1
PENGUJIAN MATERIAL
Identifikasi dan pengujian material merupakan proses
pemeriksaan bahan - bahan untuk mengetahui sifat dan
karakteristiknya yang meliputi sifat mekanik, sifat fisik, bentuk
struktur, dan komposisi unsur-unsur yang terdapat di dalamnya.
Adapun proses pengujian material logam dikelompokkan ke
dalam tiga kelompok metoda pengujian, yaitu :
Destructive Test (DT), yaitu proses pengujian logam yang
bisa menimbulkan kerusakan logam yang diuji.
Non Destructive Test (NDT), yaitu proses pengujian logam
yang tidak bisa menimbulkan kerusakan logam atau benda
yang diuji.
Metallography, yaitu proses pemeriksaan logam tentang
komposisi kimianya, unsur-unsur yang terdapat didalamnya,
dan bentuk strukturnya.
2
TUJUAN PENGUJIAN
3
MACAM METODE UJI NDT
1. Pemeriksaan secara visual / melihat
2. Pengujian kebocoran dengan air sabun
3. Pengujian dengan spot chek
4. Fluorescent dry penetrant test
5. Crack depth.
6. Radiography dengan sinar X
7. Radiography dengan sinar (Gamma)
8. Magnetic partikel test
9. Ultrasonic test (Thickness dan Flow
detector)
10. Eddy current test (Surface dan tubing)
11. Metallography
4
TUJUAN PENGUJIAN
5
PENGUJIAN NON DESTRUCTIVE TEST (NDT)
6
PENGUJIAN NON DESTRUCTIVE TEST (NDT)
7
PENGUJIAN NON DESTRUCTIVE TEST (NDT)
8
VISUAL INSPECTION
Pengujian ini merupakan pemeriksaan hanya dengan
menggunakan mata. metode ini sangat sederhana dan bernilai
ekonomis. Karena itu cara ini selalu dilakukan disamping juga
menggunakan cara lain. Sering kali metode ini merupakan
langkah yang pertama kali dilakukan dalam proses NDT.
9
VISUAL INSPECTION
1. Merupakan pemeriksaan hanya dengan menggunakan mata.
2. Metode ini sangat sederhana dan bernilai ekonomis.
3. Cara ini selalu dilakukan disamping juga menggunakan cara
lain.
4. Sering kali metode ini merupakan langkah yang pertama kali
dilakukan dalam proses NDT.
5. Prinsip metode ini sangat sederhana yaitu hanya dengan
menggunakan mata telanjang tanpa alat bantu kecuali kaca
pembesar.
6. Metode ini bertujuan menemukan cacat atau retak permukaan
dan korosi yang dapat terlihat nyata.
7. Pemeriksaan visual dapat juga menggunakan alat boroscope
10
MAGNETISASI (Magnetic Particle Inspection)
Magnetic particle inspection (MPI) yaitu pengujian yang
dilakukan untuk mengetahui cacat permukaan (surface) dan
permukaan bawah (subsurface) suatu komponen dari jenis
material ferromagnetik. Prinsipnya adalah dengan memagnetisasi
bahan yang akan diuji. Adanya cacat yang tegak lurus arah medan
magnet akan menyebabkan kebotuangan medan magnet
11
MAGNETISASI (Magnetic Particle Inspection)
Magnetic Partikel Test adalah suatu uji tak rusak yang mampu
mendeteksi cacat pada permukaan dan sedikit dibawah
permukaan dengan menggunakan prinsip “medan magnet”.
Cacat yang mampu terdeteksi oleh metode uji ini adalah yang
memotong medan magnet atau yang membentuk sudut 450.
12
MAGNETISASI (Magnetic Particle Inspection)
1. Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui cacat permukaan
(surface) dan permukaan bawah (subsurface) suatu komponen
dari jenis material ferromagnetik.
2. Prinsipnya adalah dengan memagnetisasi bahan yang akan
diuji.
3. Adanya cacat yang tegak lurus arah medan magnet akan
menyebabkan kebotuangan medan magnet.
4. Kebotuangan medan magnet ini mengindikasikan adanya cacat
pada material.
5. Cara yang digunakan untuk memdeteksi adanya kebotuangan
medan magnet adalah dengan menaburkan partikel magnetik
dipermukaan, kemudian partikel-partikel tersebut akan
berkumpul pada daerah kebotuangan medan magnet.
13
MAGNETISASI (Magnetic Particle Inspection)
6. Kelemahannya, metode ini hanya bisa diterapkan untuk
material ferromagnetic saja.
7. Selain itu, medan magnet yang dibangkitkan harus tegak lurus
atau memotong daerah retak serta diperlukan demagnetisasi
di akhir inspeksi
15
TEKNIK MAGNETISASI
Teknik Prod
a. Teknik prod menghasilkan medan magnet circular.
b. Umumnya menggunakan serbuk besi kering (dry magnetic
particle dalam aplikasinya
c. Pergerakan serbuk besi kering dapat bergerak dengan cepat di
permukaan benda uji yang kasar
d. Mampu mendeteksi cacat di bawah permukaan / sub surface
e. Sering menimbulkan percikan api dan menghasilkan panas
pada daerah kontak dengan benda uji.
16
TEKNIK MAGNETISASI
1. MAGNET PERMANEN
Pada beberapa jenis bahan (hard steel, paduan), bila
dimagnetisasi akan terus bersifat magnet untuk waktu yang
lama. Dalam pengujian magnet permanen jarang digunakan,
karena jauh lebih fleksibel menggunakan metoda elektromagnet,
dikarenakan besarnya medan magnet untuk magnet permanen
tidak dapat diatur.
17
TEKNIK MAGNETISASI
2. ELEKTROMAGNET
Magnetisasi elektromagnet merupakan pemberian magnet
sementara kepada benda uji. Teknik Magnetisasi Elektromagnet
banyak dipakai karena sifat pemberian magnet yang sementara
kepada benda uji dan juga arus listrik untuk memberikan
medan magnet dapat diatur.
ARUS LISTRIK
MEDAN MAGNET
19
TEKNIK MAGNETISASI
ELEKTROMAGNET
A. HEAD SHOT
Metode Uji Head Shot digunakan untuk benda uji batang,
dengan cacat yang dapat terdeteksi adalah cacat yang sejajar
sumbu batang.
n t F low
C urre
20
TEKNIK MAGNETISASI
ELEKTROMAGNET
B. SENTRAL KONDUKTOR
Current Flow
21
TEKNIK MAGNETISASI
ELEKTROMAGNET
C. COIL
Medan Magnet
Arus Listrik
Metode Uji Coil digunakan untuk benda uji pipa atau batang
dengan cacat yang dapat terdeteksi adalah cacat yang tegak
lurus sumbu pipa atau batang.
22
TEKNIK MAGNETISASI
ELEKTROMAGNET
E. YOKE
Medan Magnet
Cacat/Defect
23
PRINSIP DASAR
SERBUK MAGNET
Serbuk Kering.
Sangat baik digunakan untuk permukaan kasar. Warna bubuk
dipilih agar kontras terhadap benda uji. Bubuk diarahkan pada
lokasi yang diinginkan perlahan-lahan kelebihannya dihilangkan
dengan air.
Serbuk Basah.
Sangat baik digunakan untuk permukaan halus. Warna bubuk
dipilih agar kontras terhadap benda uji
24
PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Persiapan Permukaan.
Bersihkan permukaan benda uji dari segala macam kotoran yang
dapat mengganggu pemeriksaan, dan permukaan benda uji harus
dalam kondisi kering.
NER
E A
CL
25
PROSEDUR PELAKSANAAN
i nt
Pa
C
W
26
PROSEDUR PELAKSANAAN
Serbuk Magnet
27
PROSEDUR PELAKSANAAN
4. Magnetisasi.
Berikan medan magnet kepada benda uji yang disesuaikan
dengan bentuk benda dan ukuran benda.
28
PROSEDUR PELAKSANAAN
5. Interpretasi Cacat.
Dalam menginterpretasi cacat yang terjadi diperlukan ketelitian
dan pengalaman. Setelah cacat ditemukan maka dilakukan
recording cacat tersebut pada benda uji.
Cacat
29
PROSEDUR PELAKSANAAN
6. Demagnetisasi.
Demagnetisasi merupakan proses penghilangan magnet sisa
pada benda uji.
7. Pembersihan Setelah Inspeksi.
Semua partikel magnetik yang digunakan, dihilangkan dari
permukaan bahan setelah inspeksi.
30
CODE / STANDARD
Standar yang digunakan dalam penerimaan hasil inspeksi
adalah :
ASME Artikel 25 : Practice for Magnetic Particle
Examination.
ASTM No. SE - 709 E-125 : Reference Photography for
Magnetic Particle Indication on Ferrous Castings.
ASTM No. SE - 269 : Definition of Terms Relating to
Magnetic Particle Examination.
ASME BPVC Section V
31
EDDY CURRENT TEST
Eddy Current Test merupakan metode yang dilakukan dengan
cara menghubungkan arus medan magnet dengan kumparan
medan magnet sehingga menimbulkan perubahan impedansi pada
suatu material yang terjadi cacat. Inspeksi ini memanfaatkan
prinsip elektromagnet.
32
EDDY CURRENT TEST
33
UJI ULTRASONIK (Ultrasonic Inspection)
34
ULTRASONIC TESTING
35
Pengukuran Dengan Thickness Gauge
Tebal pipa
Untuk mengetahui ketebalan pipa yang sudah dirangkai alam
suatu rangkaian pemipaan
Retak / cacat
Batasan : Panjang pengukuran maksimal 30 cm, Tidak bisa
untuk memperkirakan besarnya cacat, Arah pengukurannya
hanya tegak lurus
36
SISTEM ULTRASONIC TEST
Pulse Echo (Pulsa Gema)
Sistem ini cukup memerlukan satu transducer yang berfungsi
sebagai transmitter dan receiver gelombang ultrasonic.
37
APLIKASI
Inspeksi material
Forging,
Casting,
Extrusion,
etc.
38
APLIKASI
Inspeksi Tangki
39
APLIKASI
40
LIQUID PENETRANT TEST
41
JENIS DEVELOPER
Ada 2 (dua) jenis Developer
1. Wet Developer
Sangat baik untuk diaplikasikan pada permukaan yang halus
(jika menggunakan developer kering tidak akan menempel di
permukaan yang halus
Untuk menemukan cacat yang lebar dan dangkal, developer
basah akan memberikan lapisan developer yang merata
Bisa diterapkan pada benda uji yang posisinya tidak datar
42
JENIS DEVELOPER
2. Dry Developer
Cocok diaplikasikan pada permukaan benda uji yang kasar,
memiliki sudut tajam, berulir dan posisinyadagtar
43
DRY DEVELOPER
D-90G adalah bubuk pengembang kering yang digunakan dengan
penetran fluorescent khusus Sherwin "RC" dan "HM". Ini
memperkuat lokasi retakan, pori-pori, dan kelemahan serupa
dengan mengalikan kecemerlangan fluoresens. Ini juga membantu
penetrant kembali ke permukaan bagian, dan menstabilkan
indikasi.
Dry Developer adalah bubuk putih
dan halus yang dapat diaplikasikan
pada permukaan yang benar-benar
kering dalam beberapa cara.
Karena Dry Developer hanya
menempel pada area dimana
penetran hadir, Dry Developer
tidak memberikan latar belakang
putih ytang seragam seperti bentuk
developer lainnya
44
SYARAT-SYARAT CAIRAN PENETRANT
46
PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Pre Cleaning
Dimaksudkan untuk mempersiapkan agar permukaan benda uji
bersih dari kotoran yang mungkin menyumbat celah / cacat atau
mengganggu proses penetrasi serta menghilangkan kontaminan
yang mungkin ada pada permukaan benda uji. Pre Cleaning dapat
dilakukan dengan :
Diterjen. NER
Pembersih Ultrasonik. LEA
C
Solven.
Blasting.
Vapour Degreasing.
Pembakaran.
Larutan Pembuang Kerak.
Pengeringan setelah pembersihan.
Pembuang/pengupas cat.
47
PROSEDUR PELAKSANAAN
2. Pelapisan Cairan Penetrant
Cairan Penetrant dapat di aplikasikan ke permukaan benda uji
dengan cara : Menyemprotkan, memulaskan dan merendamkan.
Waktu penetrasi penetran kedalam celah(Dwell times)
ditentukan berdasarkan ASME Section V
49
PROSEDUR PELAKSANAAN
R
PE DEFECT/CACAT
O
V EL
DE
50
PROSEDUR PELAKSANAAN
5. Post Cleaning
Setelah cacat pada benda dicatat posisinya (record) maka benda
hasil uji dibersihkan kembali dari cairan developer.
NER
E A
CL
51
PROSEDUR PELAKSANAAN
AN
NER T R
E A E NE
CL P
52
PROSEDUR PELAKSANAAN
R
PE
L O
VE
DE
53
PROSEDUR PELAKSANAAN
DEFECT/CACAT
NER
E A
CL
54
55
56
57
500 x
Perlit
Ferit
200 x
58
IR. SURIYANSYAH (AK3 PTP) - NO. REG. 105/PK3/AF/31/III/2018 (PO)
59