Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

PERCOBAAN F2

VISKOSITAS FLUIDA

Hari : Kamis Tanggal : 29 Februari 2024 Jam Ke : 11-12

Disusun Oleh :
Listya Sri Astuti (184231042)

Anggota Kelompok 5 :
1. Livia Eka Setia Devi (184231044)
2. Bening Widhi Utomo (184231041)

Dosen Pembimbing : Jan Ady, S.Si., M.Si.


Asisten Dosen : Nadia Septiana W

LAPORAN FISIKA DASAR


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2024
A. TUJUAN

Menentukan koefisien viskositas fluida encer dan kental

B. DASAR TEORI

Viskositas merupakan ukuran yang menyatakan kekentalan suatu


cairan uji. Kekentalan tak lain adalah sifat cairan yang sangat erat
kaitannya dengan hambatan dari suatu cairan uji dalam mengalir. Alat
yang digunakan untuk menentukan nilai viskositas fluida disebut
viskometer (Tissos, Yulkifli, dan Kamus. 2014)

Sedangkan Fluida adalah zat yang dapat mengalir, bisa disebut zat
alir, misalnya gas, uap dan cairan berupa minyak dan air. Fluida adalah zat
yang dapat menyesuaikan bentuk terhadap wadah yang ditempatinya.
Fluida termasuk zat yang tidak dapat dimampatkan, misalnya zat cair,
tetapi ada pula fluida yang dapat dimampatkan, misalnya gas. Perbedaan
tersebut disebabkan oleh densitas zat cair yang lebih besar dibandingkan
dengan gas. (Ilham. 2019)

Ada beberapa metode dalam menentukan viskositas, salah satu di


antaranya adalah dengan metode bola jatuh. Prinsipnya adalah dengan
mengukur kecepatan bola pejal dalam cairan dan terlebih dahulu
menentukan parameter-parameter yang berhubungan dengan persamaan
viskositas. bola berjari-jari R yang dijatuhkan ke dalam fluida mula-mula
bergerak dipercepat karena gaya gravitasi Bumi, kemudian diperlambat
hingga benda bergerak dengan kecepatan konstan dan akhirnya berhenti di
dasar fluida. Hal ini terjadi karena bola tersebut tidak hanya mengalami
gaya apung dan gaya berat saja, melainkan juga mengalami gaya gesek
antara permukaan bola dengan fluida yang disebabkan oleh kekentalan zat
cair atau viskositas. Viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara
molekul-molekul zat cair dan merupakan ukuran kekentalan suatu fluida
yang secara kuantitatif dinyatakan dengan besaran koefisien viskositas
>5,6. Semakin besar viskositas, semakin susah suatu zat padat bergerak di
dalamnya (Marliani, Wulandari, Fauziyah, dan Nugraha. 2015)

Nilai koefisien viskositas suatu fluida sangat bergantung pada suhu.


Pada suhu makin tinggi nilai koefisien viskositas itu akan menurun.
Artinya, fluida itu akan semakin encer jika suhunya makin tinggi. Tabel 1
memuat contoh nilai koefisien beberapa fluida untuk berbagai suhu.

Tabel 1. Nilai Koefisien Beberapa Fluida (Tipler, 1991)


Fluid Suhu (°𝐶) Viskositas (mPa.s)
a
0 1.80
20 1.003
Air
40 0.80
60 0.653
0 10.000
Gliserin 20 1410
60 81
Merkuri 20 1.554
Minyak Jarak 20 986
Minyak Mesin (SAE 10) 30 200
Udara 20 0.018

Ada 2 prinsip/metode yang digunakan untuk mengukur koefisien


viskositas suatu fluida, yakni metode pengukuran viskositas Ostwald yang
berdasar pada laju aliran fluida dan pipa kapiler vertikal saat menempuh
jarak tertentu. Alat yang digunakan disebut viskometer Ostwald yang
bekerja berdasarkan hukum Poiseuille.
Hukum Poiseuille dituliskan sebagai :
8 ηL
∆P= 2 l v (1)
πr

Dengan P = tekanan ; η = koefisien viskositas fluida ; L = panjang


kapiler yang dilalui fluida : lv = laju aliran volume.
Berdasarkan hukum tersebut, viskometer Ostwald dapat ditentukan
apabila h, a, L, dan V dapat diukur, persamaannya menjadi:
4
πhg a
η= ρ. t (2)
8 LV
dengan ρ=¿ massa jenis cairan yang akan ditentukan viskositasnya; t =
waktu pengaliran cairan dari tanda A sampai B; a = jejari kapiler yang
panjangnya h = jarak antara bola kecil dan besar.

Jika viskositas cairan (dalam hal ini alkohol) = dan viskositas air
= maka viskositas alkohol C ρ x t x terhadap viskositas air C ρw t w maka
viskositas alkohol ηx terhadap viskositas air ηw adalah :
ρx t x
ηx = xη (2)
ρw t w w

Metode viskometer Oswald ini digunakan untuk fluida yang relative


encer. Fluida yang kental sebaiknya tidak menggunakan metode ini karena
waktu yang dibutuhkan untuk turun melalui pipa kapiler lebih lama
dibandingkan yang encer.
Metode yanag kedua yakni menggunakan metode stokes yang
menentukan koefisien viskositas fluida melalui laju terminal (konstan)
benda yang berbentuk bola dalam fluida. Jika sebuah benda berbentuk bola
dijatuhkan ke dalam fluida kental, misalnya kelereng dijatuhkan ke dalam
kolam renang yang airnya cukup dalam, nampak mula-mula kelereng
bergerak dipercepat. Tetapi beberapa saat setelah menempuh jarak cukup
jauh, nampak kelereng bergerak dengan kecepatan konstan (bergerak lurus
beraturan). Ini berarti bahwa di samping gaya berat dan gaya apung zat cair
masih ada gaya lain yang bekerja pada kelereng tersebut. Gaya ketiga ini
adalah gaya gesekan yang disebabkan oleh kekentalan fluida. Apabila
resultan pada gaya yang bekerja pada bola sama dengan 0, maka berlaku
rumus:
2
2r g
η= (ρ− ρ0) (3)
9v
Keterangan:
v = laju terminal
= kerapatan bola
0 = kerapatan fluida
Jika jarak AB = h, waktu bola dari A ke B adalah t, diameter bola d,
dan massanya m, maka persamaan (3) akan menjadi:

[ ]
2
m d ρ0
ηg= ¿ −
3 h πd 6
(4)

Metode stokes ini lebih cocok digunakan untuk menentukan koefisien


viskositas fluida yang kental, seperti gliserin, oli, atau minyak. Prinsipnya
berdasarkan pada kecepatan terminal (konstan) pada bola dalam fluida.
C. ALAT DAN BAHAN

Tabel 1.1 Alat dan Bahan

Metode I (Viskosimeter Ostwald) Metode II (Hk. Stoke)


1. Tabung vidkosimeter Ostwald 1. Tabung kaca diameter 10 cm, tinggi
2. Statif dan klem sekitar 60 cm, dan 2 buah karet
3. Stopwatch (2 buah) gelang
4. Gelas Ukur 2. Densitometer dan thermometer
5. Termometer 3. Bola besi diameter sekitar 1 cm
6. Penghisap 4. Mistar dan mikrometer sekrup
7. Air 5. Neraca dan anak timbangan
8. Alkohol 6. Stopwatch (2 buah)
7. Fluida (gliserin atau oli)

D. PROSEDUR PERCOBAAN

D.1 METODE I (VISKOSIMETER OSTWALD)

1. Praktikan memasang tabung yang telah bersih pada statif dan


klem secara vertikal
2. Praktikan memasukkan air sebanyak 6 ml ke dalam
viskosimeter, kemudian mengukur suhunya dalam tempat lain

3. Praktikan menggunakan alat penghisap untuk menghisap air


dalam viskosimeter hingga permukaannya di atas garis A,
kemudian melepaskannya

4. Saat permukaan fluida tempat berhimpit dengan garis A,


praktikan 1 menghidupkan stopwatch

5. Saat permukaan fluida tepat berhimpit dengan garis B, praktikan


2 menghidupkan stopwatch

6. Kemudian praktikan 1 dan 2 mematikan stopwatch bersamaan

7. Selisih kedua stopwatch merupakan waktu yang diperlukan oleh


fluida untuk menempuh jarak AB

8. Praktikan mengulang langkah (3) hingga (7) selama 10 kali

9. Praktikan mengulang langkah (1) hingga (8) dengan fluida


(misal alkohol)

10. Praktikan membersihkan viskosimeter dengan alkohol


kemudian meniup dengan peniup (blower) setelah dipakai

D.2 METODE 22 (Hk. Stoke)

1. Praktikan memasukkan fluida ke dalam tabung

2. Praktikan mengukur kerapatan fluida dengan densitometer lalu


mengukur

suhunya di tempat lain

3. Praktikan menyiapkan 10-15 bola besi yang diameternya sama


kemudian

menimbang dan mengukur diameternya


4. Praktikan menetapkan 2 posisi karet gelang atas dan bawah
berjarak 5 – 10

cm, dengan bagian atas minimal 20 cm di bawah permukaan.

5. Praktikan melepaskan bola di atas permukaan fluida (jangan


terlalu jauh dari

permukaan fluida)

6. Saat bola tepat berada di garis A, praktikan 1 menghidupkan


stopwatch

7. Saat bola tepat berada di garis B, praktikan 2 menghidupkan


stopwatch

8. Kemudian praktikan 1 dan 2 mematikan stopwatch bersamaan

9. Selisih waktu kedua stopwatch adalah waktu bola menempuh


jarak AB

10. Praktikan menghitung kecepatan terminal melalui jarak antara


kedua karet

dibagi waktu yang dibutuhkan bola

11. Praktikan mengulang percobaan hingga 10 kali


J. LAMPIRAN

Gambar 1.1 Viskometer

Gambar 1.2 Pengukuran Suhu

Gambar 1.3 Pengukuran kerapatan cairan


Gambar 1.4 Timbangan untuk mengukur
massa bola besi

Anda mungkin juga menyukai