5.0102 ml 5,0147 ml 4,9233 ml 4,9626 ml

% Kesalahan 0,748% 0.204 % 0,294 % 1,534 % 0,748%

Toleransi 0,0374 ml 0,0102 ml 0,0147 ml 0,0767 ml 0,0374 ml

Toleransi Rata rata 0,03528 ml

a. Perhitungan pada volume 0 ml-5 ml

b. Perhitungan pada volume 5 ml-10 ml


c. Perhitungan pada volume 10-15 ml

d. Perhitungan pada volume 15 ml-20 ml

e. Perhitungan pada volume 20-25 ml

Tabel Pengamatan Kalibrasi Buret 25 ml ke-2

Pengamatan ke 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml 25 ml

0 ml 5 ml 5 ml 10 ml 10 ml 15 10 ml 15 10 ml 15
ml ml ml

Vawal 0 ml 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml

Vakhir 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml 25 ml

Vyang dipindahkan 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml

M alat + Mair 23,6764 g 28,6540 g 33,6580 g 38,6102 g 43,5687 g

M alat 18,6857 g 23,6764 g 28,6540 g 33,6580 g 38,6102 g

M air 4,9907 g 4,9776 g 5,0040 g 4,9522 g 4,9585 g

Suhu 27oC 27oC 27oC 27oC 27oC

Densitas air 0.9965162 0.9965162 0.9965162 0.9965162 0.9965162


g/ml g/ml g/ml g/ml g/ml

M(massa air sebenarnya) 4,9960 g 4,9829 g 5,0093 g 4,9575 g 4,9638 g

Vo(V pada suhu percobaan) 5,0135 ml 5.0003 ml 5,0268 ml 4,9748 ml 4,9811 ml

Vt(V pada suhu baku alat) 5,0144 ml 5.0012 ml 5,0277 ml 4,9757 ml 4,9820 ml

% Kesalahan 0,288% 0,024 % 0,554 % 0,487 % 0,361%

Toleransi 0,0144 0,0012 0,0277 0,0243 0,0180

Toleransi Rata-Rata 0,01712 ml

Tabel Pengamatan Kalibrasi Buret 25 ml ke-3

Pengamatan ke 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml 25 ml

0 ml 5 ml 5 ml 10 ml 10 ml 15 10 ml 15 10 ml 15
ml ml ml

Vawal 0 ml 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml

Vakhir 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml 25 ml

Vyang dipindahkan 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml

M alat + Mair 23,6770 g 28,6735 g 33,6508 g 38,6391 g 43,6083 g

M alat 18,6859 g 23,6770 g 28,6735 g 33,6508 g 38,6391 g

M air 4,9911 g 4,9965 g 4,9773 g 4,9883 g 4,9585 g

Suhu 27oC 27oC 27oC 27oC 27oC

Densitas air 0.9965162 0.9965162 0.9965162 0.9965162 0.9965162


g/ml g/ml g/ml g/ml g/ml

M(massa air sebenarnya) 4,9963 g 5,0018 g 4,9826 g 4,9936 g 4,9744 g

Vo(V pada suhu percobaan) 5,0138 ml 5,0193 ml 5,0000 ml 5,0110 ml 4,9918 ml

Vt(V pada suhu baku alat) 5,0147 ml 5,0202 ml 5,0009 ml 5,0119 ml 4,9927 ml

% Kesalahan 0,294 % 0.404 % 0,0175 % 0,023 % 0,145%

Toleransi 0,0147 0,0202 0,0009 0,0119 0,0081

Toleransi Rata-Rata 0,01116 ml

B. Pipet Seukuran 5 ml

a. Tabel Pengamatan Kalibrasi Pipet Seukuran 5 ml


Pengamatan ke 1 2 3

Vyang dipindahkan 5 ml 5 ml 5 ml

M alat + Mair 22,3896 g 22,4240 g 22,4225 g

M alat 17,4340 g 17,4335 g 17,4322 g

M air 4,9556 g 4,9905 g 4,9903 g

Suhu 27 oC 27 oC 27 oC

Densitas air 0.9965162 g/ml 0.9965162 g/ml 0.9965162 g/ml

M(massa air sebenarnya) 4,9609 g 4,9958 g 4,9956 g

Vo(V pada suhu percobaan) 4,9782 ml 5,0133 ml 5,0131 ml

Vt(V pada suhu baku alat) 4,9791 ml 5,0142 ml 5,0140 ml

% Kesalahan 0,418 % 0,284 % 0,280 %

Toleransi 0,0209 ml 0,0142 ml 0,0140 ml

Toleransi Rata-Rata 0,0164 ml

b. Perhitungan Data Ke-1

Perhitungan Data ke-2

Perhitungan Data ke-3

C. Labu Ukur 25 ml

c. Tabel Pengamatan Kalibrasi Labu Ukur 25 ml

Pengamatan ke 1 2 3

Vyang dipindahkan 25 ml 25 ml 25 ml

M alat + Mair 48,6547 g 48,6532 g 48,6535 g

M alat 23,7425 g 23,7426 g 23,7425 g

M air 24,9122 g 24,9106 g 24,9110 g

Suhu 27 oC 27 oC 27 oC

Densitas air 0.9965162 g/ml 0.9965162 g/ml 0.9965162 g/ml


M(massa air sebenarnya) 24,9386 g 24,9370 g 24,9137 g

Vo(V pada suhu percobaan) 25,0258 ml 25,0242 ml 25,0008 ml

Vt(V pada suhu baku alat) 25,0302 ml 25,0286 ml 25,0052 ml

% Kesalahan 0,12 % 0,114 % 0,116 %

Toleransi 0,0302 ml 0,0286 ml 0,0290 ml

Toleransi Rata-Rata 0,0293 ml

d. Perhitungan Data Ke-1

Perhitungan Data Ke-2

Perhitungan Data Ke-3

MENGGUNAKAN METODE PERHITUNGAN 2

A. Buret 25 ml

Tabel Pengamatan Kalibrasi Buret 25 ml ke-1

Pengamatan ke 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml 25 ml

0 ml 5 ml 5 ml 10 ml 10 ml 15 10 ml 15 10 ml 15
ml ml ml

Vawal 0 ml 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml
Vakhir 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml 25 ml

Vyang dipindahkan 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml

M alat + Mair 23,6252 g 28,6117 g 33,6027 g 38,5028 g 43,4420 g

M alat 18,6860 g 23,6152 g 28,6117 g 33,6027 g 38,5028 g

M air 4,9392 g 4,9865 g 4,9910 g 4,9001 g 4,9392 g

Suhu 27oC 27oC 27oC 27oC 27oC

Faktor Koreksi 1,0045ml /g 1,0045ml /g 1,0045ml /g 1,0045ml /g 1,0045ml /g

VNyata 4,9614ml 5,0089ml 5,0135ml 4,9222ml 4,9614ml

Koreksi 0,0386ml 0,0089ml 0,0135ml 0,0778ml 0,0386ml

% Galat 0,78% 0,18% 0,27% 1,58% 0,78%

Koreksi Rata-rata 0,03548 ml

Tabel Pengamatan Kalibrasi Buret 25 ml ke-2

Pengamatan ke 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml 25 ml

0 ml 5 ml 5 ml 10 ml 10 ml 15 10 ml 15 10 ml 15
ml ml ml

Vawal 0 ml 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml

Vakhir 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml 25 ml

Vyang dipindahkan 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml

M alat + Mair 23,6764 g 28,6540 g 33,6580 g 38,6102 g 43,5687 g

M alat 18,6857 g 23,6764 g 28,6540 g 33,6580 g 38,6102 g

M air 4,9907 g 4,9776 g 5,0040 g 4,9522 g 4,9585 g

Suhu 27oC 27oC 27oC 27oC 27oC

Faktor Koreksi 1,0045ml /g 1,0045ml /g 1,0045ml /g 1,0045ml /g 1,0045ml /g

VNyata 5,0132ml 5,0000ml 5,0266 ml 4,9745 ml 4,9868 ml

Koreksi 0,0132ml 0 ml 0,0266 0,0255 ml 0,0192ml

% Galat 0,26% 0% 0,53% 0,51% 0,39%


Koreksi Rata-rata 0,0169 ml

Tabel Pengamatan Kalibrasi Buret 25 ml ke-3

Pengamatan ke 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml 25 ml

0 ml 5 ml 5 ml 10 ml 10 ml 15 10 ml 15 10 ml 15
ml ml ml

Vawal 0 ml 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml

Vakhir 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml 25 ml

Vyang dipindahkan 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml

M alat + Mair 23,6770 g 28,6735 g 33,6508 g 38,6391 g 43,6083 g

M alat 18,6859 g 23,6770 g 28,6735 g 33,6508 g 38,6391 g

M air 4,9911 g 4,9965 g 4,9773 g 4,9883 g 4,9585 g

Suhu 27oC 27oC 27oC 27oC 27oC

Faktor Koreksi 1,0045ml /g 1,0045ml /g 1,0045ml /g 1,0045ml /g 1,0045ml /g

VNyata 5,0136ml 5,0190ml 4,9997ml 5,0107ml 4,9916ml

Koreksi 0,0136ml 0,0190ml 0,0003ml 0,0107ml 0,0084ml

% Galat 0,27% 0,38% 0,01% 0,21% 0,17%

Koreksi Rata-rata 0,0104 ml

B. Pipet Seukuran 5 ml

Tabel Pengamatan Kalibrasi Pipet Seukuran 5 ml

Pengamatan ke 1 2 3

Vyang dipindahkan 5 ml 5 ml 5 ml

M alat + Mair 22,3896 g 22,4240 g 22,4225 g

M alat 17,4340 g 17,4335 g 17,4322 g

M air 4,9556 g 4,9905 g 4,9903 g

Suhu 27 oC 27 oC 27 oC

Faktor Koreksi 1,0045ml /g 1,0045ml /g 1,0045ml /g

VNyata 4,9779 ml 5,0129 ml 5,0128 ml


Koreksi 0,0221 ml 0,0129 ml 0,0128 ml

% Kesalahan 0,44 % 0,26 % 0,26 %

Koreksi Rata-rata 0,0159 ml

C. Labu Ukur 25 ml

Tabel Pengamatan Kalibrasi Labu Ukur 25 ml

Pengamatan ke 1 2 3

Vyang dipindahkan 25 ml 25 ml 25 ml

M alat + Mair 48,6547 g 48,6532 g 48,6535 g

M alat 23,7425 g 23,7426 g 23,7425 g

M air 24,9122 g 24,9106 g 24,9110 g

Suhu 27 oC 27 oC 27 oC

Faktor Koreksi 1,0045ml /g 1,0045ml /g 1,0045ml /g

VNyata 25,0243 ml 25,0227 ml 24,9993 ml

Koreksi 0,0243 ml 0,0227 ml 0,0007 ml

% Kesalahan 0,097 % 0,0,0907 % 0,0028 %

Koreksi Rata-rata 0,0159 ml

XII. PEMBAHASAN :

1. Alat yang akan dikalibrasi haruslah benar benar bersih dan kering . Supaya hasil yang di dapatkan akurat
,cermat ,dan teliti
2. Pengukuran yang dilakualan yaitu pengukuran berulang ,dimana pengukuran alat dilakukan sebanyak 3 kali
supaya hasil yang diperoleh lebih cermat, telti,dan akurat

3. Untuk pengeringan alat tidak menggunakan dryer karena pada suhu tinggu alat ukur tersebet akan memuai
dan alat tidak dalam kondisi semula atau standar.

4. Untuk mempercepat proses pengeringan alat dapat menggunakan kertas isap dan alkohol ,dan cukup
didiamkan di udara , karena sifat alkohol yang cepat menguap sehingga mempercepat pengeringan alat .

5. Hasil antara metode rumus perhitungan pertama dan metode rumus perhitungan ke dua tidaklah sama
melainkan memiliki selisih yang tidak terlalu jauh ,yaitu berkisar antara kurang lebih 0,01 ml

6. Menurutr asumsi saya , metode rumus perhitungan pertama lebih teliti ,cermat, dan akurat .Dikarenakan pada
metode rumus perhitungan pertama lebih memerhatikan faktor lingkungan.

7. Dalam perhitungan metode 1 ,dimana menggunakan = koefisien muai gelas (0.000025ml/oC) ,karena
spesifikasi alat yang akan dikalibrasi berpengaruh sebagai salah satu pengkoreksi .

8. Alat-alat yang digunakan di laboratorium SMK Negeri 13 Bandung adalah alat alat kelas C .Tabel toleransi di
atas adalah tabel toleransi untuk kelas A. Menurut ASTM E 694 ,dengan pengecualian gelas ukur toleransi
untuk alat alat kelas B pada umunya 2 kali dari alat alat kelas A, sedangkan kelas C 2 kali dari alat alat kelas B
.Oleh karena itu Toleransi untuk alat alat kelas menjadi C lebih besar .

9. Kesalahan dalam pengukuran mungkin dapat disebabkan oleh :

a. Kesalahan kasar ,diakibatkan oleh kurangnya hati-hati(gegabah) ,contohnya salah membaca, salah mencatat
,dan salah dengar . Kesalahan ini apat diatasi dengan pengukuran yang berulang dan pengukuran dilakukan
oleh 2 orang atau lebih sesuai tugas.

b. Kesalahan sistematik, diakibatka oleh alatnya itu sendiri ,contohnya kesalahan pada skala alat , kesalahan ini
dapat diatasi dengan merata rata kan hasil.

c. Kesalan random/tak terduga ,diakibatkan oleh hal hal yang tak terduga contohnya kondisi pengamat

10. Dari hasil perhitungan, buret yang dikalibrasi masih layak untuk digunakan dengan nilai toleransi untuk buret
25 ml adalah 0,03 ml ,dan hasil menurut metode 1 adalah 0,02117 ml dan metode 2 adalah 0,02092 ml

11. Dari hasil perhitungan, pipet seukuran yang dikalibrasi masih layak untuk digunakan dengan nilai toleransi
untuk pipet seukuran 5 ml adalah 0,01 ml untuk alat alat kelas A dan untuk alat alat kelas C lebih besar ,dan
hasil menurut metode 1 adalah 0,02117 ml dan metode 2 adalah 0,02092 ml

12. Dari hasil perhitungan, labu ukur yang dikalibrasi masih layak untuk digunakan dengan nilai toleransi untuk labu
ukur 25 ml adalah 0,03 ml ,dan hasil menurut metode 1 adalah 0,0293 ml dan metode 2 adalah 0,0159 ml

13. Labu ukur adalah alat yang harus dikalibrasi meskipun tidak termasuk alat ukur ,karena digunakan dalam
perhitungan .

XIII. KESIMPULAN :
1. Toleransi rata-rata buret menurut metode perhitungan pertama adalah 0,02117 ml

2. Toleransi rata-rata buret menurut metode perhitungan kedua adalah 0,02092 ml

3. Toleransi rata-rata pipet seukuran menurut perhitungan pertama adalah 0,0164 ml

4. Toleransi rata-rata pipet seukuran menurut perhitungan kedua adalah 0,0159 ml

5. Toleransi rata-rata labu ukur menurut perhitungan pertama adalah 0,0293 ml

6. Toleransi rata-rata labu ukur menurut perhitungan kedua adalah 0,0159 ml

XIV. DAFTAR PUSTAKA :

____________.2013.Calibration of Volumetric Glassware


from http://infohost.nmt.edu/~jaltig/VolumetricWare.pdf diakses pada
minggu,17 Agustus 2014

Yuli Hana . 2013 .Aroksimasi Kesalahan from http://matematika13hana.wordpress.com/2013/01/16/aproksimasi-


kesalahan/ diakses pada minggu,17 Agustus 2014

_____________.2014.Tugas Fisikokimia Bab Kalibrasi from http://oniczakia.wordpress.com/2014/03/09/tugas-


fisikokimia-bab-kalibrasi/

diakses pada minggu,17 Agustus 2014

_____________.2013. Kalibrasi from http://id.wikipedia.org/wiki/Kalibrasi

diakses pada minggu,17 Agustus 2014

_____________.2012. Standard Practice For Calibration of Laboratory Apparatus from


http://calibrationconsultancy.files.wordpress.com/2012/02/volumetric_glassware1.pdf

diakses pada minggu,17 Agustus 2014

Anda mungkin juga menyukai