Anda di halaman 1dari 20

MODUL PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA

DISUSUN OLEH :
Dwi Kemala Putri, S.Si., MT
Miftahurrahmah, M.T

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


POLITEKNIK ATI PADANG
2021

1
Lab PIK
I. PENETUAN TEGANGAN PERMUKAAN CAIRAN DENGAN
METODA AKSI-KAPILER

A. Tujuan
• Menentukan tegangan permukaan cairan deterjen atau sabun.
• Membandingkan daya cuci berbagai deterjen.

B. Teori
Tegangan permukaan γ suatu cairan dapat didefenisikan sebagai banyaknya
kerja yang di butuhkan untuk memperluas permukaan cairan sebanyak satuan
luas pada satuan CGS dinyatakan dalam erg cm-1 atau dyne cm -1 dalam satuan SI
dinyatakan Nm-1 kedua satuan besaran tadi saling berhubungan berdasarkan
hubungan 1 dyne cm-1 tegangan permukaan dapat dikur dengan pipa kapiler.
Bila kapiler dicelupkan kedalam cairan akan menimbulkan aksi kapiler
apakah naik atau turun tinggi cairan dalam kapiler. Untuk mengatasi kesalahan
pengukuran jari-jari kapiler maka dilakukan metode membandingkan aksi kapiler
suatu cairan terhadap suatu cairan pembanding yang telah diketahui tegangan
permukaan pada alat yang sama, dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut :
γγ0 /γ= h0 .d0 / h.d
γ = tegangan permukaan cairan pembanding
h0 = aksi kapiler dalam cairan pembanding
d0 = massa jenis cairan pembanding
γ0 = tegangan permukaan cairan
h = aksi kapiler dalam cairan
d = massa jenis cairan
prosedur pencucian merupakan proses penurunan tegangan permukaan cairan
sehingga dapat melarutkan kotoran dan lemak yang melekat pada pakaian.
Deterjen atau sabun yang paling baik daya cucinya yang paling menurunkan
tegangan permukaannya.

2
Lab PIK
C. Bahan dan Alat-Alat :
a. Alat
• Gelas piala
• Kapiler
• Mistar plastic
• Karet gelang
• Batang pengaduk
• Piknometer
• Neraca analitik
• termometer
b. Bahan
• Detergen ringso, dino, so klin, sabun batang.

D. Prosedur Cobaan :
1. Buat larutan detergen dalam gelas piala dengan konsentrasi 0,1 %; 0,2%;
0,3%. Dan aduk dengan batang pengaduk sampai semua detergen larut.
2. Ikatkan pipa kapiler pada mistar plastic dengan karet gelang.
3. Celupkan kapiler kedalam larutan masing-masing larutan detergen yang
telah dibuat diatas
4. Dari mistar plastic baca aksi kapiler dari masing-masing larutan detergen
tersebut
5. Tentukan massa jenis masing-masing larutan detergen itu dengan alat
piknometer
6. Lakukan percobaan yang sama untuk caiaran pembanding serta catat suhu
cairan percobaan
7. Lihat harga tegangan permukaan cairan pembanding pada tabel sesuai
dengan suhu percobaan dan juga harga massa jenisnya.

E. Perhitungan Tugas :
1. Tentukan tegangan permukaan masing-masing cairan deterjen
2. Mana yang paling baik daya cuci detergen tersebut?

3
Lab PIK
F. Pertanyaan :
• Bagaimana efek detergen terhadap tegangan permukan cairan ?

4
Lab PIK
II. PENENTUAN VISKOSITAS CAIRAN DENGAN ALAT
VISKOMETER OSWALD
A. Tujuan
• Melatih menggunakan Viskometer Oswald
• Menentukan viskositas berbagai cairan
B. Teori
Viskometer adalah besarnya gaya persatuan luas (dyne/cm) kecepatan
yang diperlukan untuk mendapatkan beda sebesar 1 cm/dt antara 2 lapisan sejajar
yang berjarak 2 cm, viskometer yang digunakan pada percobaan ini. Viskometer
Oswald, viskometer cairan dapat ηditentukan dalam pengukuran kecepatan aliran
suatu cairan melalui suatu pipa kapiler.
Viskositas cairan yang agak encer dapat diukur dengan alat viskometer
Oswald, sedangkan untuk cairan yang kental dan tembus cahaya dengan alat
viskometer bola jatuh. Viskometer Oswald didasarkan pada persamaan Poiseuille
dengan jalan membandingkan waktu alir sejumlah volume cairan melewati kapiler
dalam viskometer oswald terhadap suatu cairan pembanding berdasarkan
persamaan berikut :

η0 = Viskositas cairan pembanding


d0 = massa jenis cairan pembanding
t0 = waktu alir cairan pembanding
η = viskositas cairan
d = massa jenis cairan
t = waktu alir cairan
Nilai viskositas cairan dipengaruhi oleh suhu dan untuk itu harus di catat
suhu percobaan untuk melihat harga viskositas dan massa jenis cairan
pembanding dalam tabel yang ada.

C. Bahan dan Alat


a. alat
- Viskometer Oswald - Gliserin

5
Lab PIK
- Labu ukur 100 ml - Stopwatch
- Gelas piala - Termometer
- Piknometer - Selang plastic
- Neraca analitik - Gelas ukur
b. Bahan
- Gliserin
- Akuades

D. Prosedur Percobaan
1. Buat larutan gliserin 10 % dalam labu ukur serta encerkan cairan ini
sehingga konsentrasi 1 %; 2%; 3 % dan tempatkan masing-masing dalam
gelas piala dan beri etiket.
2. Masukkan 5 ml cairan ini kedalam viskometer oswald yang kering dan
bersih.
3. Ukur waktu yang dibutuhkan masing-masing cairan gliserin yang
melewati jarak antara dua tanda batas pada alat dengan cara mengisap
cairan melalui selang plastik pada viscometer.
4. Lakukan beberapa kali pengukuran waktu untuk masing-masingnya dan
ambil rata-ratanya.
5. Tentukan massa jenis masing-masing cairan yang telah dibuat itu dengan
piknometer.
6. Lakukan percobaan yang sama untuk cairan pembanding akuades serta
catat suhu percobaan untuk melihat nilai viskositasnya serta massa
jenisnya pada table ( lihat lamp.1).
7. Hitung viskositas masing-masing cairan tersebut berdasarkan persamaan
diatas.
E. Tugas :
1. Hitung viskositas masing-masing cairan
2. Buat kurva hubungan kekentalan cairan (η) dengan konsentrasi ( c )
F. Pertanyaan :
1. Bagaimana bentuk hubungan kurva yang dibuat diatas ?
2. Faktor apa yang harus diperhatikan dalam metode ini ?

6
Lab PIK
III. PENGUKURAN VISKOSITAS UNTUK MENENTUKAN JARI-
JARI MOLEKUL
A. Tujuan :
• Melatih menggunakan viksometer Ostwald
• Menggunakan pengukuran viskositas untuk menentukan sifat-sifat molekul

B. Teori :
Einstein menurunkan sebuah persamaan yang menggambarkan hubungan
antara volume zat terlarut dengan viskositas larutan. Persamaan itu adalah :
η
/η0 = 1 + 2.5 ø
η = viskositas larutan
η0 = viskositas pelarut
= fraksi volume zat terlarut (dengan menganggap partikel zat terlarut
berbentuk bulat)
Apabila persamaan Einstein tadi disusun kembali, akan diperoleh :
η
/η0 = 1 + 6,3 x 1021 r3 C
r = jari-jari molekul zat larutan dalam satuan cm (disini dianggpa bahwa
partikel zat terlarut berbentuk bulat, sehingga volumenya sama dengan
Pada kenyataannya sangant jarang, sangat jarang ditemukan

partikel zat yang berbentuk bulat. Jadi yang akan ditentukan pada
percobaan ini adalah “jari-jari efektif” dengan anggapan bahwa partikel
zat berbentuk bulat)
C = Konsentrasi partikel (molekul) zat terlarut dalam satual mol
Dari persamaan diatas, terlihat bahwa apabila dibuat kurva η/η0 sebagai
fungsi C, akan diperoleh sebuah garis lurus dengan slop 6.3 x .
Viskositas dapat diukur dengan menggunakan viksometer. Ostwald (atau
viksometer Canon-Fenske). Biasanya viksometer ditentukan dengan jalan
membandingkan waktu alir larutan dengan waktu pelarut (air). Viksositas larutan
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :

η/η0=

η dan η = adalah viskositas larutan dan pelarut


0

7
Lab PIK
t dan t0 = adalah waktu alir larutan dan pelarut

d dan d0 = adalah massa jenis larutan dan pelarut

C. Bahan dan Alat-Alat :


a. Alat
• Viskositas Ostwald
• Pipet (10ml)
• Dua buret (50ml)
• Empat labu Erlenmeyer (100ml)
• Stophwach
• Penangas air bertermostat (± 0,1 °C)

b. Bahan
• Alkohol atau aseton
• Larutan gliserol (0,1 M atau 92,1 gram/liter)

D. Prosedur Percobaan :
1. Siapkan larutan gliserol dengan konsentrasi 1.0 M ; 0.7M ; 0.50 M ; dan
0.25 M. Dalam menyiapkan larutan tersebut, gunakan dua buret, satu diisi
dengan air suling, dn yang lainnya diisi dengan larutan 1.0 M gliserol. Buat
masing-masing konsentrasi gliserol diatas sebanyak ±50 ml dan tempatkan
dalam empat buah labu Erlenmeyer.
2. Bersihkan bagian dalam viskometer dengan menggunakan alkohol atau
aseton. Keringkan viskometer tersebut dengan menggunakan pompa vacum
(atau tempatkan viskometer tersebut pada oven bersuhu 50°C)
3. Kedalam viskometer Ostwald dimasukkan 5 ml larutan gliserol 1.0 M
dengan menggunakan pipet volume (setepat-tepatnya). Kemudian
tempatkan viskometer penangas air bersuhu (30 ± 0.1) °C dan biarkan
selama 10 menit agar tercapai suhu keseimbangan.
4. Ukur waktu yang diperlukan larutan gliserol untuk melewati jarak antara
dua tanda yang terdapat pada viskometer (waktu aliran). Caranya dengan
jalan mengisap larutan melalui pipa plastik, sampai cairan berada diatas

8
Lab PIK
tanda pada bagian atas viskometer. Kemudian biarkan cairan itu mengalir
turun, catat waktu yang dibutuhkan cairan untuk melalui jarank antara
kedua tanda tersebut. Ulangi langkah ini dua kali lagi. Perbedaan ketiga
waktu yang diperoleh tidak boleh melebihi 0.5 detik. Bila perbedaan
melebihi 0.5 detik periksa suhu penangas.
5. Cuci viskometer dengan cara seperti langkah 2 dan ulangi langkah 3 dan
juga 4, dengan menggunakan larutan gliserol 0.75M ; 0.50M ; 0.25M dan
akhirnya air suling (setiap kali berganti larutan, viskometer harus dicuci
dan dikeringkan).

E. Hasil yang Dicatat :


1. Hitung waktu alir rata-rata untuk tiap larutan dan juga untuk air murni.
2. Isilah tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1 : Data hasil waktu aliran larutan glicerol
η
Konsentrasi (C) Waktu aliran /η0
Mol rata-rata detik

1.00 ... ... ... ...


0.75 ... ... ... ...
0.50 ... ... ... ...
0.25 ... ... ... ...
Air suling (t = t₀) ... ... ...

*untuk menghitung nilai larutan gliserol, gunakan rumus berikut : = 1 + 0.021C

F. Tugas :
1. Buatlah kurva η/η0 sebagai fungsi konsentrasi (C). Kurva harus memotong
sumbu η/η0 di no. 1
2. Hitung gradien kurva dan kemudian hitung jari-jari molekul gliserol (dalam
cm dan A).

9
Lab PIK
G. Pertanyaan :
1. Dari informasi dibawah ini, hitung jari-jari maksimal molekul gliserol
secara teoritis.
Rumus molekul : CH2(OH).CH(OH).CH2(OH)
Panjang ikatan : O – H= 1.0 Á0
O – C = 1.2 Á0
C – C = 1.5 Á0

Semua sudut ikatan dianggap mendekati 109°. Bandingkan jari-jari hasil


perhitungan secara teoritis dan jari-jari yang diperoleh dari percobaan, berikan
komentar anda megenai hasil perbandingan ini.

Gambar 1. Viskometer Ostwald

10
Lab PIK
IV. ADSORBSI PADA LARUTAN

A. Tujuan
• Verifikasi isotherm freundlich
• Memperaktekkan konsep mol.

B. Teori
Adsorsi adalah peristiwa penyerapan pada permukaan suatu adsorben
misalnya zat padat akan menarik molekul-molekul gas atau zat cair pada
permukaan. Hal ini disebabkan karena zat padat yang terdiri dari molekul-
molekul tidak menerik dengan gaya vander walls. Kalau ditinjau satu molekul
maka molekul ini akan dikelilingi molekul yang lain yang tidak memiliki gaya
tarik yang seimbang karena salah satu arah tdak ada molekul lain yang menarik
molekul lain disekitarnya.
Besar kecilnya adsorbsi dipengaruhi beberapa factor antara lain macam
adsorben, macam zat yang diabsorbsi, konsentrasi masing – masing luas
permukaan, temperature dan tekanan. Untuk adsorben yang permukaan besar,
maka adsorbsinya juga makin besar. Makin besar konsentrasi, maka makin
banyak zat yang diabsorsi. Sifat adsorbsi pada permukaan zat padat adalah sangat
selektif, artinya pada campuran zat hanya satu komponen yang diadsorbsi oleh zat
padat tertentu.
Pengaruh konsentrasi zat dalam larutan terhadap adsorbsi dapat dirumuskan
sebagai berikut
X/m =Kc1/n
Ket:
X : berat zat yang diadsorbsi
m : berat absorben
C : konsentrasi zat dalam larutan
n dan K : tetapan adsorbsi
jika dituis dalam logaritma
log (X/m) = 1/n log c + log k

11
Lab PIK
Untuk menentukan n dan K dengan membuat garafik log (X/m) versus log c.
sebagai garis lurus, slopennya adalah n dan intersepnya log k, sehingga harga K
dapat di tentukan.
Menurut persamaan Langmuir (adsorbs isotherm Langmuir) dengan notasi
yang sama, hanya bentuk – bentuk tetapannya yang berbeda.
Persamaan Langmuir
X/m = ( α/(1+ β0 )dapat ditulis c/ (X/m) = 1/α + β0 c/a
Dengan membiat grafik c/(X/m) lawan c yang merupaan garis lurus, akan
didapatkan slope β/α dan intersepnya 1/α.
C. Bahan dan Alat-Alat :
a. Alat
• Erlenmeyer
• Buret
• corong
• kertas saring
• pipet gondok 25 ml dan 10 ml
• labu ukur 100 ml dan

b. Bahan
• Larutan asam asetat 1N
• larutan NaOH 0,5 N,
• karbon aktfi dan
• indicator PP.

D. Prosedur Percobaan :
1. Buat masing-masig larutan asam asetat dengan konsentrasi 1N; 0,8N;
0,6N; 0,4N; 0,2N; 0,1N.
2. Ambil 10 ml tiap-tipa larutan, tambahkan beberapa tetes indicator PP dan
titrasi dengan NaOH 0,5N sampai timbul warna pink ( merah jambu ).
Catat ml NaOH yang terpakai dan tentukan konsentrasi asam asetat
tersebut ( konsentrasi asam asetat mula-mula).

12
Lab PIK
3. Ambil setiap larutan asam asetat 25 ml. dan tambahkan masing-masing 0,5
gram adsorben ( karbon aktif), kocok dan tutup dengan plastic beberapa
saat.
4. Saring dengan kertas saring, dan ambil masing-masig filtrate 10 ml.
kemudian tambahkan beberapa tetes indicator PP. dan titrasi degan
larutan NaOH 0,5 N sampai timbul warna pink yang tidak hilang oleh
pengocokan. Catat ml NaOH yang terpakai sehingga dapat diketahui
asam asetat sisa yang ada dalam larutan. Asam asetat yang diadsorbsi
dapat dihitung

E. Pertanyaan :
1. Apakah perbedaan adsorsi, absorsi dan desorbsi, lengkap dengan
contohnya.?
2. Jelaskan isotherm adsorbsi menurut Langmuir dan freundlich. Jelaskan
perbedaannya dengan disertai kurva / grafik ?
3. Jelaskan isotherm adsorbsi yang anda ketahui berdasarkan studi literature
lainnya, seperti isotherm BET. ?

13
Lab PIK
V. PENENTUAN DAYA KOAGULASI ELEKTROLIT PADA KOLOID
I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk mempelajari sifat-sifat


koloid.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat
atau lebih partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang
dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium
pendispersi/pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm.
Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal
dari suatu partikel. Keadaan koloid merupakan keadaan antara suatu larutan
dan suatu suspensi. Bila suatu bahan berada dalam keadaan subdifisi ini.
Bahan itu memperagakan sifat-sifat yang menarik dan penting yang tidak
merupakan cirri dari bahan dalam agregat yang lebih besar (Keenan, 1984).
Partikel-partikel dalam suatu koloid terlalu kecil untuk dilihat dengan
mata atau dengan mikroskop biasa, walaupun demikian, partikel ini dapat
mempengaruhi cahaya tampak, ukuran partikelnya yang cocok untuk
menyebabkan cahaya tersebar dengan sudut-sudut yang besar. Bila konsentrasi
koloidnya besar, penyebaran cahayanya ini akan menyebabkan larutan koloid
kelihatan jenuh. Jadi, cahaya tak diteruskan, contohnya susu. Sinar yang
datang pada susu disebarkan oleh partikel-partikel koloid. Susu kemudian
diadsorpsi, sehingga tak diteruskan. Bila konsentrasi lebih kecil, dispensi
koloidnya kelihatan seperti awan dan bila diencerkan lagi bisa lebih terang
(transparan) misalnya saja larutan kanji yang encer akan kelihatan terang
(Syukri, 1999).
Ciri penting dari partikel koloid adalah tingginya nisbah antara luas
permukaan dengan volumenya. Telah diketahui bahwa atom, ion, atau
molekul pada permukaan zat agak berbeda dengan di bagian dalamnya. Hal
ini disebabkan karena spesies di permukaan mempunyai gaya-gaya yang
berbeda dengan spesies di bagian dalam. Untuk bahan biasa perbandingan
atom, ion, atau molekul pada permukaan sangat kecil dibandingkan di bagian

14
Lab PIK
dalam, sehingga gejala istimewa yang terdapat di permukaan tidak menonjol.
Dalam bahan koloid gejala permukaan sering sangat menonjol (Petrucci,
1987).
Suatu koloid selalu mengandung dua fasa yang berbeda, mungkin
berupa gas, cair, atau padat. Pengertian fasa di sini tidak sama dengan wujud,
karena ada wujud sama tetapi fasanya berbeda, contohnya campuran air dan
minyak bila dikocok akan terlihat butiran minyak dalam air. Butiran itu
mempunyai fasa berbeda dengan air walaupun keduanya cair. Oleh karena
itu, suatu koloid selalu mempunyai fasa terdispersi dan fasa pendisfersi. Fasa
terdisfersi dan fasa pendisfersi mirip dengan pelarut dan zat terlarut pada
suatu larutan. Partikel koloid yang telah mengadsorpsi ion akan bermuatan
listrik sesuai dengan muatan ion yang diserapnya. Muatan partikel ini dapat
positif atau negatif. Contohnya koloid Fe 2O3 bermuatan positif setelah
mengadsorpsi Fe3+ pada koloid Fe2O3 x H2O. Koloid bila dibiarkan dalam
waktu tertentu akan terpengaruh oleh gaya gravitasi, sehingga partikelnya
turun perlahan ke dasar bejana yang disebut koagulasi atau penggumpalan.
Waktu penggumpalan bervariasi antara satu dengan yang lain, koagulasi
dapat dibantu dengan alat sentrifugal ultra (Syukri, 1999).
Baik zat terdispersi maupun pendispersi dapat berbentuk gas, cairan
ataupun padatan (kecuali keduanya berbentuk gas, karena molekul gas
tidaklah sebesar koloid), berikut jenis-jenis dari koloid:
1. Sol (Fase terdispersi padat)
a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat. Contoh:
paduan logam, gelas warna, intan hitam.
b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair. Contoh: cat,
tinta, tepung dalam air.
c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas. Contoh: debu di
udara, asap pembakaran.
2. Emulsi (Fase terdispersi cair)
a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat.
Contoh: jelly, keju, mentega, nasi.

15
Lab PIK
b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair.
Contoh: susu, mayonais, krim tangan.
c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas. Contoh:
hairspray, obat nyamuk.
3. Buih (Fase terdispersi gas)
a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat. Contoh:
batu apung, marshmallow, karet busa, styrofoam.
b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair. Contoh:
putih telor yang dikocok, busa sabun.
(Brady, 1986).
Sol adalah partikel berukuran koloid 0,001-0,1 ¼m yang tidak dapat
membentuk dispersi koloid dalam air dan karena ukuran partikelnya sol koloid ini
cenderung tidak stabil. Gel merupakan sistem padatan yang bersifat elastis karena
terbentuknya suatu jalinan antara partikel-partikel koloid sol. Transformasi koloid
sol menjadi gel apabila tercipta beberapa kondisi seperti perubahan suhu,
perubahan agensia pembentuk gel, pengurangan jumlah gugus bermuatan akibat
perubahan derajat keasaman atau penambahan garam (Lesmana dkk, 2008).
Selain dari jenis-jenis koloid, terdapat juga sifat-sifat koloid:
1. Efek Tyndall
Untuk menentukan apakah suatu campuran merupakan larutan
sejati atau koloid, sering digunakan metode Efek Tyndall, jika cahaya
melewati larutan sejati. Pengamat yang melihatnya dari arah tegak
lurus terhadap sinar tidak melihat cahaya. Tetapi dalam suspensi
koloid cahayanya dibaurkan ke segala arah dan dapat dilihat dengan
mudah. Sifat ini mula-mula dipelajari oleh Tyndall pada tahun 1869,
dan dikenal sebagai efek Tyndall. Contoh lain mengenai pembauran
ialah oleh partikel debu dalam cahaya dari proyektor film dalam ruang
gelap (Petrucci, 1987).
Efek Tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena
sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan
tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem
koloid cahaya akan dihamburkan. Hal itu terjadi karena partikel-

16
Lab PIK
partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk
dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati,
partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya
sedikit dan sangat sulit diamati (Petrucci, 1987).
2. Gerak Brown
Partikel-partikel koloid hanya dapat bergerak dengan sedikit, tetapi
karena adanya tumbukan dengan molekul-molekul fasa pendispersinya
gerakannya akan berbentuk zig-zag ni disebut gerakan Brown.
(Petrucci, 1987).
3. Muatan Koloid (Sifat Listrik)
Partikel koloid yang telah mengadsorpsi ion akan bermuatan listrik
sesuai dengan muatan ion yang diserapnya. Muatan koloid dapat
diketahui dengan mencelupkan batang elektroda. Yang bermuatan
positif akan tertarik (berkumpul) ke elektroda negatif, sedangkan yang
bermuatan negatif tertarik ke elektroda positif (Syukri, 1999).

III. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas beker


500 ml, gelas beker 200 ml, tabung sentrifugasi, senter, kertas saring,
pengaduk, dan neraca.

B. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah 10 gram


garam dapur, 400 ml air, 5 gram tawas, 100 ml susu cair Indomilk.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Menyiapkan 10 gram garam dapur, kemudian melarutkannya


dalam 100 ml akuades. Larutan ini disebut sebagai campuran (A).
2. Menyiapkan 100 ml susu Indomilk cair. Larutan ini disebut sebagai
campuran (B).

17
Lab PIK
3. Melakukan penyinaran dengan menggunakan lampu senter
terhadap (A). Mengamati jalannya sinar. Kemudian melakukan
hal yang sama untuk campuran (B).
4. Mengambil sebanyak 20 ml campuran (A) dan (B). Melakukan
penyaringan terhadap masing-masing campuran secara terpisah
dengan menggunakan kertas saring biasa. Mengamati filtrat yang
diperoleh dari masing-masing campuran.
5. Menyiapkan dua buah tabung sentrifugasi. Mengisi tabung pertama
dengan campuran (A) dan tabung yang lain dengan campuran (B)
hingga tabung terisi dua pertiganya. Melakukan sentrifugasi pada
kedua tabung selama 15 menit pada kecepatan 2000-3000 rpm.
Mengamati apakah ada perubahan yang terjadi pada setiap
tabung.
6. Mengukur pH campuran (A) dan (B). Menurunkan pH dari
masing-masing campuran sebanyak 2 satuan dengan cara
menambahkan HCl pekat. Mengamati apakah ada perubahan yang
terjadi.
7. Mengambil sebanyak 20 ml campuran (A) dan (B),
menempatkannya dalam gelas beker terpisah. Menambahkan 1-2
gram tawas ke dalam setiap campuran, dan mendiamkannya
selama 20 menit. Mengamati apakah ada perubahan yang terjadi.

18
Lab PIK
Lampiran 1. Nilai massa jenis, tegangan permukaan dan viskositas dalam berbagai
suhu
Tabel 4. Massa jenis air ( ρ ) dalam berbagai suhu (g/cm3)
Suhu ( ˚C ) 0 2 4 6 8
10 0,9997 0.9995 0,9993 0,9990 0,9986
20 0,9982 0,9978 0,9973 0,9968 0,9963
30 0,9957 0,9951 0,9944 0,9937 0,9930

Tabel 5. Viscositas cairan pada berbagai suhu dalam satuan Poise


Cairan Suhu (˚C )
0 10 20 30 40 50
Akuades 0,0179 0,013 0,0101 0,0080 0,0065 0,0055
Gliserin 105,9 34,4 13,4 6,29 2,89 1,41
Anilin 0,102 0,065 0,0144 0,0316 0,0237 0,0185
Bensin 0,0091 0,0076 0,0065 0,0056 0,0050 0,0044
Etanol 0,0177 0,0147 0,0120 0,0100 0,0083 0,0070

Tabel 6. Tegangan Permukaan Air pada berbagai suhu


Suhu (˚C ) Tegangan Permukaan ( dyne/cm )
20 72,75
25 71,79
30 71,18
40 69,56

DAFTAR PUSTAKA

Attkins P.W, 1994. Physical Chemistry, 4th ed


Albert Daniel, 1995. Kimia Fisika.Jilid 2 Edisi Kelima, Penerbir : Erlangga,
Jakarta

19
Lab PIK
A.L Underwood, 1980. Analisis Kimia Kuantitatif. Hal 103. Edisi Keempat
Penerbit : Erlangga, Jakarta
Barrow and Pardow, 1998. General Chemistry, 5th ed, John Willey and Sons
Birt, Tony, 1993. Penuntun Kimia Fisika Untuk Universitas, Penerbit : Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
Daniels Tarrington and Williams John Warren, 1991. Experimental Physical
Chemistry, McGraw-Hill, Book
Sukarjo, 1989. Kimia Fisika. Penerbit : Bina Aksara, Jakarta

20
Lab PIK

Anda mungkin juga menyukai