Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN RESMI

IMPACT TEST

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2015

BAB 5
IMPACT TEST
5.1 .

Pendahuluan

5.1.1 Tujuan
5.I.1.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan pengujian beban mendadak (Impact test) terhadap
suatu material.
5.I.1.2 Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu menganalisa pengaruh notch terhadap kekuatan material.
2. Mahasiswa mampu menganalisa energi dan kekuatan impact dari hasil pengujian
suatu material.
3. Mahasiswa mampu menganalisa pengaruh temperatur terhadap kekuatan
material.
4. Mahasiswa mampu menganalisa temperatur transisi suatu material.
5. Mahasiswa mampu menganalisa jenis patahan suatu material.
5.2

Dasar Teori
Material mungkin mempunyai kekuatan tarik tinggi tetapi tidak tahan dengan
beban kejut. Untuk menentukannya perlu diadakan pengujian impact. Ketahanan impact
biasanya diukur dengan metode Charpy yang bertakik maupun tidak bertakik. Pada
pengujian ini, beban diayun dari ketinggian tertentu untuk memukul benda uji, yang
kemudian diukur energi yang diserap oleh perpatahannya.
Impact test merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk menguji ketangguhan suatu
spesimen bila diberikan beban secara tiba-tiba melalui tumbukan. Ketangguhan adalah
ukuran suatu energy yang diperlukan untuk mematahkan atau merusak suatu bahan yang
diukur dari luas daerah dibawah kurva tegangan regangan. Suatu bahan mungkin
memiliki kekuatan tarik yang tinggi tetapi tidak memenuhi syarat untuk kondisi

pembebanan kejut. Suatu paduan memiliki parameter ketangguhan terhadap perpatahan


yang didefinisikan sebagai kombinasi tegangan kritis dan panjang retak. Untuk
melakukan pengujian impact test maka dilakukan dengan sebuah alat yakni Charpy
Impact Test seperti yang tampak pada Gambar 5.1 berikut ini:

Bandul
Starting Position

Scale

Pointer

Specimen
Anvile
Gambar 5.1 Mesin Uji Impact (Charpy Impact Test)
Bandul

dengan

ketinggian

tertentu

berayun

dan

memukul

spesimen.

Berkurangnya energi potensial dari bandul sebelum dan sesudah memukul benda uji
merupakan energi yang diserap oleh spesimen.
Besarnya energi impact (joule) dapat dilihat pada skala mesin penguji dan juga
dapat di lihat pada sketsa perhitungan energi impact secara teoritis seperti yang di
tunjukkan pada Gambar 5.2 berikut ini;

h0

hl

Gambar 5.2 Sketsa perhitungan energi Impact secara teoritis


Sedangkan besarya energi impact dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :
Eo = W.ho
E1 = W.h1
E = Eo - E1
= W (ho- h1) ............................................(5.1)
dari gambar 5.2 didapatkan ho = - cos
= (1 - cos ) ................................(5.2)
h1 = - cos
= (1 - cos ) ................................(5.3)
dengan subtitusi persamaan 5.2 dan 5.3 di dapatkan :
E = W ( cos - cos ) ...................................(5.4)
Dimana : Eo = Energi awal (J)
E1 = Energi akhir (J)
W = Berat bandul (N)
ho = Ketinggian bandul sebelum dilepas (m)
h1 = Ketinggian bandul setelah dilepas (m)
= panjang lengan bandul (m)
= sudut awal 160,43o

= sudut akhir (o)


Untuk mengetahui kekuatan impact /impact strength (Is) maka energi impact
tersebut harus dibagi dengan luas penampang efektif spesimen (A) sehingga :
Is = E/A
= W ( cos - cos )/A .............................(5.5)
Pada suatu konstruksi, keberadaan takik atau nocth memegang peranan yang amat
berpengaruh terhadap kekuatan impact. Adanya takikan pada kerja yang salah seperti
diskotinuitas pada pengelasan, atau korosi lokal bisa bersifat sebagai pemusat tegangan
(stress concentration). Adanya pusat tegangan ini dapat menyebabkan material brittle
(getas), sehingga patah pada beban di bawah yield strength.
Ada tiga macam bentuk takikan menurut standart ASTM pada pengujian impact
yakni takikan type A (V), type B (key hole) dan type C (U) sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 5.3 di bawah ini:

Gambar 5.3 Macam-macam bentuk takikan pada spesimen uji impact

Fracture atau kepatahan pada suatu material dapat digolongkan sebagai brittle
(getas) ,ductile (ulet), campuran (ductile dan brittle) . Suatu material yang mengalami
kepatahan tanpa mengalami deformasi plastis dikatakan patah secara brittle. Sedangkan
apabila kepatahan didahului dengan suatu deformasi plastis dikatakan mengalami ductile
fracture. Material yang mengalami brittle fracture hanya mampu menahan energi yang
kecil saja sebelum mengalami kepatahan. Patahan jenis campuran ini memiliki
temperatur transisi. Perbedaan permukaan kedua jenis patahan sebagaimana ditunjukkan
pada Gambar 5.4 dibawah ini :

Gambar 5.4 Pola patahan pada penampang specimen uji impact


Namun ada tipe lain dari suatu patahan yaitu :
1. Perpatahan transgranular atau juga disebut patah gelah yang umumnya terjadi
pada struktur body center cubic yang dibuat pada temperatur rendah. Perpatahan
transgranular merupakan perpatahan yang terjadi akibat retakan yang merambat
didalam butiran material.
2. Perpatahan intergranular yaitu perpatahan yang terjadi akibat retakan yang
merambat diantara butiran material yang kerap dikatakan sebagai perpatahan
khusus. Pada berbagai paduan didapatkan berbagai keseimbangan yang sangat
peka antara tegangan yang diperlukan untuk perambatan retak dengan

pembelahan dan tegangan yang diperlukan untuk perpatahan rapuh sepanjang


batas butir.
5.2.1

Metode pengujian Impact


Metode pengujian impact dibedakan menjadi 2 macam yaitu Metode Charpy dan
Metode Izod . Tetapi pada praktikum kali ini kita hanya memakai Metode Charpy .
Berikut adalah penjelesan tentang Metode Charpy dan Metode Izod.

a)

Metode Charpy
Pada metode Charpy sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5.1 spesimen
diletakkan mendatar dan kedua ujung spesimen ditumpu pada suatu landasan. Letak
takikan (notch) tepat ditengah dengan arah pemukulan dari belakang takikan. Metode
jenis ini memiliki kelebihan dan kelemahan, diantaranya :
Kelebihan :
1.

Hasil pengujian lebih akurat

2.

Pengerjaannya lebih mudah dipahami dan dilakukan

3.

Menghasilkan tegangan uniform di sepanjang penampang

4.

Harga alat lebih murah

5.

Waktu pengujian lebih singkat

Kekurangan :
1.

Hanya dapat dipasang pada posisi horizontal

2.

Spesimen dapat bergeser dari tumpuannya karena tidak dicekam

3.

Pengujian hanya dapat dilakukan pada spesimen yang kecil

4.

Hasil pengujian kurang dapat atau tepat dimanfaatkan dalam


perancangan karena level tegangan yang diberikan tidak rata.

b) Metode izod
Pada metode ini spesimen dijepit pada salah satu ujungnya dan diletakkan
tegak. Arah pemukulan dari depan takikan. Metode jenis ini memiliki kelebihan dan
kekurangan pula, diantaranya :

Kelebihan :
1.

Tumbukan tepat pada takikan karena benda kerja dicekam dan spesimen
tidak mudah bergeser karena dicekam pada salah satu ujungnya.

2.

Dapat menggunakan specimen dengan ukuran yang lebih besar.

Kerugian :
1. Biaya pengujian yang lebih mahal
2. Pembebanan yang dilakukan hanya pada satu ujungnya, sehingga hasil
yang diperoleh kurang baik.
3. Proses pengerjaan pengujiannya lebih sukar
4. Hasil perpatahan yang kurang baik
5. Waktu yang digunakan cukup banyak karena prosedur pengujiannya
yang banyak, mulai dari menjepit benda kerja sampai tahap pengujian.
Berikut adalah bentuk dan letak spesimen yang di terapkan untuk melakukan
impact test dengan menggunakan metode charpy dan metode izod sebagaimana yang
di tunjukkan dalam Gambar 5.5 berikut ini:

Gambar 5.5 (a.) Metode charpy (b.) Metode izod

5.2.2

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketangguhan bahan :


1.

Bentuk takikan
Bentuk takikan amat berpengaruh pada ketangguahan suatu material, karena adanya
perbedaan distribusi dan konsentrasi tegangan pada masing-masing takikan tersebut
yang mengakibatkan energi impact yang dimilikinya berbeda-beda pula. Berikut ini
adalah urutan energi impact yang dimiliki oleh suatu bahan berdasarkan bentuk
takikannya.
a) Takikan segitiga
Memiliki energi impact yang paling kecil, sehingga paling mudah patah. Hal
ini disebabkan karena distribusi tegangan hanya terkonsentrasi pada satu titik
saja, yaitu pada ujung takikan.
b) Takikan segi empat
Memiliki energi yang lebih besar pada takikan segi tiga karena tegangan
terdistribusi pada 2 titik pada sudutnya.
c) Takikan Setengah lingkaran
Memiliki energi impact yang terbesar karena distribusi tegangan tersebar pada
setiap sisinya, sehingga tidak mudah patah.

2. Kadar Karbon
Material yang memiliki kadar karbon yang tinggi memiliki sifat yang kuat dan getas
sehingga membutuhkan energi yang tidak besar sedangkan material yang kadar
karbonnya rendah memiliki sifat yang ulet dan lunak sehingga membutuhkan energy
yang besar dalam perpatahannya.
3. Beban
Semakin besar beban yang diberikan, maka energi impact semakin kecil yang
dibutuhkan untuk mematahkan spesimen, dan demikianpun sebaliknya. Hal ini
diakibatkan karena suatu material akan lebih mudah patah apabila dibebani oleh gaya
yang sangat besar.

4. Temperatur

Semakin tinggi temperatur dari spesimen, maka ketangguhannya semakin tinggi


dalam menerima beban secara tiba-tiba, demikinanpun sebaliknya, dengan
temperature yang lebih rendah. Namun temperatur memiliki batas tertentu dimana
ketangguhan akan berkurang dengan sendirinya.
5. Transisi ulet rapuh
hal ini dapat ditentukan dengan berbagai cara, misalnya kondisi struktur yang susah
ditentukan oleh sistem tegangan yang bekerja pada benda uji yang bervariasi,
tergantung pada cara pengusiaannya.sehingga harus digunakan system penekanan
yang berbeda dalam berbagai persamaan.
6. Efek komposisi ukuran butir
ukuran butir berpengaruh pada kerapuhan, sesuai dengan ukuran besarnya. Semakin
halus ukuran butir maka bahan tersebut akan semakin rapuh sedangkan bila
ukurannya besar maka bahan akan ulet.
7. Perlakuan panas dan perpatahan
perlakuan panas umumnya dilakukan untuk mengetahui atau mengamati besar-besar
butir benda uji dan untuk menghaluskan butir. Sedangkan untuk menambah keuletan
suatu bahan dapat dilakukan dengan penambahan logam.
8. Pengerasan kerja dan pengerjaan radiasi
pengerasan kerja terjadi yang ditimbulkan oleh adanya deformasi plastis yang kecil
pada temperatur ruang yang melampaui batas atau tidak luluh dan melepaskan
sejumlah dislokasi serta adanya pengukuran keuletan pada temperatur rendah.

5.3

Metodologi
Dalam melakukan pengujian impact test, berikut merupakan alat dan bahan yang
perlu dipersiapkan serta prosedur melakukan pengujian impact test.

5.3.1

Peralatan
Untuk melakukan pengujian impact, maka di perlukan peralatan seperti di bawah ini:

5.3.2

Mesin Uji Impact

Cooling Chamber

Thermo Couple

Kompor Listik

Panci

Jangka Sorong

Tang

Stamping

Palu

Kikir

Amplas

Bahan
Untuk melakukan pengujian impact, maka di perlukan peralatan seperti di bawah ini:
Spesimen uji impact untuk temperatur panas (1 buah)
Spesimen uji impact untuk temperature kamar (1 buah)
Spesimen uji impact untuk temperature dingin (1 Buah)

5.3.3

Prosedur praktikum
Untuk melakukan pengujian impact, maka akan dilakukan beberapa prosedur seperti di

bawah ini:
1. Membersihkan ketiga spesimen dari kerak-kerak/korosi menggunakan mesin
polister
2.

Menandai spesimen menggunakan alat stamping, lalu mengukur dimensi


masing-masing spesimen.

3. Untuk spesimen temperatur panas, memasukkan spesimen ke dalam panci


berisi air lalu memanaskannya hingga 93,60C dan untuk spesimen temperatur
dingin, memasukkan spesimen ke dalam cooling chamber berisi es batu
hingga suhu mencapai di bawah -1,20C.
4. Langsung melakukan pengujian impact untuk spesimen temperatur kamar,
5.

Mencatat

data

kelengkapan

mengenai

mesin

uji

impact

(lengan

bandul/panjang bandul dan berat bandul) pada lembar kerja.


6. Meletakkan bandul pada posisi awal untuk pengujian.
7. Mengatur jarum penunjuk pada posisi 0.
8.

Mengambil spesimen dan meletakkannya pada tempatnya secara tepat dan


cepat, terutama untuk spesimen dingin dan spesimen panas.

9. Meletakkan tangan kanan pada pin pengunci beban dan tangan kiri pada rem.
10. Menekan pin pengunci beban, sehingga bandul meluncur pada spesimen.
11. Tekan rem ketika bandul hendak mengayun untuk kedua kalinya. Mengamati
dan mencatat besarnya sudut dan besar energi impact praktek yang
ditunjukkan oleh jarum penunjuk.
12. Mengulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

5.4 Analisa Data


Setelah dilakukan praktikum uji bahan, maka data yang diperoleh harus dianalisis serta
dilakukan pembahasan secara mendalam. Berikut merupakan data hasil pengujian lengkap
dengan perhitungannya, serta pembahasan praktikum uji impact.
5.4.1 Data analisa spesifikasi mesin impact dan spesifikasi spesimen
Berdasarkan analisa yang telah di lakukan, maka kami mendapatkan data tentang
spesifikasi mesin impact dan juga spesifikasi spesimen yang akan digunakan untuk percobaan,
kami menuliskan data hasil analisa spesifikasi mesin impact dan juga spesifikasi spesimen yang
akan digunakan ke dalam Tabel 5.1 berikut ini :
Tabel 5.1 Spesifikasi Mesin Impact dan Spesimen
IMPACT TEST
: 160.43

Berat Bandul : 96.5 N

Panjang Lengan : 0.8 m

No

Penandaan
Spesimen

Panjang
L (mm)

Lebar
W
(mm)

Tebal
T
(mm)

Tebal Pada Takikan


tn (mm)

1
2
3

4-4 (es)
6-6 (ruang)
5-5 (panas)

55,00
54.92
55.00

10,10
9.94
10.00

10,10
10,00
10,04

8,06
8,2
8,12

Luas
An
(mm2)
80.6
81,51
81,2

5.4.2 Data analisa hasil percobaan


Berdasarkan percobaan pengujian impact yang telah dilakukan, kami menuliskan data
hasil percobaan uji impact ke dalam Tabel 5.2 berikut ini :
Tabel 5.2 Hasil Percobaan
No Penandaan

Kuat
Impact

Jenis

Lateral
Expansion

Lokasi

Spesimen

Takikan

Takikan

(C)

()

(J)

(J)

4-4 (es)

V Notch

center

-1,2

26,0

142

141.28

1.76

Ulet

2,74

6-6 (ruang)

center

27

149.4

149.3

1.83

Ulet

0,79

5-5(panas)

center

93.6

149.2

149.15

1.84

Ulet

1,18

V
Notch
V
Notch

Suhu Sudut

E
E
Impact Teoritis

Jenis

(J/mm2) Patahan

5.4.3 Perhitungan menurut percobaan


Spesimen suhu dingin -1,2oC
Diket : E = 142 joule
A = 80,6 mm2
Maka kekuatan impact ( Is ) = E/A
= 142 J/80,6mm2
= 1,76 J/mm2
Spesimen suhu ruang 27 oC
Diket : E = 149,4 joule
A = 81,51 mm2
Maka kekuatan impact ( Is ) = E/A
= 149,4 J/81,51 mm2
= 1,83 J/mm2
Spesimen suhu panas 93,6oC
Diket : E = 149,2 joule
A = 81,2 mm2
Maka kekuatan impact ( Is ) = E/A
= 149,2 J/81,2mm2
= 1,84 J/mm2
5.4.4 Perhitungan menurut teori
Spesimen suhu dingin -1,2oC
Sudut () = 26,00
Luas penampang = 80,6 mm2
Maka kekuatan impact
E = W..(cos - cos )
= 96,5 N.0,8 m.(cos 26,0 cos 160,43)
= 141,28 J

IS = E/A
= 141,28 J / 80,6 mm2
=1,76 J/mm2
Spesimen suhu ruang 27 oC
Sudut () = 60
Luas penampang = 81,51 mm2
Maka kekuatan impact
E = W..(cos - cos )
= 96,5 N.0,8 m.(cos 6 cos 160,43)
= 149,3 J
IS = E/A
= 149,3 J / 81,51 mm2
= 1,83 J/mm2
Spesimen suhu panas 93,6oC
Sudut () = 70
Luas penampang = 81,2 mm2
Maka kekuatan impact
E = W..(cos - cos )
= 96,5 N.0,8 m.(cos 7 cos 160,43)
= 149,15 J
IS = E/A
= 149,15 J / 81,2 mm2
= 1,84 J/mm2

5.4.5 Grafik
Grafik 5.1 menunjukkan hubungan antara temperature dan energi Impact. Dari
pengujian Impact yang telah kami lakukan, pada Grafik 5.1 menunjukkan antara
Temperature dan energi Impact, Grafik 5.2 menunjukkan hubungan antara temperatur
dengan Impact strength, dan pada grafik 5.3 menunjukan hubungan antara temperatur
dengan Impact strength serta temperatur transisi.

Grafik 5.1 Grafik Temperature Energi Impact

Grafik 5.2 Grafik Temperature Impact Strength

Grafik 5.3 Grafik Temperature Impact Strength dan Temperatur Transisi

5.5 Penutup
5.5.1 Kesimpulan
Dari data hasil percobaan dan hasil perhitungan dapat di simpulkan bahwa:
Spesimen dengan temperatur pengujian -1,2oC mempunyai kekuatan impact praktek
sebesar 1,76 J/mm, sedangkan untuk teori nilai kekuatan impactnya 1,75 J/mm2.

Spesimen yang di uji pada temperatur kamar 27C mempunyai kekuatan impact
praktek sebesar 1,83 J/mm, sama dengan hasil kekuatan impact teori yaitu 1,83
J/mm.

Spesimen dengan temperatur pengujian 93,6C mempunyai kekuatan impact praktek


sebesar 1,84 J/mm2, sama dengan hasil dari kekuatan impact memiliki nilai yang sama
yaitu 1,84 J/mm2.
Spesimen mempunyai kekuatan impact yang besar ketika pada temperatur panas.
Semua spesimen bersifat ductile (ulet) berdasarkan pada data hasil praktikum.
5.5.2 Saran
Dalam praktikum diperlukan ketelitian dalam membaca skala.
Ketepatan holding time.
Ketepatan dalam mengayun bandul dengan memencet stopwatch.
Keakuratan dan ketelian dalam perhitungan kekuatan impact.

Daftar Pustaka
Wachid Suherman, Ir, [1987], Diktat Pengetahuan Bahan, Jurusan Teknik Mesin
FTI, ITS
Dosen Metallurgi, [1986], Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin FTI,
ITS
M.M. Munir, [2000], Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik Bangunan
Kapal, PPNS
Budi Prasojo, ST [2002], Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik
Permesinan Kapal, PPNS

Anda mungkin juga menyukai