Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK KI-2142

PRAKTIKUM K-1
VISKOSITAS CAIRAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

Nama : Emia Yoseva Tarigan


NIM : 13715036
Kelompok : II
Shift : Rabu Siang Minggu ke-2
Tanggal Percobaan : 12 Oktober 2016
Tanggal Laporan : 26 Oktober 2016
Asisten : Yoshua Donny R.
NIM Asisten : 10513037

LABORATORIA KIMIA FISIK


PROGRAM STUDI TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016/2017
I. Judul
Viskositas Terhadap Pengaruh Fungsi Suhu

II. Tujuan
1. Menentukan viskositas dengan menggunakan metode Ostwald
2. Menentukan massa jenis Etanol dan Toluena
3. Menentukan nilai tetapan Van Der Waals
4. Menentukan pengaruh suhu terhadap Viskositas suatu zat cair
5. Menentukan nilai tetapan A dan energi ambang batas aliran (E)

III. Teori Dasar dan Prinsip


Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu fluida yang
menyatakan besar kecilnya gesekan dalam fluida. Semakin besar viskositas fluida,
maka semakin sulit suatu fluida untuk mengalir dan juga menunjukan semakin
sulit suatu benda bergerak dalam fluida tersebut.

Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan dengan hambatan


untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat mengalir dengan cepat namun
ada yang mengalir secara lambat. Fluida yang mengalir lambat seperti gliserin,
madu dan minyak atso, ini dikarenkan mempunyai viskositas besar. Jadi
viskositas menentukan kecepatan mengalirnya cairan.

Kekentalan disebabkan karena kohesi antara partikel zat cair. Zat cair
ideal tidak mempunyai kekentalan. Zat cair mempunyai beberapa sifat sebagai
berikut: apabila ruangan lebih besar dari volume zat cair akan terbentuk
permukaan bebas horizontal yang berhubungan dengan atmosfer, mempunyai
rapat massa dan berat jenis, dapat dianggap tidak termampatkan, mempunyai
viskositas (kekentalan) dan mempunyai kohesi, adhesi dan tegangan permukaan
fluida.

Aliran fluida dapat diaktegorikan:

 Aliran Laminar
Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan – lapisan, atau lamina –
lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar . Dalam aliran laminar ini
viskositas berfungsi untuk meredam kecendrungan terjadinya gerakan relatif
antara lapisan. Sehingga aliran laminar memenuhi hukum viskositas Newton yaitu
:

𝑑𝑢
τ=µ 𝑑𝑦

 Aliran Turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel – partikel fluida sangat tidak
menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang
mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida kebagian fluida
yang lain dalam skala yang besar. Dalam keadaan aliran turbulen maka turbulensi
yang terjadi membangkitkan tegangan geser yang merata diseluruh fluida
sehingga menghasilkan kerugian – kerugian aliran.
 Aliran Transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran
turbulen.

Pada aliran laminar, fluida dapat dianggap terdiri atas lapisan-lapisan


molekul yang bergerak satu diatas yang lainnya dengan kecepatan yang berbeda-
beda. Profil kecepatan berbagai lapisan ini berbentuk parabola dengan kecepatan
paling tinggi terdapat pada lapisan di bagian tengah pipa.
Suatu lapisan pada jarak r (dari sumbu pipa) yang bergerak dengan
kecepatan tertentu (c). Gaya (f) yang diperlukan untuk mempertahankan beda
kecepatan (dc) antara lapisan inii dengan lapisan yang berjarak dr diatasnya
adalah :
𝑑𝑐
𝑓 = ηxAx
𝑑𝑟

Kebalikan dari viskositas disebut fluiditas, yang merupakan ukuran


kemudahan mengalirnya suatu fluida. Fluiditas dirumuskan sebagai berikut :
1
Φ=
η
Salah satu cara untuk menentukan viskositas cairan yaitu dengan metode
kapiler dari Poisuille. Pada metode ini, diukur waktu (t) yang diperlukan oleh
volume tertentu cairan (V) untuk mengalir melalui pipa kapiler di bawah pengaruh
tekanan penggerak (P) yang tetap. Dalam hal ini untuk cairan yang mengalir
dengan aliran laminar, viskositasnya ditentukan dengan persamaan Poisuille
dinyatakan sebagai :
π x 𝑅4 x P x t
η= 8xVxL

Metode Oswald merupakan suatu metode variasi dari metode Poiseuille.


Dalam metode ini selalu diperhatikan aliran cairan, maka viskositas suatu cairan
dapat ditentukan dengan membandingkan hasil pengukuran waktu (t), rapat massa
(ρ) cairan tersebut terhadap waktu (to) dan rapat massa (ρo) cairan pembanding
yang diketahui viskositasnya pada suhu pengukuran.
η ρxt
=
η𝑜 ρ𝑜 x t 𝑜

Berdasarkan hukum distribusi Maxwell-Boltzmann, jumlah molekul yang


memiliki energi yang diperlukan untuk mengalir dihubungkan dengan faktor
e.E/R.T
AxexE E
η= atau lnη = R x T + ln 𝐴
RxT

Untuk cairan yang terasosiasi :


c η
η = v−b atau v = b + c = b + c Φ

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas cairan :


a. Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas
tidak dipengaruhi oleh tekanan.
b. Temperatur
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gas naik
dengan naiknya suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul-molekulnya
memperoleh energi. Molekul-molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi
antar molekul melemah. Dengan demikian viskositas cairan akan turun dengan
kenaikan temperatur.
c. Kehadiran Zat Lain
Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air. Adanya bahan
tambahan seperti bahan suspensi menaikkan viskositas air. Pada minyak ataupun
gliserin adanya penambahan air akan menyebabkan viskositas akan turun karena
gliserin maupun minyak akan semakin encer, waktu alirnya semakin cepat.
d. Ukuran dan Berat Molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran
alkohol cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi serta
laju aliran lambat sehingga viskositas juga tinggi.
e. Kekuatan antar molekul
Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak. Viskositas air
naik dengan adanya ikatan hydrogen.
IV. Data Pengamatan

Truang : 25,5o C
Massa Pikno Kosong 1 : 20,97 gr (untuk Toluen)
Massa Pikno Kosong 2 : 18,91 gr (untuk Metanol)
Massa Pikno Kosong 3 : 27,98 gr (untuk Air)
Massa Pikno 1 + Air 25.5 o C : 46,91 gr
Massa Pikno 2 + Air 25.5 o C : 44,39 gr
Massa Pikno 3 + Air 25.5 o C : 52,98 gr

Suhu Massa Pikno (gr) t Toluen t Metanol t Air


(o C) (s) (s) (s)
Toluen Metanol Air t1 t2 t3 tAvg t1 t2 t3 tAvg t1 t2 t3 tAvg
25,5 42,72 39,14 52,98 7,3 6,8 7,2 7,10 8,0 8,2 8,2 8,13 8,6 8,5 8,5 8,53

30 42,65 39,08 52,94 6,4 6,4 6,8 6,53 7,8 7,8 7,6 7,73 8,4 8,2 7,9 8,17

35 42,54 38,91 52,90 6,6 64 6,4 6,47 7,6 7,4 7,0 7,30 7,6 7,8 7,9 7,76

V. Pengolahan Data

a) Penentuan Volume Piknometer

𝑊𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜 + 𝐴𝑖𝑟 − 𝑊𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝑉𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 =
𝜌𝑎𝑖𝑟
Massa jenis air pada temperature 25,5 o C menurut referensi adalah
0,9969182 g/mL. Maka dengan memasukkan data diperoleh :

52,98 𝑔𝑟 − 27,98 𝑔𝑟
𝑉𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 =
0,9969182 𝑔𝑟/𝑚𝐿
𝑽𝑷𝒊𝒌𝒏𝒐𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 = 25,07728 mL
Volume piknometer akan berubah seiring berubahnya suhu akibat massa jenis air
yang berubah juga. Sehingga volume piknometer pada suhu tertentu adalah sebagai
berikut,
No. mpiknokosong (g) mpikno+air (g) Vpikno (ml)
Pikno
1 27,98 52,98 25,07728
2 18,91 44,39 25,55876
3 20,97 46,91 26,02018

b) Penentuan Massa Jenis


𝑊𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜 + 𝑍𝑎𝑡 − 𝑊𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑍𝑎𝑡 =
𝑉𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

Pada suhu 25,5 o C o 𝝆𝒎𝒆𝒕𝒂𝒏𝒐𝒍 adalah sebagai berikut,

39,14 𝑔𝑟 − 18,91 𝑔𝑟
𝜌𝑚𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =
25,55876 mL

𝝆𝒎𝒆𝒕𝒂𝒏𝒐𝒍 = 0,791509 gr/mL

Penentuan 𝝆 Zat
Zat T (o C) 𝝆(gr/mL)
Toluen 25,5 0,83589

30 0,83319

35 0,82897
Metanol 25,5 0,79150

30 0,78916

35 0,7825

c) Penentuan Viskositas Zat


𝑡𝑍𝑎𝑡 𝑥 𝛒𝑍𝑎𝑡
ηZat = 𝑥 ηAir
𝑡𝐴𝑖𝑟 𝑥 𝜌𝐴𝑖𝑟

Pada T = 298,5
𝑡𝑡𝑜𝑙𝑢𝑒𝑛 𝑥 𝛒𝑡𝑜𝑙𝑢𝑒𝑛
ηtoluen = 𝑥 ηAir
𝑡𝐴𝑖𝑟 𝑥 𝜌𝐴𝑖𝑟

7,10 𝑠 𝑥 0,83589 𝑔𝑟/𝑚𝐿 𝑘𝑔


ηZat = 𝑥 0,00088
8,53 𝑠 𝑥 0,9969182 gr/mL 𝑚.𝑠

= 6,1416 x 10-4 Pa.s

Viskositas Air
298,5 K 0,00088
303 K 0,000789
308 K 0,000719

Massa Jenis Air (gr/mL)


298,5 K 0,9969
303 K 0,9956
308 K 0,9940

Viskositas Zat
Zat Temperatur (K) Viskositas Zat (Pa.s)
298,5 6,1416 x 10-4
Toluen 303 5,2774 x 10-4
307 4,9994 x 10-4
298,5 6,6592 x 10-4
Metanol 303 5,9171 x 10-4
307 5,3246 x 10-4
d) Penentuan E dan A

Zat ln 𝛈 1/T
-7,0355 0,00335
Air -7,1447 0,00330
-7,2376 0,00325
-7,3143 0,00335
Metanol -7,4324 0,00330
-7,5380 0,00325
-7,3952 0,00335
Toluen -7,5469 0,00330
-7,6010 0,00325

o Grafik Pada Air

Grafik ln ƞ - 1/T
-7
0.00324 0.00326 0.00328 0.0033 0.00332 0.00334 0.00336
y = 2000x - 13.739
-7.05

-7.1
ln ƞ

-7.15

-7.2

-7.25
1/T (K-1)

ln ƞ = E/RT + ln A
2000 = E/R

Eair = 2000 . 8,314 = 16628 J

ln A = -13,739

Aair = 1,080 . 10-6

o Grafik Pada Metanol

Grafik ln ƞ - 1/T
-7.3
0.00324 0.00326 0.00328 0.0033 0.00332 0.00334 0.00336

-7.35

-7.4 y = 2230x - 14.787


ln ƞ

-7.45

-7.5

-7.55

-7.6
1/T (K-1)

ln ƞ = E/RT + ln A

2230 = E/R

Emetanol = 18540,22 J

ln A = -14,787

Ametanol = 3,785 . 10-7


o Grafik pada Toluen

Grafik ln ƞ - 1/T
-7.35
0.00324 0.00326 0.00328 0.0033 0.00332 0.00334 0.00336

-7.4
y = 2050x - 14.279

-7.45
ln ƞ

-7.5

-7.55

-7.6

-7.65
1/T (K-1)

ln ƞ = E/RT + ln A

2050 = E/R

Etoluena = 17043,7 J

ln A = -14,279

Atoluena = 6,291 . 10-7

e) Penentuan Ketetapan Van der Waals

Zat 1/ 𝝆 (mL/gr) 1/ ƞ ( Pa-1.s-1)


1,00310 1136,363
Air 1,00441 1267,427
1,00603 1390,820
1,26342 1501,681
Methanol 1,20020 1690,017
1,27795 1878,075
1,19632 1628,240
Toluen 1,20020 1894,872
1,20631 2000,240

o Grafik pada Air

Grafik 1/ƞ - 1/⌠


1.007

1.006
y = 1E-05x + 0.9894
1.005
1/⌠ (ml/g)

1.004

1.003

1.002

1.001

1
1000 1050 1100 1150 1200 1250 1300 1350 1400 1450
1/ƞ (Pa-1 . s-1)

v = c/ƞ + b

bair = 0,9894 ml/g


o Grafik pada Metanol

Grafik 1/ƞ - 1/⌠


1.28
1.278 y = 4E-05x + 1.2024
1.276
1.274
1/⌠ (ml/g)

1.272
1.27
1.268
1.266
1.264
1.262
1.26
1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000
1/ƞ (Pa-1 . s-1)

v = c/ƞ + b

bmetanol = 1,2024 ml/g

o Grafik pada Toluen

Grafik 1/ƞ - 1/⌠


1.208

1.206
y = 2E-05x + 1.1553
1.204
1/⌠ (ml/g)

1.202

1.2

1.198

1.196

1.194
0 500 1000 1500 2000 2500
1/ƞ (Pa-1 . s-1)
v = c/ƞ + b

btoluena = 1,1553 ml/g


VI. Pembahasan
VII. Kesimpulan

1. Dengan menggunakan viskositas metode Ostwald, diperoleh :

Viskositas Zat
Zat Temperatur (K) Viskositas Zat (Pa.s)
298,5 6,1416 x 10-4
Toluen 303 5,2774 x 10-4
307 4,9994 x 10-4
298,5 6,6592 x 10-4
Metanol 303 5,9171 x 10-4

2. Massa jenis Toluen dan methanol :


Penentuan 𝝆 Zat
Zat T (o C) 𝝆(gr/mL)
Toluen 25,5 0,83589

30 0,83319

35 0,82897
Metanol 25,5 0,79150

30 0,78916

35 0,7825

3. Tetapan Van Der Waals yang diperoleh adalah bair = 0,9894 ml/g ;
bmetanol = 1,2024 ml/g ; btoluena = 1,1553 ml/g
4. Umumnya zat cair memiliki perbandingan terbalik antara suhu dengan
viskositas atau kekentalannya. Hal ini disebabkan karena ketika suhu
bertambah, jarak antar molekul zat cair menjadi semakin menjauh dan
zat cair tampak mengencer atau turun kekentalannya. Pada titik
tertentu, karena terlalu tinggi suhunya, jarak antara molekul zat cair
menjadi sangat jauh sehingga akhirnya menjadi gas atau menguap,
yang tentunya nilai kekentalannya sudah tidak ada lagi.
5. Diperoleh nilai E dan A sebagai berikut :
(Eair = 2000 . 8,314 = 16628 J ; Aair = 1,080 . 10-6) ; (Emetanol =
18540,22 J ; Ametanol = 3,785 . 10-7) ; (Etoluena = 17043,7 J ; Atoluena =
6,291 . 10-7)

VIII. Daftar pustaka

Ariyanti, E.S. dan Agus, M, 2010, “Otomasasi Pengukuran Koefisien Viskositas Zat
Cair Menggunkan Gelombang Ultrasonik,” Jurnal Neutrino, voll. 2, No. 2 April 2010.
Atkins, p.w, 1997, “Kimia Fisika,” Erlangga, Jakarta.
Halliday dan Resnick, 1985, “Fisika,” Erlangga, Jakarta.
Diakses 25 Oktober 2016 :
http://ridwan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/10075/Karakteristik+
Aliran+Fluida1.pdf.
Diakses 25 Oktober 2016 :
http://www.znu.ac.ir/data/members/rasoulifard_mohammad/crc.pdf
Diakses 25 Oktober 2016 :
http://wiki.phy.queensu.ca/PHYS106/images/8/82/CRC.pdf

IX. Lampiran

CRC

Anda mungkin juga menyukai