Anda di halaman 1dari 34

Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

PERPINDAHAN PANAS
PERPINDAHAN KALOR – PENGUAPAN
PENGERINGAN - HUMIDIFIKASI

TERJEMAHAN

TRANSPORT PROCESSES
AND UNIT OPERATIONS
C.J. GEANKOPLIS

OLEH:

NADIEM ANWAR

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNJANI – 2006

NA – TK UNJANI 0
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

Kalor adalah salah satu bentuk energi. Perpindahan kalor terjadi karena adanya
perbedaan temperatur. Kalor mengalir dari bagian yang bertemperatur lebih tinggi ke
bagian yang bertemperatur lebih rendah. Perpindahan kalor biasanya berlangsung
bersamaan dengan satuan operasi teknik kimia lain, seperti pengeringan, distilasi,
pembakaran, penguapan dan sebagainya. Perpindahan kalor secara skematik
diperlihatkan pada Gambar 1.1 dan dapat dinyatakan oleh persamaan:

( ) ( ) ( ) ( ) (1.1)

𝒒𝒂
𝒒𝒎 𝒒𝒌
+𝒒𝒑

Gambar 1.1 Skema aliran kalor dalam suatu sistem

Perpindahan kalor yang akan dibahas pada bagian ini adalah perpindahan kalor pada
keadaan tunak dan tidak ada pembentukan kalor di dalam sistem. Keadaan tunak
berarti tidak ada perubahan jumlah kalor yang terakumulasi (berada) di dalam sistem,
(laju akumulasi kalor di dalam sistem, ). Untuk sistem yang tidak melibatkan reaksi
kimia dan juga untuk proses pencampuran yang ideal, laju pembentukan kalor di dalam
sistem, . Akibat dari kedua kondisi tersebut, maka Persamaan (1.1) menjadi:

(1.2)

Perpindahan kalor dapat berlangsung mengikuti satu atau lebih mekanisme perpindahan,
yaitu: konduksi, konveksi ataupun radiasi.
Konduksi adalah perpindahan kalor dengan cara transfer energi gerakan antar
molekul yang berdekatan seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.2. Molekul yang lebih
panas, memiliki energi lebih besar sehingga gerakannya lebih cepat, akan memberikan
energinya ke molekul berdekatan yang tingkat energinya lebih kecil. Konduksi kalor dapat
juga melalui elektron bebas, yang banyak terjadi pada padatan logam. Contoh

NA – TK UNJANI 1
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

perpindahan kalor secara konduksi adalah perpindahan kalor melalui dinding penukar
kalor seperti pada reaktor, radiator kendaraan bermotor, refrigerator, dinding ruangan
pendingin dan sebagainya.

q
Q
T1 T 2 T3 T4 T5 T6 ………..

Gambar 1.2 Ilustrasi perpindahan kalor secara konduksi

Konveksi adalah perpidahan kalor oleh gerakan ruah fluida dari bagian fluida yang
lebih panas ke bagian fluida yang lebih dingin. Perpindahan kalor secara konveksi terbagi
menjadi konveksi paksa dan konveksi alamiah. Konveksi paksa berlangsung bila fluida
dipaksa mengalir melalui permukaan padatan menggunakan pompa, fan atau alat-alat
mekanik lain. Konveksi alamiah atau konveksi bebas berlangsung bila fluida bergerak
melalui permukaan padatan karena perbedaan densitas yang dihasilkan oleh perbedaan
temperatur fluida. Contoh perpindahan kalor secara konveksi adalah perpindahan kalor
pada saat memanaskan air seperti pada Gambar 1.3, mendinginkan segelas kopi panas
dengan meniup permukaan air dan sebagainya.

Gambar 1.3 Ilustrasi perpindahan kalor secara konveksi

Radiasi adalah perpindahan energi dalam ruang secara gelombang elektromagnetik


seperti perpindahan cahaya oleh gelombang cahaya elektromagnetik. Radiasi tidak
memerlukan media fisik untuk perambatannya. Beberapa hukum tentang perpindahan
cahaya berlaku juga untuk perpindahan kalor secara radiasi. Radiasi terutama banyak
terjadi dalam ruang atau gas, sedangkan cairan dan padatan cenderung mengabsorpsi
kalor yang dipindahkan secara radiasi. Contoh paling penting perpindahan kalor secara
radiasi adalah perpindahan kalor dari matahari ke bumi (Gambar 1.4). Contoh lainnya
adalah pemasakan makanan menggunakan pemanas listrik infra merah, pemanasan fluida
yang mengalir dalam pipa di dalam tungku dan sebagainya.

NA – TK UNJANI 2
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

Gambar 1.4 Ilustrasi perpindahan kalor secara radiasi

1.1 Perpindahan Kalor Secara Konduksi


Jika perpindahan kalor hanya berlangsung secara konduksi ke satu arah , maka
dan pada Persamaan (1.2) dinyatakaan dengan dan berlaku Hukum Fourier:

(1.3)

: laju kalor yang berpindah ke arah , Joule/s atau Watt


: luas permukaan perpindahan kalor, m2
: konduktivitas termal, Watt/m.K
: temperatur
: jarak ke arah

1.1.1 Konduktivitas Termal


Konduktivitas termal terdefinisikan pada Persamaan (1.3). Banyak percobaan yang
telah dilakukan untuk menentukan konduktivitas termal berbagai material. Tabel 1.1
menyajikan konduktivitas termal beberapa material. Data yang lebih lengkap disajikan
pada Apendik A.3 dan A.4 (Geankoplis). Tabel 1.1 menunjukkan bahwa konduktivitas
termal gas lebih kecil dari cairan dan konduktivitas termal cairan lebih kecil dari padatan.

Tabel 1.1 Konduktivitas termal beberapa material pada 1 atm


Temperatur Temperatur
Material k (W/m.K) Material k (W/m.K)
(K) (K)
Gas Padatan
Udara 273 0,0242 Es 273 2,25
373 0,0316 Fire claybrick 473 1,00
H2 273 0,167 Paper 0,130
n-Butana 273 0,0135 Hard rubber 273 0,151
Cork board 303 0,043
Cairan Asbestos 311 0,168
Air 273 0,569 Rock wool 266 0,029
366 0,680 Steel 291 45,3
Benzena 303 0,159 373 45
333 0,151 Cooper 273 388
373 377
Alumunium 273 202

NA – TK UNJANI 3
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

Mekanisme konduksi termal dalam gas, relatif lebih sederhana. Molekul-molekul gas
bergerak acak terus menerus dan bertumbukan dengan molekul yang lain sehingga terjadi
pertukaran energi dan momentum. Molekul yang bergerak dari bagian bertemperatur
tinggi memindahkan energi kinetik melalui tumbukan dengan molekul berenergi kinetik
lebih rendah. Molekul gas yang lebih kecil akan bergerak lebih cepat, sehingga
menghasilkan konduktivitas termal yang lebih besar, seperti yang diperlihatkan pada
Tabel 1.1.
Konduktivitas termal gas meningkat mengikuti akar kuadrat dari temperatur mutlak
dan tidak bergantung kepada tekanan, sampai sedikit di atas tekanan atmosfir.
Konduktivitas termal pada tekanan sangat rendah (vakum), mendekati nol.
Mekanisme konduksi kalor pada cairan relatif sama dengan konduksi pada gas, yaitu
molekul yang memiliki energi lebih tinggi bertumbukan dengan molekul yang memiliki
energi lebih rendah. Molekul-molekul zat cair lebih rapat dibanding molekul gas sehingga
medan gayanya menghasilkan efek yang kuat terhadap pertukaran energi. Teori
molekuler tentang cairan tidak cukup tersedia sehingga konduktivitas termal cairan
diperkirakan secara empirik. Konduktivitas termal cairan sedikit dipengaruhi oleh
temperatur dan biasanya dapat dinyatakan dengan persamaan:
(1.4)

dengan dan konstanta empirik. Konduktivitas termal cairan pada dasarnya tidak
dipengaruhi oleh tekanan.
Air memiliki konduktivitas termal yang lebih besar dibandingkan dengan cairan-cairan
organik seperti benzena. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa konduktivitas bahan-bahan
makanan yang tidak membeku seperti susu skim dan saus apel yang mengandung banyak
air, memiliki konduktivitas termal mendekati konduktivitas termal air murni.
Konduktivitas termal padatan yang homogen sangat bervariasi, seperti yang
diperlihatkan pada Tabel 1.1. Konduktivitas termal tembaga dan alumunium sangat besar
sedangkan bahan insulasi non-logam seperti rock wool dan gabus memiliki konduktivitas
termal sangat rendah.
Konduksi kalor melalui padatan mengikuti dua mekanisme. Pertama, kalor
dipindahkan karena adanya gerakan elektron bebas seperti yang terjadi pada logam.
Kedua terjadi pada semua jenis logam, yaitu kalor berpindah karena gesekan antar
molekul yang berdekatan.
Konduktivitas termal bahan insulasi seperti rock wool, mendekati kanduktivitas termal
udara karena rock wool mengandung sangat banyak udara yang terperangkap dalam pori-
porinya. Super insulator untuk menginsulasi bahan-bahan berbahaya seperti hidrogen
cair, terdiri dari beberapa lapisan bahan sangat reflektif yang masing-masing dipisahkan
oleh ruang kosong (evacuated insulating spacer). Nilai konduktivitas termal bahan insulasi
sedapat mungkin lebih kecil dari konduktivitas termal udara.

NA – TK UNJANI 4
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

1.2 Konduksi pada Luas Permukaan Konstan


Jika perpindahan kalor berlangsung pada bidang datar seperti pada Gambar 1.5, luas
permukaan perpindahan kalor ( ) tetap dan untuk keadaan tertentu konduktivitas termal
( ) konstan, maka Persamaan (1.3) dapat diselesaikan menjadi:

∫ ∫ (1.5)

area 𝐴

𝑞𝑚 𝑞𝑘

𝑥
𝑥1 𝑥2
Gambar 1.5 Neraca kalor pada bidang datar

Penyelesaian Persamaan (1.5) menghasilkan:


( ) ( ) (1.6)

Persamaan (1.6) dapat dituliskan:

(1.7)

Selisih temperatur disebut gaya penggerak dan sebagai tahanan

Contoh 1.1 Kalor yang dipindahkan melalui dinding insulasi


Hitung kalor yang dipindahkan melalui dinding insulasi yang terbuat dari serat yang luasnya 1 m2,
jika temperatur di permukaan dalam insulasi 80 oC dan temperatur di permukaan luarnya 24 oC.
Kondukstivitas termal insulasi 0,048 W/m.K dan tebal insulasi 0,0254 m.

Penyelesaian:
Gambarkan terlebih dahulu skema aliran kalornya seperti pada Gambar 1.6.

o
80 C = 𝑇1

o
𝑇2 = 24 C
𝑞

𝑥
𝑥1 = 0 𝑥 2 = 0,025

Gambar 1.6 Profil temperatur pada benda padat

NA – TK UNJANI 5
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

Dari Persamaan (1.6):

( ) ( )

Jika konduktivitas termal tidak konstan tetapi berubah linier terhadap temperatur,
Persamaan (1.4) disubstitusikan ke (1.5) kemudian diintegralkan.

( ) * ( ) ( )+ (1.8)

1.3 Konduksi pada Silinder Arah Radial


Perpindahan kalor pada dinding silinder, banyak dijumpai di industri proses, seperti
perpindahan kalor pada kondensor, boiler, reaktor dan sebagainya, baik yang diinsulasi
maupun tidak. Perhatikan silinder pada Gambar 1.7 yang panjangnya L, memiliki radius
dalam r1 dengan temperatur di permukaan dalam T1 dan radius luar r2 dengan temperatur
permukaan luar T2. Jika dapat dianggap bahwa perpindahan kalor hanya berlangsung ke
arah radial dari dalam ke luar, Hukum Fourier dapat ditulis:

(1.9)

Luas penampang yang tegak lurus terhadap arah aliran kalor:


(1.10)

Gambar 1.7 Konduksi kalor pada silinder

Substitusi Persamaan (1.10) ke (1.9) :

(1.11)

Jika k konstan ∫ ∫ (1.12)

Pengintegralan Persamaan (1.12) menghasilkan:

( ) ( ) (1.13)

Persamaan (1.13) disusun ulang menjadi:


( )
(1.14)

NA – TK UNJANI 6
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

Untuk mempermudah penggunaan, pembilang dan penyebu pada ruas kanan dikalikan
( ) ( )( )
dengan ( sehingga menjadi (1.15)
) ( )( )

dan
Bagian dalam kurung pada penyebut di ruas kanan: ( ) dikalikan dengan menjadi:

( ) atau ( ) atau , maka Persamaan (1.14) menjadi:


( )( )
(1.16)
( )( )

Bagian yang bercetak tebal pada Persamaan (1.16): didefinisikan sebagai luas
rata-rata logaritmik, ditulis dengan sehingga Persamaan (1.16) menjadi:
( ) ( )
(1.17)
( ) ( )

Persamaan (1.17) mirip dengan Persamaan (1.6) dan dapat dituliskan seperti berikut:
( )
(1.18)
( )

Penyebut di ruas kanan Persamaan (1.18): didefinisikan sebagai tahanan terhadap


perpindahan kalor ditulis , maka Persamaan (1.18) dapat dituliskan menjadi:

(1.19)

Persamaan (1.19) menjadi mirip dengan Persamaan (1.7), perbedaannya hanya pada
pendefinisian R saja.

Contoh 1.2 Panjang tube untuk koil pendingin


Seutas selang yang terbuat dari karet keras memiliki radius dalam 5 mm dan radius luar 20 mm,
akan digunakan untuk mendinginkan water bath. Temperatur permukaan dalam selang 2 oC dan
temperatur permukaan luar selang 24 oC. Total kalor yang harus dipindahkan adalah 14,65 W.
Konduktivitas termal selang karet adalah 0,151 W/m.K. Hitung panjang selang karet yang
diperlukan untuk memindahkan kalor.

Penyelesaian:
Misalkan panjang tube, L’ = 1 m
i = 5 mm = 0,005 m maka i =2 i ’ = 2 (0,005) (1) = 0,0314 m2

o = 20 mm = 0,02 m maka o =2 o ’ = 2 (0,02) (1) = 0,1257 m2

( ) ( )
( )
( )( )
( )

NA – TK UNJANI 7
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

Kalor yang dapat diserap adalah 15,1 W tiap m panjang tube.


Jika kalor yang akan diserap 14,65 W, maka diperlukan tube sepanjang:

( )

1.4 Konduksi pada Bola


Konduksi pada bola merupakan kasus lain konduksi kalor satu dimensi. Penerapan
Hukum Fourier terhadap perubahan jarak dr untuk konduktivitas termal yang konstan:

(1.20)

Luas permukaan perpindahan yang tegak lurus terhadap arah perpindahan:


(1.21)

Substitusi Persamaan (1.21) ke (1.20) kemudian disusun ulang,

∫ ∫ (1.22)

( )
Penyelesaian Persamaan (1.22): (1.23)
( ) ( ) ( )

1.5 Konduksi pada Permukaan Rangkap


Jika terdapat padatan berlapis-lapis dengan luas penampang sama pada setiap
lapisnya, maka profil temperatur seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.8. Pada
keadaan tunak, kalor yang dipindahkan pada setiap lapisan adalah sama.

( ) ( ) ( ) (1.24)

Gambar 1.8 Aliran kalor pada dinding rangkap

Persamaan (1.24) disusun ulang untuk masing-masing lapisan:

(1.25)

(1.26)

NA – TK UNJANI 8
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

(1.27)

Persamaan (1.25), (1.26) dan (1.27) dijumlahkan menghasilkan:

( ) (1.28)

( ) (1.29)

atau ditulis (1.30)

Persamaan terakhir menunjukkan laju perpindahan kalor yang dinyatakan dalam


perubahan temperatur dan tahanan keseluruhan.

Contoh 1.3 Kalor yang mengalir pada dinding ruang pendingin yang diinsulasi
Dinding sebuah ruang pendingin terdiri dari 3 lapisan: lapisan paling dalam kayu setebal 13 mm,
lapisan tengah cork board setebal 102 mm dan lapisan luar beton setebal 76 mm. Temperatur
permukaan dalam kayu -18 oC dan temperatur permukaan luar beton 24 oC. Konduktivitas termal
kayu 0,151 W/m.K, cork board 0,0433 W/m.K dan beton 0,762 W/m.K. Hitung kalor yang
harus dikeluarkan tiap m2 dinding dan temperatur antar muka kayu dengan cork board.

Penyelesaian:
Kalor yang harus dikeluarkan, sama dengan kalor yang mengalir dari luar ke dalam.

( ) ( ) ( )

( )

Perpindahan kalor berlangsung pada keadaan tunak sehingga kalor yang mengalir pada setiap
lapisan dinding adalah sama. Maka temperatur lapisan antar muka kayu dengan cork board,
dapat dihitung sebagai berikut:

( ( )
)

1.6 Konduksi pada Silinder Rangkap


Perpindahan kalor dalam industri proses dapat juga berlangsung pada silinder
rangkap, misalnya pada pengaliran fluida sepanjang pipa berinsulasi. Gambar 1.9
memperlihatkan skema perpindahan kalor pada tiga lapisan silinder.
Penurunan temperatur dari menjadi terjadi pada lapisan A, dari menjadi
pada lapisan B, dari menjadi pada lapisan C. Pada keadaan tunak, laju perpindahan

NA – TK UNJANI 9
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

kalor pada setiap lapisan adalah sama sehingga Persamaan (1.18) dapat ditulis seperti
Persamaan (1.24) tapi untuk perpindahan kalor dalam silinder.
( ) ( ) ( )
(1.31)
( ) ( ) ( )

Gambar 1.9 Skema perpindahan kalor pada silinder berlapis

Persamaan (1.31) disusun ulang dan ditulis untuk masing-masing lapisan:

(1.32)

(1.33)

(1.34)

Persamaan (1.32), (1.33) dan (1.34) dijumlahkan menjadi:

( ) (1.35)

atau (1.36)

(1.37)

Tahanan total seperti sebelumnya merupakan jumlah dari tahanan masing-masing.

Contoh 1.4 Kalor tidak termanfaatkan pada pipa yang diinsulasi


Tube yang terbuat dari stainlees steel (B) memiliki konduktivitas termal 21,63 W/m.K, diameter
dalamnya 0,0254 m dan diameter luarnya 0,0508 m. Tube diinsulasi dengan asbes (A) setebal
0,0254 m dengan konduktivitas termal 0,2423 W/m.K. Temperatur pada permukaan dalam tube
811 K dan temperatur permukaan luar asbes 310,8 K. Hitung kalor dipindahkan untuk pipa
sepanjang 0,305 m dan hitung temperatur pada lapisan antar muka logam-insulasi.

Penyelesaian:

NA – TK UNJANI 10
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

lapisan B B = 0,2423 W/m.K


lapisan A A= 21,63 W/m.K
r1 r2
r3 q=? 1 = 0,0127 m
2 = 0,0254 m
T1 = 811 K
3 = 0,0508 m
T2 = ?
= 0,305 m
T3 = 310 K

( )( )( )
( )( )( )
( )( )( )

( )

( )

Kalor yang dipindahkan melalui dinding, = 311,7 W


Temperatur antar muka, T2 dihitung seperti berikut:
( )

1.7 Konduksi pada Bidang Datar Paralel


Misalkan bidang datar yang terbuat dari dua bahan berbeda, terpasang secara paralel
dan kalor mengalir tegak lurus melalui kedua bidang tersebut. Maka total kalor yang
mengalir sama dengan jumlah kalor yang mengalir melalui masing-masing bidang.
Persamaan Fourier ditulis:

( ) ( ) (1.38)

Sebagai contoh kasus ini adalah dinding tungku yang terbuat dari batu bata (A) yang
diperkuat dengan logam (B) yang dipasang paralel dengan batu bata. Luas permukaan
perpindahan pada logam biasanya lebih kecil dari batu bata, tapi konduktivitas termal
logam bisa beberapa ratus kali konduktivitas termal batu bata sehingga laju perpindahan
kalor pada logam tidak dapat diabaikan. Contoh lainnya adalah metoda peningkatan
konduksi kalor untuk pendinginan daging pada temperatur rendah. Paku-paku logam
dipasang agar aliran kalor dari dalam daging menjadi lebih cepat.

NA – TK UNJANI 11
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

Jika perbedaan konduktivitas termal material yang terpasang paralel cukup besar,
dapat terjadi perpindahan kalor dua dimensi sehingga akan terjadi kesalahan pada
penggunaan Persamaan (1.38).

1.8 Perpindahan Kalor Secara Konveksi


Suatu permukaan panas akan cepat dingin jika dihembus udara yang lebih dingin. Jika
fluida di luar padatan mengalami konveksi, kita dapat menyatakan perpindahan kalor dari
padatan ke fluida atau sebaliknya dengan persamaan:

( ) (1.39)
: laju perpindahan kalor, Watt
: luas permukaan perpindahan kalor, m2
: temperatur permukaan padatan, K
: temperatur fluida, K
: koefisien konveksi, W/m2.K

Koefisien konveksi merupakan fungsi dari: geometri sistem, sifat-sifat fisik fluida,
kecepatan alir fluida dan selisih temperatur antara permukaan padatan dengan fluida.
Koefisien konveksi untuk beberapa kasus, dapat diperkirakan menggunakan persamaan
empirik. Jika fluida mengalir pada suatu permukaan padatan, akan terbentuk lapisan tipis
(tidak kasat mata) pada permukaan padatan, yang akan menghasilkan tahanan terhadap
perpindahan kalor, yang ditulis sebagai film. Persamaan-persamaan empirik untuk
memperkirakan koefisien konveksi dapat dipelajari dalam Geankoplis. Koefisien konveksi
untuk berbagai mekanisme diperlihatkan pada Tabel 1.2

1.9 Gabungan Konveksi dengan Konduksi


Beberapa proses nyata, temperatur lapisan antar mukanya tidak dapat diketahui
(diukur), biasanya yang diketahui adalah temperatur fluida di sekitarnya. Perhatikan
bidang datar seperti pada Gambar 1.10a. Fluida yang lebih panas memiliki temperatur
pada bagian dalam dan temperatur fluida yang lebih dingin pada bagian luar. Koefisien
konveksi di permukaan luar, o W/m2.K dan koefisien konveksi di permukaan dalam.
Pada keadaan tunak, laju perpindahan kalor secara konveksi sama dengan laju
perpindahan kalor secara konduksi. Gabungan Persamaan (1.8) dengan Persamaan (1.39)
menghasilkan:
( ) ( ) ( ) (1.40)

Seperti pada penurunan Persamaan (1.30) dan (1.37), untuk bidang datar diperoleh:

(1.41)

NA – TK UNJANI 12
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

Tabel 1.2 Perkiraan beberapa nilai koefisien konveksi


Rentang nilai
Mekanisme konveksi 2o
Btu/h.ft . F W/m2.K
Kondensasi kukus 1.000 – 5.000 5.700 – 28.000
Kondensasi bahan organik 200 – 500 1.100 – 2.800
Cairan mendidih 300 – 5.000 1.700 – 28.000
Air bergerak 50 – 3.000 280 – 17.000
Hidrokarbon bergerak 10 – 300 55 – 1.700
Udara suling 0,5 – 4 2,8 – 23
Udara bergerak 2 – 10 11,3 – 55

Gambar 1.10 Aliran kalor dengan permukaan konveksi,


(a) pada bidang datar, (b) pada silinder

Perpindahan kalor gabungan konduksi dengan konveksi biasanya dinyatakan


menggunakan koefisen perpindahan kalor keseluruhan U seperti berikut:

(1.42)

dan (1.43)

Penerapan perpindahan kalor dari fluida di luar silinder melalui dinding logam
kemudian ke fluida di dalam silinder yang penting adalah pada alat penukar kalor.
Koefisien perpindahan kalor keseluruhan dapat ditentukan menggunakan prosedur yang
sama dan diperoleh:

(1.44)

adalah luas permukaan perpindahan kalor di bagian dalam pipa, adalah luas
permukaan perpindahan kalor di bagian luar pipa dan adalah luas permukaan rata-
rata logaritmik pada dinding pipa. Koefisien perpindahan kalor keseluruhan untuk silinder
dapat didasarkan kepada luas permukaan bagian dalam maupun luas permukaan
bagian luar

NA – TK UNJANI 13
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

( ) ( ) (1.45)

(1.46)

Contoh 1.5 Kalor tak termanfaatkan karena konveksi dan konduksi serta U
Kukus jenuh pada 130,6 oC dialirkan dalam pipa baja berdiameter dalam 2,093 cm dan diameter
luar 2,667 cm. Pipa diinsulasi setebal 3,810 cm. Koefisien konveksi di permukaan dalam pipa
= 5678,3 W/m2.K dan koefisien konveksi di permukaan luar insulasi = 11,36 W/m2.K.
Konduktivitas termal logam rata-rata 45 W/m.K dan konduktivitas termal insulasi 0,064 W/m.K.
Temperatur udara sekitar luar 29,7 oC.
a. Hitung kalor tak termanfaatkan tiap 0,305 m pipa
b. Ulangi perhitungan menggunakan (luas permukaan dalam)

Penyelesaian:

( )( )
( )( )
( )( )

( )

( )

( )

( )

1.10 Tebal Insulasi Kritis


Perhatikan sebuah silinder yang memiliki berdiameter dan panjangnya yang
diinsulasi seperti pada Gambar 1.11. Silinder memiliki konduktivitas termal yang besar.
Temperatur pada radius adalah , temperatur permukaan luar insulasi dan
temperatur fluida di luar . Konduktivitas termal insulasi adalah .

NA – TK UNJANI 14
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

Laju perpindahan kalor yang melewati silinder dan insulasi pada keadaan tunak sama
dengan laju perpindahan kalor secara konveksi pada permukaan insulasi.

( ) (1.47)

r1 r2
q
T1T1
T2 To

Gambar 1.11 Radius kritis pada pipa silinder

Jika insulasi dipertebal, luas permukaan terluar menjadi , tetapi turun.


Kalor yang mengalir , tidak jelas apakah bertambah atau berkurang. Hal ini dapat
dipastikan dengan memodifikasi Persamaan (1.38) menjadi:
( )
(1.48)
( )

Pengaruh tebal insulasi terhadap q diperoleh dengan cara menurunkan q terhadap r2,
kemudian turunannya dibuat nol.
( )
(1.49)
{ }

diperoleh: (1.50)

Radius kritis adalah radius saat laju perpindahan kalor maksimum. Jika lebih kecil
dari kritis, maka penambahan tebal insulasi sampai kritis akan memperbesar . Jika
lebih besar dari kritis, maka penambahan tebal insulasi akan memperkecil .

Contoh 1.6: Insulasi kawat listrik dan radius insulasi kritis


Seutas kawat yang memiliki diameter 1,5 mm dan diinsulasi dengan plastik setebal 2,5 mm,
berada di udara yang bertemperatur 300 K. Insulasi memiliki konduktivitas termal 0,4 W/m.K dan
2
o = 20 W/m .K. Anggap bahwa temperatur permukaan kawat tetap 400 K dan tidak dipengaruhi
oleh insulasi.
a. Hitung radius insulasi kritis,
b. Hitung kalor yang hilang tiap m kawat tanpa insulasi
c. Ulangi (b) untuk insulasi yang terpasang.

Penyelesaian:

(a)

(b) ( )

NA – TK UNJANI 15
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

( )( ( )
( ) ( )( )

(c) ( )
( )( ( )

( ) ( )

Terbukti: Pemasangan insulasi kurang dari tebal insulasi kritis,


memperbesar kalor yang hilang.

1.11 Temperatur Rata-Rata Logaritmik


Persamaan (1.41) hanya dapat digunakan jika penurunan temperatur ( – )
konsatan pada setiap bagian permukaan pemanasan. Fluida yang dipanaskan sepanjang
penukar kalor, pada kenyataannya mengalami penurunan atau kenaikan temperatur,
sehingga  bervariasi terhadap posisi dan harus digunakan selisih temperatur rata-rata,
 .
( ) ( ) (1.51)

Fluida panas yang mengalami pendinginan dalam penukar kalor, masuk pada dan
keluar pada . Fluida dingin yang mengalir berlawanan arah di pipa luar maupun yang
searah mengalami pemanasan dari 2 sampai 1 seperti yang diperlihatkan pada Gambar
1.12a dan 1.12b.
 LM (1.52)

T1’ T2

T T1’
T2’
1
T1 T T T1
T
T2 2
T1

T2 T2
Jarak
(a) Jarak (b) Jarak
Gambar 1.12 Profil temperatur pada HE, untuk sekali lewat:
(a) aliran berlawanan, (b) aliran searah

NA – TK UNJANI 16
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

adalah selisih temperatur rata-rata logaritmik yang berlaku baik untuk aliran searah
maupun berlawanan arah:
(1.53)

Penurunan Persamaan (1.53) dapat dilihat di buku Transport Phenomena and Unit
Operation (C.J. Geankoplis). Persaamaan (1.53) juga berlaku jika terjadi pengembunan
yang akan menghasilkan 1’ = 2’.

Contoh 1.7: Area perpindahan kalor dan TLM


Suatu hidrokarbon yang memiliki = 2,3 kJ/kg.K didinginkan dalam penukar kalor dari 371,9 K
menjadi 349,7 K. Hidrokarbon tersebut mengalir di bagian dalam pipa dengan laju alir massa
3.630 kg/jam. Air pendingin mengalir di bagian luar pipa dengan laju alir massa 1.450 kg/jam dan
masuk pada temperatur 288,6 K.
a. Tentukan temperatur air keluar dan luas permukaan perpindahan kalor, jika = 340 W/m.K
dan arah aliran berlawanan
b. Ulangi (a) untuk aliran searah.

Penyelesaian:
(a) Asumsi: cpm air = 4,187 kJ/kg.K
Air masuk pada: = 288,6 K, keluar pada: T1.
HC masuk pada: = 371,9 K, keluar pada: = 349,7 K
Kalor yang diberikan HC:
( )( )

Kalor yang diterima air pendingin:


( )( )

( 

(b) 1 = 319,1 K
Berdasarkan Gambar 1.12b.

 2 = 371,9 – 288,6 = 83,3 K


 1 = 349,7 – 319,1 = 30,6 K

Substitusi  LM ke Persamaan (1.89) diperoleh

NA – TK UNJANI 17
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

Tampak bahwa area untuk aliran searah lebih besar dari untuk aliran berlawanan. Hal ini terjadi
karena pada aliran berlawanan menghasilkan selisih temperatur yang lebih besar.

1.12 Perpindahan Kalor secara Radiasi


Radiasi berlangsung karena rambatan gelombang elektromagnetik. Radiasi termal
adalah salah satu radiasi elektromagnetik seperti halnya sinar X, gelombang cahaya, sinar
gama dan seterusnya, hanya berbeda panjang gelombangnya saja. Kesemuanya mengikuti
aturan yang sama yaitu alur perpindahannya lurus dan dapat ditransmisikan melalui suatu
media maupun ruang vakum. Radiasi merupakan cara perpindahan kalor yang penting,
terutama jika selisih temperaturnya tinggi seperti pada tungku yang dilengkapi tube-tube
pendidih, pengering radiasi, oven untuk membakar kue dan sebagainya. Radiasi biasanya
disertai juga oleh konveksi dan konduksi. Radiasi berlangsung melalui tiga tahap nyata:
1. energi termal sumber yang panas, seperti dinding tungku pada dikonversi menjadi
energi gelomgang elektromagnetik,
2. gelombang berpindah melalui ruang antara mengikuti alur garis lurus dan menumbuk
benda dingin pada seperti tabung-tabung dalam tungku yang mengandung fluida
cair yang akan dipanaskan,
3. gelombang elektromagnetik yang menumbuk benda, diserap oleh benda tersebut dan
dikonversi kembali menjadi energi termal atau kalor.

1.12.1 Absorpsivitas dan Sifat Benda Hitam


Jika radiasi termal mengenai suatu benda, sebagian diserap oleh benda tersebut
dalam bentuk kalor, sebagian dipantulkan ke ruangan dan sebagaian lagi ditransmisikan
melalui benda yang terkena radiasi. Benda-benda yang mengalami radiasi dalam industri
biasanya tidak tembus cahaya (opaque) dan untuk benda opaque:

+=1 (1.54)

 : absorpsivitas (fraksi yang diserap)


 : refleksivitas (fraksi yang dipantulkan)

Benda hitam didefinisikan sebagai benda yang menyerap seluruh energi radiasi tanpa
ada yang dipantulkan. Jadi  = 1 dan  = 0. Benda hitam dalam kenyataannya tidak ada
yang sempurna, tetapi sebagai pendekatan sebuah benda yang memiliki lubang kecil
seperti pada Gambar 1.23, dapat dianggap sebagai benda hitam sempurna.
Salah satu contoh benda hitam berongga adalah batu arang. Radiasi yang masuk
lobang akan mengenai dinding, sebagian diserap dinding dan sebagian dipantulkan ke
semua arah. Sinar yang dipantulkan mengenai dinding lagi, diserap sebagian dan
dipantulkan sebagian, begitu seterusnya sehingga energi yang masuk, seluruhnya

NA – TK UNJANI 18
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

diabsorpsi dan permukaan rongga bertindak seperti benda hitam sempurna. Permukaan
dinding dalam yang kasar memantulkan sinar menyebar ke segala arah, tidak seperti
cermin yang memantulkan sinar ke arah dengan sudut tertentu.

lobang

Gambar 1.13 Konsep benda hitam sempurna

Suatu benda hitam, seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, menyerap seluruh
energi radiasi yang mengenainya dan tidak ada yang dipantulkan. Benda yang menyerupai
benda hitam, memancarkan radiasi yang bergantung kepada temperaturnya tapi tidak
seluruhnya dipantulkan. Nisbah daya emisi radiasi pada permukaan terhadap benda
hitam disebut emisivitas () dan emisivitas benda hitam adalah satu. Hukum Kirchhoff
menyatakan bahwa pada temperatur yang sama , 1 sama dengan 1.

1 = 1 (1.55)

1.12.2 Radiasi dari Benda dan Emisivitas


Persamaan dasar perpindahan kalor secara radiasi dari benda hitam sempurna
dengan emisivitas 1, adalah:
4
(1.56)

: kalor yang dipindahkan, W


: luas permukaan perpindahan kalor, m2
: konstanta = 5,676  10-8 W/m2.K
: temperatur permukaan benda hitam

Benda yang bukan benda hitam memiliki emisivitas  < 1 dan disebut benda abu-abu,
daya emisinya berkurang dengan , sehingga:

 (1.57)

Emisivitas  dan absorsivitas  suatu benda pada temperatur yang sama adalah sama
sehingga emisivitas dan absorpsivitas permukaan logam kurang halus dan permukaan
yang mengalami oksidasi adalah rendah. Contoh emisivitas beberapa jenis permukaan
diperlihatkan pada Tabel 1.9. Kebanyakan bahan-bahan bukan logam memiliki emisivitas
yang besar. Data yang lainnya diberikan pada Apendiks A.3 Geankoplis.

NA – TK UNJANI 19
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

Tabel 1.9 Emisivitas berbagai contoh permukaan


Permukaan T(K) Emisivitas
Alumunium poles 500 0,039
800 0,057
Besi poles 450 0,052
Besi oksidasi 373 0,74
Tembvaga poles 353 0,018
Papan asbes 296 0,96
Minyak cat, semua warna 373 0,92 – 0,96
Air 273 0,95

1.12.3 Radiasi dari Lingkungan ke Benda Kecil


Jika kita memiliki benda abu-abu kecil dengan luas m2 pada temperatur
berada dalam ruangan yang besar pada temperatur tinggi , akan berlangsung radiasi
neto ke arah benda kecil tadi. Benda memancarkan sejumlah radiasi ke ruangan
berdasarkan Persamaan (1.58) yaitu . Emisivitas 1 diambil pada . Benda
kecil juga menyerap energi dari lingkungan pada sebesar . Absorpsivitas
radiasi dari lingkungan pada ,  = 1. Nilai 12 mendekati nilai emisivitas benda
tersebut pada . Laju absorpsi kalor neto dinyatakan oleh persamaan Stefan-Boltzmann:

( ) (1.58)

Persamaan (1.58) untuk keperluan teknik disederhanakan menggunakan emisivitas


benda kecil pada temperatur T2:

( ) (1.59)

Contoh 1.8 Radiasi ke tube logam


Sebuah tube kecil yang terbuat dari logam-dioksidasi memiliki diameter luar 0,0254 m dan
panjangnya 0,61 m, berada dalam ruang sebuah tungku dengan dinding bata tahan api.
Temperatur permukaan luar tabung 588 K dan temperatur udara dalam tungku 1088 K. Emisivitas
logam pada 1088 K adalah 0,6 dan pada 588 K adalah 0,46. Hitung radiasi kalor ke permukaan
tabung.

Penyelesaian:
Ukuran tungku jauh lebih besar dibandingkan dengan ukuran tabung. Lingkungan bersifat abu-
abu, tapi dari sisi benda kecil dapat dianggap benda hitam sehingga dapat digunakan Persamaan
(1.59).
( )( )
( ) ( )( ( )

NA – TK UNJANI 20
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

Contoh lain yang merupakan benda kecil dalam ruang tertutup yang terjadi dalam
industri proses adalah pemanasan roti dalam oven dengan pemanas radiasi dari seluruh
dindingnya, pendinginan sepotong daging atau makanan dalam lemari pendingin dan
sebagainya.

1.12.4 Perpindahan Kalor Gabungan Radiasi dan Konveksi


Bila terjadi perpindahan kalor secara radiasi dari suatu permukaan, biasanya
disertai dengan konveksi kecuali permukaan berada pada ruang vakum. Jika permukaan
yang memancarkan radiasi berada pada temperatur seragam, kita dapat menghitung
perpindahan kalor untuk konveksi alamiah ataupun konveksi paksa menggunakan metoda
yang telah diuraikan sebelumnya. Perpindahan kalor secara radiasi dihitung menggunakan
persamaan Stefan-Boltzmann dan total kalor yang dipindahkan merupakan penjumlahan
konveksi dan radiasi.
Konveksi kalor dan koefisienkonveksi seperti yang diahas sebelumnya adalah:

( ) (1.60)

konv: laju perpindahan kalor secara konveksi, W


c : koefisien konveksi alamiah ataupun paksa, W/m2.K
1 : temperatur permukaan, K
2 : temperatur udara atau ruang tertutup
Koefisien radiasi dalam W/m2.K dapat didefinisikan sebagai berikut:

( ) (1.61)

Total kalor yang dipindahkan:


( ) ( ) (1.62)

Nilai dapat diperoleh dengan mempersamakan Persamaan (1.58) dengan (1.61):


( ) ( ) ( ) )
( ) (1.63)

Persamaan (1.63) dapat dinyatakan dalam grafik seperti pada Gambar 1.14 dengan  = 1.
Nilai dari grafik tersebut jika akan digunakan untuk menentukan nilai , harus dikalikan
dengan .

Contoh 1.9 Gabungan konveksi dengan radiasi dari tube


Hitung kembali Contoh 1.23 untuk gabungan radiasi dengan konveksi alamiah ke tube 0,0254 m
yang dipasang horizontal.

Penyelesaian:
( )( )

NA – TK UNJANI 21
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

Untuk konveksi alamiah pada tube horizontal:

( ) ( )

Persamaan (1.144) dengan  = 0,6

( ) ( ) ( ) )
( )( )

Persamaan (1.61):
( ) ( ) ( )( )( )
Laju perpindahan kalor dengan meggunakan kombinasi radiasi dengan konveksi (-2.507 W) lebih
tinggi dibandingkan dengan hanya radiasi (-2.130 W).

Gambar 1.14 Koefisien radiasi hr sebagai fungsi temperatur. Untuk konversi


dari satuan Inggris ke SI, dikalikan 5,6783. (Perry dkk., Chem. Eng. Handbook)

1.13 Penukar Kalor


Perpindahan kalor antara dua fluida di industri, umunya dilangsungkan dalam
penukar kalor (heat exchanger). Kalor berpindah dari fluida lebih panas ke dinding atau
permukaan tube secara konveksi, pindah pada dinding tube secara konduksi dan dari
dinding tube ke fluida lebih dingin secara konveksi.

1.13.1 Penukar Kalor Pipa Ganda


Penukar kalor paling sederhana adalah pipa ganda atau penukar kalor pipa
konsentris seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.15. Salah satu fluida mengalir dalam
pipa dan fluida lain mengalir dalam ruang anulus di antara kedua pipa. Aliran kedua fluida
tersebut dapat searah maupun berlawanan arah. Penukar kalor jenis ini dapat berupa
sepasang pipa panjang dengan fitting di kedua ujungnya maupun terdiri dari sejumlah

NA – TK UNJANI 22
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

pasangan pipa yang disambung secara seri. Penukar kalor jenis ini hanya cocok untuk laju
alir yang kecil.
fluida lebih
dingin masuk

fluida lebih fluida lebih


panas keluar panas masuk

Gambar 1.15 Penukar kalor pipa ganda fluida lebih


dingin keluar

1.13.2 Penukar Kalor Cangkang dan Buluh


Penukar kalor cangkang dan buluh (shell and tube) adalah jenis penukar kalor yang
paling penting di industri proses, digunakan untuk laju alir kalor yang besar. Sejumlah
buluh dipasang sejajar dalam cangkang. Salah satu fluida mengalir di dalam buluh dan
fluida lain mengalir di dalam cangkang. Penukar kalor cangkang dan buluh yang paling
sederhana diperlihatkan pada Gambar 1.16 dengan aliran dalam buluh maupun dalam
cangkang, satu kali lewat. Beberapa penyekat (baffle) dipasang dalam cangkang untuk
merubah arah aliran menjadi menyilang agar turbulensi meningkat sehingga koefisien
perpindahan kalor juga meningkat.
Gambar 1.16b adalah skema penukar kalor 1–2, artinya aliran dalam cangkang satu
kali lewat dan aliran dalam buluh dua kali lewat. Aliran fluida dingin pertama dalam tube
bertemu dengan aliran panas dalam cangkang yang berlawanan arah sedangkan aliran
fluida dingin kedua bertemu dangan aliran fluida panas yang searah. Jenis penukar kalor
lainnya adalah dua kali aliran dalam cangkang dan empat kali aliran dalam tube.

fluida masuk fluida keluar fluida masuk fluida masuk


ke buluh dari cangkang ke buluh ke cangkang

(a) single pass (b) cangkang dan buluh 1-2


fluida masuk fluida keluar fluida keluar fluida keluar
ke cangkang dari buluh dari buluh dari cangkang

Gambar 1.16. Penukar kalor cangkang dan buluh

1.13.3 Faktor Koreksi Temperatur Rata-Rata Logaritmik


Jika aliran dalam penukar kalor lebih dari satu kali lewat (multiple pass),
perhitungan selisih temperatur rata-rata harus menggunakan persamaan lain, yang
bergantung kepada berapa pass aliran di cangkang dan di buluh. Aliran fluida lebih dingin

NA – TK UNJANI 23
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

pertama dalam tube, pada penukar kalor 1–2 cangkang dan buluh, berlawanan arah
dengan aliran fluida lebih panas sedangkan aliran lebih dingin kedua searah dengan aliran
fluida lebih panas. Temperatur rata-rata logaritmiknya apakah untuk yang berlawanan
arah atau yang searah? Keduanya tidak bisa dipakai.
Selisih temperatur rata-rata logaritmik perlu dikoreksi dengan suatu faktor yang jika
dikalikan menghasilkan selisih temperatur yang benar. Penurunannya tidak dibahas
karena kompleks. Faktor koreksi temperatur rata-rata dihitung dengan menghitung
terlebih dahulu dua besaran dan seperti pada Persamaan (1.64). Faktor koreksinya
dibaca pada Gambar 1.18 a dan b.

(1.64)

hi : temperatur aliran lebih panas, masuk


ho : temperatur aliran lebih panas, keluar
co : temperatur aliran lebih dingin, keluar
ci : temperatur aliran lebih dingin, masuk

(a) (b)
Gambar 1.17 Faktor koreksi temperatur rata-rata logaritmik
(a) untuk 1-2 shell and tube HE, (b) Untuk 2-4 shell and tube HE

Pemilihan jenis penukar kalor direkomendasikan yang menghasilkan faktor koreksi


temperatur . Jika , maka harus dipilih kembali jenis penukar kalornya.
Selisih temperatur rata-rata logaritmiknya dihitung berdasarkan Gambar 1.12:
( ) ( )
(1.65)
( ) ( )

(1.66)

Contoh 1.10 Faktor koreksi temperatur untuk penukar kalor


Penukar kalor cangkang dan buluh 1-2 digunakan untuk memanaskan air dengan laju alir 2,52
kg/s, dari 21,1 oC menjadi 54,4 oC. Pemanas panas berupa air bertekanan yang masuk pada
115,6 oC dan keluar pada 48,9 oC. Luas permukaan pemindah kalor pada tube, Ao = 9,3 m2.
Kapasitas kalor air lebih dingin = 4187 J/kg.K
(a) Hitung selisih temperatur rata-rata, Tm dan koefisien perpindahan kalor keseluruhan o

NA – TK UNJANI 24
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

(b) Hitung Tm jika digunakan penukar kalor cangkang dan buluh 2–4.

Penyelesaian :
(a)
( ) ( )
( ) ( )

Dari Gambar 1.18 untuk = 2,0 dan Y = 0,35 diperoleh T  0,74 (kurang baik )
( )
Kalor yang diterima air lebih dingin:
( ) ( )( )

( )

(b) Untuk penukar kalor cangkang dan buluh 2-4 dengan dan
diperoleh FT  0,94
( )

Dengan temperatur masuk dan keluar yang sama, penukar kalor cangkang dan buluh 2–4
menghasilkan selisih temperatur lebih besar dari penukar kalor cangkang dan buluh 1-2.

1.13.4 Keefektifan Penukar Kalor


Perhitungan laju perpindahan kalor menggunakan selisih temperatur rata-rata
logaritmik dapat dilakukan jika temperatur keluar sudah diketahui atau dapat dihitung
menggunakan neraca kalor. Selanjutnya luas permukaan dapat dihitung jika nilai telah
diketahui. Jika temperatur kedua aliran keluar tidak diketahui harus digunakan prosedur
iteratif yang seringkali membosankan. Cara yang dapat ditempuh adalah menggunakan
efektivitas penukar kalor  yang tidak memerlukan temperatur aliran keluar dari penukar
kalor.
Efektivitas penukar kalor didefinisikan sebagai rasio laju perpindahan kalor aktual
terhadap laju perpindahan kalor maksimum yang mungkin jika digunakan luas permukaan
perpindahan kalor tak berhingga. Profil temperatur untuk aliran berlawanan diperlihatkan
pada Gambar 1.12a.
Neraca kalor untuk aliran fluida lebih panas dan lebih dingin:

NA – TK UNJANI 25
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

( ) ( ) (1.67)

Didefinisikan: dan sehingga:


( ) ( ) (1.68)

Jika pada Gambar 1.12 dan fluida lebih dingin mengalami perubahan temperatur
lebih besar dari pada perubahan temperatur fluida lebih panas, maka dipilih sebagai
.
( ) ( )
(1.69)
( ) ( )

Jika luas permukaan perpindahan kalor tak berhingga, maka Tco = Thi dan faktor efektivitas
menjadi:
( ) ( )
(1.70)
( ) ( )

Jika fluida lebih panas yang minimum:

( ) (1.71)

Penyebut Persamaan (1.69) dan (1.70) adalah sama dan pembilangnya menyatakan kalor
yang dipindahkan aktual tetapi bukan untuk menghitung faktor efektivitas karena
pada persamaan (1.68) – (1.71) tidak diketahui. Faktor efektivitas selanjutnya dihitung
menggunakan Persamaan (1.72) untuk aliran searah dan menggunakan Persamaan (1.73)
untuk aliran berlawanan arah atau menggunakan grafik pada Gambar 1.18. Penurunan
Persamaan (1.72) dan (1.73) dapat dilihat di Geankoplis.

( { })
(1.72)
( { })

( { })
(1.73)

 

(a) NTU=UA/Cmin (b) NTU=UA/Cmin


Gambar 1.18 Efekttivitas penukar kalor, (a) untuk aliran berlawanan, (b) untuk aliran searah

NA – TK UNJANI 26
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

Contoh 1.11 Efektivitas penukar kalor


Air pada 308 K mengalir ke dalam penukar kalor cangkang dan buluh dengan laju 0,667 kg/s,
berlawanan arah dengan fluida pemanas yang masuk pada temperatur 373 K dengan laju alir
2,85 kg/s. Kapasitas kalor fluida pemanas = 1,89 kJ/kg.K. Luas permukaan pemindah kalor
= 15 m . Koefisien perpindahan kalor keseluruhan, = 300 W/m2.K. Hitung laju perpindahan
2

kalor dan temperatur air keluar.

Penyelesaian:
Temperatur air keluar diasumsikan 370 K.
Temperatur rata-rata air yang dipanaskan: (308 + 370)/2 = 339 K
air pada temperatur 339 K adalah 4,192 kJ/kg.K (Apendiks A.2, Geankoplis)
( )
( ) 

( )
Dari Gambar 1.18a dengan = 1,61 dan min/ maks = 0,52  diperoleh  = 0,7
( ) ( )( )
Persamaan (1.67): q = 148.900 = 2796 ( co – 308)  co = 361,3 K

co diasumsikan 370 K, hanya untuk menentukan kapasitas kalor fluida dingin.

1.13.5 Factor Fouling dan Typical Nilai U


Permukaan pemindah kalor pada prakteknya tidak bersih. Berbagai jenis endapan
dapat terbentuk pada kedua sisi permukaan tube penukar kalor. Endapan tersebut akan
menambah tahanan terhadap aliran kalor atau memperkecil koefisien perpindahan kalor
keseluruhan . Produk korosi juga dapat terbentuk pada permukaan tube dan dapat
mengakibatkan tahanan yang besar. Jasad renik seperti alga dalam air pendingin di
industri-industri fermentatif, juga dapat menambah tahanan terhadap perpindahan kalor.
Persoalan fouling dapat diperkecil menggunakan inhibitor kimiawi yang biasanya
digunakan juga sebagai bahan untuk meminimalkan korosi, pengendapan garam dan
pertumbuhan alga. Selisih temperatur yang besar dapat mempercepat pembentukan
endapan dan jika sedapat mungkin dihindari.
Pengaruh pengendapan terhadap koefisien perpindahan kalor keseluruhan
disertakan dengan menambahkan suku tahanan fouling di sisi dalam maupun sisi luar.

(1.74)

Persamaan yang sama dapat diperoleh untuk o.

NA – TK UNJANI 27
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

di : koefisien fouling di sisi dalam tube, W/m2.K


do : koefisien fouling di sisi luar tube, W/m2.K

Nilai koefisien perpindahan kalor keseluruhan beberapa jenis fluida disajikan pada
Tabel 1.10. Nilai ini akan sangat berguna untuk memeriksa hasil perancangan
menggunakan metoda yang diberikan pada bab ini. Daftar beberapa contoh koefisien
fouling diperlihatkan pada Tabel 1.11.

Tabel 1.10 Typical koef. perpindahan kalor keseluruhan


Jenis fluida U (W/m2.K)
Air ke air 1.140 – 1.700
Air ke air laut 570 – 1.1400
Air ke cairan organik 570 – 1.1400
Air ke kukus yang mengembun 1.420 – 2.270
Air ke gasoline 340 – 570
Air ke minyak gas 140 – 340
Air ke minyak sayur 110 – 285
Minyak gas ke minyak gas 110 – 285
Kukus ke air mendidih 1.420 – 2.270
Air ke udara 110 – 230
Bahan organik ringan ke ringan 230 – 425
Bahan organik berat ke berat 55 – 230

Tabel 1.11 Typical koefisien fouling


Jenis fluida hd (W/m2.K)
Air distilasi dan air laut 11.350
Air perkotaan 5.680
Air berlumpur 1990 – 2840
Gas 2840
Cairan diuapkan 2840
Minyak sayur dan gas 1990

NA – TK UNJANI 28
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

SOAL – SOAL

1.1 Insulasi ruang pendingin. Hitung kalor yang dipindahkan melalui tiap m2 dinding
ruang pendingin makanan jika temperatur permukaan dinding luar 30 oC dan
temperatur permukaan dalam dinding 4 oC. Dinding terbuat dari papan ringan setebal
25,4 mm yang memiliki konduktivitas termal dukti = 0,0433 W/m.K.

1.2 Penentuan konduktivitas termal. Pada penentuan konduktivitas termal bahan


insulasi, hasil pengukuran temperatur kedua sisi insulasi setebal 25 mm adalah 41 oC
dan 28 oC. Fluks kalor diukur 35,1 W/m2. Hitung konduktivitas termal bahan insulasi
tersebut.

1.3 Kalor yang dibuang melalui koil pendingin. Sebuah koil pendingin yang terbuat dari
tube SS- 304, berdiameter dalam 0,5 cm, diameter luar 1,0 cm dan panjangnya 0,8 m,
digunakan untuk memindahkan kalor dari sebuah bak. Temperatur permukaan dalam
tube 4 oC dan temperatur permukaan luarnya 28 oC. Konduktivitas termal SS-304
merupakan fungsi temperatur:
 dalam oF dan dalam btu/h.ft.oF
Hitung kalor yang dibuang melalui koil.

1.4 Kalor yang dipindahkan dari bak. Ulangi soal 1.3 tetapi koil pendingin terbuat dari
SS-308 yang memiliki konduktivitas termal tetap 15,23 W/m.K.

1.5 Insulasi untuk ruang pendingin. Ruang pendingin tempat menyimpan makanan akan
dibangun dengan konstruksi: lapisan paling dalam kayu cemara setebal 18 mm,
lapisan tengah corkboard dan paling luar adalah beton setebal 120 mm. Temperatur
permukaan paling dalam adalah -15 oC dan temperatur permukaan luar beton 30 oC.
Konduktivitas termal rata-rata kayu cemara 0,151 W/m.K, corkboard 0,0433 W/m.K
dan beton 0,762 W/m.K. Total luas permukaan perpindahan kalor 40 m2 (pengaruh
sudut dan tepi diabaikan). Berapa tebal minimal corkboard yang diperlukan agar kalor
yang hilang maksimal 586 W.

1.6 Insulasi tungku. Dinding tungku memiliki tebal 0,25 m terbuat dari bahan yang
memiliki konduktivitas termal 1,4 W/m.K. Bagian luar dinding akan diinsulasi
menggunakan bahan yang memiliki konduktivitas rata-rata 0,367 W/m.K sehingga
kalor yang hilang maksimal 1.830 W. Temperatur permukaan paling dalam 1.300 oC
dan temperatur permukaan paling luar insulasi maksimal 30 oC. Hitung tebal insulasi
yang diperlukan.

NA – TK UNJANI 29
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

1.7 Kalor yang hilang melalui jendela ganda. Jendela ganda (thermopane) terdiri dari
dua lapis kaca yang dipishkan oleh udara kering diam. Kedua lapis kaca tebalnya 6,35
mm dan lapisan udara didalamnya juga 6,35 mm. Konduktivitas kalor kaca 0,869
W/m.K. Jika penurunan temperatur 27,8 K, hitung kalor yang dipindahkan untuk
jendela berukuran 0,914 m  1,83 m. Konveksi di dalam dan di luar jendela,
diabaikan.

1.8 Kalor yang hilang dari perpipaan pengalir kukus. Sebatang pipa baja 2 in schedule
80 digunakan untuk mengalirkan kukus pada 121 oC. Pipa diinsulasi dengan asbes
setebal 25,4 mm. Anggap bahwa temperatur permukaan dalam pipa 121 oC dan
temperatur permukaan luar insulasi 27 oC. Hitung kalor yang hilang pada pipa
sepanjang 25 m. Hitung juga kukus yang mengembun dalam pipa tiap jamnya.
Konduktivitas termal rata-rata pipa adalah 45 W/m.K, dan k asbes 0,182 W/m.K.

1.9 Kalor yang hilang–penyelesaian iteratif. Saluran gas buang dari pemanas memiliki
diameter dalam 114,3 mm, terbuat dari keramik setebal 6,4 mm yang memiliki
konduktivitas termal rata-rata 1,52 W/m.K. Bagian luar dinding diinsulasi dengan
rock wool setebal 102 mm yang memiliki konduktivitas termal, k = 0,046 + 1,56 10-4 T
W/m.K, T dalam C. Temperatur permukaan dalam keramik adalah T1 = 315,7 C dan
temperatur permukaan luar insulasi adalah T3 = 38 C. Hitung kalor yang
dipindahkan pada saluran sepanjang 1,5 m dan hitung temperatur antar muka
keramik dengan insulasi, T2.

Petunjuk: Nilai km yang benar dievaluasi pada temperatur rata-rata ½ (T2 + T3). Pada
iterasi pertama, gunakan temperatur 215 C kemudian hitung kalor hilang dan T2.
Menggunakan T2 yang baru hitung temperatur rata-rata seperti sebelumnya.

1.10 Konveksi, konduksi dan U. Suatu gas pada 175 oC mengalir sepanjang pipa 2 in
schedule 40. Pipa diinsulasi setebal 51 mm menggunakan bahan yang memiliki
konduktivitas termal rata-rata 0,0623 W/m.K. Koefisien konveksi di dalam pipa
31 W/m2.K dan di luar insulasi 11 W/m2.K. Temperatur udara luar 28 oC.
(a) Hitung kalor yang hilang per m pipa menggunakan tahanan.
(b) Ulangi (a) menggunakan Uo

1.11 Perpindahan kalor dalam pemanas kukus. Air pada temperatur rata-rata 21 oC
dipanaskan dalam pipa berdiameter dalam 2,0 cm dan diameter luar 2,4 cm.
Pemanas berupa kukus jenuh 120 oC yang mengembun di permukaan luar pipa.
Koefisien konveksi di dalam pipa 2800 W/m2.K dan di luar 8400 W/m2.K

NA – TK UNJANI 30
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

(a) Hitung kalor yang hilang tiap 1 m pipa menggunakan tahanan


(b) Ulangi (a) menggunakan Ui menggunakan Uo

1.12 Kalor yang hilang dari pengukuran temperatur. Sebatang pipa baja yang mengalir-
kan kukus memiliki diameter luar 3,5 cm. Pipa tersebut diinsulasi setebal 3 cm
menggunakan bahan yang memilik kondukstivitas termal 0,043 W/m.K. Sebuah
termokopel yang dipasang pada antarmuka pipa dengan insulasi menunjukkan
temperatur 115 oC dan yang dipasang di permukaan luar insulasi menujukkan
temperatur 32 oC. Hitung kalor yang hilang untuk tiap m pipa.

1.12 Radius kritik insulasi. Pipa logam untuk mengalirkan kukus memiliki diameter luar 4
cm dan temperatur permukaan luarnya 120 oC. Pipa diinsulasi setebal 2 cm dengan
bahan yang memiliki konduktivitas termal 0,08 W/m.K. Temperatur udara luar 30 oC
dan koefisien konveksi di luar 30 W/m2.K.
(a) Hitung radius kritik dan kalor yang hilang per m pipa tanpa insulasi
(b) Hitung kalor yang hilang tiap m pipa yang diinsulasi, anggap bahwa temperatur
permukaan pipa konstan

1.13 Kalor yang hilang pada tungku. Tungku persegi panjang dimensi bagian dalamnya
1,0  1,0  2,0 m memiliki tebal dinding 0,20 m. Konduktivitas termal dinding
0,95 W/m.K. Temperatur permukaan dalam tungku 600 oC dan temperatur permu-
kaan luarnya 70 oC. Hitung total kalor yang hilang dari tungku. Pengaruh keempat
sudut pada tungku diabaikan.

1.14 Kalor yang hilang dari pipa terkubur. Pipa air yang temperatur permukaan luarnya
28 oC memiliki diameter luar 150 mm dan panjang 10 m, ditanam mendatar dalam
tanah pada kedalaman 0,4 m dari pusat pipa. Temperatur permukaan tanah 7 oC
dan k tanah 0,85 W/m.K. Hitung kalor yang hilang sepanjang pipa.

1.15 Pemanasan menggunakan kukus yang mengembun. Udara dialirkan sepanjang tube
yang memiliki diameter dalam 4 cm dengan kecepatan 6 m/s. Temperatur rata-rata
220 oC dan tekanan 138 kPa. Temperatur dinding dalam dipertahankan konstan
205 oC dengan mengkondensasikan kukus di luar tube. Hitung koefisien koveksi di
dalam tube dan fluks kalor.

1.16 Luas permukaan pemindah kalor dan penggunaan temperatur rata-rata logaritmik.
Campuran reaksi yang memiliki kapasitas kalor rata-rata 1,85 kJ/kg dengan laju
7.260 kg/jam didinginkan dari 105 oC menjadi 70 oC dalam sebuah penukar kalor. Air
pendingin bertemperatur 27 oC tersedia dengan laju alir 4.536 kg/jam. Koefisien

NA – TK UNJANI 31
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

perpindahan kalor keseluruhan Uo = 653 W/m2.K. Hitung temperatur air keluar dan
area perpindahan,
(a) untuk aliran berlawanan
(b) ulangi (a) untuk aliran searah.

1.17 Pemanasan air dengan gas panas dan area perpindahan kalor. Air yang mengalir
dengan laju 13,85 kg/s akan dipanaskan dari 54,5 oC sampai 87,8 oC dalam penukar
kalor. Gas pemanas yang bertemperatur 427 oC mengalir berlawanan arah dengan
laju 54.430 kg/jam. Kapasitas kalor gas 1,005 kJ/kg.K. Uo = 69,1 W/m2.K. Hitung
temperatur gas keluar dan area perpindahan kalor.
Jawaban: T = 299,5 oC.

1.18 Pendinginan minyak dan koefisien perpindahan kalor keseluruhan. Minyak yang
mengalir dengan laju 7.258 kg/jam dan cpm = 2,0 kJ/kg.K didinginkan dari 121 oC
sampai 35 oC dalam penukar kalor aliran berlawanan arah. Air pendingin masuk
pada 25 oC dan keluar 40 oC. Hitung laju alir air yang diperlukan dan koefisien
perpindahan kalor keseluruhan Ui jika Ai = 5,11 m2.

1.19 Pemanasan udara dengan kukus yang mengembun. Udara pada tekanan 101,3 kPa
dan temperatur 289 oC mengalir dengan kecepatan 24,5 m/s dalam tube ber-
diameter dalam 12,7 mm dan panjangnya 1,52 m. Kukus yang mengembun di luar
tube dapat mempertahankan temperatur permukaan dalam tube 99 oC. Hitung
koefisien konveksi udara.

Petunjuk: Diselesaikan secara iteratif . Pertama asumsikan temperatur udara keluar


dari tube kemudian hitung temperatur rata-rata udara. Evaluasi setiap sifat fisik
udara pada temperatur rata-rata.

1.20 Pembakaran roti dalam oven. Irisan roti dibakar secara sinambung dalam oven
besar. Temperatur permukaan 100 oC, sedangkan temperatur dinding oven 204 oC.
Emisivitas roti 0,85 dan irisan roti dapat dianggap berbentuk kotak 11  11  33 cm3.
Hitung laju radiasi kalor, anggap bahwa roti kecil dibandingkan dengan oven dan
konveksi dapat diabaikan.

1.21 Radiasi dan konveksi dari pipa kukus. Pipa baja oksidasi horizontal yang mengalirkan
kukus memiliki diameter luar 0,17 m dan temperatur permukaan luarnya 102 oC
berada di udara bertemperatur 24 oC. Hitung kalor yang hilang secara konveksi dan
radiasi jika panjang pipa 1,5 m. Untuk pipa baja,  = 0,79. Anggap bahwa udara
sebagai ruangan tertutup yang besar.

NA – TK UNJANI 32
Perpindahan Kalor pada Keadaan Tunak

1.22 Radiasi dan konveksi pada irisan roti. Hitung total laju kalor yang dipindahakan pada
Soal 1.21, dengan perpindahan secara radiasi dan konveksi alamiah. Untuk radiasi,
terlebih dahulu hitung hr. Untuk konveksi alamiah gunakan persamaan yang
disederhanakan untuk rentang NGrNPr rendah. Untuk keempat sisi vertikal dapat
digunakan persamaan untuk pelat vertikal dengan panjang, L = 114,3 mm. Untuk
permukaan atas gunakan persamaan pendinginan bagian atas pelat horizontal dan
untuk alas gunakan persamaan pendinginan bagain bawah pelat horisontal. L untuk
pelat persegi panjang horizontal gunakan rata-rata linier dua dimensi.

1.23 Kalor hilang dari pipa. Tube stainless steel tanpa insulasi yang memiliki diameter
luar 76,2 mm dan  = 0,55 dipasang horizontal dalam udara bertemperatur 21 oC.
Temperatur permukaan luar tube 93 oC. Hitung nilai hc + hr untuk konveksi dan
radiasi juga kalor yang hilang pada pipa sepanjang 3 m.

1.24 Temperatur rata-rata logaritmik. Penukar kalor cangkang dan buluh 1-2 digunakan
untuk memanaskan fluida dari 35 oC sampai 120 oC menggunakan fluida panas yang
masuk pada 320 oC dan keluar pada 150 oC. Hitung TLM dan Tm.

1.25 Pendinginan minyak menggunakan air dalam penukar kalor. Minyak yang mengalir
dengan kecepatan 5,0 kg/s (cpm = 2,09 kJ/kg.K) didinginkan dalam penukar kalor
cangkang dan buluh 1-2 dari 94 oC menjadi 70 oC. Laju alir air pendingin 2,0 kg/s dan
temperaturnya 25 oC. Koefisien perpindahan kalor keseluruhan 340 W/m2.K. Hitung
luas permukaan perpindahan kalor yang diperlukan.
Petunjuk: buat dulu neraca kalor untuk menentukan temperatur pendingin keluar.

1.26 Pertukaran kalor antara minyak dengan air. Air dengan laju alir 1,13 kg/s dipanaskan
dalam penukar kalor cangkang dan buluh 1-2, dari 45 oC sampai 85 oC menggunakan
minyak yang memiliki kapasitas kalor 1,95 kJ/kg.K. Minyak masuk pada temperatur
120 oC dan keluar pada 85 oC. Hitung luas permukaan perpindahan kalor jika
koefisien perpindahan kalor keseluruhan 300 W/m2.K.

1.27 Temperatur keluaran dan efektivitas penukar kalor. Minyak panas dengan laju alir
3,0 kg/s (cp = 1,92 kJ/kg.K) didinginkan dari 125 oC sampai 50 oC menggunakan air
yang masuk berlawanan arah dengan laju alir 0,7 kg/s. Koefisien perpindahan kalor
keseluruhan 350 W/m2.K dan A = 15 m2. Hitung laju perpindahan kalor dan
temperatur minyak keluar.

NA – TK UNJANI 33

Anda mungkin juga menyukai