Anda di halaman 1dari 13

Pengujian Material-02

Kelompok 14:

Denisha Emmanuel (1806202033)

M. Luky Dwi Irawan (1806202052)

Yonda Lavembelno (1806202014)

Soal:

1. Jelaskan prinsip-prinsip fisika Pengujian Liquid Dye Penetrant


2. Jelaskan dengan singkat istilah-istilah sebagai berikut: Viscosity, Surface Tension,
Angle of Contact, Wettability, Capillarity, Penetrability, Retention, Bleeding
Washability
3. Jelaskan Tahapan Utama Proses Pengujian NDT dengan Liquid Penetrant.
4. Jelaskan 3 Sistem Penetrant dan 2 Jenis Material Penetrant .
5. Jelaskan gambaran unit inspeksi untuk sistem Water-washable Penetrant yang terdiri
atas 7 tahapan.
6. Jelaskan mengapa proses Pre-Cleaning diperlukan.
7. Jelaskan 3 proses Pre-Cleaning yang umum digunakan.
8. Jelaskan fungsi dari Emulsifier dan Solvent
9. Jelaskan Karakteristik Kimia dan Fisik yang penting dari Material Penetrant.
10. Jelaskan fungsi dari Developer.
11. Jelaskan 2 jenis Developer, karakteristik dan penggunaannya.
12. Bandingkan ke-6 Sistem Penetrant berdasarkan Sensitivitas, Aplikasi, dan
Penggunaannya.
13. Mengapa sistem Water-Washable Penetrant paling banyak digunakan?
14. Jelaskan kelebihan dan kekurangan PT.
Jawaban:
1. Prinsip fisika dari pengujian ​Liquid Dye Penetrant
Inspeksi penetran cair adalah metode yang digunakan untuk mengungkapkan cacat
permukaan dengan pengeluaran dari pewarna berwarna atau ​fluorescent ​dari cacat
pada material. Teknik ini didasarkan pada kemampuan cairan untuk ditarik ke dalam
cacat pemecah permukaan "bersih" oleh aksi yang dinamakan ​capillary action.
Capillary action ​ini merupakan kemampuan suatu liquid untuk mengalir melewati
ruangan atau saluran yang sempit tanpa dipengaruhi oleh gaya gaya dari luar seperti
gaya gravitasi dan lain sebagainya. Melalui metode ini, diskontinuitas akan terdeteksi
dengan mengamati cairan yang muncul pada permukaan dari dalam cacat. Pengujian
ini sangat efektif dalam mendeteksi porositas, retakan, fraktur, pangkuan, jahitan, dan
cacat lainnya yang terbuka ke permukaan benda uji dan dapat disebabkan oleh
kelelahan, benturan, pendinginan, permesinan, penggilingan, penempaan, semburan,
penyusutan atau kelebihan beban. Akibatnya, sering digunakan pada banyak bagian
mesin, serta pengelasan, produk manufaktur, coran, dan tempa.
2. Istilah-istilah yang terdapat pada pengujian ​Liquid Dye Penetrant
a. Viscosity
Viskositas merupakan sifat dari sebuah cairan yang menghasilkan resistansi
terhadap aliran ​shear (​ ​shearing flow)
b. Surface Tension
Surface Tension a​ dalah tegangan pada permukaan
c. Angle of Contact
Angle of Contact ​merupakan sudut yang terbentuk antara permukaan solid
dengan permukaan cair yang bebas (​free liquid surface)​ yang diukur dari
dalam cairan.
d. Wettability
Wettability ​adalah sifat dari sebuah cairan yang merupakan reaksi yang terjadi
antara cairan tersebut dengan permukaan, atau dapat dikatakan sebagai
kemampuan dari sebuah cairan untuk menyebar dan melekat pada permukaan.
e. Capillarity
Capillarity ​merupakan kecenderungan dari cairan dalam material penyerap
untuk naik atau turun akibat dari tegangan pada permukaan
f. Penetrability
Penetrability ​merupakan sifat atau kemampuan dari material untuk dapat
ditembus oleh sesuatu
g. Retention
Retention a​ dalah kecenderungan suatu material untuk menahan cairan, panas,
dan lain-lain.
h. Bleeding Washability
Bleeding ​merupakan permukaan dari penetrant yang terjebak dalam
diskontinuitas untuk membentuk sebuah indikasi.
3. Tahapan utama dari pengujian ​Liquid Dye Penetrant
a. Surface Preparation / Pre-Cleaning
Merupakan tahapan pertama, yaitu pembersihan permukaan secara teliti agar
pengujian bebas dari minyak, air, cat, ​plating, ​dan pengotor lainnya yang dapat
menghambat penetrasi cairan ke dalam cacat yang ada. Pada tahap ini,
digunakan pelarut, namun spesimen pengujian dapat membutuhkan uap, uap
air, serta pembersihan ultrasonik dan kimia. Bagian-bagian yang telah
diamplas harus di-​etching ​terlebih dahulu untuk menyingkirkan material yang
memiliki kemungkinan untuk menghalang cacat dan menghambat penetrant
untuk masuk ke dalam cacat tersebut.
b. Penetrant Application
Kedua jenis penetrant, ​visible ​dan ​fluorescent dye penetrants ​diaplikasikan
kepada spesimen pengujian dengan cara penyemprotan, penyikatan, atau
​ engaplikasian dari penetrant
mencelupkan spesimen ke dalam ​penetrant bath. P
tergantung pada ukuran dan bentuk dari spesimen pengujian.
c. Penetrant Dwell Time
Penetrant cair dibiarkan pada permukaan dalam jangka waktu tertentu untuk
membiarkan cairan masuk dan meresap ke dalam cacat yang terdapat pada
spesimen. Pengertian dari tahapan ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk
cairan melakukan kontak dengan permukaan dari spesimen pengujian. Waktu
ini beragam untuk berbagai jenis penetrant dan umumnya berdasarkan pada
spesifikasi pengujian yang dilakukan. Hasil akhir permukaan, suhu dan jenis
material juga akan mempengaruhi persyaratan ​dwell.
d. Excess Penetrant Removal
Setelah ​dwell time b​ erlalu, penetran cair yang berlebih disingkirkan dari
permukaan untuk menghindari menghilangkan penetrant yang terjebak dalam
cacat. Untuk ​visible dye ​berlebih, disingkirkan dengan pelarut. ​Fluorescent dye
berlebih kemungkinan besar bersifat ​water-washable ​sehingga untuk
menghilangkan penetran berlebih, dilakukan pembilasan dengan air atau
emulsi dan harus diberikan pengemulsi sebelum dibilas, dengan kondisi
spesimen ditempatkan pada tungku bertemperatur rendah dan membiarkannya
selama beberapa waktu untuk kering sebelum mengaplikasikan ​developer.
e. Developer Application
Lapisan tipis ​developer ​diaplikasikan pada spesimen uji untuk membantu
menarik penetrant yang terjebak dalam cacat kembali ke permukaan.
Developer diaplikasikan dengan membersihkan debu dengan bubuk kering
atau menyemprot developer yang basah. Indikasi yang terbentuk akan lebih
besar dibandingkan dengan cacat yang ada.
f. Indication Development
Developer akan dibiarkan pada spesimen untuk waktu yang telah ditentukan
pada spesifikasi pengujian untuk membiarkan indikasi untuk terbentuk
sebelum inspeksi dilakukan.
g. Inspection
Proses inspeksi dilakukan oleh inspektor yang sudah terlatih dan bersertifikasi
menggunakan pemeriksaan visual. Saat menggunakan ​fluorescent penetrant,
indikasi wajib dilihat dalam kondisi gelap dengan lampu UV intensitas tinggi
atau cahaya hitam. Pengujian dengan ​visible dye ​membutuhkan cahaya putih
yang cukup. Spesimen akan diterima atau ditolak berdasarkan spesifikasi atau
kriteria penerimaan yang diikuti. Inspektor juga akan menentukan asal dari
diskontinuitas.
h. Post-Cleaning
Tahapan terakhir dalam pengujian ini adalah untuk membersihkan permukaan
spesimen dengan teliti untuk membersihkan residu dari pengujian penetrant.
4. Jelaskan 3 Sistem Penetrant dan 2 Jenis Material Penetrant.
a. Sistem Penetrant
Sistem dari penetrant ada tiga jenis, yaitu air, pelarut, dan emulsi.
- Water-washable
Penetrant dapat disingkirkan dari spesimen uji dengan membilasnya
dengan air saja. Sistem jenis ini mengandung agen pengemulsi
(deterjen) yang menyebabkan pencucian penetrant dari permukaan
spesimen dapat dilakukan dengan menggunakan air saja.
- Post-emulsified
​ ntuk
Sistem ini terbagi menjadi dua, yaitu ​lipophilic dan ​hydrophilic. U
lipophilic, ​penetrantnya larut dalam minyak dan berinteraksi dengan
pengemulsi bahan dasar minyak untuk memungkinkan penyingkiran
penetran. Untuk ​hydrophilic, ​penetrantnya menggunakan pengemulsi
yang merupakan deterjen larut air yang mengangkat penetrant berlebih
dari permukaan bagian dengan menggunakan ​water wash.
- Solvent-removable
Sistem jenis ini membutuhkan kegunaan pelarut untuk menyingkirkan
penetrant dari spesimen uji.
b. Jenis Material Penetrant
Penetran yang digunakan pada pengujian ini adalah ​visible dye (​ berwarna
merah) dan ​fluorescent dye ​(berwarna hijau kekuningan).
- Visible Dye Penetrant
Penetrant jenis ini merupakan penetrant yang cocok untuk mendeteksi
kecacatan pada permukaan untuk aplikasi inspeksi pengelasan.
Penetrant jenis ini tergolong memiliki tingkat sensitivitas yang rendah
(level 0.5 dan 1). Penetrant jenis ini mengandung pewarna berwarna
merah yang memberikan kontras tinggi terhadap latar belakang
developer yang berwarna putih.
- Fluorescent Dye Penetrant
Penetrant jenis ini diklasifikasikan berdasarkan tingkat sensitivitas
(1-4) dengan tingkat 4 sebagai yang paling sensitif untuk mendeteksi
cacat. Penetrant jenis ini mengandung satu atau lebih pewarna yang
berpijar saat terekspos dengan radiasi ultraviolet.

5. Unit inspeksi untuk sistem Water-washable Penetrant:

a) Tahapan pertama : ​liquid penetrant application


Untuk mengaplikasikan penetrant ke permukaan spesimen uji
b) Tahapan kedua : ​draining
Untuk membuang penetrant berlebih dari cacat pada spesimen uji
c) Tahapan ketiga : ​water rinsing
Untuk membersihkan spesimen uji dari penetrant berlebih, sebelum diberikan
developer
d) Tahapan keempat : ​ultraviolet-light inspection
Untuk memastikan bahwa pembilasan telah dilakukan secara menyeluruh
sehingga dapat dipastikan tidak terdapat penetrant berlebih.
e) Tahapan kelima : ​drying
Untuk mengeringkan spesimen uji setelah pembilasan dengan air, agar dapat
dilanjutkan ke tahapan pemberian ​developer.
f) Tahapan keenam : ​developing
Untuk mengaplikasikan ​developer p​ ada spesimen uji untuk membantu menarik
penetrant yang terjebak dalam cacat kembali ke permukaan.
g) Tahapan ketujuh : ​ultraviolet-light inspection
Untuk menginspeksi indikasi pada spesimen uji, karena wajib dilihat dalam
kondisi gelap dengan lampu UV intensitas tinggi atau cahaya hitam.

6. Precleaning merupakan langkah yang penting dilakukan sebelum pengujian


menggunakan ​liquid penetrant​. Permukaan yang akan diuji harus sepenuhnya bersih
dari pengotor yang dapat menghalangi masuknya ​penetrant ke permukaan yang cacat.
Selain itu, tahap ​precleaning dilakukan bukan hanya untuk permukaan sampelnya saja
melainkan dilakukan secara keseluruhan hingga bagian yang cacat juga bersih tidak
ada pengotor seperti minyak, air, cat, dan pengotor lain yang dapat mengurangi
kemampuan dari ​penetrant​.

​ roses ​pre-cleaning​ yang umum digunakan:


7. P

a.​ Menggunakan ​cleaner


Tahap ​pre-cleaning ​menggunakan ​cleaner merupakan tahap ​precleaning yang


umum dan mudah digunakan. ​Cleaner disemprotkan ke lap kering. Lalu
sampel dibersihkan menggunakan lap yang telah disemprotkan ​cleaner​.
​ enggunakan ​cleaner hanya bisa dilakukan untuk membersihkan
Precleaning m
sampel dari pengotor berupa minyak, debu, dan pengotor lain dan tidak bisa
digunakan untuk membersihkan karat, ​spatter​, atau bekas partikel material lain
yang menempel.
b.​ M
​ enggunakan cairan kimia

Tahap ​pre-cleaning ​menggunakan cairan kimia biasanya dilakukan pada


material yang memiliki tingkat kekerasan yang rendah seperti aluminium dan
titanium yang sebelumnya telah dilakukan ​mechanical surface treatment​.
Cairan kimia yang biasa digunakan diantaranya asam, larutan etsa, dan larutan
alkali. Penggunaan cairan kimia berupa asam dan larutan alkali cukup efektif
untuk menghilangkan sisa karat pada permukaan uji.

c.​ Menggunakan ​ultrasonic


Tahap ​pre-cleaning menggunakan ​ultrasonic merupakan tahap ​precleaning


yang paling efektif karena dapat membersihkan permukaan sampel uji dari
hampir semua pengotor.

8. Fungsi ​emulsifier​ dan ​solvent

· Emulsifier b​ erfungsi untuk mengemulsi ​penetrant ​yang berlebih pada


permukaan sampel uji sehingga ​penetrant y​ ang terdapat pada permukaan


dapat mudah dibersihkan dengan air.

· Solvent ​berfungsi untuk membersihkan ​penetrant ​pada permukaan sampel


uji baik. ​Solvent ​dapat juga digunakan pada tahap ​precleaning​.

9. Karakteristik fisika dan kimia dari ​penetrant

·​ Memiliki ​wettability ​yang baik


Wettability didefinisikan sebagai suatu kecenderungan fluida yang tidak saling


mencampur satu sama lain. Apabila dua fluida bersinggungan dengan benda
padat, maka salah satu fluida akan bersifat membasahi permukaan benda padat
tersebut, hal ini akan menyebabkan timbulnya tegangan adhesi (gaya tarik
menarik antar molekul yang tidak sejenis). Kemampuan ini penting agar
penetrant d​ apat rata terserap pada cacat yang terdapat di permukaan material
uji dan juga tidak cepat kering.
·​ Dye concentrate

Warna pada ​penetrant ​harus kontras dan mudah terlihat. Warna yang
digunakan biasanya warna-warna yang cerah seperti merah, kuning, biru, hijau.
Adanya ​dye concentrate b​ ertujuan agar ​penetrant y​ ang tertinggal di daerah
cacat dapat mudah terlihat.

·​ Viskositas yang tinggi


Viskositas juga salah satu karakter dari ​penetrant ​yang penting. Perbedaan
viskositas mempengaruhi waktu yang dibutuhkan ​penetrant ​untuk menyerap
ke dalam cacat pada sampel uji.

10. Fungsi dari ​Developer.​

Developer, s​ erbuk penyerap, berwarna putih yang dipakai bersama dengan liquid
penetrant test tipe ​fluorescent ​maupun visible. Fungsinya adalah untuk menarik
penetrant dari dalam diskontinuitas sehingga tampak di permukaan.

11. 2 jenis ​developer,​ karakteristik dan penggunaannya.

Jenis ​developer ​yaitu ​developer ​kering, ​developer ​basah, dan ​non aqueous wet
developer

● Developer Kering

Dry powder adalah developer yang paling tidak sensitif namus merupakan
developer yang paling murah dan paling mudah diaplikasikan. Developer ini
berbentuk bubuk putih yang mudah diaplikasikan di permukaan kering.
Penggunaannya bisa dengan mencelupkan benda ke dalam bubuk developer,
meletakan benda di ruang vakum lalu kemudian disemburkan bubuk
developer, atau dengan puffer. Intinya adalah agar developer bisa tersebar
merata di seluruh permukaan benda.
● Developer basah

Water soluble developer terdiri dari kumpulan bahan-bahan kimia yang larut di
air kemudian membentuk lapisan developer di permukaanya ketika cairannya
menguap. Cara terbaik untuk mengaplikasian water soluble adalah dengan
menyemprotkannya di permukaan benda. Permukaan dalam kasus ini boleh
basah atau kering. Aqueous developer memiliki wetting agent yang akan
menyebabkan additional removal entrapped penetrant. Benda basah tapi tidak
terlalu basah dikeringkan dengan dryer 70-75 fahrenheit. Apabila tidak segera
dikeringkan, indikasinya akan blur dan sulit dideteksi

Developer basah ada dua jenis yaitu non aqueous wet developer dan water base
wet developer. Non aqueous wet developer terikat dalam suatu suspensi
solvent dan dikemas dalam kaleng semprot bertekanan. Penguapan solvent
membantu menarik penetrant dari dalam diskontinuitas. Nonaqueous wet
developer paling sering digunakan bersama solvent removable penetrant dan
jarang dipakai bersama water washable atau post-emulsifiable penetrants. Non
Aqueous wet developer merupakan jenis developer yang paling sensitif dalam
mendeteksi diskontinuitas halus. Hasil terbaik diperoleh apabila developer
diaplikasikan dalam bentuk lapisan tipis dan rata. Seperti halnya developer
kering, non aqueous developer hanya diaplikasikan pada permukaan yang
benar-benar kering.

12. Bandingkan ke-6 Sistem Penetrant berdasarkan Sensitivitas, Aplikasi, dan


Penggunaannya.

● Post Emulsifiable Visible

Sensitivitas : lebih tinggi dibandingkan dengan water-washable visible

Aplikasi : Area permukaan yang besar dan area dengan kuantitas objek banyak
dan sama.
● Solvent-removable Visible

Sensitivitas : cukup rendah

Aplikasi : Area permukaan kecil dan gugus geometri yang mudah.

● Water-washable Visible

Sensitivitas : paling rendah di antara penetrant visible sistem lainnya

Aplikasi : Area permukaan yang besar

● Post Emulsifiable Fluorescent

Sensitivitas : lebih tinggi dibandingkan dengan water-washable fluorescent

Aplikasi : Area diskontinuitas yang rendah, Area retak yang ketat, dan grinding
crack.

● Solvent-removable Fluorescent

Sensitivitas : lebih tinggi dibandingkan dengan solvent-removable visible

Aplikasi : Area permukaan kecil dan gugus geometri yang mudah.

● Water-washable Fluorescent

Sensitivitas : paling rendah di antara pentran fluorescent sistem lainnya

Aplikasi : Area permukaan yang besar, area permukaan yang kasar, dan
kuantitas banyak pada objek yang sama.

13. Mengapa sistem Water-washable Penetrant paling banyak digunakan?

Karena Water Washable Penetrants adalah metode yang paling ekonomis untuk
diterapkan. Penetrant berlebih dapat dihapus dari permukaan objek dengan cara dibilas
dengan air saja.
14. Jelaskan kelebihan dan kekurangan PT.

Kelebihan :

● Sensitivitas tinggi (diskontinu kecil dapat terdeteksi)


● Banyak jenis material yang dapat diuji
● Dapat diberlakukan untuk bagian dengan bentuk yang kompleks
● Low cost

Kekurangan :

● Hanya dapat mendeteksi diskontinuitas yang terbuka ke permukaan


● Hanya dapat memeriksa bagian dengan permukaan tidak keropos
● Harus bagian pra-bersih / pasca-bersih
● Inspector harus memiliki akses langsung ke permukaan bagian
● Memakan waktu
Referensi:

Dye Penetrant - Flaw Detector | Visible Dye Penetrant diakses pada 9 April 2020, 15.01
WIB

International Atomic Energy Agency, “Liquid Penetrant and Magnetic Particle Testing at
Level 2”

https://id.scribd.com/presentation/411202716/Penetrant-Test diakses pada 9 April 2020,


14.30 WIB

https://blkserang.kemnaker.go.id/digilib/index.php?p=fstream-pdf&fid=250&bid=78diakse
s pada 9 April 2020, 14.30 WIB

http://digilib.polban.ac.id/download.php?id=20940​ diakses pada 9 April 2020, 14.30 WIB

https://www.qualitymag.com/articles/89763-basic-principles-of-liquid-penetrant-inspection
diakses pada 9 April 2020, 16.32 WIB

Hellier, Chuck. ​Chapter 4: Penetrant Testing​ diakses pada 9 April 2020, 15.00 WIB

Introduction to Non-Destructive Testing Techniques


https://eis.hu.edu.jo/ACUploads/10526/Liquid%20Penetrant%20Testing.pdf​, diakses
pada 9 April 2020, 16.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai