Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK KI2142

PERCOBAAN K-1

VISKOSITAS CAIRAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

Nama : Michael Leonardo

NIM : 13717031

Kelompok/Shift : 4/01

Hari/tanggal percobaan : Rabu, 17 Oktober 2018

Hari/tanggal pengumpulan : Rabu, 31 Oktober 2018

Assisten/NIM assisten : Helen Febrina Butarbutar/10515093

LABORATORIUM KIMIA FISIK

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BANDUNG

2018
PERCOBAAN K-1
VISKOSITAS CAIRAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

I. TUJUAN
1.1. Menentukan viskositas cairan dengan metode Ostwald
1.2. Menentukan pengaruh temperatur terhadap viskositas cairan
1.3. Menentukan nilai E dan A
1.4. Menentukan tetapan Van der Waals

II. TEORI DASAR

Viskositas dapat didefinisikan sebagai tahanan yang dilakukan suatu lapisan fluida
terhadap lapisan lain. Setiap cairan memiliki viskositas yang berbeda-beda. Perbedaan
viskositas ini dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu sebagai berikut
 Tekanan, ketika tekanan naik maka viskositas juga naik
 Temperatur, viskositas akan turun ketika suhu naik
 Penambahan zat lain, ketika air diberi gula maka viskositas akan naik, ketika
minyak diberi air viskositas akan menurun
 Berat molekul, ketika berat molekulnya tinggi maka viskositas akan tinggi
 Adanya ikatan rangkap, viskositas naik
 Adanya ikatan hidrogen, viskositas naik
Pada aliran laminar, fluida dianggap terdiri atas lapisan-lapisan molekul yang
bergerak satu diatas lainnya dengan kecepatan paling tinggi terdapat pada lapisan di
bagian tengah pipa. Gaya (F) yang diperlukan untuk mempertahankan beda kecepatan (dc)
antara satu lapisan dengan lapisan lain yang berjarak dr diatasnya dapat diungkapkan
𝑑𝑐
sebagai 𝐹 = 𝜂𝐴 𝑑𝑟, dengan A adalah luas penampang pipa dan 𝜂 adalah koefisien

viskositas. Satuan viskositas dalam sistem SI adalah N/m2.detik atau Pa.detik, sedangkan
dalam satuan CGS adalah dyne/cm2.detik atau Poise. Kebalikan dari viskositas adalah
1
fluiditas, yaitu 𝜙 = 𝑛, yang merupakan ukuran kemudahan mengalir suatu fluida atau

keenceran.
Untuk mengukur viskositas cairan dapat dilakukan dengan metode Poiseuille.
Metode Poiseuille dilakukan dengan cara mengukur waktu (t) yang diperlukan oleh
volume tertentu cairan (V) untuk mengalir melalui pipa kapiler di bawah pengaruh
𝜋𝑟 4 𝑃𝑡
tekanan penggerak (P) yang tetap. Viskositas cairan dinyatakan dengan 𝜂 = .
8𝑉𝐿

Gambar 1. Viskometer Oswald


Variasi dari metode Poiseuille adalah metode Oswald. Pada metode oswald,
digunakan viscometer Oswald. Sejumlah cairan tertentu dimasukkan ke dalam C,
kemudian dengan cara menghisap dengan bantuan filler sehingga cairan sampai ke atas
garis A. Selanjutnya cairan dibiarkan mengalir secara bebas dan diukur waktu yang
diperlukan untuk mengalir dari garis A ke B. Pada metode Oswald, viskositas suatu cairan
ditentukan dengan membandingkan hasil pengukuran waktu (t), dan densitas (𝜌) cairan
tersebut terhadap waktu (t0) dan densitas (𝜌0) cairan pembanding yang viskositasnya telah
diketahui pada suhu saat pengukuran. Perbandingan viskositas (𝜂) kedua cairan
𝜂 𝜌𝑡
dinyatakan dengan 𝜂 = 𝜌 .
0 0 𝑡0

Piknometer digunakan untuk menentukan 𝜌 dan 𝜌0 . Massa piknometer kosong dan


massa piknometer berisi cairan diukur untuk selanjutnya menentukan 𝜌 dan 𝜌0.
Tiap molekul dalam cairan dianggap dalam kedudukkan setimbang, maka sebelum
suatu lapisan molekul dapat melewati lapisan molekul lainnya diperlukan suatu energi
terntentu. Energi minimum yang diperlukan suatu fluida untuk mengalir disebut energy
ambang. Secara kuantitatif, pengaruh suhu terhadap viskositas sebanding dengan
𝐸
persamaan 𝜂 = 𝐴. 𝑒 𝑅𝑇 , dengan A = tetapan yang sangat bergantung pada massa molekul
relatif dan volume molar cairan dan E = energi ambang per mol yang diperlukan untuk
proses awal aliran.
Untuk cairan yang terasosiasi, persamaan yang mengaitkan koefisien viskositas
𝑐
dengan volume jenis pada suhu sama dinyatakan sebagai 𝜂 = 𝑣−𝑏, dengan b dan c

merupakan tetapan yang bergantung pada jenis zat cair dan v adalah volume jenis.
Ditemukan bahwa tetapan b praktis dengan tetapan Van der Waals cairan yang
bersangkutan.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat :
a) Viskometer Oswald 2 buah
b) Waterbath 1 set
c) Stop watch 2 buah
d) Statif dan klem 2 buah
e) Pipet filler 2 buah
f) Botol semprot 2 buah
g) Piknometer 25 mL 2 buah
h) Gelas ukur 25 mL 1 buah
i) Gelas kimia 100 mL 4 buah

Bahan :
a) Aseton 250 mL
b) Toluena 250 mL
c) Kloroform 250 mL
d) Air (Aqua DM) Sebagai cairan pembanding

IV. CARA KERJA


Pertama, disiapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan. Larutan
disiapkan dalam tabung-tabung reaksi. Massa piknometer ditimbang terlebih dahulu.
Viskometer diambil dan diletakkan di dalam waterbath dalam posisi vertical dengan
bantuan klem dan statif. Masukkan larutan yang hendak diamati ke dalam reservoir yang
lebih besar. Suhu waterbath diatur sesuai yang dikehendaki, dan biarkan selama beberapa
menit agar suhu larutan di dalam viskometer sama dengan suhu air di waterbath. Setelah
suhu larutan di dalam viskometer sama dengan suhu lingkungannya, larutan dimasukkan
ke reservoir yang lebih kecil (yang berada di sisi U lain) dengan cara dihisap dengan
bantuan filler. Pastikan, bahwa kedua garis dilewati oleh larutan yang hendak diamati.
Filler dilepas dan larutan dibiarkan mengalir bebas dari garis A ke B. Stopwatch
dinyalakan tepat ketika larutan melewati garis A dan dimatikan ketika larutan tepat
melewati garis B. Waktu yang diperlukan larutan mengalir dari garis A ke B dicatat dalam
lembar data pengamatan. Pengamatan dilakukan kembali hingga memperoleh 3 data
pengamatan untuk tiap larutan tiap suhu yang diamati. Percobaan dilakukan dengan cara
yang sama untuk tiap variasi larutan yang diamati serta untuk tiap variasi suhu yang
dikehendaki termasuk air sebagai pembanding. Setelah didapatkan data pengamatan, data
diolah untuk mendapatkan nilai viskositas, nilai E, A, dan tetapan Van der Waals.

V. DATA PENGAMATAN
Dari percobaan, data pengamatan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Tabel Pengamatan Massa dan Waktu Alir

Suhu Wo Wz Waktu alir


No Jenis zat
(0C) (gram) (gram) t1 (s) t2 (s) t3 (s) t rata-rata (s)
25 44,75 7,8 8,2 8,0 8,0
30 44,52 7,8 8,2 7,2 7,7333
1 Air 20,58
35 44,50 7,31 7,55 7,7 7,52
40 44,64 7,13 7,1 7,04 7,09
25 40,80 6,5 7,6 6,6 6,9
30 40,73 6,3 7,2 7 6,8333
2 Toluena 20,58
35 40,76 6,50 6,61 6,8 6,6367
40 40,64 6,53 6,6 6,4 6,51
25 38,83 18,03 18,05 18,10 18,06
30 38,69 17,21 17,4 16,89 17,1667
3 Aseton 18,35
35 38,57 16,38 16,50 16,00 16,2933
40 38,51 16,59 16,5 16,55 16,5467
25 56,70 15,87 15,98 16,00 15,95
30 56,49 15,6 15,26 15,36 15,4067
4 Kloroform 18,35
35 56,43 15,08 15,26 15,2 15,18
40 56,19 14,8 14,42 14,45 14,5567
NB: Pengukuran W0 dan Wz aseton dan kloroform menggunakan piknometer yang berbeda
Keterangan

Wo : Massa piknometer

Wz : Massa piknometer + massa zat

VI. PENGOLAHAN DATA


a. Penentuan Volume Piknometer
Suhu Ruangan (Truang) = 25 0C
Massa piknometer kosong (Wo1) = 20,58 gram
Massa piknometer + massa air (Wa1) = 44,75 gram
Massa piknometer kosong (Wo2) = 18,35 gram
Massa piknometer + massa air (Wa1) = 44,38 gram
Massa jenis air pada suhu ruangan (𝜌𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 ) = 0,9970470 gr/mL

𝑊𝑎1 − 𝑊𝑜 44,75 − 20,58


𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 1 = = = 24,2415854 𝑚𝐿
𝜌𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 0,997047
𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 2 = 26,10709425 𝑚𝐿
b. Penentuan massa jenis zat pada berbagai suhu
Dalam penentuan massa jenis zat, digunakan rumus:
𝑊𝑧 − 𝑊𝑜
𝜌𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 =
𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜
Contoh perhitungan: massa jenis toluena pada suhu 25 0C
𝑊𝑧 − 𝑊𝑜 40,8 − 20,58
𝜌𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 = = = 0,834103861 𝑔𝑟/𝑚𝐿
𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 24,2415854

Tabel 2. Tabel Perhitungan Massa Jenis


Massa Jenis (gr/mL)
No Zat
25 0C 30 0C 35 0C 40 0C
1 Air 0.997047 0.987559172 0.986734143 0.992509343
2 Toluena 0.83410386 0.831216262 0.832453805 0.827503633
3 Aseton 0.784461103 0.779098576 0.774502125 0.772203899
4 Kloroform 1.468949381 1.46090559 1.458607364 1.44941446
c. Penentuan viskositas berbagai suhu
Untuk mencari viskositas cairan menggunakan metode oswald, dibutuhkan
viskositas cairan lain sebagai pembanding. Dalam percobaan kali ini, digunakan
cairan pembanding air. Viskositas cairan yang ingin dicari dirumuskan dengan:
𝜌𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 × 𝑡𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
𝜂𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 = × 𝜂𝑎𝑖𝑟
𝜌𝑎𝑖𝑟 × 𝑡𝑎𝑖𝑟

Contoh perhitungan: viskositas toluena pada suhu 25 0C


𝜌𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 × 𝑡𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 0,83410386 × 6,9
𝜂𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 = × 𝜂𝑎𝑖𝑟 = × 0,89002
𝜌𝑎𝑖𝑟 × 𝑡𝑎𝑖𝑟 0,997047 × 8
= 0,6422 𝑚𝑃𝑎. 𝑠

Tabel 3. Tabel Perhitungan Viskositas Larutan


Jenis Suhu 𝜌𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑡𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑖𝑟 𝜂𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝜂𝑎𝑖𝑟
Larutan (0C) (gr/mL) (gr/mL) (s) (s) (mPa.s) (mPa.s)
25 0.83410386 0.997047 6.9 8 0.64218975 0,8900
30 0.83121626 0.98755917 6.83333 7.73333 0.59291845 0,7972
Toluena
35 0.83245381 0.98673414 6.63667 7.52 0.53607388 0,72
40 0.82750363 0.99250934 6.51 7.09 0.49969342 0,6527
25 0.78446110 0.997047 18.06 8 1.58082323 0,8900
30 0.77909858 0.98755917 17.1667 7.73333 1.39613275 0,7972
Aseton
35 0.77450213 0.98673414 16.2933 7.52 1.22446692 0,72
40 0.7722039 0.99250934 16.5467 7.09 1.18520983 0,6527
25 1.46894938 0.997047 15.95 8 2.61433758 0,8900
30 1.46090559 0.98755917 15.4067 7.7333 2.34952011 0,7972
Kloroform
35 1.45860736 0.98673414 15.18 7.52 2.14844714 0,72
40 1.4494145 0.99250934 14.5567 7.09 1.957074065 0,65273

d. Penentuan E dan A
E adalah energi ambang per mol, yaitu energi minimum yang diperlukan untuk proses
awal cairan mengalir. Dan A adalah tetapan yang bergantung pada massa molekul
relatif dan volume molar cairan. Hubungan viskositas, E, suhu, dan A dirumuskan
dengan:
𝐸1
ln 𝜂 = + ln 𝐴
𝑅𝑇
Dari rumusan tersebut, apabila kita mempunyai grafik ln 𝜂 sebagai sumbu y terhadap
1/T sebagai sumbu x, akan diperoleh grafik kurva linear y=mx+c, dengan E=m*R dan
A=𝑒 𝑐 . R merupakan tetapan Regnault, 8.314 J.mol−1.K−1

Tabel 4. Tabel Perhitungan E dan A


𝜂𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 ln 𝜂𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
Larutan T (K) 1/T (1/K)
(mPa.s) (mPa.s)
298 0,00335570 0.89002 -0.116511345
303 0,00330033 0.79722 -0.226624603
Air
308 0,00324675 0.7200 -0.328504067
313 0,00319489 0.65273 -0.426591711
298 0,00335570 0.642189752 -0.442871456
303 0,00330033 0.592918452 -0.522698407
Toluena
308 0,00324675 0.536073881 -0.62348329
313 0,00319489 0.499693422 -0.693760524
298 0,00335570 1.580823227 0.457945741
303 0,00330033 1.396132746 0.33370609
Aseton
308 0,00324675 1.224466917 0.202505579
313 0,00319489 1.185209825 0.169919826
298 0,00335570 2.61433758 0.96101075
303 0,00330033 2.349520105 0.854211097
Kloroform
308 0,00324675 2.148447142 0.764745322
313 0,00319489 1.957074065 0.671450534
 E dan A Air

0
0.00315
-0.05 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 0.0034

-0.1 y = 1925.9x - 6.5807


R² = 0.9999
ln η (Pa.s) -0.15
-0.2
-0.25
-0.3
-0.35
-0.4
-0.45
1/T (1/K)

Grafik 1. Grafik ln η Air terhadap 1/T

y = 1925,9x - 6,5807
diperoleh 𝐸 = 𝑚 × 𝑅 = 1925,9 × 8,314 = 16011,9326 J
dan 𝐴 = 𝑒 𝑐 = 𝑒 − 6,5807 = 1,3869 × 10−3

 E dan A Toluena

0
0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 0.0034
-0.1
-0.2
-0.3
ln η (Pa.s)

y = 1592.5x - 5.7851
-0.4 R² = 0.9963
-0.5
-0.6
-0.7
-0.8
1/T (1/K)

Grafik 2. Grafik ln η Toluena terhadap 1/T

y = 1592,5x – 5,7851
diperoleh 𝐸 = 𝑚 × 𝑅 = 1592,5 × 8,314 = 13240,045 J
dan 𝐴 = 𝑒 𝑐 = 𝑒 − 5,7851 = 3,073 × 10−3
 E dan A Aseton

0.5 y = 1862x - 5.806


R² = 0.9546
0.4

ln η (Pa.s)
0.3

0.2

0.1

0
0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 0.0034
1/T (1/K)

Grafik 3. Grafik ln η Aseton terhadap 1/T

y = 1862x – 5,806
diperoleh 𝐸 = 𝑚 × 𝑅 = 1862 × 8,314 = 15480,668 J
dan 𝐴 = 𝑒 𝑐 = 𝑒 − 5,806 = 3,00944 × 10−3

 E dan A kloroform

1.2
y = 1788x - 5.0418
1 R² = 0.9992

0.8
ln η (Pa.s)

0.6

0.4

0.2

0
0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 0.0034
1/T (1/K)

Grafik 4. Grafik ln η Kloroform terhadap 1/T

y = 1788x – 5,0418
diperoleh 𝐸 = 𝑚 × 𝑅 = 1788 × 8,314 = 14865,432 J
dan 𝐴 = 𝑒 𝑐 = 𝑒 − 5,0418 = 6,4621 × 10−3
e. Penentuan tetapan Van der Waals
1 1
Tetapan Van der Waals (b) dirumuskan dengan 𝜌 = 𝑘 𝜂 + 𝑏. Jika dibuat grafik linear

y=mx+c, maka diperoleh hubungan b=c.

Tabel 5. Tabel Perhitungan Tetapan Van der Waals


1 1
Larutan T(K) 𝜌 (gr/mL) 𝜌
(mL/gr) 𝜂 (mPa.s) 𝜂
(1/mPa.s)

298 0.997047 1.002961746 0.89002 1.123570257


303 0.987559172 1.012597552 0.79722 1.254358897
Air
308 0.986734143 1.013444206 0.7200 1.388888889
313 0.992509343 1.00754719 0.65273 1.532027025
298 0.834103862 1.198891464 0.642189752 1.557172156
303 0.831216262 1.203056347 0.592918452 1.686572575
Toluena
308 0.832453805 1.201267859 0.536073881 1.865414517
313 0.827503633 1.208453908 0.499693422 2.001227063
298 0.784461103 1.274760464 1.580823227 0.632581799
303 0.779098576 1.283534626 1.396132746 0.716264268
Aseton
308 0.774502125 1.291152043 1.224466917 0.816681926
313 0.772203899 1.294994757 1.185209825 0.843732459
298 1.468949381 0.680758652 2.61433758 0.382506073
303 1.46090559 0.68450693 2.349520105 0.425618831
Kloroform
308 1.458607364 0.68558546 2.148447142 0.465452457
313 1.44941446 0.689933782 1.957074065 0.510966865
 Tetapan Van der Waals Air

1.014

1.012
y = 0.0102x + 0.9956
1/ρ (mL/gram) 1.01

1.008

1.006

1.004

1.002
0 0.5 1 1.5 2
1/η (1/mPa.s)

Grafik 5. Grafik 1/ρ terhadan 1/η Air

y = 0,0102x + 0,9956
diperoleh b = 0,9956

 Tetapan Van der Waals Toluena

1.21

1.208
1/ρ (mL/gram)

1.206
y = 0.0172x + 1.1724
1.204

1.202

1.2

1.198
0 0.5 1 1.5 2 2.5
1/η (1/mPa.s)

Grafik 6. Grafik 1/ρ terhadan 1/η Toluena

y = 0,0172x + 1,1724
diperoleh b =1,1724
 Tetapan Van der Waals Aseton

1.3

1.295
y = 0.092x + 1.2169
1/ρ (mL/gram) 1.29

1.285

1.28

1.275

1.27
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
1/η (1/mPa.s)

Grafik 7. Grafik 1/ρ terhadan 1/η Aseton

y = 0,092x + 1,2169
diperoleh b= 1,2169

 Tetapan Van der Waals kloroform

0.692

0.69 y = 0.0676x + 0.6551


1/ρ (mL/gram)

0.688

0.686

0.684

0.682

0.68
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
1/η (1/mPa.s)

Grafik 8. Grafik 1/ρ terhadan 1/η Kloroform


y = 0,0676x + 0,6551
diperoleh b =0,655

VII. PEMBAHASAN
VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa viskositas cairan air, toluena, aseton,
dan kloroform dapat dilihat di tabel 3. Diperoleh hubungan bahwa temperatur berbanding
terbalik dengan viskositas cairan, semakin tinggi temperatur maka semakin rendah
viskositas cairan, begitu juga sebaliknya, semakin rendah temperatur maka semakin tinggi
viskositas cairan. Hubungan tersebut dapat dilihat di tabel 3. Nilai E, A, dan tetapan Van
der Walls (b) dapat dilihat di tabel di bawah ini

Tabel 5. Tabel E, A, dan Tetapan Van der Waals


Larutan E (J) A b
Air 16011,9326 1,3869 × 10−3 0,9956
Toluena 13240,045 3,073 × 10−3 1,1724
Aseton 15480,668 3,00944 × 10−3 1,2169
Kloroform 14865,432 6,4621 × 10−3 0,6551

IX. DAFTAR PUSTAKA

1. Atkins, P., De Paula, J. Atkins’ Physical Chemistry 8th Edition. W.H. Freeman and
Company New York. 2006, 665-666.
2. Jespersen, N.D. Brady, J.E. dan Hyslop, A. “Chemistry : The Molecular Nature of
Matter”, ed. 6, 2012, Hal. 539-540
3. Castellan, G.W. “Physical Chemistry”, ed 3, 1983, 759-761.
4. Mortimer, R.G. “Physical Chemistry”, ed 3, 2008, 444-457.
5. Teraoke, I. “Polymer Solution: an Introduction to Physical Properties”, 2002, 209-
215.
6. Haynes, W.M. 2017. CRC Handbook of Chemistry and Physics 97thed. New York :
CRC Press.
7. http://foundation01.chem.elte.hu/Chemistry_BSc_English_Group/BLOCK_07/Ostwal
d.pdf diakses pada 28 Oktober 2018.
X. LAMPIRAN

Gambar 2. Tabel data pengamatan toluena dan kloroform praktikum kimia fisika K-1

Gambar 3. Tabel data pengamatan air dan aseton praktikum kimia fisika K-1
Gambar 4. Tabel data CRC densitas air – suhu

Gambar 5. Tabel data literatur viskositas air

Gambar 6. Tabel data literatur viskositas air dalam berbagai suhu

Pertanyaan dan Jawaban


1. Apa yang dimaksud dengan bilangan Reynold dan bagaimana hubungannya dengan
aliran laminar?
Dalam mekanika fluida, bilangan Reynold adalah rasio antara gaya inersia (ρ vs) terhadap
gaya viskos (η/ L) yang digunakan dalam mengidentifikasi jenis-jenis aliran yang ada,
baik laminar, turbulen, maupun transisi.
Secara matematis, bilangan Reynolds dirumuskan dengan :
vs - kecepatan fluida
L - panjang karakteristik
η - viskositas absolut fluida dinamis
ν - viskositas kinematik fluida: ν = η / ρ
ρ - kerapatan (densitas) fluida

Besarnya bilangan Reynold menunjukkan jenis aliran tersebut laminer atau turbulen.
Untuk angka Re<2000, hal tersebut menunjukan bahwa aliran tersebut merupakan aliran
laminar (aliran fluida yang bergerak dalam berlapis-lapis) dan angka lebih besar dari Re
>4000 dikatakan aliran turbulen. Sedangkan angka Reynold diantara keduanya
dinyatakan sebagai aliran transisi.
2. Sebutkan cara lain yang dapat digunakan untuk menentukan viskositas cairan! Berikan
penjelasan singkat.
 Viskometer hoppler
Pada viscometer ini yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah bola
logam untuk melewati cairan setinggi tertentu. Prinsip kerjanya adalah
menggelindingkan bola yang terbuat dari logam dalam sebuah tabung berisi cairan
yang hendak diukur viskositasnya. Waktu bola melewati kedua detector yang diamati
dan digunakan untuk mengukur viskositas dengan persamaan
𝜂 = K(𝜌k - 𝜌o) to
 Viskometer cup dan Bob
Prinsip kerjanya cairan sampel yang hendak diuji dimasukkan ke dalam tabung.
Kemudian tabung diputar dengan kecepatan tertentu selama waktu tertentu.
Selanjutnya, diukur waktu yang diperlukan cairan sampel unuk seluruhnya keluar dari
tabung. Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan
geseran yang tinggi disepanjang keliling bagian tabung sehingga menyebabkan
penurunan konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini menyebabkan bagian tengah zat
yang ditekan keluar memadat. Hal inidisebut aliran sumbat (Martin, 1993).
 Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel yang ditempatkan di tengah-tengah plate,
kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor
dengan bermacam kecepatan dan sampelnya digeser didalam ruang sempit antara
plate yang diam dan kemudian kerucut yang berputar. Cone dan plate memberikan
presisi yang diperlukan untuk pengembangan data rheologi lengkap.
3. Jelaskan prinsip penentuan viskositas cairan sebagai fungsi suhu!
Salah satu faktor dalam penentuan viskositas cairan adalah temperatur. Semakin tinggi
temperatur, semakin rendah viskositasnya. Hal ini menunjukkan cairan akan lebih mudah
mengalir pada temperatur yang lebih tinggi. Temperatur yang tinggi akan melemahkan
ikatan antar molekul sehingga membuat cairan lebih mudah untuk bergerak. Hal tersebut
merupakan prinsip viskositas cairan sebagai fungsi suhu.
4. Mengapa viskositas air lebih besar dari pada kloroform sedangkan densitas kloroform
lebih besar?
Salah satu faktor yang mempengaruhi viskositas adalah kekuatan ikatan antar
molekulnya. Disebutkan bahwa semakin kuat ikatannya, maka semakin besar pula
viskositasnya. Ikatan yang ada pada air adalah ikatan hydrogen yang lebih kuat
dibandingkan ikatan pada kloroform. Hal ini yang menyebabkan air memiliki viskositas
yang lebih besar dari kloroform meskipun kloroform memiliki densitas yang lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai