Anda di halaman 1dari 44

Laporan Praktikum

KI2142 Kimia Fisik

Percobaan K1

Viskositas Cairan Sebagai Fungsi Suhu

Nama : Valent Williandre

NIM : 12521030

Hari : Selasa

Tanggal Praktikum : 11/10/2022

Tanggal Laporan : 25/10/2022

Asisten : William Pualam (20522013)

LABORATORIUM KIMIA FISIK

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

TEKNOLOGI BANDUNG

2022
I. JUDUL PERCOBAAN
Viskositas Cairan Sebagai Fungsi Suhu

II. TUJUAN PERCOBAAN


1. Menentukan densitas toluena, aseton, kloroform, dan etanol.
2. Menentukan viskositas toluena, aseton, kloroform, dan etanol dengan
metode Ostwald.
3. Menentukan tetapan energi ambang batas aliran (E) dan viskositas (A)
dari toluena, aseton, kloroform, dan etanol.
4. Menentuan tetapan Van der Waals (b) dari toluena, aseton, kloroform,
dan etanol.

III. TEORI DASAR


Viskositas adalah tahanan aliran fluida yang berupa gesekan antara
molekul-molekul cairan yang satu dengan lainnya. Semakin besar viskositas
suatu cairan, maka semakin sulit cairan tersebut mengalir dan semakin sulit
pula benda untuk bergerak jika berada di dalam cairan tersebut. Hal itu pun
berlaku untuk keadaan sebaliknya. Banyak faktor yang mempengaruhi
viskositas, di antaranya adalah ikatan antar molekul dan ketinggian suhu,
dimana semakin tinggi suhu maka semakin kecil viskositasnya. Hal tersebut
juga berlaku untuk keadaan sebaliknya.

(a)
(b)
Gambar 1. (a) profil kecepatan pada aliran laminar; (b)
Gradient kecepatan antara dua lapisan yang berjarak dr.
Pada keadaan tersebut, akan terdapat sebuah gaya (f) yang
diperlukan untuk mempertahankan beda kecepatan (dc). Gaya tersebut dapat
dirumuskan dengan:
𝑑𝑐
𝑓 = ɳ𝐴 𝑑𝑟
(1)
1
Kebalikan dari viskositas disebut fluiditas Φ = ɳ
yang merupakan

ukuran kemudahan mengalir suatu fluida.


Metode kapiler dari Poiseuille adalah salah satu cara untuk
menentukan viskositas cairan. Metode ini mengukur waktu (t) yang
diperlukan oleh volume cairan tertentu (V) untuk mengalir melalui pipa
kapiler pada tekanan penggerak (P) yang tetap. Persamaan untuk viskositas
dari fluida dinyatakan dengan :
4
π𝑅 𝑃𝑡
ɳ= 8𝑉𝐿
(2)

Pada metode Oswald ini, hal yang diperhatikan


adalah aliran cairan dari m menuju ke n dengan
menggunakan viskometer yang sama. Prinsipnya
adalah sejumlah cairan dimasukkan ke dalam A, lalu
dihisap sehingga cairan di bawah ke B sampai
melewati garis m. Lalu di ukur waktu yang
diperlukan cairan untuk mengalir dari garis m ke n.
Viskositas cairan tersebut dicari dengan cara
membandingkan hasil yang didapat dengan cairan
pembanding yang diketahui viskositasnya pada suhu pengukuran.
Hubungannya dinyatakan melalui persamaan :
ɳ ρ𝑡 ρ𝑡
ɳ𝑜
= ρ𝑜𝑡𝑜
atau ɳ= ρ𝑜𝑡𝑜
ɳ𝑜 (3)

Salah satu faktor yang mempengaruhi viskositas adalah suhu.


Viskositas memiliki hubungan berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu
naik maka nilai viskositas akan turun, dan begitu pula sebaliknya. Secara
kuantitatif variasi viskositas dengan suhu dapat dinyatakan melalui
persamaan:
𝐸
𝐸
ɳ = 𝐴𝑒 𝑅𝑇
atau 𝑙𝑛 ɳ = 𝑅𝑇
+ ln 𝑙𝑛 𝐴

(4)
Keterangan:
A = tetapan yang sangat bergantung pada massa molekul relatif dan volume
molar cairan
E = energy ambang per mol yang diperlukan untuk proses awal aliran.
Untuk cairan yang terasosiasi, persamaan (ditemukan oleh
Batschinski) yang digunakan untuk menghubungkan keofisien viskositas
dengan volume jenis pada suhu adalah:
𝑐 ɳ
ɳ= 𝑣−𝑏
atau 𝑣=𝑏 + 𝑐
= 𝑏 + 𝑐Φ (5)

Dengan b dan c tetapan yang bergantung pada jenis zat cair dan v
3
adalah volume jenis dalam 𝑐𝑚 /𝑔. Tetapan b praktis dengan tetapan Van der
Waals cairan yang bersangkutan.

IV. ALAT DAN BAHAN

Tabel 4.1. Alat


A. Alat
1. Gleas kimia 500 mL 1 buah
2. Gelas kimia 50 mL 1 buah
3. Statif dan Klem 3 buah
4. Tabung reaksi 1 buah
5. Piknometer 3 buah
6. Gelas ukur 50 mL 1 buah
7. Gelas ukur 25 mL 1 buah
8. Viskometer Ostwald 3 buah
9. Waterbath 3 set
10. Filler 3 buah
11. Stopwatch 3 buah
Tabel 4.2. Bahan
B. Bahan
1. Aseton 250 mL
2. Aqua DM
3. Etanol 250 mL
4. Kloroform 250 mL
5. Toluen 250 mL

V. CARA KERJA

Pertama digunakan viskometer Ostwald yang bersih. Kemudian


viskometer diletakkan di dalam waterbath pada posisi vertikal dengan bantuan
statif. Selanjutnya, sejumlah cairan tertentu diukur (10-15 mL) dan
dimasukkan ke dalam reservoir A sehingga ketika cairan di bawah ke reservoir
B, permukaannya melewati garis m dan cairan di reservoir A kira-kira masih
terisi setengahnya. Suhu waterbath kemudian diatur sesuai dengan yang
diinginkan dan viskometer serta isinya dibiarkan selama 5-10 menit sampai
mencapai suhu waterbath. Cairan dihisap dengan menggunakan filler dan
dibawa ke reservoir B sampai sedikit di atas garis m. Kemudian cairan m
dibiarkan mengalir secara bebas. Waktu yang diperlukan cairan untuk mengalir
dari m ke n dicatat, triplo (dilakukan minimal 3 kali percobaan). Rapat massa
cairan (ρ) pada suhu yang bersangkutan ditentukan dengan menggunakan
piknometer. Langkah percobaan kemudian diulangi untuk cairan pembanding
(air suling atau aqua DM), dengan viskometer yang sama.
VI. DATA PENGAMATAN

Truang = 25°C

Massa pikno kosong (W1) = 31,8671 gram

Massa pikno kosong (W2) = 20,3030 gram

Massa pikno kosong (W3) = 28,38 gram

Tabel 6.1 Data Pengamatan Percobaan


Zat Wpikno1 Wpikno2 Wpikno3 T (oC) t1 (s) t1 (s) t1 (s) Trata-rata (s)
(gram) (gram) (gram)
66,0891 25 5,36 4,98 4,9 5,08
Air1 66,0078 30 4,7 4,6 4,56 4,62
65,9425 35 4,4 4,41 4,15 4,32
65,9192 40 4,26 4,13 4,28 4,223333

47,041 25 7,035 7,30 7,13 7,155

Air2 46,9732 30 6,88 6,52 6,65 6,683333

46,9536 35 5,79 6,47 6,2 6,153333

46,6716 40 6,1 5,83 6,0 5,976667

77,96 25 29,98 30,51 30,58 30,35667

77,87 30 25,30 24,15 24,13 24,52667


Air3
77,83 35 24,69 24,47 24,44 24,53333

77,69 40 21,92 21,75 21,92 21,86333

59,0060 25 4,01 4,28 4,13 4,14

Aseton 58,88 30 3,96 3,91 3,78 3,883333

58,8744 35 3,7 3,8 3,65 3,716667

58,7754 40 3,61 3,56 3,51 3,56

61,4534 25 4,95 4,65 4,75 4,783333

Toluena 61,3053 30 4,53 4,55 4,48 4,52

60,4483 35 4,30 4,33 4,23 4,286667


60,3397 40 4,21 4,18 4,15 4,18

41,5716 25 6,39 7,02 6,73 6,713333

Etanol 41,4665 30 6,44 6,57 6,24 6,416667

41,33 35 6,05 5,96 5,85 5,953333

41,2988 40 5,91 5,39 5,50 5,6

102,0245 25 14,86 14,89 15,11 14,95333

Kloroform 101,7899 30 14,06 14,18 14,11 14,11667

101,421 35 13,93 13,88 13,85 13,88667

100,9687 40 13,90 13,76 13,73 13,79667

VII. PENGOLAHAN DATA

A. Penentuan Volume Piknometer


Digunakan persamaan,
𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑎𝑖𝑟−𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 = ρ 𝑜
𝑎𝑖𝑟(25 𝐶)
o
Contoh perhitungan untuk T = 25 C
● Pada air di piknometer 1,
𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜1+𝑎𝑖𝑟−𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔1
𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟1 = ρ 𝑜
𝑎𝑖𝑟(25 𝐶)
66,0891 𝑔𝑟−31,8671 𝑔𝑟
= 0,997 𝑔𝑟/𝑚𝐿
= 34, 325 𝑚𝐿

● Pada air di piknometer 2,


𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜2+𝑎𝑖𝑟−𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔2
𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟2 = ρ 𝑜
𝑎𝑖𝑟(25 𝐶)
47,041 𝑔𝑟−20,3030 𝑔𝑟
= 0,997 𝑔𝑟/𝑚𝐿

= 26, 818 𝑚𝐿
● Pada air di piknometer 3,
𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜3+𝑎𝑖𝑟−𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔3
𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟2 = ρ 𝑜
𝑎𝑖𝑟(25 𝐶)
77,96 𝑔𝑟−28,38 𝑔𝑟
= 0,997 𝑔𝑟/𝑚𝐿

= 49, 73 𝑚𝐿

Tabel 7.1. Volume Pikonemeter 1,2, dan 3


Zat Wpikno 1 Wpikno 2 Wpikno3 T (oC) ρ𝑎𝑖𝑟 𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜
(gram) (gram) (gram) (gr/mL) (mL)
66,0891 25 0,997 34,325
Air1 66,0078 30 0,9956 34,2916
65,9425 35 0,994 34,281
65,9192 40 0,9922 34,3198
47,041 25 0,997 26,818
Air2 46,9732 30 0,9956 26,788
46,9536 35 0,994 26,811
46,6716 40 0,9922 26,576
77,96 25 0,997 49,73
77,87 30 0,9956 49,7087
Air3
77,83 35 0,994 49,748
77,69 40 0,9922 49,697

Dari data di atas diperoleh volume piknometer rata-rata:


𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜1 = 34, 304 mL

𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜2 = 26, 748 mL

𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜3 = 49, 721 mL

B. Penentuan ρzat pada berbagai suhu


Digunakan persamaan,
𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑧𝑎𝑡−𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
ρ𝑧𝑎𝑡 = 𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜
● Contoh perhitungan untuk aseton pada suhu 25°C dengan piknometer
1,
𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜1+𝑧𝑎𝑡−𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜1 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
ρ𝑧𝑎𝑡 = 𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜1
59,0060−31,8671
ρ𝑧𝑎𝑡 = 34,325
= 0, 790645 𝑔𝑟/𝑚𝐿

Tabel 7.2. Massa Jenis Zat (ρzat) pada Berbagai Suhu


Zat Wpikno 1 (gr) Wpikno 2 (gr) Wpikno 3 (gr) T (°C) ρzat (gr/mL)

Aseton 59,0060 25 0,790645


58,88 30 0,787741
58,8744 35 0,787821
58,7754 40 0,784046
Toluena 61,4534 25 0,861946
61,3053 30 0,858467
60,4483 35 0,833733
60,3397 40 0,829626
Etanol 41,5716 25 0,793072
41,4665 30 0,790037
41,33 35 0,784268
41,2988 40 0,790029
Kloroform 102,0245 25 1,48089
101,7899 30 1,4768
101,421 35 1,46822
100,9687 40 1,46063

C. Penentuan Viskositas Zat (η)


Digunakan persamaan (3),
ρ𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑧𝑎𝑡
η𝑧𝑎𝑡 = ρ𝑎𝑖𝑟 𝑡𝑎𝑖𝑟
𝑥 η𝑎𝑖𝑟
● Contoh perhitungan untuk aseton pada suhu 25°C dengan
piknometer 1,
Dengan
ρ𝑧𝑎𝑡 = 0, 790645 𝑔/𝑚𝐿 ρ𝑎𝑖𝑟 = 0, 997 𝑔/𝑚𝐿

𝑡𝑧𝑎𝑡 = 4, 14 𝑠 𝑡𝑎𝑖𝑟 = 5, 08 𝑠

η𝑎𝑖𝑟 = 0, 89 𝑚𝑃𝑎. 𝑠

Maka,
0,790645 . 4,14
η 𝑜 = 0,997. 5,08
× 0, 89 = 0, 57519 𝑚𝑃𝑎. 𝑠
𝑎𝑠𝑒𝑡𝑜𝑛 (25 𝐶)

Tabel 7.3. Penentuan viskositas zat pada berbagai suhu


Zat T (°C) trata-rata (s) ρzat (gr/mL) ηzat (mPa.s)

25 4,14 0,790645 0,57519


Aseton 30 3,883333 0,787741 0,53019
35 3,716667 0,787821 0,49034
40 3,56 0,784046 0,43476
25 4,783333 0,861946 0,72451
Toluena 30 4,52 0,858467 0,67252
35 4,286667 0,833733 0,59850
40 4,18 0,829626 0,54015
25 6,713333 0,793072 0,66426
Etanol 30 6,416667 0,790037 0,60736
35 5,953333 0,784268 0,54893
40 5,6 0,790029 0,48695
25 14,95333 1,48089 0,65118
Kloroform 30 14,11667 1,4768 0,68061
35 13,88667 1,46822 0,60122
40 13,79667 1,46063 0,60633

D. Penentuan nilai E dan A


Berdasarkan persamaan (4),
𝐸 1
𝑙𝑛 ɳ = 𝑅
. 𝑇
+ ln 𝑙𝑛 𝐴

Jika disesuaikan dengan persamaan garis linier,


𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐
Maka dapat dilakukan regresi linier dengan,
1
𝑙𝑛 ɳ = y dan 𝑇
=x

Untuk memperoleh,
𝐸
𝑅
= gradien (m) dan 𝑐 = 𝑙𝑛⁡𝐴
𝑐
𝐸 = 𝑚. 𝑅 𝐴 =𝑒
Tabel 7.4. Penentuan nilai E dan A
Zat T (°C) T (K) 1/T (K-1) η (mPa.s) ln η
Air1 25 298 0,003356 0,89 -0,11653
30 303 0,0033 0,7972 -0,22665
35 308 0,003247 0,7191 -0,32975
40 313 0,003195 0,6527 -0,42664
Air2 25 298 0,003356 0,89 -0,11653
30 303 0,0033 0,7972 -0,22665
35 308 0,003247 0,7191 -0,32975
40 313 0,003195 0,6527 -0,42664
Air3 25 298 0,003356 0,89 -0,11653
30 303 0,0033 0,7972 -0,22665
35 308 0,003247 0,7191 -0,32975
40 313 0,003195 0,6527 -0,42664
Aseton 25 298 0,003356 0,57519 -0,55305
30 303 0,0033 0,53019 -0,63452
35 308 0,003247 0,49034 -0,71266
40 313 0,003195 0,43476 -0,83296
Toluena 25 298 0,003356 0,72451 -0,32226
30 303 0,0033 0,67252 -0,39672
35 308 0,003247 0,59850 -0,51333
40 313 0,003195 0,54015 -0,61591
Etanol 25 298 0,003356 0,66426 -0,40908
30 303 0,0033 0,60736 -0,49863
35 308 0,003247 0,54893 -0,59978
40 313 0,003195 0,48695 -0,71959
25 298 0,003356 0,65118 -0,42897
Kloroform
30 303 0,0033 0,68061 -0,38477
35 308 0,003247 0,60122 -0,50879
40 313 0,003195 0,60633 -0,50033

● Air 1, air 2, dan air 3


Tabel 7.4.1. 1/T vs ln 𝑙𝑛 η Air
1 ln 𝑙𝑛 η
𝑇(𝐾)

0,003356 -0,11653
0,0033 -0,22665
0,003247 -0,32975
0,003195 -0,42664

Grafik 7.4.1. Grafik 1/T vs ln η Air

Diperoleh persamaan hasil regresi,


𝑦 = 1928, 4𝑥 − 6, 5895

Persamaan tersebut serupa dengan,


𝐸 1
ln 𝑙𝑛 η = 𝑅
𝑥 𝑇
+ 𝑙𝑛 𝐴

Dengan demikian diperoleh,


- Menghitung nilai E:
𝐸
𝑅
= 1928, 4
−1 −1
𝐸 = 1928, 4×8, 314 = 16032, 7176 𝐽 𝑚𝑜𝑙 𝐾

- Menghitung nilai A
𝑙𝑛 𝐴 =− 6, 5895
𝐴 = 0, 00137473

● Aseton
Tabel 7.4.2. 1/T vs ln 𝑙𝑛 η Aseton
1 ln 𝑙𝑛 η
𝑇(𝐾)

0,003356 -0,55305
0,0033 -0,63452
0,003247 -0,71266
0,003195 -0,83296

Grafik 7.4.2. Grafik 1/T vs ln η Aseton


Diperoleh persamaan hasil regresi,
𝑦 = 1709, 6𝑥 − 6, 2812

Persamaan tersebut serupa dengan,


𝐸 1
ln 𝑙𝑛 η = 𝑅
𝑥 𝑇
+ 𝑙𝑛 𝐴

Dengan demikian diperoleh,


- Menghitung nilai E:
𝐸
𝑅
= 1709, 6
−1 −1
𝐸 = 1709, 6×8, 314 = 14213, 6144 𝐽 𝑚𝑜𝑙 𝐾

- Menghitung nilai A
ln 𝑙𝑛 𝐴 =− 6, 2812
𝐴 = 0, 00187115

● Toluena
Tabel 7.4.3. 1/T vs ln 𝑙𝑛 η Toluena
1 ln 𝑙𝑛 η
𝑇(𝐾)

0,003356 -0,32226
0,0033 -0,39672
0,003247 -0,51333
0,003195 -0,61591
Grafik 7.4.3. Grafik 1/T vs ln η Toluena

Diperoleh persamaan hasil regresi,


𝑦 = 1858, 2𝑥 − 6, 5468

Persamaan tersebut serupa dengan,


𝐸 1
ln 𝑙𝑛 η = 𝑅
𝑥 𝑇
+ 𝑙𝑛 𝐴

Dengan demikian diperoleh,


- Menghitung nilai E:
𝐸
𝑅
= 1858, 2
−1 −1
𝐸 = 1858, 2×8, 314 = 15449, 0748 𝐽 𝑚𝑜𝑙 𝐾

- Menghitung nilai A
ln 𝑙𝑛 𝐴 =− 6, 5468
𝐴 = 0, 0014347

● Etanol
Tabel 7.4.4. 1/T vs ln 𝑙𝑛 η Etanol
1 ln 𝑙𝑛 η
𝑇(𝐾)

0,003356 -0,40908
0,0033 -0,49863
0,003247 -0,59978
0,003195 -0,71959

Grafik 7.4.4. Grafik 1/T vs ln η Etanol


Diperoleh persamaan hasil regresi,
𝑦 = 1924𝑥 − 6, 857

Persamaan tersebut serupa dengan,


𝐸 1
ln 𝑙𝑛 η = 𝑅
𝑥 𝑇
+ 𝑙𝑛 𝐴

Dengan demikian diperoleh,


- Menghitung nilai E:

𝐸
𝑅
= 1924

−1 −1
𝐸 = 1924×8, 314 = 15996, 136 𝐽 𝑚𝑜𝑙 𝐾

- Menghitung nilai A
ln 𝑙𝑛 𝐴 =− 6, 857
𝐴 = 0, 00105207
● Kloroform
Tabel 7.4.5. 1/T vs ln 𝑙𝑛 η Kloroform
1 ln 𝑙𝑛 η
𝑇(𝐾)

0,003356 -0,42897
0,0033 -0,38477
0,003247 -0,50879
0,003195 -0,50033

Grafik 7.4.5. Grafik 1/T vs ln η Kloroform

Diperoleh persamaan hasil regresi,


𝑦 = 626, 02𝑥 − 2, 5056

Persamaan tersebut serupa dengan,


𝐸 1
ln 𝑙𝑛 η = 𝑅
𝑥 𝑇
+ 𝑙𝑛 𝐴

Dengan demikian diperoleh,


- Menghitung nilai E:
𝐸
𝑅
= 626, 02
−1 −1
𝐸 = 626, 02×8, 314 = 5204, 73028 𝐽 𝑚𝑜𝑙 𝐾

- Menghitung nilai A
ln 𝑙𝑛 𝐴 =− 2, 5056
𝐴 = 0, 0816266

Tabel 7.4.6 Hasil Perhitungan E dan A


Zat E (𝐽 𝑚𝑜𝑙 𝐾 )
−1 −1 A

Air 1, Air 2, dan


16032,7176 0,00137473
Air 3
Aseton 14213,6144 0,00187115
Toluena 15449,0748 0,0014347
Etanol 15996,136 0,00105207
Kloroform 5204,73028 0,0816266

E. Penentuan tetapan Van der Waals (b)


Hubungan antara densitas (ρ) dengan viskositas (η) dapat dinyatakan
dengan,
1 1
ρ
= 𝑚 η
+ 𝑏

Jika disesuaikan dengan persamaan garis linier,


𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐

Maka dapat dilakukan regresi linier dengan,


1 1
ρ
=y, η
= 𝑥 , dan 𝑐=𝑏
Untuk memperoleh,
𝑏 = tetapan Van der Waals

Tabel 7.5. Penentuan tetapan Van der Waals (b)


Zat T (K) ρzat 1/ ρzat η (mPa.s) 1/η
(gr/mL)
Air1 298 0,997 1,003009 0,89 1,123596
303 0,9956 1,004419 0,7972 1,25439
308 0,994 1,006036 0,7191 1,390627
313 0,9922 1,007861 0,6527 1,532097
Air2 298 0,997 1,003009 0,89 1,123596
303 0,9956 1,004419 0,7972 1,25439
308 0,994 1,006036 0,7191 1,390627
313 0,9922 1,007861 0,6527 1,532097
Air3 298 0,997 1,003009 0,89 1,123596
303 0,9956 1,004419 0,7972 1,25439
308 0,994 1,006036 0,7191 1,390627
313 0,9922 1,007861 0,6527 1,532097
Aseton 298 0,790645 1,26479 0,57519 1,738556
303 0,787741 1,269453 0,53019 1,886116
308 0,787821 1,269324 0,49034 2,039401
313 0,784046 1,275435 0,43476 2,30012
Toluena 298 0,861946 1,160165 0,72451 1,380243
303 0,858467 1,164867 0,67252 1,486945
308 0,833733 1,199425 0,59850 1,670844
313 0,829626 1,205362 0,54015 1,851338
Etanol 298 0,793072 1,26092 0,66426 1,505435
303 0,790037 1,265764 0,60736 1,64647
308 0,784268 1,275074 0,54893 1,821726
313 0,790029 1,265776 0,48695 2,053599
298 1,48089 0,67527 0,65118 1,535674
Kloroform 303 1,4768 0,67714 0,68061 1,46927
308 1,46822 0,681097 0,60122 1,663285
313 1,46063 0,684636 0,60633 1,649267
● Air 1, air 2, dan air 3
1 1
Tabel 7.5.1. η
vs ρ
Air

1 1
η ρ
1,123596 1,003009
1,25439 1,004419
1,390627 1,006036
1,532097 1,007861

Jika diplot,

1 1
Grafik 7.5.1. η
vs ρ
Air

Diperoleh persamaan,
𝑦 = 0, 0119𝑥 + 0, 9896

Persamaan tersebut serupa dengan,


1 1
ρ
= 𝑚 η
+ 𝑏

Maka diperoleh,
Tetapan Van der Waals (𝑏) = 0, 9896
● Aseton
1 1
Tabel 7.5.2. η
vs ρ
Aseton

1 1
η ρ
1,738556 1,26479
1,886116 1,269453
2,039401 1,269324
2,30012 1,275435

Jika diplot,

1 1
Grafik 7.5.2. η
vs ρ
Aseton

Diperoleh persamaan,
𝑦 = 0, 0175𝑥 + 1, 2349

Persamaan tersebut serupa dengan,


1 1
ρ
= 𝑚 η
+ 𝑏

Maka diperoleh,
Tetapan Van der Waals (𝑏) = 1, 2349
● Toluena
1 1
Tabel 7.5.3. η
vs ρ
Toluena

1 1
η ρ
1,380243 1,160165
1,486945 1,164867
1,670844 1,199425
1,851338 1,205362

Jika diplot,

1 1
Grafik 7.5.3. η
vs ρ
Toluena

Diperoleh persamaan,
𝑦 = 0, 1071𝑥 + 1, 0113

Persamaan tersebut serupa dengan,


1 1
ρ
= 𝑚 η
+ 𝑏

Maka diperoleh,
Tetapan Van der Waals (𝑏) = 1, 0113
● Etanol
1 1
Tabel 7.5.4. η
vs ρ
Etanol

1 1
η ρ
1,505435 1,26092
1,64647 1,265764
1,821726 1,275074
2,053599 1,265776

Jika diplot,

1 1
Grafik 7.5.4. η
vs ρ
Etanol

Diperoleh persamaan,
𝑦 = 0, 0109𝑥 + 1, 2478

Persamaan tersebut serupa dengan,


1 1
ρ
= 𝑚 η
+ 𝑏

Maka diperoleh,
Tetapan Van der Waals (𝑏) = 1, 2478

● Kloroform
1 1
Tabel 7.5.5. η
vs ρ
Kloroform

1 1
η ρ
1,535674 0,67527
1,46927 0,67714
1,663285 0,681097
1,649267 0,684636

Jika diplot,

1 1
Grafik 7.5.5. η
vs ρ
Kloroform

Diperoleh persamaan,
𝑦 = 0, 0361𝑥 + 0, 6225

Persamaan tersebut serupa dengan,


1 1
ρ
= 𝑚 η
+ 𝑏
Maka diperoleh,
Tetapan Van der Waals (𝑏) = 0, 6225

Tabel 7.5.6. Hasil Perhitungan Tetapan Van der Waals (b)


Zat b
Air 1, air 2, dan
0,9896
air 3
Aseton 1,2349
Toluena 1,0113
Etanol 1,2478
Kloroform 0,6225

VIII. PEMBAHASAN
Viskositas didefinisikan sebagai tahanan yang dilakukan suatu lapisan
fluida terhadap lapisan lain. Viskositas dapat juga didefinisikan sebagai
ukuran yang menyatakan kekentalan suatu fluida, serta menyatakan besar
kecilnya gesekan dalam fluida. Viskositas berkaitan dengan kemudahan fluida
untuk mengalir, atau kecepatan alir suatu fluida. Aliran suatu fluida berkaitan
dengan sifat kekentalan. Kekentalan itu sendiri dipengaruhi oleh kohesi antar
partikel zat cair. Semakin besar viskositas fluida, maka akan semakin sulit
suatu fluida untuk mengalir dan akan semakin sulit suatu benda bergerak
dalam fluida tersebut.
Ada beberapa manfaat yang bisa didapat ketika viskositas dari suatu zat
bisa diketahui. Yang pertama adalah dapat mengetahui sifat kritis suatu fluida.
Sifat kritis suatu fluida atau bisa dikatakan juga sebagai parameter utama
suatu fluida adalah berkaitan dengan performa dan efisiensi sistem. Kedua
parameter ini sangat dipengaruhi oleh viskositas. Yang kedua adalah dapat
mengetahui jenis fluida mana yang paling cocok dalam penerapan tertentu.
Viskositas adalah pertimbangan utama ketika suatu fluida ingin digunakan
dalam penerapan tertentu. Dengan mengetahui viskositas suatu fluida, maka
akan bisa diketahui apakah fluida tersebut cocok untuk digunakan pada suatu
penerapan atau tidak. Yang ketiga adalah dapat mengetahui suatu aliran
termasuk ke dalam aliran laminar atau turbulen.
Viskositas juga dapat didefinisikan sebagai ukuran suatu aliran apakah
laminar atau turbulen. Sehingga dengan mengetahui viskositasnya, jenis
alirannya bisa diketahui juga, apakah laminar atau turbulen. Berkaitan dengan
aliran, viskositas juga bermanfaat dalam menentukan kecepatan suatu aliran.
Yang keempat adalah membantu beberapa fluida agar tetap dalam kondisi
stabil. Perlu diketahui, bahwa viskositas juga merupakan hambatan internal
bagi suatu fluida. Ketika viskositas tidak ada, maka fluida akan mengalir
secara terus-menerus sebelum menghadapi penghalang, sehingga membuat
kondisi fluida menjadi tidak stabil. Yang kelima adalah dapat mengetahui
apakah fluida tersebut cair atau gas. Perlu diketahui bahwa fasa suatu fluida
(cair atau gas) juga dipengaruhi oleh viskositas. Ketika viskositasnya
diketahui, yang perlu dilakukan adalah melihat perilaku viskositas tersebut
terhadap suhu. Saat suhu meningkat, viskositas akan meningkat untuk gas. Di
sisi lain, ketika suhu meningkat, maka akan menurunkan viskositas untuk
Cairan.
Dari penjelasan pada paragraf sebelumnya, bisa diketahui bahwa
mengetahui viskositas akan membawa banyak manfaat. Oleh karena
banyaknya manfaat tersebut, viskositas seringkali digunakan pada penerapan
di berbagai bidang. Contoh penerapan viskositas di berbagai bidang adalah
sebagai berikut. Yang pertama adalah bidang perminyakan. Suhu permukaan
yang rendah mempengaruhi performa aliran minyak pada sistem pipa
transportasi minyak berat. Hal ini disebabkan penurunan suhu dapat
meningkatkan viskositas yang mengakibatkan minyak sulit untuk mengalir.
Sensor pada pipa minyak mentah akan mengukur viskositas fluida sebagai
penentu tekanan yang harus ditambahkan sehingga aliran minyak dapat tetap
stabil. Yang kedua adalah bidang bahan pangan. Viskositas digunakan hampir
di setiap proses produksi bahan pangan. Kekentalan antara saus, mayones,
kecap, tentu akan berbeda, sehingga pengukuran suhu pada viskositas sangat
dibutuhkan untuk menghasilkan konsentrasi makanan yang sesuai. Viskositas
juga dapat berfungsi sebagai uji mutu suatu produk, karena viskositas dapat
memisahkan antara zat makanan yang berkualitas atau tidak. Yang ketiga
adalah bidang otomotif. Setiap mesin membutuhkan oli atau pelumas dengan
tingkat viskositas yang berbeda.
Viskositas ini berkaitan dengan seberapa besar resistensi nya untuk mengalir.
Maka dari itu, viskositas oli sangat diperhitungkan untuk mengurangi gaya
gesek antara mesin guna mencegah terjadinya keausan. Contohnya yaitu
piston. Oli akan memisahkan kedua permukaan yang berhubungan sehingga
gesekan pada piston dapat diperkecil. Yang keempat adalah bidang
manufaktur. Hampir sama seperti bidang otomotif, viskositas berperan dalam
pengukuran viskositas pelumas yang akan digunakan suatu mesin. Jika
pelumas memiliki viskositas yang terlalu tinggi, maka pelumas tersebut justru
bisa menyumbat mesin dan menghambat proses manufaktur. Apabila pelumas
memiliki viskositas yang terlalu rendah, maka komponen manufaktur tersebut
akan mendapat sedikit perlindungan saat bergerak.
Pada percobaan kali ini, alat utama yang digunakan untuk menentukan
viskositas cairan adalah Viskometer Ostwald. Sebenarnya, terdapat cara lain
untuk menetukan viskositas cairan selain menggunakan viskometer Ostwald,
yaitu dengan menggunakan jenis-jenis viskometer yang berbeda. Berikut
adalah jenis-jenis viskometer yang dapat digunakan untuk mengukur
viskosita cairan.
1. Viskometer Cup and Bob
Pada viskometer ini, cairan dimasukkan dalam suatu
ruangan antara dinding luar (bob) dan dinding di dalam mangkuk
(cup) yang diletakkan pas dengan rotor. Beberapa tipe viskometer ini
memiliki cara kerja yang berbeda, ada viskometer cup and bob
dengan rotor yang berputar maupun viskometer cup and bob dengan
mangkuk yang berputar. Salah satu viskometer cup and bob dengan
bagian rotor yang berputar disebut viscotester, dengan dua tipe yakni
VT-03 F dan VT-04 F. Cairan yang memiliki viskositas tinggi dapat
diukur dengan viscotester VT-03 sedangkan cairan dengan viskositas
rendah dapat diukur dengan viscotester VT-04. Cara pengukuran
pada viskometer cup and bob adalah dengan memasukkan cairan ke
dalam mangkuk, memasang rotor kemudian menghidupkan alat.
Kemudian, kadar viskositas larutan akan muncul pada skala.
Akan tetapi, viskometer ini memiliki kekurangan yakni adanya
penurunan konsentrasi akibat pergeseran antara bob dan cup. Hal ini
membuat zat yang keluar ini memadat dan membentuk aliran
sumbat.
2. Viskometer Hoppler
Viskometer ini bekerja dengan prinsip Hoppler berdasarkan
periode waktu jatuhnya benda melalui medium zat cair. Pada
viskometer ini, hukum Hoppler diaplikasikan dengan cara mengukur
waktu yang dibutuhkan sebuah bola untuk melewati ketinggian atau
jarak tertentu. Selain itu, viskometer ini juga bekerja dengan Hukum
Stokes. Hukum stokes ini yakni gaya gesek yang ditimbulkan antara
permukaan benda padat yang bergerak dalam suatu larutan akan
sebanding dengan kecepatan gerak benda tersebut terhadap
larutannya. Untuk menjalankan viskometer ini, larutan akan
dimasukkan dalam tabung dan dimasukkan bola. Stopwatch akan
dihidupkan saat bola diatas, dan dimatikan saat bola di bawah,
kemudian waktu antara bola jatuh dari atas sampai kebawah dicatat.
3. Viskometer Brookfield
Viskometer ini juga disebut sebagai viskometer cone/plate
dan merupakan viskometer yang paling canggih dan praktis.
Pengukuran viskometer ini menggunakan pengukuran gaya puntir
sebuah rotor silinder yang dicelupkan kedalam fluida. Bahan fluida
ini diletakkan di dalam wadah sembari poros yang direndam dalam
fluida tersebut bergerak dan melakukan pengukuran viskositas.
Selain itu, ada pula jenis viskometer brookfield dengan sampel yang
diletakkan diatas piringan papan dan disesuaikan dengan posisi
kerucut dibawah rotor. Rotor ini kemudian digerakkan dengan
berbagai macam kecepatan. Sampel fluida tersebut digeser di dalam
ruang sempit antara papan yang diam sembari rotor berputar.
Beberapa hal yang mempengaruhi akurasi alat ini yaitu ukuran
sampel, kebersihan alat, jenis bahan, serta waktu yang dibutuhkan
untuk menstabilkan cairan sampel sebelum terbaca oleh alat.
4. Viskometer Rotasi ( Rotational Viscometer)
Viskometer rotasi bekerja dengan gaya yang menghasilkan
putaran di dalam larutan atau fluida. Jumlah daya yang diperlukan
pada perputaran spindle menunjukkan nilai viskositas nya, karena
saat penggunaan viskometer ini tidak membutuhkan gravitasi
sehingga proses kerjanya bergantung pada tegangan internal.
5. Viskometer Vibrasi ( Vibration Viscometer)
Pada viskometer vibrasi, benda di dalam sampel akan
terhalang karena getaran yang dihasilkan. Besarnya getaran sangat
berhubungan dengan kekentalan. Getaran yang dihasilkan dapat
digunakan dengan pecahan peluru di detektor nya. Gaya akan
membuat peluru menjadi pecah dan menghasilkan pecahan yang
berhubungan dengan densitas.
Pada percobaan kali ini, tentu akan terdapat error atau
kesalahan-kesalahan yang membuat hasil percobaan yang didapat kurang
sesuai dengan hasil referensi (hasil teoritis). Error ini bisa disebabkan oleh
berbagai hal. Yang pertama adalah kurangnya ketepatan saat mengukur waktu
menggunakan stopwatch. Rentang waktu ketika cairan dihisap oleh filler dan
ketika cairan mencapai garis m sangat sedikit. Hal ini bisa saja membuat
dimulainya pengukuran waktu dengan stopwatch tidak benar-benar tepat saat
cairan berada di garis m. Selain itu, rentang waktu ketika cairan tepat berada
di garis m dan ketika cairan mencapai garis n juga sangat sedikit. Hal ini bisa
saja membuat berakhirnya pengukuran waktu dengan stopwatch tidak
benar-benar tepat saat cairan berada di garis n. Hal tersebut membuat hasil
pengukuran waktu yang didapat tidak sesuai dengan yang seharusnya (yaitu
pengukuran dimulai tepat saat cairan berada di garis m dan berakhir tepat saat
cairan berada di garis n). Pada akhirnya, hal ini akan membuat hasil akhir
kurang sesuai dengan referensi. Yang kedua adalah kurangnya ketepatan suhu
saat pengukuran dimulai. Perlu diketahui, ketika ingin memulai pengukuran
waktu dan pengukuran massa cairan menggunakan piknometer, suhu nya
harus benar-benar tepat dengan suhu yang sudah ditentukan sebelumnya,
yaitu 25 °C, 30 °C, 35 °C, dan 40 °C.
Bisa saja ketika praktikan mulai mengukur waktu (stopwatch) dan massa
cairan (piknometer), suhu nya belum benar-benar tepat dengan suhu yang
sudah ditentukan, yaitu 25 °C, 30 °C, 35 °C, dan 40 °C. Bisa jadi pengukuran
dimulai saat suhu belum benar-benar mencapai suhu yang ditentukan, atau
justru pengukuran dimulai saat suhu sudah melewati suhu yang ditentukan.
Hal ini tentu akan mempengaruhi hasil akhir, yang pada akhirnya membuat
hasil akhir pengukuran tidak sesuai dengan referensi. Yang ketiga adalah
ketidaktepatan saat mengukur massa cairan menggunakan piknometer. Perlu
diketahui, bahwa saat mengukur massa cairan menggunakan piknometer,
sebisa mungkin tangan tidak menyentuh piknometer secara langsung. Jika
tangan menyentuh piknometer secara langsung, maka piknometer akan
terkontaminasi dan hasil pengukuran massa cairan bukan benar-benar massa
cairan tersebut, tetapi sudah tertambah oleh massa zat lain yang dibawa oleh
tangan. Hal ini disebabkan pada tangan, terdapat zat-zat lain (seperti lemak)
yang bisa berpindah ke piknometer ketika tangan menyentuh piknometer
secara langsung. Oleh karena itu, hal tersebut bisa membuat pengukuran
massa menjadi tidak akurat yang pada akhirnya, membuat hasil akhir
pengukuran tidak sesuai dengan referensi. Yang kelima adalah adalah sifat
dari etanol dan kloroform yang volatile atau mudah menguap. Hal ini tentu
akan mempengaruhi pencatatan dan pengukuran data percobaan. Hal tersebut
juga berkontribusi dalam ketidaksesuaian hasil akhir pengukuran dengan
referensi.
Secara teoritis (data referensi), urutan cairan dengan viskositas tertinggi
ke yang terendah adalah H2O (Air), C6H5CH3 (Toluena), C2H5OH (Etanol),
CHCl3 (Kloroform), dan CH3COCH3 (Aseton). Untuk data hasil percobaan
pada suhu 25 °C sesuai dengan data referensi. Namun, untuk data hasil
percobaan pada suhu 30 °C, 35 °C, dan 40 °C tidak sesuai dengan data
referensi. Urutan cairan dengan viskositas tertinggi ke yang terendah pada
suhu 30 °C, 35 °C, dan 40 °C adalah H2O (Air), CHCl3 (Kloroform),
C6H5CH3 (Toluena), C2H5OH (Etanol), dan CH3COCH3 (Aseton).
Ketidaksesuaian hasil ini dengan data referensi disebabkan oleh error
(kesalahan-kesalahan) yang sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya.

Jika mengacu pada data referensi, urutan cairan dengan viskositas


tertinggi ke terendah yaitu H2O (Air), C6H5CH3 (Toluena), C2H5OH (Etanol),
CHCl3 (Kloroform), dan CH3COCH3 (Aseton). Hal ini disebabkan oleh
interaksi antar molekul nya. Interaksi antar molekul berbanding lurus dengan
besarnya viskositas. Semakin kuat interaksi antar molekul, maka semakin
tinggi viskositasnya, dan sebaliknya. Urutan interaksi antar molekul yang
paling kuat ke yang paling lemah adalah ikatan hidrogen, dipol-dipol, dan
gaya London. Air adalah cairan dengan viskositas tertinggi dibanding 4 cairan
lainnya. Hal ini disebabkan jenis interaksi antar molekul pada air adalah
ikatan hidrogen (interaksi antar molekul yang sangat kuat) , ditambah lagi
jumlah ikatan hidrogen yang bisa terbentuk pada molekul molekul air sangat
banyak. Hal tersebut menyebabkan ikatan antar molekul pada air sangat kuat
sehingga membuat viskositasnya menjadi yang paling tinggi. Toluena berada
di urutan kedua karena jenis interaksi antar molekulnya adalah dipol-dipol.
Meski tidak sekuat ikatan hidrogen, tetapi ikatan dipol-dipol termasuk ikatan
yang cukup kuat. Perlu diingat juga bahwa interaksi antar molekul juga
dipengaruhi oleh massa molar. Massa molar toulena adalah 92,141 gr/mol,
yang termasuk kategori cukup besar. Dengan massa molar yang cukup besar
tersebut, ditambah ikatan dipol-dipol yang cukup kuat, membuat viskositas
toluena menjadi yang tertinggi kedua. Etanol berada di urutan ketiga karena
jenis interaksi antar molekulnya adalah ikatan hidrogen. Meski ikatan
hidrogen termasuk kategori interaksi antar molekul yang sangat kuat, tetapi
jumlah ikatan hidrogen yang bisa terbentuk pada molekul molekul etanol
tidak sebanyak pada molekul air. Jika dibandingkan dengan toluena, meski
interaksi antar molekul etanol lebih kuat dari toluena, tetapi massa molar
etanol terbilang cukup kecil, yaitu 46,069 gr/mol. Angka ini bahkan dua kali
lipat lebih kecil dari massa molar toluena. Oleh karena itu, ketika
dikombinasikan antara interaksi antar molekul dan massa molar, didapat
bahwa kekuatan interaksi antar molekul etanol lebih lemah dari toluena dan
viskositas nya masih berada di bawah toluena, yaitu pada urutan ketiga.
Kloroform berada di urutan keempat karena jenis interaksi antar molekul nya
adalah dipol-dipol.

Namun, jumlah ikatan dipol-dipol pada molekul kloroform jauh lebih sedikit
dibandingkan ikatan dipol-dipol pada molekul toluena, sehingga bisa
dikatakan kekuatan ikatan dipol-dipol pada kloroform jauh lebih lemah
dibandingkan ikatan dipol-dipol pada toluena. Meski massa molar nya besar,
yaitu 119,378 gr/mol, tetapi karena jenis interaksi antar molekulnya sangat
lemah (selain lebih lemah dari toluena, juga jauh lebih lemah jika
dibandingkan ikatan hidrogen pada etanol), membuat kloroform berada di
urutan keempat dalam hal viskositas. Aseton berada di urutan kelima karena
jenis interaksi antar molekulnya adalah dipol-dipol. Meski begitu, kekuatan
ikatan dipol-dipol pada aseton jauh lebih lemah dari dipol-dipol pada toluena.
Jika dibandingkan dengan kloroform, bahkan ikatan dipol-dipol pada aseton
masih lebih lemah dibandingkan ikatan dipol-dipol pada kloroform. Selain
itu, massa molar aseton juga sangat kecil, yaitu 58,08 gr/mol. Angka ini
bahkan sekitar dua kali lipat lebih kecil dari massa molar kloroform. Oleh
karena itu, ketika dikombinasikan antara interaksi antar molekul dan massa
molar, didapat bahwa kekuatan interaksi antar molekul aseton lebih lemah
dari kloroform sehingga viskositas nya masih berada di bawah kloroform,
yaitu pada urutan kelima.
Pada percobaan ini juga ditentukan nilai E, arti dari E sendiri adalah nilai
energi ambang. Nilai E adalah energi minimum per mol pada awal alliran
yang diperlukan suatu larutan untuk dapat mengalir. Nilai E bergantung pada
interaksi antarmolekul suatu larutan. Berdasarkan percobaan, diperoleh nilai
−1 −1
E untuk air sebesar 16032, 7176 𝐽 𝑚𝑜𝑙 𝐾 , aseton sebesar
−1 −1 −1 −1
14213, 6144 𝐽 𝑚𝑜𝑙 𝐾 , toluena sebesar 15449, 0748 𝐽 𝑚𝑜𝑙 𝐾 , etanol
−1 −1
sebesar 15996, 136 𝐽 𝑚𝑜𝑙 𝐾 , dan kloroform sebesar
−1 −1
5204, 73028 𝐽 𝑚𝑜𝑙 𝐾 . Terlihat bahwa urutan energi ambang dari yang
terbesar ke yang paling rendah adalah air, etanol, toluena, aseton, dan
kloroform. Perbedaan nilai energi ambang untuk memulai suatu aliran ini
dipengaruhi oleh inersia larutan akibat massa molekul dan ikatan kimia yang
terbentuk pada suatu larutan. Kemudian juga ditentukan nilai A yang
merupakan tetapan Arhennius yang berkaitan dengan viskositas suatu larutan,
nilai ini dipengaruhi oleh massa molar dan volume molar cairan.

Dari perhitungan, diperoleh nilai A untuk air 0,00137473, aseton 0,00187115,


toluena 0,0014347, etanol 0,00105207, dan kloroform 0,0816266. Terlihat
bahwa urutan nilai A dari yang terbesar ke yang paling rendah adalah
kloroform, aseton, toluena, air, dan etanol. Nilai E dan A diperoleh dengan
melakukan regresi linear dengan ln ⴄ sebagai sumbu y dan 1/T sebagai
sumbu x sesuai dengan yang tercantum pada bagian pengolahan data.
Selanjutnya adalah b. Nilai b adalah tetapan yang bergantung pada jenis
zat cair. Ditemukan bahwa tetapan b berkaitan dengan tetapan Van der Waals
cairan yang bersangkutan. Dari hasil pengolahan data dengan melakukan
1 1
plotting η
vs ρ
untuk setiap larutan, didapatkan hasil perhitungan nilai

konstanta b untuk air sebesar 0,9896, aseton sebesar 1,2349, toluena sebesar
1,0113, etanol sebesar 1,2478, dan kloroform sebesar 0,6225. Terlihat bahwa
urutan nilai b dari yang terbesar ke yang paling rendah adalah etanol, aseton,
toluena, air, dan kloroform.
Pada percobaan kali ini, terdapat beberapa fungsi perlakuan yang
dilakukan. Yang pertama adalah digunakannya waterbath sebagai tempat
untuk merendam viskometer Ostwald. Hal ini dilakukan agar suhunya dapat
diatur sesuai dengan keinginan, dan persebaran suhu di tiap larutannya
merata. Yang kedua adalah saat memegang piknometer, harus menggunakan
tissue (jangan dengan tangan langsung). Hal ini dilakukan agar massa dari
cairan yang akan diukur dengan piknometer tidak terkontaminasi dengan
zat-zat yang ada di tangan. Yang ketiga adalah termometer hendaknya tidak
mengenai dinding tabung. Hal ini dilakukan agar pengukuran suhu dari
termometer benar-benar akurat, dan suhu yang didapat benar benar murni
suhu dari cairan. Yang keempat adalah saat mengisi cairan ke dalam
piknometer, cairan harus benar benar memenuhi seluruh piknometer (bahkan
hingga luber). Hal ini dilakukan agar hasil pengukuran massa dari cairan bisa
di dapat dengan akurat. Pada percobaan ini, tidak ada fungsi penambahan
yang dilakukan.
Viskositas suatu cairan di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tekanan,
suhu, adanya zat lain, ukuran dan berat molekul, dan interaksi antar molekul.
Pengaruh tekanan tehadap viskositas adalah berbanding lurus. Artinya
viskositas cairan naik seiring dengan naiknya tekanan.
Hal ini disebabkan, semakin molekul ditekan, berarti molekul “dipaksa”
untuk berinteraksi. Akibatnya, interaksi antar molekul akan semakin besar,
dan viskositas cairan akan meningkat. Pengaruh suhu tehadap viskositas
adalah berbanding terbalik. Viskositas akan turun seiring dengan naiknya
suhu dan sebaliknya. Pemanasan suatu cairan menyebabkan molekul –
molekulnya memperoleh energi. Ketika molekul – molekul cairan bergerak,
gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan demikian viskositas cairan
akan turun seiring dengan kenaikan suhu. Adanya zat lain juga akan
mempengaruhi viskositas suatu cairan. Meningkat atau menurunnya nilai
viskositas cairan bergantung pada zat yang ditambahkan. Apabila zat tersebut
membuat cairan utama menjadi semakin kental dan laju alirnya semakin
rendah, maka zat tersebut akan meningkatkan viskositas cairan. Sebaliknya,
apabila zat tersebut membuat cairan utama menjadi semakin encer atau laju
alirnya bertambah, maka zat tersebut menurunkan viskositas cairan utama.
Pengaruh ukuran dan berat molekul terhadap viskositas adalah berbanding
lurus. Semakin besar dan berat suatu molekul, maka viskositasnya akan
semakin besar. Hal ini disebabkan semakin besar dan berat suatu molekul,
maka laju alirnya akan semakin lambat atau molekul tersebut akan semakin
sulit bergerak. Akibatnya, viskositasnya meningkat. Pengaruh interaksi antar
molekul terhadap viskositas adalah berbanding lurus. Semakin kuat interaksi
antar molekulnya, maka viskositasnya akan semakin besar. Urutan interaksi
antar molekul yang paling kuat ke yang paling lemah adalah ikatan hidrogen,
dipol-dipol, dan gaya London.
Bilangan Reynold adalah rasio antara gaya inersia terhadap gaya
viskositas yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut pada
suatu kondisi aliran. Bilangan Reynold dapat digunakan untuk
mengidentikasikan jenis aliran yang berbeda, misalnya laminar dan turbulen.
Adapun persamaan Reynold,
𝑅𝑒 = 𝑣. 𝐷. ρ. µ

Dengan:
𝑅𝑒 = bilangan Reynold
𝑣 = Kecepatan rata-rata fluida yanga mengalir (m/s)
𝐷 = diameter dalam pipa (m)
ρ = massa jenis fluida (kg/m³)
µ = viskositas dinamik fluida (kg/m.s) atau (N.det/ m³)
Prinsip penentuan viskositas cairan sebagai fungsi suhu pada percobaan
ini adalah menggunakan metode Ostwald. Prinsipnya adalah dengan
menggunakan cairan pembanding untuk menentukan viskositas suatu zat
berdasarkan hasil percobaan. Kemudian berdasarkan hukum distribusi
Maxwell-Boltzmann, jumlah energi yang diperlukan untuk mengalir
dihubungkan dengan faktor exp(E/RT). Pengaruh suhu terhadap viskositas
dapat dinyatakan dengan persamaan empirik:
𝐸
𝑙𝑛 ɳ = 𝑅𝑇
+ ln 𝑙𝑛 𝐴
Berdasarkan rumus ini dapat dilakukan regresi linier untuk menentukan energi
aktivasi (E) sesuai yang tercantum pada bagian pengolahan data.
Viskositas air lebih tinggi daripada kloroform karena pada air terjadi
gaya antar molekul berupa ikatan hidrogen, ikatan hidrogen ini timbul antara
atom hidrogen dengan oksigen pada molekul air. Ikatan hidrogen pada air ini
relatif lebih kuat dibandingkan dengan gaya dipol-dipol pada kloroform.
Semakin kuatnya gaya antar molekul ini maka akan mengakibatkan sifat
kohesif suatu senyawa semakin kuat. Karena gaya kohesi inilah, cairan dapat
mempertahankan bentuk permukaannya sehingga viskositas cairan tersebut
meningkat. Densitas kloroform lebih besar karena massa dan ukuran
molekulnya relatif lebih besar dibandingkan air.
IX. KESIMPULAN
A. Densitas (ρ) toluena, aseton, kloroform, dan etanol hasil percobaan
ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 9.1. Densitas Zat Hasil Percobaan
Zat T (°C) ρzat (gr/mL)

Aseton 25 0,790645
30 0,787741
35 0,787821
40 0,784046
Toluena 25 0,861946
30 0,858467
35 0,833733
40 0,829626
Etanol 25 0,793072
30 0,790037
35 0,784268
40 0,790029
Kloroform 25 1,48089
30 1,4768
35 1,46822
40 1,46063

B. Viskositas (ɳ) toluena, aseton, kloroform, dan etanol dengan metode


Ostwald hasil percobaan ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 9.2. Viskositas Zat Hasil Percobaan
Zat T (°C) ηzat (mPa.s)
25 0,57519
Aseton 30 0,53019
35 0,49034
40 0,43476
25 0,72451
Toluena 30 0,67252
35 0,59850
40 0,54015
25 0,66426
Etanol 30 0,60736
35 0,54893
40 0,48695
25 0,65118
Kloroform 30 0,68061
35 0,60122
40 0,60633

C. Tetapan Viskositas (A) dan energi ambang batas aliran (E) dari toluena,
aseton, kloroform, dan etanol hasil percobaan ditunjukkan pada tabel
berikut.
Tabel 9.3. Nilai E dan A Zat Hasil Percobaan
Zat −1 −1
E (𝐽 𝑚𝑜𝑙 𝐾 ) A
Air 16032,7176 0,00137473
Aseton 14213,6144 0,00187115
Toluena 15449,0748 0,0014347
Etanol 15996,136 0,00105207
Kloroform 5204,73028 0,0816266

D. Tetapan Van der Waals (b) dari toluena, aseton, kloroform, dan etanol
hasil percobaan ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 9.4. Nilai b Zat Hasil Percobaan
Zat b
Air 0,9896
Aseton 1,2349
Toluena 1,0113
etanol 1,2478
Kloroform 0,6225

X. SARAN
1. Pada percobaan ini, dibutuhkan fokus dan ketelitian praktikan yang tinggi,
terutama pada saat pengukuran waktu (agar waktu memulai stopwatch tepat saat
cairan ada di garis m dan waktu mengakhiri stopwatch tepat saat cairan ada di
garis n)
2. Penanda garis m dan n pada viskometer lebih baik diperjelas lagi, sehingga
pengukuran waktu untuk tiap cairan bisa lebih akurat.
3. Saat percobaan berlangsung, sebisa mungkin praktikan selalu memakai sarung
tangan agar terhindar dari bahaya zat-zat kimia yang dipakai di percobaan ini.

XI. DAFTAR PUSTAKA


Atkins, P.W. dan Julio De Paulia, “Physical Chemistry”, ed.11, 2018.
Castellan, G.W. “Physical Chemistry”, ed. 3, 1983, Hal. 759-761.
Haynes, W.M. (2014). CRC Handbook of Chemistry and Physics, 95th Edition.
CRC Press.
Jespersen, N.D. Brady, J.E. dan Hyslop, A. “Chemistry: The Molecular Nature
of Matter”, ed. 6, 2012, Hal. 539-540
Mortimer, R.G. “Physical Chemistry”, ed. 3, 2008, Hal. 444.
http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu/hbase/Tables/viscosity.html: Viscosity of
Liquids and Gases. (Diakses 24 Oktober 2022)
LAMPIRAN
A. Data Literatur
a. Data Massa Jenis dan Viskositas Air pada Berbagai Suhu
Sumber: Viscosity of Liquids and Gases (gsu.edu)

B. Data Hasil Percobaan

Anda mungkin juga menyukai