UJI IMPACT
Bandul
Starting Position
Scale
Pointer
Specimen
Anvile
Gambar 3. 1 Mesin Uji Impact
Bandul dengan ketinggian tertentu berayun dan memukul spesimen.
Berkurangnya energi potensial dari bandul sebelum dan sesudah memukul
benda uji merupakan energi yang diserap oleh spesimen, seperti ditunjukkan
pada Gambar 3.2 berikut:
h0
h1
Besarnya energi impact (joule) dapat dilihat pada skala mesin penguji.
Sedangkan besarya energi impact dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :
Eo = W.ho .(3.1)
E1 = W.h1 .(3.2)
E = Eo - E1
= W (ho- h1) . (3.3)
dari gambar 3.2 didapatkan ho = - cos
= (1 - cos ) (3.4)
h1 = - cos
= (1 - cos ) (3.5)
dengan subtitusi persamaan 3.4 dan 3.5 pada 3.3 di dapatkan :
E = W ( cos - cos ) (3.6)
dimana: Eo = Energi awal (J)
E1 = Energi akhir (J)
W = Berat bandul (N)
ho = Ketinggian bandul sebelum dilepas (m)
h1 = Ketinggian bandul setelah dilepas (m)
= panjang lengan bandul (m)
= sudut awal (o)
= sudut akhir (o)
Untuk mengetahui kekuatan impact /impact strength (Is) maka energi
impact tersebut harus dibagi dengan luas penampang efektif spesimen (A)
sehingga :
Is = E/A
= W ( cos - cos )/A (3.7)
Pada suatu konstruksi, keberadaan takik atau nocth memegang peranan
yang amat berpengaruh terhadap kekuatan impact. Adanya takikan pada
kerja yang salah seperti diskotinuitas pada pengelasan, atau korosi lokal
bisa bersifat sebagai pemusat tegangan (stress concentration). Adanya
pusat tegangan ini dapat menyebabkan material brittle (getas), sehingga
patah pada beban di bawah yield strength.
Ada tiga macam bentuk takikan menurut standart ASTM pada pengujian
impact yakni takikan type A (V), type B (key hole) dan type C (U)
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.3 di bawah ini:
1. Metode Charpy
Pada metode sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.5.a, spesimen
diletakkan mendatar dan kedua ujung spesimen ditumpu pada suatu
landasan. Letak takikan (notch) tepat ditengah dengan arah pemukulan
dari belakang takikan. Biasanya metode ini digunakan di Amerika dan
banyak negara yang lain termasuk Indonesia.
2. Metode izod
Pada metode ini sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.5.b, spesimen
dijepit pada salah satu ujungnya dan diletakkan tegak. Arah pemukulan
dari depan takikan. Biasanya metode ini digunakan di Negara Inggris.
Temperatur Transisi
Kemampuan suatu material untuk menahan energi impact sangat
dipengaruhi oleh temperatur kerja. Pengaruh temperatur terhadap
kekuatan impact setiap jenis material berbeda-beda. Pada umumnya
kenaikan temperatur akan meningkatkan kekuatan impact logam,
sedangkan penurunan temperatur akan menurunkan kekuatan impactnya.
Diantara kedua kekuatan impact yang ekstrim tersebut ada suatu titik
temperatur yang merupakan transisi dari kedua titik ekstrim tersebut
yakni suatu temperatur yang menunjukkan perubahan sifat material dari
ductile menjadi brittle. Titik temperatur tersebut disebut temperatur
transisi.
Ada 5 kriteria dalam penentuan temperatur transisi seperti yang
ditunjukkan oleh Gambar 3.6.
Kriteria pertama adalah T1 dimana temperatur transisi ini diperoleh dari
temperatur pada saat material bersifat 100% ductile menuju ductile-
brittle. Suhu transisi ini sering disebut fracture ductility temperature
(FDT).
Kriteria ke dua adalah T2 yaitu temperatur transisi ada pada titik dimana
fracture appearance berada pada 50%ductile-50%brittle.
Kriteria ke tiga (T3) adalah kriteria yang umum dipakai. Temperatur
transisinya diperoleh dari rumus:Is Transisi = (Is tertinggi + Is terendah) /
2.
NDT FDT
100
Fracture appearance
Energy absorbeb, Cv
% cleavage fracture
T5m
Temperature 50
Cv
0
T4 T3 T2 T1
3.3 Rangkuman
Pengujian ini berguna untuk melihat efek-efek yang ditimbulkan oleh adanya
takikan, bentuk takikan, temperatur, dan faktor-faktor lainnya. Impact test bisa
diartikan sebagai suatu tes yang mengukur kemampuan suatu bahan dalam menerima
beban tumbuk yang diukur dengan besarnya energi yang diperlukan untuk
mematahkan spesimen dengan ayunan. Sedangkan besarya energi impact dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
E = W ( cos - cos )
Untuk mengetahui kekuatan impact /impact strength (Is) maka energi impact
tersebut harus dibagi dengan luas penampang efektif spesimen (A) sehingga :
Is = E/A
= W ( cos - cos )
Fracture atau kepatahan pada suatu material dapat digolongkan sebagai brittle (getas)
atau ductile (ulet). Metode pengujian impact dibedakan menjadi 2 macam yaitu
Metode Charpy dan Metode Izod
a) Metode Charpy
Pada metode sebagaimana ditunjukkan pada Gambar1.5.a, spesimen
diletakkan mendatar dan kedua ujung material ditumpu pada suatu landasan.
Letak takikan (notch) tepat ditengah dengan arah pemukulan dari belakang
takikan.
b) Metode Izod
Pada metode ini sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.5.b, spesimen
dijepit pada salah satu ujungnya dan diletakkan tegak.
3.4 Referensi
a) Daniel, A. Brandt. 1985. Metallurgy Fundamental, The Goodheart
Willcox. Inc,USA
b) Dosen Metallurgi. 1986. Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik
Mesin FTI. ITS
c) M.M. Munir. 2000. Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik
Bangunan Kapal. PPNS
d) Suherman Wachid, Ir .1987. Diktat pengetahuan Bahan. Jurusan Teknik
Mesin FTI. ITS
3.5 Tugas
1) Apa pengaruh adanya takikan atau nocth terhadap kekuatan impact? Serta ada
berapa macam takikan menurut standart ASTM?
2) Ada berapa golongan fracture atau patahan dari suatu material? Sebut dan
jelaskan!
3) Ada berapa metode pengujian impact? Jelaskan !
4. Panci
5. Jangka Sorong
6. Tang
7. Stamping
8. Palu
9. Kikir
10. Amplas
11. Es Batu
Bahan-bahan yang digunakan adalah :
1. Spesimen uji impact untuk temperatur panas (1 buah)
2. Spesimen uji impact untuk temperature kamar (1 buah)
3. Spesimen uji impact untuk temperature dingin (1 Buah)
Penandaan spesimen
a. Ambil stamp dan tandai seluruh specimen
1 : Untuk Spesimen Suhu Ruang 28oC yang ke 1
2 : Untuk Spesimen Suhu Panas 100oC yang ke 2
3 : Untuk Spesimen Suhu Dingin 17,2 oC yang ke 3
b. Pengukuran dimensi
1) Ambil spesimen ukur dimensinya (panjang, lebar dan tebalnya).
IMPACT TEST
Date :
tn
t
Material :
Reference :
w l