MAGNETIC TEST
Disusun Oleh :
Vaya Adenia I (0515040084)
Riska Purwa Bastara (0515040087)
Maulida Nur Hidayah Y (0515040093)
7.1 Pendahuluan
7.1.1 Latar belakang
Material merupakan suatu aspek penting dalam suatu proses desain,
perancangan, dan pembuatan suatu benda. Dimana setiap karakter dan
sifat material tersebut disesuaikan dengan kebutuhan yang akan
digunakan. Sifat material seperti kekuatan, kekerasan, kelenturan,
tahan panas, dan lain sebagainya menjadi poin penting yang harus
diketahui sebelum proses produksi produk dilakukan.
Produk yang terbentuk berupa hasil pengelasan maupun material
hasil pengecoran suatu logam memiliki peluang terbentuknya cacat.
Hal ini dapat diakibatkan oleh ketidaksempurnaan proses pengecoran
maupun pengelasan, terdapat udara bebas yang mssuk selama proses,
dan faktor lainnya.
Cacat yang diakibatkan oleh kondisi yang telah disebutkan diatas
memiliki berbagai kategori. Salah satu jenis cacat yang umum ditemui
adalah cacat di permukaan material. Salah satu metode yang dapat
digunakan untuk mendeteksi cacat tersebut adalah dengan magnetic
test.
Oleh karena itu, maka dilakukan pengujian uji magnetik pada mata
kuliah Uji Bahan agar mahasiswa mampu dan menguasai cara
melakukan prosedur tes magnetik, menentukan cacat pada sambungan
las mupun material hasil pengecoran serta mampu mengidentifikasi
kelayakan material berdasarkan cacat yang ada.
7.1.2 Tujuan
Tujuan dari uji magnetik partikel adalah untuk mendeteksi
diskontinuitas bahan logam ferromagnetic pada permukaan adan
diskontinuitas sub surface. Biasanya pengujian ini dilakukan pada
benda kerja pada semua tahapan produksi.
7.2 Dasar Teori
Magnet merupakan suatu logam yang dapat menarik besi, dan selalu
memiliki dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Dimana arah medan
magnet disetiap titik bersumber dari kutub utara menuju ke selatan dan
mengarah dari kutub selatan ke utara di dalam magnet, dapat di lihat pada
ilustrasi di Gambar 7.1 di bawah ini
U S
Long Field
Current
Current
Current
Deffect
7.2.6 Inspeksi
a Pemilihan teknik inspeksi
Pemilihan teknik inspeksi partikel magnetik didasarkan pada hal-hal
sebagai berikut
Kondisi permukan benda uji
- Kasar : metoda kering
- Halus : metoda basah
Partikelnya
- Kering : serbuk kering
- Basah : suspensi
Warna serbuk partikelnya harus kontras
b Prosedur inspeksi
Adapun persiapan inspeksi pengujian magnetic adalah sebagai
berikut
Persiapan permukaan (pre cleaning)
Kondisi permukaan harus diperhatikan, permukaan harus
kering dan bersih dari segala macam kotoran yang kiranya dapat
menganggu proses inspeksi seperti karat, oli/gemuk, debu dll.
Penyemprotan white contrast paint (WCP 2)
Setelah permukaan dipastikan bersih dan kering maka
dilakukan penyemprotan WCP 2 secara merata. Hal ini dilakukan
untuk memudahkan mendeteksi adanya diskontinuitas. Karena
warna dari WCP 2 lebih kontras dari pada serbuk feromagnetik.
Magnetisasi benda uji
Magnetisasi benda uji dimaksudkan agar benda uji dapat
menarik serbuk ferromagnetik yang nantinya serbuk
ferromagnetik tersebut akan mendetekasi adanya diskontinuitas
pada benda uji tersebut.
Aplikasi serbuk magnet
Aplikasi serbuk magnet disesuaikan dengan keadaan
permukaan pada benda uji. Bila permukaannya kasar, maka
digunakan metode kering yang menggunakan serbuk magnet
kering. Apabila permukaannya halus digunakan metode basah
yang mana sebuk magnetik yang digunakan berupa suspensi.
Warna partikel serbuk magnet yang digunakan harus kontras
dengan permukaan benda ujinya.
7.2.7 Evaluasi
Pengevaluasian dimaksudkan untuk meneliti bentuk diskontinuitas
yang terdapat pada benda uji. Selain itu juga dari hasil pengevaluasian
kita akan dapat menentukan apakah benda uji harus diperbaiki atau
tidak.
7.2.9 Demagnetisasi
Demagnetisasi dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan sisa
sifat magnet yang terdapat pada benda uji agar benda uji tersebut tidak
akan dapat menarik serbuk-serbuk besi yang nantinya akan mnyulitkan
proses pembersihan.
Demagnetisasi dapat dilakukan dengan menggunakan arus AC atau
DC. Jika menggunakan arus AC, benda uji dimasukkan ke dalam koil
yang dialiri arus AC kemudian diturunkan perlahan-lahan. Jika
menggunakan arus DC step down bolak-balik berulang dengan kontak
langsung atau kontaktor inti, kemudian arus dibalik dan dikecilkan
secara berulang-ulang.
i
j Gambar 7.7 Material Uji
k
l
m
7.4 Prosedur Keselamatan
n Sebelum pengujian dilaksanakan, mahasiswa harus menggunakan :
a Pakaian dan Celana Bengkel
b Safety Shoes
o
7.5 Prosedur Kerja (Bagan)
p Berikut Gambar 7.9 yang menggambarkan tentang alur langkah kerja
pengujian.
q
Mempersiapkan alat
Pre-cleaning
Menyemprotkan WCP
Magnetisasi
Evaluasi
Post Cleaning
Demagnetisasi
w
x
y Gambar 7.8 Alat dan bahan dalam magnetic
particle test (atas) dan
z pengujian kekuatan yoke (bawah)
aa
ab
b Mengatur pencahayaan yakni dengan mengukur intensitas cahaya pada
bidang kerja menggunakan lux meter jenis LM-100 F ,dimana
intensitasnya miniman 100 FC dan juga mengukur temperature material
menggunakan Thermostat
ac
ad
ae
c Melakukan Pre-cleaning dengan menyemprotkan Cleaner secukupnya
pada material
af
ag
ah
ai
aj
ak
d Menyemprotkan WCP 2 secara merata dan menunggu hingga cairan
tersebut kering.
al
e. Setelah kering, mengatur yoke sedemikian rupa sehingga dapat
memagnetisasi material uji dengan baik dan pada saat proses
memagnetisasi material uji yoke ditempatkan pada posisi yang berbeda-
beda. Selain itu juga sambil menyemprotkan Wet Partikel (7HF) sehingga
tampak semua diskontinuitas yang ada pada material uji tersebut baik
crack yang ada di permukaan maupun yang sub-surface.
am
an
f. Mengevaluasi diskontinuitas dan cacat yang tampak.
g. Post cleaning
h. Demagnetisasi atau penghilangan sisa-sisa magnet pada spesimen setelah
evaluasi. Kemudian material uji diukur sifat magnetiknya dengan
menggunakan gause meter.
ao
ap
aq
7.7 Hasil dan Pembahasan
ar
as
at
au Gambar 7.12 Proses evaluasi hasil praktikum
av
7.7.1 Data hasil pengujian
aw Dari hasil pengujian, didapat beberapa cacat sebagai berikut (lihat
Tabel 7.1)
ax Tabel 7.1 Hasil Pengujian
ay
az Equipmen ba bb bc bd
t yoke prod coil SN :
be Particle bf bg bh bi
type dty wet fluorescent color contrast
bj Method bk continuous bl residual
bm Surafce bn bo bp bq ...
condition machine process grind ......
weld
bs base metal bt weld part
bv edge bw repair weld
br Range
preparation
by back chipping bz .........
cc Size
ca cd Result
of detect
No cb Part/Item ce Remark
ci A cj
. ch (mm)
ccepted Reject
cl cm Weld Part cn co cp cq
ct P= 10
cs
cr mm, cw
Par cv cx Repair
1 cu l= 4,7
t1
mm
da P= 36
cz
cy mm, dd
Par dc de Repair
2 db l= 4,7
t2
mm
dh P= 40
dg
df mm, dk
Par dj dl Repair
3 di l= 4,7
t3
mm
do P= 61
dn
dm mm, dr
Par dq ds Repair
4 dp l= 4,7
t4
mm
dt du dv P= 79 dx dy dz Repair
5 Par mm,
dw l= 4,7
t5
mm
ec P= 10
eb
ea mm, ef
Par ee eg Repair
6 ed l= 4,7
t6
mm
ej P= 92
ei
eh mm, em
Par el en Repair
7 ek l= 4,7
t7
mm
eq P= 96
ep
eo mm, et
Par es eu Repair
8 er l= 4,7
t8
mm
ex P=
ew
ev 100 mm, fa
Par ez fb Repair
9 ey l= 4,7
t9
mm
fe P=
fc 117 mm, fh
fd Part 10 fg fi Repair
10 ff l= 4,7
mm
fk fl P=
fj Par 132 mm, fo
fn fp Repair
11 t fm l= 4,7
11 mm
fq
fr
fs Pada pengujian spesimen dengan menggunakan uji
magnetik partikel ini menggunakan intensitas penerangan sebesar 102
Fc. Intensitas penerangan ini kami peroleh dengan menggunakan
lampu Essential 18 Watt dan jarak antara lampu dan material uji 24 cm.
Sketsa dari penggunaan light meter dan juga arak cahaya ke material uji
dapat dilihat pada Gambar 7.12 dibawah ini.
ft
24
fz
ga Gambar 7.14 Ilustrasi hasil pengujian pada Weld Part
gb
gc Sedangkan gambar hasil pengujian yang menunjukkan
cacat pada
gd
ge
7.8 Kesimpulan
gf Dari hasil pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
diskontinuitas yang terjadi pada Weld Part adalah diskotinuitas jenis linier.
Retakan ini terjadi karena terjadinya kelelahan pada Shaft Propeller akibat
kerja pada proses mesin.
gg Diskotinuitas yang terjadi tersebut harus segera diatasi/diperbaiki
sebab jika dibiarkan saja dan tetap masih digunakan, maka dikhawatirkan
Shaft Propeller tersebut akan patah dan dapat merusak komponen-komponen
lainnya di dalam mesin.
gh Semua diskotinuitas tersebut direject karena tidak sesuai
Acceptance Criteria (ASME V Article 7) yang menjelaskan bahwa indikasi
dengan dimensi yang lebih besar dari 1,5 mm tidak dapat diterima.
gi
gj
gk
gl DAFTAR PUSTAKA
gm
gn Mohammad Thoriq Wahyudi, ST.MM. 2014. Modul Praktek Uji Bahan.
Jurusan Teknik Bangunan . PPNS
go Diki, Dwi dkk. 2014. Laporan Resmi Praktikum Uji Bahan. Jurusan Teknik
Pengelasan, PPNS
gp
gq
gr
gs