Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM UJI BAHAN

MAGNETIC PARTICLE TEST

KELOMPOK :4
NAMA : FITA TRI LESTARI
NRP : 0515040098
KELAS : K3 – 3D

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Tujuan dari uji magnetik partikel adalah untuk mendeteksi
discontinuity bahan logam ferro pada permukaan atau discontinuity sub
surface. Biasanya pengujian ini dilakukan pada benda kerja pada semua
tahapan produksi.
1.2 Dasar Teori
Magnet merupakan suatu logam yang dapat menarik besi, dan
selalu memiliki dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Dimana
arah medan magnet disetiap titik bersumber dari kutub utara menuju ke
selatan dan mengarah dari kutub selatan ke utara di dalam magnet.

Gambar 1.1. Garis Gaya Magnet


1.2.1 Prinsip Dasar pengujian Magnetik Partikel
Metode Magnetic Particle Inspection (MPI) yaitu
pengujian yang dilakukan untuk mengetahui cacat permukaan
(Surface) dan permukaan bawah (Subsurface) suatu komponen dari
bahan ferromagnetik. Dengan menggunakan prinsip memagnetisasi
bahan yang akan diuji yaitu dengan cara mengalirkan arus listrik
dalam bahan yang diinspeksi. Adanya cacat yang tegak lurus arah
medan magnet akan menyebabkan kebocoran medan magnet.
Kebocoran medan magnet ini mengindikasikan adanya cacat pada
material. Cara yang digunakan untuk mendeteksi cacat adanya
kebocoran medan magnet adalah dengan menaburkan partikel
magnetik di permukaan. Partikel-parikel tersebut akan berkumpul
pada daerah kebocoran medan magnet atau arah medan magnet
akan berbelok sehingga terjadi kebocoran fluks magnetik. Bocoran
fluks magnetic akan menarik butir-butir ferromagnetic di
permukaan sehingga lokasi cacat dapat ditunjukkan.
1.2.2 Jenis-jenis Magnet
1. Magnet permanen
Merupakan bahan-bahan logam tertentu yang jika
dimagnetisasi maka bahan logam tersebut akan mampu
mempertahankan sifat magnetnya dalam jangka waktu yang
lama (permanen).
2. Elektromagnet
Merupakan magnet yang terbuat dari bahan ferro
magnetik yang jika diberikan arus listrik maka bahan tersebut
akan menjadi magnet, tetapi jika pemberian arus listrik
dihentikan, maka sifat magnet pada bahan tersebut akan hilang.
1.2.3 Metode Magnetisasi
A. Magnetisasi longitudinal :
Magnetisasi coil.

Defect

Long Field

Current
Current

Pandan
gan
depan
Gambar 1.2. Magnetisasi Coil

B. Magnetisasi Yoke
Magnetisasi dengan menggunakan yoke. Dengan cara ujung
kaki yoke ditempelkan pada material yang akan dimagnetisasi.

Gambar 1.3 Teknik Yoke


C. Magnetisasi sirkular.
Magnetik sirkular terdiri dari :
a. Magnetik tak langsung, arus listrik dialirkan ke
konduktor sentral. Medan magnet mengenai bahan dan
benda yang dilingkupinya.

Current Circular
Deffect Field

Gambar 1.4. Central Conductor


b. Magnetisasi langsung, arus listrik dialirkan pada bahan
yang akan dimagnetisasi.
c. Prod, magnetisasi dengan cara material ferromagnetic
dililiti dengan logam tembaga kemudian dialiri arus listrik.

1.2.4 Metode Pengerjaan Berdasarkan Waktu Magnetisasi


1. Medan Magnet Kontinyu :
Magnetisasi berlangsung secara terus menerus bersamaan
dengan pemberian serbuk ferromagnetic basah (suspensi) atau
yang kering.
2. Medan Magnet Sisa (Residual) :
Partikel ferro magnetik (kering atau suspensinya) diberikan
setelah proses magnetisasi berakhir.
1.2.5 Metode Pengaplikasian Partikel Ferromagnetik
1.2.5.1Metoda Kering
Partikel magnetik yang digunakan berupa bubuk
kering. Metoda ini digunakan pada permukaan benda uji
yang kasar. Suhu kerja yang baik yaitu pada suhu kamar
10oC hingga 55oC, metoda ini juga masih dapat dilakukan
pada suhu tinggi asalkan benda uji masih berwujud padat.
Metoda ini tidak cocok dilakukan pada suhu dingin karena
serbuk ferromagnetik akan lengket terkena embun. Warna
partiker ferromagnetik yang dipilih harus kontras terhadap
benda uji. Bubuk diarahkan pada lokasi yang diinginkan
secara perlahan-lahan, sisa partikel yang berlebih
dihilangkan dengan air.
1.2.5.2 Metoda Basah
Partikel magnetik yang digunakan dalam bentuk
suspensi. Metoda ini bisa digunakan pada metoda kontinyu
maupun residual. Metoda basah biasa digunakan pada
permukaan benda uji yang halus. Metoda ini cocok
digunakan pada suhu dingin dan batas maksimalnya adalah
tidak boleh lebih dari batas akhir temperatur kamar, yaitu
55oC karena suspensi akan mengalami penguapan jika suhu
terlalu panas.

1.2.6 Teknik Inspeksi


1.2.6.1 Pemilihan Teknik Inspeksi
Pemilihan teknik inspeksi partikel magnetik didasarkan
pada hal-hal sebagai berikut:

1. Kondisi Permukan Benda Uji :


a) Kasar : Metoda Kering
b) Halus : Metoda Basah
2. Partikelnya:
a. Kering : Serbuk Kering
b. Basah : Suspensi
Warna serbuk partikelnya harus kontras
1.2.6.2 Prosedur Inspeksi
1) Persiapan Permukaan (Pre Cleaning)
Kondisi permukaan harus diperhatikan, permukaan harus
kering dan bersih dari segala macam kotoran yang kiranya
dapat menganggu proses inspeksi seperti karat, oli/gemuk,
debu dll.
2) Penyemprotan White Contrast Paint (WCP 2)
Setelah permukaan dipastikan bersih dan kering maka
dilakukan penyemprotan White Contrast Paint (WCP 2)
secara merata. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
mendeteksi adanya discontinuity. Karena warna dari White
Contrast Paint (WCP 2) lebih kontras dari pada serbuk
feromagnetik.
3) Magnetisasi Benda Uji
Magnetisasi benda uji dimaksudkan agar benda uji dapat
menarik serbuk ferromagnetik yang nantinya serbuk
ferromagnetik tersebut akan mendetekasi adanya
discontinuity pada benda uji tersebut.
4) Aplikasi Serbuk Magnet
Aplikasi serbuk magnet disesuaikan dengan keadaan
permukaan pada benda uji. Bila permukaannya kasar, maka
digunakan metoda kering yang menggunakan serbuk
magnet kering. Apabila permukaannya halus digunakan
metoda basah yang mana sebuk magnetik yang digunakan
berupa suspensi. Warna partikel serbuk magnet yang
digunakan harus kontras dengan permukaan benda ujinya.
1.2.7 Evaluasi
Pengevaluasian dimaksudkan untuk meneliti bentuk
discontinuity yang terdapat pada benda uji. Selain itu juga
dari hasil pengevaluasian kita akan dapat menentukan
apakah benda uji harus diperbaiki atau tidak.

1.2.8 Pembersihan Setelah Inspeksi (Post Cleanig)


Post cleaning dimaksudkan untuk membersihkan
benda uji dari sisa-sisa dari pemberian serbuk magnetik
pada saat pengujian.
1.2.9 Demagnetisasi
Demagnetisasi dilakukan dengan maksud untuk
menghilangkan sisa sifat magnet (residual magnetism) yang
terdapat pada benda uji agar benda uji tersebut tidak akan
dapat menarik serbuk-serbuk besi yang nantinya akan
menyulitkan proses pembersihan.
Demagnetisasi dapat dilakukan dengan
menggunakan arus AC atau DC. Jika menggunakan arus
AC, benda uji dimasukkan ke dalam koil yang dialiri arus
AC kemudian diturunkan perlahan-lahan. Jika
menggunakan arus DC step down bolak-balik berulang
dengan kontak langsung atau kontaktor inti, kemudian arus
dibalik dan dikecilkan secara berulang-ulang.

1.3 Keuntungan dan Keterbatasan Method Magnetic Particle Test


1.3.1 Keuntungan Method Magnetic Particle Test
1. Relatif cepat dan murah.
2. Dapat Mendeteksi cacat permukaan dan sub permukaan.
3. Portable dan dapat disesuaikan untuk benda uji yang
kecil maupun yang besar.
4. Indikasi yang dihasilkan langsung pada permukaan
benda uji.
1.3.2 Keterbatasan Method Magnetic Particle Test
1. Hanya dapat mendeteksi cacat pada metarial
ferromagnetic.
2. Sensitivitas menurun karena adanya cat/coating pada
permukaan benda uji.
3. Sering terjadi salah interpretasi karena adanya indikasi
non relevant. Misalnya : Permukaan yang kasar,
perbedaan seksi, desain lasan, perbedaan permeabilitas,
magnetic writing.
4. Sesuai standart (ASME section V Article 6) yang
menjelaskan bahwa indikasi dengan dimensi yang lebih
besar dari 1,6 mm tidak dapat diterima.
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
1. Kain Lap
2. Field Indicator
3. Lampu
4. Sikat baja
5. Gause Meter
6. Light Meter
7. Penggaris
8. Kamera
9. Lux Meter
10. Dead Weight
2.1.2 Bahan
1. Cleaner (SKC-S)
2. White Contrast (WCP 2)
3. Wet partikel (7HF)
4. Specimen A2

Gambar 2.1 Bahan-bahan Magnetik


2.2 Prosedur Kerja
1. Persiapan Alat, yaitu dengan menguji kekuatan yoke terlebih dahulu
(Power Lifting of Yoke) berdasarkan ASME section V Article 6 (T-773,
2), yaitu untuk arus AC yoke harus mampu mengangkat beban seberat
4,5 kg (10 lb) pada maximum pole spacing-nya. Apabila yoke masih
dapat mengangkat beban yang disyaratkan, maka yoke tersebut masih
layak untuk digunakan. Pengujian lifting power ini biasanya dilakukan
dalam jangka waktu satu tahun sekali.
2. Specimen dibersihkan permukaannya dari oil, dan kotoran lain yang
berupa karat, lemak, cat, dan kotoran lainnya dengan menggunakan
claner.
3. Material uji disemprot dengan White Contrast Paint (WCP 2) secara
merata.
4. Tunggu sebentar hingga white contrast paint kering
5. Setelah kering, atur yoke sedemikian rupa sehingga dapat memagnetisasi
material uji dengan baik dan pada saat proses memagnetisasi material uji
yoke ditempatkan pada posisi yang berbeda-beda sehingga tampak
semua discontinuity yang ada pada material uji tersebut baik crack yang
ada di permukaan maupun yang sub-surface.
6. Saat yoke memagnetisasi material uji, material uji disemprotkan wet
particle hingga tampak cacat yang ada pada material uji tersebut.
7. Amati discontiniuity yang tampak dan catat.
8. Demagnetisasi atau penghilangan sisa-sisa magnet pada spesimen
setelah evaluasi. Kemudian material uji diukur sifat magneticnya dengan
menggunakan gause meter.
9. Post Cleaning/pembersihan akhir.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Percobaan


Tabel 3.1. Data Percobaan

MAGNETIC PARTICLE TEST

Date :2015
Material : Steel AS Welded
Reference : ASME Section V Article 6
● Yoke ○ Prod ○ Koil ○ SN:
Peralatan

○ Dry ● Wet ○ Flourescent ● Color


Jenis pertikel
contras
● continuous ○ Residual
Metode

● Weld ○ Proses mesin ○ Gerinda ○ ……….


Kondisi permukan

o Base metal ● Weld part


o Edge Preparation ○ Repair weld

Cakupan o Back chipping ○ ……………

Size of
Type of Result
No Part / Item defect Remark
defect
(cm) Acc R
Linear 
1 L1 2,5 Repair

2 L2 3,5 Linear  Repair


1 Linear 
3 L3 Repair

4 L4 2 Linear  Repair
5 L5 2,5 Linear  Repair
6 L6 3 Linear  Repair
7 L7 3,6 Linear  Repair
8 L8 1,4 Linear  Repair
9 L9 5 Linear  Repair
10 L10 0,5 Linear  Repair
11 L11 1,3 Linear  Repair
12 L 10 Linear  Repair

13 M 3 Linear  Repair
Alat penerangan : LM 100F, Merk : Philip Tornado, Daya : 15 watt, Suhu : 27 °C
Intensitas penerangan : 138,5 fc > 100 fc
Jarak lampu dengan spesimen: 300 mm (30 cm)

3.2. Pembahasan

Gambar 3.1 Cacat Pada Permukaan Material


Gambar 3.2 Sketsa gambar cacat
Metode yang digunakan pada pengujian ini adalah metode
Continuous, yang berarti magnetisasi dilakukan bersamaan saat pengujian
yoke dan penyemprotan Serbuk Besi (Wet Partikel). Berdasarkan hasil
percobaan tersebut, ditemukan 11 Diskontinuity Linear yang harus di
repair karena memiliki ukuran yang melebihi dari standart yang ditentuka
yaitu sebagai berikut :
 2,5 cm = 25 mm
 3,5 cm = 35 mm
 1 cm = 10 mm
 2 cm = 20 mm
 2,5 cm = 25 mm
 3 cm = 30 mm
 3,6 cm = 36 mm
 1,4 cm = 14 mm
 5 cm = 500 mm
 0,5 cm = 5 mm
 1,3 cm = 13 mm
Sesuai standart ASME VIII divisi 1, semua permukaan akan lulus uji
jika permukaan tersebut bebas dari :
1. Relevant linier indication yang lebih dari 1,5 mm
2. Relevant rounded indication jika lebih besar dari 5 mm
3. Empat atau lebih relevant rounded indication segaris dengan jarak 1,5
mm atau kurang (tepi ke tepi).
BAB IV
PENUTUP

Dari hasil pengujian yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa


spesimen weld part yang diuji dinyatakan di REJECT karena mengalami
discontinuity berjenis linier yang panjangnya melebihi ketentuan (1,5 mm).
Retakan ini terjadi karena terjadinya kelelahan pada weld part akibat kerja pada
proses mesin.
Discontinuty yang terjadi pada spesimen tersebut harus segera
diatasi/diperbaiki sebab jika sudah terjadi cacat yang berupa retakan pada
meterial tersebut maka tidak boleh digunakan lagi untuk menghindari terjadinya
kerusakan dan kecelakan yang akan berakibat fatal.
DAFTAR PUSTAKA

ASME 2013 Section V Article 6


Moh. M Munir & Moh. Thoriq W.2000. Modul Praktek Uji Bahan. Jurusan
Teknik Bangunan Kapal. PPNS

Anda mungkin juga menyukai