PENDAHULUAN
1
kebocoran medan magnet. Kebocoran medan magnet inimengindikasikan
adanya cacat pada material. Cara yang digunakan untuk memdeteksi
adanya kebocoran medan magnet adalah dengan menaburkan partikel
magnetik dipermukaan. Partikel-partikel tersebuat akan berkumpul pada daerah
kebocoran medan magnet.
2
Pada praktikum MPI ini, penulisan laporan ini dibagi menjadi lima bab,
Selain itu juga di akhir laporan terdapat lampiran yang memuat contoh
perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas khusus serta terdapat juga blangko
percobaan.
BAB I PENDAHULUAN
Bab I menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan percobaan, rumusan masalah,
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab II menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yang berisi mengenai teori
singkat dari percobaan yang dilakukan.
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
Bab III menjelaskan mengenai metode pengambilan data dan bagaimana cara
melakukan praktikum
BAB IV ANALISA+ DAN PEMBAHASAN
Bab IV menjelaskan mengenai data percobaan dan pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab V menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran dari percobaan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Non destructive testing (NDT) adalah aktivitas tes atau inspeksi terhadap
suatu benda untuk mengetahui adanya cacat, retak atau diskontinuitas lain tanpa
merusak struktur benda yang diinspeksi. Pada dasarnya, tes ini dilakukan untuk
menjamin bahwa material yang kita gunakanmemiliki mutu yang baik sesuai
dengan standar yang berlaku. NDT ini dijadikan sebagai bagian darikendali mutu
komponen dalam proses produksi terutama untuk indusri fabrikas
4
bubuk feromagnetik halus ke bagian menyebabkan penumpukan bubuk di
atas cacat dan membentuk indikasi yang terlihat. Gambar menunjukkan
Perangkat Pengujian Baja Elektir-Magnetik (MPI) 1928 yang dibuat oleh
Equipment and Engineering Company Ltd. (ECO) dari Strand, Inggris.
5
Metode ini khusus dilakukan pada material ferrous. Secara prinsip,
metode ini dilakukan dengan memagnetisasi suatu area yang akan
diperiksa dan memberikan parikel ferromagnetik (sebagai media
pemeriksaan) ke permukaannya. Pola dari medan magnet (magnetic
field) akan terbentuk di permukaan dan jika terdapat diskontinuitas
maka medan magnet yang telah terbentuk akan mengalami
kerusakan. Kerusakanpada medan magnet tersebut biasanya
merupakan indikasi adanya diskontinuitas yang terdeteksi. [sugandika,
2017]
6
lagi, sehingga tingkat tinggi kontras antara partikel dan bagian yang
sedang diperiksa dapat dicapai
Partikel magnetik kering untuk Dry visible biasanya dapat dibeli dalam
warna merah, hitam, abu-abu, kuning, dan beberapa warna lainnya sehingga
tingkat kontras yang tinggi antara partikel dan bagian yang diperiksa dapat
dicapai. Ukuran partikel magnetik juga sangat penting. Produk partikel magnetik
kering diproduksi untuk mencakup berbagai ukuran partikel. Partikel halus
berukuran sekitar 50 mm (0,002 inci), dan berdiameter sekitar tiga kali lebih
kecil dan lebih dari 20 kali lebih ringan daripada partikel kasar (150 mm atau
0,006 inci). Ini membuat mereka lebih sensitif terhadap bidang kebocoran dari
7
diskontinuitas yang sangat kecil. Namun, partikel uji kering tidak dapat dibuat
secara eksklusif dari partikel halus. Partikel yang lebih kasar diperlukan untuk
menjembatani diskontinuitas yang besar dan untuk mengurangi sifat debu bubuk.
Selain itu, partikel kecil dengan mudah menempel pada kontaminasi permukaan,
seperti sisa kotoran atau kelembapan, dan terperangkap dalam fitur kekasaran
permukaan. Perlu juga diketahui bahwa partikel yang lebih halus akan lebih
mudah tertiup angin; oleh karena itu, kondisi berangin dapat mengurangi
sensitivitas pemeriksaan. Selain itu, mengklaim kembali partikel kering tidak
disarankan karena partikel kecil lebih kecil kemungkinannya untuk ditangkap
kembali dan campuran yang "sekali digunakan" akan menghasilkan pemeriksaan
yang kurang sensitif.
Partikel magnetik juga disediakan dalam suspensi basah seperti air atau
minyak. Metode pengujian partikel magnetik basah umumnya lebih sensitif
daripada metode kering karena suspensi memberikan mobilitas yang lebih tinggi
pada partikel dan memungkinkan penggunaan partikel yang lebih kecil karena
debu dan kepatuhan terhadap kontaminasi permukaan berkurang atau
dihilangkan. Metode basah juga memudahkan pengaplikasian partikel secara
merata pada area yang relatif luas. Produk partikel magnetik metode basah
berbeda dari produk bubuk kering dalam beberapa cara. Salah satu caranya
adalah partikel yang terlihat dan berpendar tersedia. Sebagian besar partikel
nonfluorescent adalah oksida besi feromagnetik, yang berwarna hitam atau
coklat. Partikel neon dilapisi dengan pigmen yang berpendar saat terkena sinar
ultraviolet. Partikel yang berpendar hijau-kuning paling umum memanfaatkan
sensitivitas warna puncak mata, tetapi warna neon lainnya juga tersedia. [iowa
state university, 2021]
8
Dalam elektromagnetisme klasik, magnetisasi adalah medan vektor yang
menyatakan kerapatan momen dipol magnet permanen atau induksi dalam bahan
magnet. Gerakan dalam bidang ini dijelaskan oleh arah dan bisa Axial atau
Diametric. Asal muasal momen magnetik yang bertanggung jawab untuk
magnetisasi dapat berupa arus listrik mikroskopis yang dihasilkan dari gerakan
elektron dalam atom, atau putaran elektron atau nukleus. Magnetisasi bersih
dihasilkan dari respons suatu material terhadap medan magnet luar. Bahan
paramagnetik memiliki magnetisasi terinduksi yang lemah dalam medan magnet,
yang menghilang ketika medan magnet dihilangkan. Bahan feromagnetik dan
ferrimagnetik memiliki magnetisasi yang kuat dalam medan magnet, dan dapat
dimagnetisasi untuk memiliki magnetisasi tanpa adanya medan eksternal,
menjadi magnet permanen. Magnetisasi belum tentu seragam dalam suatu
material, tetapi dapat bervariasi di antara titik-titik yang berbeda. Magnetisasi
juga menjelaskan bagaimana suatu material merespons medan magnet yang
diterapkan serta cara material mengubah medan magnet, dan dapat digunakan
untuk menghitung gaya yang dihasilkan dari interaksi tersebut. Ini dapat
dibandingkan dengan polarisasi listrik, yang merupakan ukuran respons material
yang sesuai terhadap medan listrik dalam elektrostatika. Fisikawan dan insinyur
biasanya mendefinisikan magnetisasi sebagai jumlah momen magnetik per
satuan volume [musetta, 2015] Arus bolak balik (AC) dan searah (DC) dapat
digunakan menghasilkan medan magnet pada bahan. magnetisasi dengan arus
searah penembusnya lebih dalam dari arus AC. Adapun metode magnetisasi
dapat dilakukan dengan cara berikut:
9
digunakan untuk menguji benda yang mempunyai bentuk rongga atau
silinder.
2. Magnetisasi longitudinal
bahan yang akan di uji dililitkan kawat sepanjang daerah yg akan diperiksa ,
jika arus listrik dialirkan melalui kumparan maka medan magnet yg
terbentukdisepanjang kumparan ke arah panjang bahan
tersebut(longitudinal). dengan demikian cacat cacat yg letaknya tegak lurus
terhadap medan magnet(arah radial) dapat terdeteksi.
10
sering terjadi di mana benda logam dapat menjadi magnet tanpa sengaja dan
mengakibatkan benda logam lainnya tertarik dan menciptakan situasi yang tidak
diinginkan. Berikut adalah cara yang umum dilakukan untuk demagnetisasi:
3. Demagnetisasi alami
Demagnetisasi alami terjadi dalam jangka waktu yang lama karena pada
dasarnya seiring berlalunya waktu setiap magnet akan kehilangan kekuatan
pada medan magnetnya.Cepat atau lambatnya proses demagnetisasi alami ini
dipengaruhi beberapa faktor diantaranya suhu, kelembapan, dan posisi
penyimpanan magnet.
Prakitum MPI dilakukan untuk mencari Weld Defect atau Cacat las adalah
hasil pengelasan yang tidak memenuhi syarat keberterimaan yang sudah
dituliskan di standart (ASME IX, AWS, API, ASTM). Penyebab cacat las dapat
dikarenakan adanya prosedur pengelasan yang salah, persiapan yang kurang dan
juga dapat disebabkan oleh peralatan serta consumable yang tidak sesuai
standart. Jenis cacat las pada pengelasan ada beberapa tipe yaitu cacat las internal
11
(berada di dalam hasil lasan) dan cacat las visual (dapat dilihat dengan mata).
Jika kita ingin mengetahui defect atau cacat pengelasan internal maka kamu
memerlukan alat uji seperti Ultrasonic Test dan Magnetic particle inspection
untuk pengujian las yang tidak merusak. [achmadi. 2022]
1. Cacat Las Undercut Undercut adalah sebuah cacat las yang berada di bagian
permukaan atau akar, bentuk cacat ini seperti cerukan yang terjadi pada base
metal atau logam induk. Jenis cacat pengelasan ini dapat terjadi pada semua
sambungan las, baik fillet, butt, lap, corner dan edge joint.
2. Porositas Cacat Porositas adalah sebuah cacat pengelasan yang berupa sebuah
lubang lubang kecil pada weld metal (logam las), dapat berada pada
permukaan maupun didalamnya. Porosity ini mempunyai beberapa tipe yaitu
Cluster Porosity, Blow Hole dan Gas Pore
3. Slag Inclusion Welding Defect. Slag Inclusion adalah cacat yang terjadi pada
daerah dalam hasil lasan. Cacat ini berupa slag (flux yang mencair) yang
berada dalam lasan, yang sering terjadi pada daerah stop and run (awal dan
berhentinya proses pengelasan). Untuk melihat cacat ini kita harus melakukan
pengujian radiografi atau bending Cacat las
4. Tungsten Inclusion adalah cacat pengelasan yang diakibatkan oleh
mencairnya tungsten pada saat proses pengelasan yang kemudian melebur
menjadi satu dengan weld metal, cacat ini hampir sama dengan slag inclusion
namun saat diuji radiografi tungsten inclusion berwana sangat terang (karena
berat jenisnya lebih besar dibanding logam lasnya). Untuk jenis cacat las ini
hanya terjadi pada proses pengelasan GTAW.
5. Incomplete Penetration (NDT Resource) Incomplete Penetration (IP) adalah
sebuah cacat pengelasan yang terjadi pada daerah root atau akar las, sebuah
pengelasan dikatakan IP jika pengelasan pada daerah root tidak tembus atau
reinforcemen pada akar las berbentuk cekung
6. Incomplete Fusion (Lack Of Fusion). Cacat Incomplete Fusion adalah sebuah
hasil pengelasan yang tidak dikehendaki karena ketidaksempurnaan proses
12
penyambungan antara logam las dan logam induk. Cacat ini biasanya terjadi
pada bagian samping lasan.
7. Over Spatter Spatter adalah percikan las, sebenarnya jika spater dapat
dibersihkan maka tidak termasuk cacat. Namun jika jumlahnya berlebih dan
tidak dapat dibersihkan maka dikategorikan dalam cacat visual.
8. Hot Crack Hot Crack (retak panas) adalah sebuah retak pada pengelasan
dimana retak itu terjadi setelah proses pengelasan selesai atau saat proses
pemadatan logam lasan.
9. Cold Cracking (retak dingin) adalah sebuah retak yang terjadi pada daerah
lasan setelah beberapa waktu (memerlukan waktu, bisa 1 menit, 1 jam, atau 1
hari) proses pengelasan selesai. Biasanya untuk mengecek adanya crack
dilakukan uji tidak merusak yaitu dengan uji Penetrant Test atau Magnetic
Test.
10. distorsi pada pengelasan adalah sebuah perubahan bentuk material yang
diakibatkan panas yang berlebih saat proses pengelasan berlangsung. Distorsi
ini terjadi saat proses pendinginan, karena adanya panas yang berlebih maka
material dapat mengalami penyusutan atau pengembangan sehingga akan tarik
menarik dan membuat material tersebut melengkung.
13
2. Relatif Lebih Mudah Dan Lebih Murah
3. Pelatihan Yang Lebih Murah Dan Cenderung Tidak Rumit
4. Peka Terhadap Retak Pada Permukaan Yang Sangat Halus Dan
Diskontinuitas Yang Dekat Dengan Permukaan Pada Logam Baja
5. Dapat Digunakan Pada Material Yang Dicat Tipis Dan Bagian Bagian Pelat
Hasil pengelasan pada umumnya itu tergantung pada keahlian juru las.
Kerusakan hasil las sangatlah susah dideteksi jika menggunakan pengujian
serderhana terutama dibagian dalam material. Selain itu karena struktur yang
dilas merupakan bagian integral dari seluruh bagian material las maka retakan
14
yang timul dapat menyebar luas. Jika pengelasan tidak diperiksa dan mengalami
keretakan itu dibiarkan maka akan terjadi masalah yang serius apa lagi sudah
digunakan untuk orang maka akan membahayakan orang tersebut. Tujuan
dilakukannya pengujian adalah untuk menentukan kualitas
15
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
16
Data Pengamatan
Pembahasan
Kesimpula
n
Gambar 3.1 Diagram alir
(sumber: Dokumentasi pribadi)
17
2. senter digunakan untuk mempermudah mendeteksi kecacatan pada hasil
praktikum
3. sikat kawat digunakan untuk membersihkan benda kerja dari kotoran sebelum
dan sesudah praktikum
4. penggaris digunakan untuk mengukur dimensi benda kerja serta dimensi cacat
18
Gambar 3.5 penggaris
(sumber: Dokumentasi pribadi)
19
Gambar 3.8 white contrast paint
(sumber: Dokumentasi pribadi)
3. cleaner, digunakan untuk membersihkan benda kerja dari kotoran
20
Gambar 3.8 dry visible
(sumber: Dokumentasi pribadi)
21
memudahkan mendeteksi adanya defect karena warna dari WCP 2
lebih kontras dari pada serbuk ferromagnetik.
3. Apply AC/DC Yoke
Nyalakan AC/DC yoke, lalu benda mulai dimagnetisasi. Magnetisasi
benda uji dimaksudkan agar benda uji dapat menarik serbuk
ferromagnetik yang nantinya serbuk ferromagnetik tersebut akan
mendeteksi adanya defect pada benda uji tersebut.
4. Aplikasi serbuk magnet
Aplikasi serbuk magnet disesuaikan pada permukaan benda uji.
Serbuk yang digunakan type basah.
5. Inspection
Dimaksudkan untuk meneliti bentuk defect yang terdapat pada benda
uji. Selain itu juga dari hasil pengevaluasian kita akna dapat
menentukan apakah benda uji tersebut harus diperbaiki atau tidak.
6. Demagnetisasi
Demagnetisasi dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan sisa
sifat magnet yang terdapat pada benda uji agar benda uji tersebut tidak
akan dapat menarik serbuk-serbuk besi yang nantinya akan
menyulitkan proses pembersihan. 14 Demagnetisasi dapat dilakukan
dengan menggunakan arus AC atau DC. Jika menggunakan arus AC,
benda uji dimasukkan ke dalam koil yang dialiri arus AC kemudian
diturunkan perlahanlahan. Jika menggunakan arus DC step down
bolak-balik berulang.
7. Post Cleaning
Post cleaning di maksudkan untuk membersihkan benda uji dari sisa-
sisa dari pemberian serbuk magnetik pada saat pengujian
22
Kondisi permukaan harus diperhatikan, permukaan harus kering dan
bersih dari segala macam kotoran yang kiranya dapat mengganggu
proses inspeksi seperti karat, oli/gemuk, debu dll.
2. Apply AC/DC Yoke
Nyalakan AC/DC yoke, lalu benda mulai dimagnetisasi. Magnetisasi
benda uji dimaksudkan agar benda uji dapat menarik serbuk
ferromagnetik yang nantinya serbuk ferromagnetik tersebut akan
mendeteksi adanya defect pada benda uji tersebut.
3. Aplikasi serbuk magnet
Aplikasi serbuk magnet disesuaikan pada permukaan benda uji. Serbuk
yang digunakan type kering.
4. Inspeksi
Dimaksudkan untuk meneliti bentuk defect yang terdapat pada benda
uji. Selain itu dari hasil pengevaluasian kita dapat menentukan apakah
benda uji tersebut harus diperbaiki atau tidak.
5. Demagnetisasi
Demagnetisasi dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan sisa
sifat magnet yang terdapat pada benda uji agar benda uji tersebut tidak
akan dapat menarik serbuk-serbuk besi yang nantinya akan
menyulitkan proses pembersihan. Demagnetisasi dapat dilakukan
dengan menggunakan arus AC atau DC. Jika menggunakan arus AC,
benda uji dimasukkan ke dalam koil yang dialiri arus AC kemudian
diturunkan perlahanlahan. Jika menggunakan arus DC step down
bolak-balik berulang.
6. Post cleaning
dmaksudkan untuk membersihkan benda uji dari sisa-sisa dari
pemberian serbuk magnetik pada saat pengujiann
23
BAB IV
ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
Benda kerja terbuat dari baja karbon. Baja karbon adalah material logam
campuran antara besi (Fe) dan carbon (C). Persentase komposisi carbon di
dalamnya juga menentukan jenis pipa carbon steel yang dibuat. Carbon steel
yang memiliki level 0,30% carbon atau kurang dari level tersebut disebut sebagai
low-carbon steel. Benda kerja memiliki panjang 300mm tebal 12mm dan tebal
190mm
24
4.2 Analisis Hasil Inspeksi
1. Dari yang paling atas, cacat pertama terletak 167mm dari bawah
benda kerja dan 5mm dari pojok kiri las, cacat memilki panjang 1mm
dan tinggi 4mm, hal ini menjadikan cacat pertama sebagai inikasi
relevan linier, hal ini disebabkan cacat memiliki dimensi >1.5 mm
selain itu cacat bukan termasuk defect welded.
25
2. Cacat kedua terletak 113mm dari bawah benda kerja dan 7.09 mm
dari sebelah kiri las. Cacat ini memiliki panjang 5mm dan tinggi
1mm. Seperti dengan cacat petama, cacat kedua merupakan indikasi
relevan linier karena memiliki panjang lebih dari 1.5mm dan bukan
termasuk defect welded
3. Cacat ketiga memiliki panjam 1mm dan tinggi 10mm, terletak 90mm
dari bawah dan 5mm dari kiri las. Cacat ini merupakan indikasi non
relevan karena pada cacat las ini bisa saja dikarenakan arus
magnetisasi yang menyebar secara tidak merata pada benda kerja
4. Cacat keempat terletak sejauh 69mm dari bawah benda kerja dan
berbentu persegi dengan tiap sisinya memiliki panjang 1mm. Cacat
ini merupakan indikasi irelevan rounded. Hal ini dikarenakan cacat
memiliki panjang yang kurang dari 1.5mm
5. Cacat kelima terletak pada 43mm dari bawah benda kerja dan 9mm
dari kiri las. Memiliki panjang 1mm dan tinggi 5mm, serta
merupakan inikasi relevan, hal ini disebabkan karena cacat benda
kerja memiliki pangang >1.5mm
1. cacat petama terletak pada pojok kiri atas las dan memiliki panjang
15mm dan tinggi 5mm. Cacat ini merupakan cacat jenis welded jenis
porosity. Dan merupakan cacat non-relevan karena diakibatkan
pengelasan dan bukan diskontinuitas
26
2. cacat kedua terletak 170mm dari bawah benda kerja dan berada pada
pojok kiri benda kerja. cacat memiliki dimensi 3x2 mm dan
merupakan indikasi relevan rounded, hal ini dikarenakan cacat
memiliki dimensi kurang dari 3 kali lebarnya, selain itu cacat ini
diakibatkan oleh diskontinuitas
3. cacat ketiga terletak 123mm dari bawah dan 5mm dari kiri. Cacat
memiliki panjang 7mm dan lebar 0.5mm. cacat merupakan cacat
relevan linear karena pada cacat memiliki pangang >1.5mm. Cacat
ini merupakan diskontinuitas
4. Cacat keempat terletak 89mm dari bawah benda kerja dan memiliki
panjang 6mm dan lebar 4mm cacat merupakan cacat rounded non
relevan karena cacat cacat ini meripajan cacat jenis undercut hal ini
dikarenakan cacat memiliki cekungan kebawah
27
Tabel 4.1 mag hasil inspeksi
no Metode Dimensi (mm) indikasi hasil
pengujian panjang lebar relevan Non Accep rejec
relevan t t
1 Wet visible 4 1 linier
2 Wet visible 5 1 linier
3 Wet visible 10 1 linier
4 Wet visible 1 1 rounde
d
5 Wet visible 5 1 linier
6 Dry visible 15 5 linier
7 Dry visible 3 2 rounde
d
8 Dry visible 7 0.5 linier
9 Dry visible 6 4 rounde
d
28
2. alat yang sudah rusak bisa saja menjadi faktor yang mengakibatkan data
cacat tidak bendan, alat praktikum yang sudak terbilang lama bisa saja
mengalami kerusakan yang mempersulit praktikan untuk mengambil data
dan mengakibatkan kegagalan praktikum. hal ini bisa diatasi dengan
menganti alat dengan alat yang baru
3. penggunaka yoke yang salah, bisa saja terjadi karena praktikan memegan
probe dengan arah yang tidak benar ataupun menggerakkan yoke terlalu
cepat dan tidak menyeluruh, mengakibatkan cacat terlewat
29
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah praktikum dilakukan, kita dapat mengambil kesimpulan seperti
berikut:
1. dapat disimpulkan bahwa Prinsip kerja Uji Magnetic yaitu arus listrik
digunakan untuk membangkitkan medan magnet dalam bahan, arah medan
magnet akan dibelokkan sehingga terjadi kebocoran flux magnetic bila
melalui cacat. Bocoran flux magnetic akan menarik butir-butir ferro-magnetic
di permukaan sehingga lokasi cacat dapat ditunjukkan.
2. Pratikum menggunakan metode dry penetrant dan wet fluorescent . Metode
wet penetrant Merupakan metode pengujian yang menggunakan air dan
minyak sebagai suspensinya (wet suspension), pada umumnya metode wet
visible ini lebih sensitif daripada metode kering (dry visible) karena pada
metode ini menggunakan media bahan cair yang memungkinkan partikel
gunakan yang terdapat pada media dapat terdistribusi merata pada permukaan
benda uji. Pada Metode Dry Visible ini partikel magnetik yang digunakan
berupa bubuk kering, dan pada dry visible ini cocok digunakan pada material
uji yang kasar. Partikel magnetik kering biasanya dapat dibeli dalam banyak
warna, seperti merah, hitam, abu-abu, kuning dan banyak lagi, sehingga
tingkat tinggi kontras antara partikel dan bagian yang sedang diperiksa dapat
dicapai.
3. Setelah kita melakukan inspeksi, kita menemukan beberapa cacat atau defect
.Inspeksi dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan metode wet particle testing
dan dry visible testing. Metode wet visible dilakukan pada las sebelah kanan
dengan panjang 190mm dan lebar 14mm. Menggunakan metode dry visible
testing kita menemukan 5 kecacatan. Metode kedua menggunakan metode dry
30
visible dan ditemukan 4 cacat, metode ini dilakukan pada las bagian kiri yang
memiliki lebar 19mm
5.2 Saran
Setelah praktikum selesai, saran yang bisa praktikan sampaikan kepada
laboratorium dan asisten laboratorium agar kedepannya praktikum dapat berjalan
dengan lebih baik adalah sebagai berikut:
5.2.1 Laboratorium
Alat-alat praktikum sebaiknya dibersihkan dan/atau diganti supaya tidak
menggangu dan membuat praktikum menjadi gagal
31