Anda di halaman 1dari 11

UTS 2015

1. Tentang ASTM E44/45

ASTM E44/45 adalah standar ASTM yang mengklasifikasikan tipe, jumlah dan distribusi
nonmetallic inclusion (NMI) di dalam baja (ie: FeS, Fe4P) sebagai inherent defect yang hadir saat
proses pembuatan baja, dengan memakai metode pengujian makroskopik dan mikroskopik.
Metode ini dapat dijabarkan secara singkat sbb:
1. makroskopik
metode ini akan menentukan inklusi melalui uji macroetch, patahan, step-down dan uji
magnetic particle. Pengujian ini baik sekali dipakai untuk menentukan inklusi yang besar dan
tidak cocok jika kita akan menentukan inklusi yang lebih kecil dari 0,4mm (length). Untuk
melihat hasil uji ini memakai visual atau memakai alat bantu lain pada perbesaran yang
rendah (ie: lup).
Macroetch  indicate inclusion content and distribution, usually in the cross section or
transverse to the direction of rolling or forging.
Fracture  determine the presence and location of inclusions as shown on the fracture of
hardened slices approximately 9 to 13 mm (3⁄8 to 1⁄2 in.) thick.
Step down  determine the presence of inclusions on machined surfaces of rolled or forged
steel
MPI  is a variation of the step-down method for ferromagnetic materials in which the test
sample is machined, magnetized, and magnetic powder is applied

Kelebihan:
a. facilitate the examination of specimens with large surface areas.
b. quickly prepared by machining and grinding. A highly polished surface is not
necessary.

Kekurangan

a. do not distinguish among the different inclusion shapes


b. not suitable for the detection of small globular inclusions or of chains of very fine
elongated inclusions.
c. can lead to incorrect interpretation of microstructural features such as streaks of
retained austenite, microsegregation, or carbides in certain alloys; this is particularly
likely if high magnetization currents are employed.
Contoh pengambilan sampel:

2. mikroskopik
metode ini akan mengkategorikan inklusi berdasarkan kesamaan dalam morfologi dan tidak
bergantung kepada tipe unsur kimia yang dimiliki oleh baja sebagai hasil deoksidasi ataupun
akibat limited solubility di baja. Inklusi ini akan dikategorikan berdasarkan ukuran, bentuk,
konsentrasi dan distribusi serta penentuan tipe unsurnya secara umum (A-Sulfide, B-
Alumina, C-Silicate ataupun D-Globular Oxide). Metode ini tidak ditujukan untuk assessment
jumlah inklusi yang timbul akibat dari luar (ie: refraktori ataupun slag yang terperangkap)
begitu juga tidak untuk penentuan rating berdasarkan jumlah karbida, karbonitrida, nitride,
boride atau fasa intermetalik. Metode yang dipakai:
1. Metode A (Worst Fields)
2. Metode B (Panjang inklusi)
3. Method C (Oxides and Silicates) uses the SAE chart.
4. Method D (Low Inclusion Content)
5. Method E (SAM Rating) use charts based on the JK chart

Kelebihan:

1. can be characterized as to their size, type, and number.


2. Extremely small inclusions can be revealed

Kekurangan: individual rating fields are very small (0.50 mm2).

2. Jenis cacat (berdasarkan posisi dan awal munculnya cacat)

Cacat pada material dapat dikelompokkan berdasarkan pada

1. Posisi, yang dikategorikan menjadi


a. Surface defect
b. Dimensional defect
c. Structural discontinuities
d. Defect properties (mechanical dan chemical)

2. Awal munculnya cacat, yang terkait pada proses manufaktur terkait pada material.

o Proses Primer (Casting): Inklusi, porositas, shrinkage, pipe, blowhole, burning, deformasi,
segreagasi, shear dan hot cracks
o Proses Sekunder (Machining): scratch, surface roughness, grinding Crack, surface roughness
o Proses Pembentukan (Forming): Crack, Fracture, Barreling, Lap, Stringer, Orange Skin
o Proses Tersier (Joining): Undercut, underfill, overlap, IP (incomplete penetration), IF (incomplete
fusion), inter-run fusion, porosity, slag inclusion, solidification crack, hydrogen crack, etc.
o Proses Finishing (Heat and Surface Treatment): Fissure, distorsi, kekerasan tidak tercapai.

3. Apakah prinsip pengujian eddy current (ECT) sama dengan MPI?

Pengujian Eddy Current dengan MPI itu sangat berbeda walaupun dalam hal pembangkitan
magnetnya sama. Dalam MPI, serbuk logam dipakai sebagai acuan untuk memunculkan adanya
indikasi cacat sedangkan ECT memakai interaksi antara sistem pemeriksaan yang membangkitkan
medan electromagnet dan BK yang diperiksa. Tabel dibawah ini menunjukkan perbedaan antara
kedua metode secara singkat:

Keterangan MPI ECT


Code ASME Sect V article 7 ASME Sect V article 26
Pemunculan Serbuk logam Interaksi antara medan EM dan bk
cacat
APlikasi Feromagnetik Feromagnetik dan Diamagnetik
Sensitivitas Bergantung pada besarnya medan Tinggi, ditentukan oleh frekuensi yang
magnet digunakan (skin effect)
Aksesabilitas Tergantung pada penaburan serbuk Tergantung pada penempatan probe
Time Consuming Singkat Singkat
Tolerability Bergantung pada pengamatan visual Bergantung pada pembacaan alat
Posisi Cacat yang Surface and sub-surface All position selama material kalibrasi
dideteksi dapat dibuat.
Gambar…

4. Jelaskan Apakah bisa MPI digunakan untuk mendeteksi cacat pada baja mangan?

Baja mangan atau nama lainnya manganalloy adalah tipe baja non-magnetik yang memiliki
ketahanan pada abrasi dan sering dipakai pada terali penjara. Fasa pada temperature kamar yang
dimiliki oleh baja mangan pada umumnya adalah austenite, dan karena itulah baja ini bertipe
diamagnetic. Dasar pemuculan cacat pada teknik MPI adalah melakukan magnetisasi pada b.k yang
dapat dimagnetisasi atau bersifat feromagnetik dan cacat dideteksi melalui serbuk besi yang
ditaburkan. Sehingga jika teknik ini dipakai, maka cacat tidak akan muncul dan yang terjadi hanyalah
pemusatan serbuk besi pada medan magnet yang ada.

5. Cacat seperti apa yang bisa dideteksi oleh PT ?

PT dapat diterapkan untuk memeriksa cacat yang terdapat di permukaan pada semua jenis material
asalkan tidak porous. Terkait dengan adanya porous, maka material yang tidak terdeteksi cacatnya
oleh teknik ini adalah:
a. Components with rough surfaces, such as sand castings, that trap and hold penetrant.
b. Porous ceramics
c. Wood and other fibrous materials.
d. Plastic parts that absorb or react with the penetrant materials.
e. Components with coatings that prevent penetrants from entering defects.

Sehingga cacat permukaan yang dideteksi oleh teknik ini antara lain:
a. Rolled products-- cracks, seams, laminations.
b. Castings--cold shuts, hot tears, porosity, blow holes, shrinkage.
c. Forgings– cracks, laps, external bursts.
d. Welds– cracks, porosity, undercut, overlap, lack of fusion, lack of penetration

6. Apa dasar dalam pemilihan metode NDT untuk mendeteksi cacat ?

1. Tolerability
2. Sensitivity
3. Accesability
4. Time Consuming

7. Indera pada manusia selain visual yg dapat digunakan untuk ndt ?

1. hearing (audioception) = pengukuran kualitatif vibration dengan tongkat ukur


2. taste (gustaoception) =
3. smell (olfacoception or olfacception) = pengukuran kualitatif
4. and touch (tactioception)

8. Perbedaan DT dan NDT:

DT:

Advantages

1. Measurements are direct and reliable


2. Quantitative measurements
3. Direct correlation between test measurements and material properties
Limitations

1. Tests are not made on the objects directly. Hence need to prove correlation between the
sample specimen used and object.
2. A single test may measure only one or few of the properties
3. In-service testing is not possible
4. Measurement of properties over a cumulative period of time cannot readily be possible
5. Preparation of the test specimen is costly
6. Time requirements are generally high

NDT

Advantages

1. Tests are done directly on the object


2. 100% testing on actual components is possible
3. Many NDT methods can be applied on the same part  hence many or all properties of interest
can be measured.
4. In-service testing is possible
5. Repeated checks over a period of time are possible
6. Very little preparation is sufficient
7. Most test methods are rapid

Limitations

1. Measurements are indirect


2. Reliability to be verified
3. Qualitative measurements
4. Measurements can also be done quantitatively
5. Skilled judgment and experience are required to interpret indications

Metode NDT dipakai di industry untuk beberapa kepentingan agar produksi tetap tinggi, contohnya di
PT Pusri Palembang

a. Maintenance

Kegiatan maintenance (predictive, preventive dan curative) membutuhkan dukungan dari analisa
pemeriksaan NDT (LAB NDT) sehingga dapat menjamin peralatan pabrik bekerja secara HANDAL.
Dimana kehandalan (reliability) ditentukan oleh factor produktivitas dan umur pakai. DEngan adanya
analisa NDT secara berkala dengan Quality Assurance dan melakukan Failure Analysis pada
beberapa kejadian kegagalan peralatan, maka kegiatan maintenance dapat lebih terencana untuk
melakukan penggantian peralatan dan unscheduled shutdown berulang dapat terhindari.

b. Mencegah peralatan “berhenti mendadak” / unscheduled shutdown

c. Menaikkan produktivitas melalui penyempurnaan / modifikasi proses berdasarkan hasil


pemeriksaan secara rutin / terjadwal.

d. Membantu Quality Control pada pembelian peralatan

Komponen turbin berbasis nikel dalam hal ini sudu turbin sebagai bagian dari rotor, dapat memakai
MPI untuk mendeteksi cacat. Sudu turbin bekerja pada temperature dan putaran yang tinggi sehingga
jenis cacat yang terjadi adalah hot crack. Karena paduan berbasis nikel adalah tipe magnetik dan
jumlahnya sangat banyak serta membutuhkan keputusan secara cepat dan terlihat langsung, maka
pemeriksaan dengan MPI lebih dipilih dibandingkan dengan PT. Gambar ….

Melihat dari prinsip uji maka kedua metode ini memiliki perbedaan walaupun dalam source
pemeriksaan sama2 memakai pengaruh medan magnet. Pada MPI, induksi medan magnit (baik
dengan Yoke ataupun electromagnet) dipakai sebagai sumber pemeriksaan dan serbuk besi sebagai
indicator jika cacat ditemui pada material. Karena bergantung kepada serbuk yang ditaburkan maka
cacat yang dapat ditemui hanya pada area permukaan dan sub-permukaan. Sedangkan pada MFL,
induksi medan magnet yang dipunyai probe berinteraksi dengan b.k yang diperiksa, dan jika defect
ditemui dan sesuai dengan kalibrasi cacat yang dibuat sebelumya, maka defect tersebut terdeteksi
sebagai cacat.

Material dengan proses pembuatan melalui jalur PM memiliki karakteristik porositas yang tidak bisa
dihindari dan sebagai induced defect pada b.k. Untuk menentukan derajat keberterimaan part produk
hasil PM berdasarkan cacat yang dimiliki, dapat dilihat dari besaran fisik sbb:

1. Panjang

Sesuai dan tidak sesuai panjang merupakan tipe cacat geometri. Jika benda hasil PM
berukuran kecil, pengukuran bias dilakukan memakai jangka sorong ataupun jika butuh kepresisian
tinggi (ie: gear) bias memakai EDM (Electronic Distance Measurement)

2. Berat

Ohaus Scale

3. Apparent Density

Accoustic wave tester

4. Hardness

Micro Hardness

5. Geometri

Mikroskop

1. hearing (audioception) = pengukuran kualitatif vibration dengan tongkat ukur


2. taste (gustaoception) =
3. smell (olfacoception or olfacception) = pengukuran kualitatif
4. and touch (tactioception)
Pemeriksaan tidak merusak banyak sekali metodenya yang dibedakan berdasarkan karakteristiknya.
Untuk memilih metode yang tepat untuk pemeriksaan NDT didasarkan pada:

1. Sensitivitas, seberapa kecil suatu cacat dapat dideteksi (diidentifikasi) oleh suatu metode PTM
tertentu. Ie: Mikroskop: Resolusi

2. Aksesabilitas, seberapa mudah suatu metode NDT dapat menjangkau posisi pemeriksaan ( benda
kerja yang akan diperiksa)

3. Daya resolusi, seberapa besar suatu cacat di tolerir oleh si perencana atau nama lainnya adalah
tolerability.

4. Seberapa lama waktu yang diperlukan

Pemeriksaan dengan cairan penetrant diupayakan memunculkan flaws yang terdapat di permukaan
ataupun di sub surface dalam kondisi terbuka. Terkait dengan hal ini, dibutuhkan karakteristik
permukaan yang bersih dan rata (terkait surface roughness). Dalam membersihkan permukaan, hal
yang harus diperhatikan adalah jangan sampai permukaan yang terindikasi cacat menjadi tertutup
oleh kotoran / sisa dari alat pembersih. Jika menggunakan alat mekanik seperti ampelas yang pada
permukaannya terdapat butiran pasir, dapat dipastikan butiran pasir akan menggerus material dan
pasir bersama sisa amplas material akan menutupi daerah open pada lokasi yang terindikasi cacat.
Sedangkan pemeriksaan PT membutuhkan efek kapilaritas agar cairan penetrant dapat masuk ke
celah dan jika dwell time sudah terpenuhi, maka dengan mudah diangkat oleh developer. Begitu juga
dengan menggunakan sikat, terutama sikat kasar.

1. Sensitivitas, seberapa kecil suatu cacat dapat dideteksi (diidentifikasi) oleh suatu metode PTM
tertentu. Ie: Mikroskop: Resolusi

3. Daya resolusi, seberapa besar suatu cacat di tolerir oleh si perencana atau nama lainnya adalah
tolerability.

False indication terjadi saat indikasi yang didapatkan sulit diinterprestasi sebagai cacat. Pada
pemeriksaan MPT, yang dapat menimbulkan indikasi palsu adalah sbb:
1. Arus terlalu besar  b.k terlalu sulit untuk dimagnetisasi sehingga serbuk menjadi berkelompok2 di
daerah yang tidak ada cacat. Jika tidak teliti, maka serbuk yang berkelompok ini dapat
terinterprestasikan sbg cacat.

2. Faktor geomteri  serbuk dapat berkumpul pada bentuk2 alur, perubahan penampang atau
daerah bersudut.

3. Perbedaan permeabilitas b.k.

Pemeriksaan dengan cairan penetrant diupayakan memunculkan flaws yang terdapat di permukaan
ataupun di sub surface dalam kondisi terbuka. Terkait dengan hal ini, dibutuhkan karakteristik
permukaan yang bersih dan rata (terkait surface roughness). Dalam membersihkan permukaan, hal
yang harus diperhatikan adalah jangan sampai permukaan yang terindikasi cacat menjadi tertutup
oleh kotoran / sisa dari alat pembersih. Jika menggunakan alat mekanik seperti ampelas yang pada
permukaannya terdapat butiran pasir, dapat dipastikan butiran pasir akan menggerus material dan
pasir bersama sisa amplas material akan menutupi daerah open pada lokasi yang terindikasi cacat.
Sedangkan pemeriksaan PT membutuhkan efek kapilaritas agar cairan penetrant dapat masuk ke
celah dan jika dwell time sudah terpenuhi, maka dengan mudah diangkat oleh developer. Begitu juga
dengan menggunakan sikat, terutama sikat kasar.

Metode yang tidak merusak diperlukan karena,

Metode NDT dipakai di industry untuk beberapa kepentingan agar produksi tetap tinggi, contohnya di
PT Pusri Palembang

a. Maintenance

Kegiatan maintenance (predictive, preventive dan curative) membutuhkan dukungan dari analisa
pemeriksaan NDT (LAB NDT) sehingga dapat menjamin peralatan pabrik bekerja secara HANDAL.
Dimana kehandalan (reliability) ditentukan oleh factor produktivitas dan umur pakai. DEngan adanya
analisa NDT secara berkala dengan Quality Assurance dan melakukan Failure Analysis pada
beberapa kejadian kegagalan peralatan, maka kegiatan maintenance dapat lebih terencana untuk
melakukan penggantian peralatan dan unscheduled shutdown berulang dapat terhindari.

b. Mencegah peralatan “berhenti mendadak” / unscheduled shutdown

c. Menaikkan produktivitas melalui penyempurnaan / modifikasi proses berdasarkan hasil


pemeriksaan secara rutin / terjadwal.

d. Membantu Quality Control pada pembelian peralatan

Kriteria suatu komponen lulus uji tidak merusak jika memenuhi hal2 yang dipersyaratkan oleh standar
maupun code yang dipakai. Dan dalam hal ini, standar terdiri dari:

1. Standar Uji (Nomenklatur / Istilah), ie: ASTM E1316


2. Standar untuk menginterprestasikan (standar alat yang digunakan), ie: ASME B31.3 Power Piping
yang didalamya terdapat Bab Acceptance Criteria ttg penggunaan metode VT, PT, MPT, RT.

3. Kualifikasi personal yang menginterprestasikan hasil uji. Hasil uji akan dinyatakn valid hasil
pengujiannya jika dilakukan oleh inspector bersertifikat pengujian terkait dan divalidasi hasil ujinya
oleh interpreter yang tersertifikasi pula.

Pemeriksaan tidak merusak banyak sekali metodenya yang dibedakan berdasarkan karakteristiknya.
Untuk memilih metode yang tepat untuk pemeriksaan NDT didasarkan pada:

1. Sensitivitas, seberapa kecil suatu cacat dapat dideteksi (diidentifikasi) oleh suatu metode PTM
tertentu. Ie: Mikroskop: Resolusi

2. Aksesabilitas, seberapa mudah suatu metode NDT dapat menjangkau posisi pemeriksaan ( benda
kerja yang akan diperiksa)

3. Daya resolusi, seberapa besar suatu cacat di tolerir oleh si perencana atau nama lainnya adalah
tolerability.

4. Seberapa lama waktu yang diperlukan

1. Kerosene Whiting Test (KWT)

LP  viskositas rendah, wetting agent bagus + zat pemutih

2. Switzer Test

Yang digunakan tipe switzer test karena merupakan tipe visible colour contrast sehingga muncul dua
tipe,

Tipe 1 = Fluorescent

Tipe 2 = Visible

Pemilihan tipe LP sangat bergantung pada:

1. Kondisi permukaan

2. Karakteristik cacat yang ingin dilihat

3. Waktu (durasi) dan tempat pemeriksaan (kondisi)

4. Ukuran b.k

5. Sensitivitas yang diinginkan


MPI hanya diterapkan pada bahan feromagnetik dan juga logam2 yang bias dimagnetisasi. Karen
ajika diterpakan pada benda yang tidak bias dimagnetisasi maka tidak akan timbul medan magnet
pada cacat yang ada. Sehingga konfiugrasi medan magnet nantinya akan seperti medan magnet
yang tidak cacat.

1. Cost
Magnetic particle testing offers lower cost equipment and materials.
Dye Penetrant also offers lower cost for materials and equipment.

2. Time
MPE is fast inspection technique.
DPE is relatively slower process.

3. Materials
MPE can only be applied in examination of ferromagnetic materials because they are
highly responsive to magnetic principles. It cannot be applied on all metals and non-
magnetic alloys.
Dye penetrant provides optimal results in all metals and alloys.

4. Discontinuities
Dye penetrant testing only detects discontinuities which are on surface while magnetic
particle testing detects not only surface cracks but also those imperfections that are very
near to surface.

5. Surface conditions
Strict pre-cleaning is required before dye penetrant inspection to start. The test surface
must be clean adequately, providing smooth and precise inspection. While in case of
magnetic particle inspection no such pre-cleaning and post-cleaning processes are
necessary because the surface pollutants don’t have any adverse effect on inspection
results.

6. Temperature
Dye Penetrant Examination is limited to temperature conditions normally (5-60 degree
Celsius). Outside this range DPE is not applicable because at high temperature the used
penetrant becomes dry while at low temperature the penetrant liquid becomes highly
viscous, thus impeding the penetration phenomenon and reducing the efficiency of testing.
On the other hand Magnetic Particle Inspection is applicable at extreme temperatures and
can be carried out over a considerable range of temperature (normally below Curie
temperature). Curie temperature is a point at which, change of magnetic properties occurs
in materials and this point is different for different for different materials.

7. Equipment
In MPE fluorescently or (colored) visibly pigmented magnetic particles are employed
which when apply on the test section, indicate the presence of surface flaws/
imperfections. While in Dye penetrant fluorescent or visible penetrants are employed
along with developer, for examination.

8. Safety
Equipment and materials which are employed in both magnetic and dye penetrant
examination are safe to use. Less level of risk for any loss or injury to operator.
9. Working Principle
Both non-destructive techniques are used for the same examination purpose but with
different working principle. In Dye penetrant technique, liquid penetrants penetrate the
surface breakings/ flaws. After that a developer is applied that allows the penetrant to
come out from breakings again, making an indication.
In MPE, the test material is magnetized by using equipment. The magnetic flux at surface
flaws/cracks tends to form ‘Leakage Fields’. Magnetic particles when employ, gets
attracted by these leakage fields over the cracks, providing an instant examination.

10. Manipulation
Both techniques are easy to operate when compare to other non-destructive examination
techniques. Least amount of training is required and an operator gets full command after
making few practices and exercise. Many institutes for non-destructive examination
courses, are working on training programs for interested candidates.

Anda mungkin juga menyukai