Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN RESMI

IMPACT TEST

Disusun Oleh :
M. Choiruddin (6210030002)
Danang Dwi H. (6210030004)
Jaenal Ghofur (6210030007)
Moh. Syarif H. (6210030020)

PRODI TEKNIK BANGUNAN KAPAL


JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2012
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Tujuan
I.1.1 Tujuan Intruksional Umum
Mahasiswa mampu melakukan pengujian beban mendadak (Impact
test) terhadap suatu material.
I.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
 Mahasiswa mampu menganalisa pengaruh takikan (notch) terhadap
kekuatan material.
 Mahasiswa mampu menganalisa energi dan kekuatan impact dari hasil
pengujian suatu material.
 Mahasiswa mampu menganalisa pengaruh temperatur terhadap beban
kejut/ impack suatu material. .
 Mahasiswa mampu menganalisa temperatur transisi suatu material.
 Mahasiswa mampu menganalisa jenis patahan suatu material.

I.2 Dasar Teori


Beberapa perangkat pada otomotif dan transmisi serta bagian-bagian pada
kereta api dan lain, akan mengalami suatu beban kejutan atau beban secara
mendadak dalam pengoperasianya. Maka dari itu ketahanan suatu material terhadap
beban mendadak, serta faktor-faktor yang mempengaruhi sifat material tersebut
perlu diketahui dan diperhatikan.
Pengujian ini berguna untuk melihat efek-efek yang ditimbulkan oleh
adanya takikan, bentuk takikan, temperatur, dan faktor-faktor lainnya. Impact test
bisa diartikan sebagai suatu tes yang mengukur kemampuan suatu bahan dalam
menerima beban tumbuk yang diukur dengan besarnya energi yang diperlukan
untuk mematahkan spesimen dengan ayunan sebagaimana ditunjukkan pada
gambar dibawah ini:

Bandul
Starting Position

Scale

Pointer

Specimen

Anvile

Gambar 1.1 Mesin Uji Impact

Bandul dengan ketinggian tertentu berayun dan memukul spesimen.


Berkurangnya energi potensial dari bandul sebelum dan sesudah memukul benda
uji merupakan energi yang diserap oleh spesimen.

α
β

h0

h1

Gambar 1.2 Sketsa Perhitungan Energi Impact Teoritis

Besarnya energi impact (joule) dapat dilihat pada skala mesin penguji. Sedangkan
besarya energi impact dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Eo = W.ho………....(1)
E1 = W.h1………...(2)
∆E = Eo - E1
= W (ho- h1)… .(3)
dari gambar 1.2 didapatkan ho = ℓ - ℓcos α
= ℓ (1 - cos α)……(4)
h1 = ℓ - ℓcos β
= ℓ (1 - cos β)…...( 5)
dengan subtitusi persamaan 4 dan 5 pada 3 di dapatkan :
∆E = W ℓ( cos β - cos α )……… (6)
dimana: Eo = Energi awal (J)
E1 = Energi akhir (J)
W = Berat bandul (N)
ho = Ketinggian bandul sebelum dilepas (m)
h1 = Ketinggian bandul setelah dilepas (m)
ℓ = panjang lengan bandul (m)
α = sudut awal (o)
β = sudut akhir (o)
Untuk mengetahui kekuatan impact /impact strength (Is) maka energi impact
tersebut harus dibagi dengan luas penampang efektif spesimen (A) sehingga :
Is = ∆E/A
= W ℓ( cos β - cos α )/A……… (7)
Pada suatu konstruksi, keberadaan takik atau nocth memegang peranan yang amat
berpengaruh terhadap kekuatan impact. Adanya takikan pada kerja yang salah seperti
diskotinuitas pada pengelasan, atau korosi lokal bisa bersifat sebagai pemusat tegangan
(stress concentration). Adanya pusat tegangan ini dapat menyebabkan material brittle
(getas), sehingga patah pada beban di bawah yield strength.
Ada tiga macam bentuk takikan menurut standart ASTM pada pengujian impact
yakni takikan type A (V), type B (key hole) dan type C (U) sebagaimana ditunjukkan pada
gambar di bawah ini:
Gambar 1.3 Macam-macam Bentuk Takikan Pada Spesimen Uji Impact

Fracture atau kepatahan pada suatu material dapat digolongkan sebagai brittle (getas) atau
ductile (ulet). Suatu material yang mengalami kepatahan tanpa mengalami deformasi
plastis dikatakan patah secara brittle. Sedangkan apabila kepatahan didahului dengan suatu
deformasi plastis dikatakan mengalami ductile Fracture. Material yang mengalami brittle
Fracture hanya mampu menahan energi yang kecil saja sebelum mengalami kepatahan.
Perbedaan permukaan kedua jenis patahan sebagaimana ditunjukkan pada gambar dibawah
ini :

Gambar 1.4 Pola Patahan Pada Penampang Specimen Uji Impact


I.3 Metode Pengujian Impact
Metode pengujian impact dibedakan menjadi 2 macam yaitu Metode
Charpy dan Metode Izod
a) Metode Charpy
Pada metode sebagaimana ditunjukkan pada gambar1.5.a, spesimen
diletakkan mendatar dan kedua ujung spesimen ditumpu pada suatu landasan.
Letak takikan (notch) tepat ditengah dengan arah pemukulan dari belakang
takikan. Biasanya metode ini digunakan di Amerika dan banyak negara yang
lain termasuk Indonesia.
b) Metode izod
Pada metode ini sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1.5.b, spesimen
dijepit pada salah satu ujungnya dan diletakkan tegak. Arah pemukulan dari
depan takikan. Biasanya metode ini digunakan di Negara Inggris.

Gambar 1.5 Metoda Pengujian Charpy (a) dan Izod (b)

I.4 Temperatur Transisi


Kemampuan suatu material untuk menahan energi impact sangat
dipengaruhi oleh temperatur kerja. Pengaruh temperatur terhadap kekuatan impact
setiap jenis material berbeda-beda.
Pada umumnya kenaikan temperatur akan meningkatkan kekuatan
impact logam, sedangkan penurunan temperatur akan menurunkan kekuatan
impactnya.
Diantara kedua kekuatan impact yang ekstrim tersebut ada suatu titik
temperatur yang merupakan transisi dari kedua titik ekstrim tersebut yakni suatu
temperatur yang menunjukkan perubahan sifat material dari ductile menjadi brittle.
Titik temperatur tersebut disebut ‘temperatur transisi’.
Ada 5 kriteria dalam penentuan temperatur transisi seperti yang ditunjukkan
oleh gambar 1.6. Kriteria pertama adalah T1 dimana temperatur transisi ini
diperoleh dari temperatur pada saat material bersifat 100% ductile menuju
ductile-brittle. Suhu transisi ini sering disebut fracture ductility temperature
(FDT).
Kriteria ke dua adalah T2 yaitu temperatur transisi ada pada titik dimana
fracture appearance berada pada 50%ductile-50%brittle.
Kriteria ke tiga (T3) adalah kriteria yang umum dipakai. Temperatur
transisinya diperoleh dari rumus : Is Transisi = (Is tertinggi + Is terendah) / 2.
Kriteria ke empat adalah T4. yaitu perubahan material dari ductile-
brittle menuju brittle setelah melewati Cv = 15 ft-lb.
Kriteria ke lima adalah T5 dimana suhu transisinya diperoleh dari
temperatur pada saat material bersifat ductile-brittle menuju brittle 100%.
Temperatur transisi ini sering disebut nil ductility temperature (NDT)
Energy absorbeb, Cv

NDT FDT
100
Fracture appearance

% cleavage fracture

50

Cv

0
T5 T4 T3 T2 T1
m
Temperature

Gambar 1.6 Grafik Temperatur Transisi


Apabila temperatur operasi dari suatu peralatan berada dibawah temperatur
transisi dari material yang digunakan, maka adanya crack pada material fracture
akan menyebabkan kerusakan pada peralatan, sedangkan apabila temperatur operasi
terendah masih diatas temperatur transisi dari material, maka brittle fracture bukan
merupakan masalah.

Menentukan panjang lengan bandul


☺ Angkat bandul sehingga membentuk sudut 10 0 dari garis
tegak.
☺ Lepaskan bandul sehingga berayun.
☺ Hitung dengan stopwatch waktu yang dibutuhkan untuk 50
ayunan (T50).
☺ Hitung lengan bandul dengan menggunakan persamaan
berikut :
T = 2 (ℓ / g)1/2…… (8)
Dimana T = periode (detik)
= T50 / 50
ℓ = panjang lengan bandul (m)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
BAB II
METODOLOGI

II.1 Peralatan
☺ Mesin Uji Impact
☺ Cooling Chamber
☺ Thermo Couple
☺ Kompor Listik
☺ Panci
☺ Jangka Sorong
☺ Tang
☺ Stamping
☺ Palu
☺ Kikir
☺ Amplas

II.2 Bahan
☺ Spesimen uji impact untuk temperatur panas (2 buah)
☺ Spesimen uji impact untuk temperature kamar (2 buah)
☺ Spesimen uji impact untuk temperature dingin (2 Buah)

II.3 Prosedur Praktikum


II.3.1 Persiapan spesimen
☺ Ambil spesimen dan jepit pada ragum,
☺ Ambil kikir dan kikir bekas-bekas machining pada
spesimen yang memungkinkan menyebabkan kesalahan ukur.
☺ Ulangi langkah diatas untuk seluruh spesimen.
II.3.2 Penandaan spesimen
☺ Ambil stamp dan tandai seluruh specimen
I : Untuk Spesimen Suhu Panas 72,3oC yang ke 1
J : Untuk Spesimen Suhu Panas 70,2oC yang ke 2
K : Untuk Spesimen Suhu Dingin 11,4 oC yang ke 1
L : Untuk Spesimen Suhu Dingin 8,00 oC yang ke 2
G : Untuk Spesimen Suhu Kamar 28,9 oC yang ke 1
H : Untuk Spesimen Suhu Kamar 28,9 oC yang ke 2
II.3.3 Pengukuran dimensi
☺ Ambil spesimen ukur dimensinya (panjang, lebar dan
tebalnya).
☺ Catat kode spesimen dan data pengukurannya pada lembar kerja
☺ Ulangi langkah diatas untuk semua spesimen.
II.3.4 Pengkondisian spesimen pada temperatur kerja

☺ Temperatur Panas(70,2 oC-72,3 oC)


☻ Masukkan air ke dalam panci dan letakkan diatas kompor
listrik yang telah dinyalakan.
☻ Tunggu sampai air mendidih dan masukkan spesimen
berkode P ke dalam panci dan tunggu ±5 menit.
☻ Ukur temperatur air sesaat sebelum spesimen diambil untuk diuji
impact.
☻ Catat pada lembar kerja.
☺ Temperatur Dingin(8 oC - 11,4 oC)
☻ siapkan termos yang berisi es batu pada temperatur
8-11,4 oC untuk percobaan dingin.
☻ Tunggu sampai penunjuk temperatur menunjukkan
angka 8-11,4 oC.
☻ Masukan specimen ke dalam termos es batu dan
tunggu ± 5 menit.
☻ Catat pada lembar kerja, temperatur sesaat sebelum
spesimen diambil untuk diuji impact.
☺ Tempeatur Kamar
Untuk specimen pada suhu kamar bisa langsung
dilakukan pengujian impact.
II.3.5 Pengujian pada mesin uji impact
☺ Mencatat data mesin pada lembar kerja.
☺ Tempatkan bandul pada posisi awal untuk pengujian.
☺ Atur jarum
penunjuk pada posisi 0.
☺ Ambil specimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat
dan cepat, terutama untuk kondisi panas dan dingin.
☺ Letakkan tangan kanan pada pin pengunci beban dan
tangan kiri pada rem.
☺ Tekan pin pengunci beban, sehingga bandul meluncur
menimpa spesimen.
☺ Tekan rem ketika bandul hendak mengayun untuk yang
kedua kalinya.
☺ Amati dan catat besarnya sudut dan besarnya energi yang
ditunjukkan oleh jarum penunjuk.
☺ Ulangi langkah diatas untuk seluruh specimen.
BAB III
ANALISA DATA

Tabel 3.1 Spesifikasi Mesin Impact dan Spesimen


IMPACT TEST
α : 160.43º Berat Bandul : 96.5 N Panjang Lengan : 0.82 m
Penandaan Panjang Lebar Tebal Tebal Pada Takikan Luas
W T An
No Spesimen L (mm) (mm) (mm) tn (mm) (mm2)
1 G 55 9.6 10 8.675 83.28
2 H 55 9.5 10 8.3 78.85
3 I 55 9.5 9.9 8.53 80.98
4 J 55 9.75 9.9 8.025 78.24
5 K 55.75 9.5 9.9 8.4 79.8
6 L 55 9.5 9.9 8.275 78.61

Tabel 3.2 Hasil Percobaan


E E Kuat Lateral
No Penandaan Jenis Lokasi Suhu Sudut Impact Teoritis Impact Expansion Jen
Spesimen Takikan Takikan (ºC) β (º) (J) (J) (J/mm2) Pata
1 G V _ 28.9 23 144 147.41 1.77 1,2 Duc
2 H V _ 28.9 22 150 147.94 1.88 1.175 Duc
3 I V _ 72.3 8 149 152.93 1.89 1.025 Duc
4 J V _ 70.2 7 149 153.11 1.96 0.85 Duc
5 K V _ 11.4 76 92 93.71 1.17 0.75 Bri
6 L V _ 8 32 138 141.67 1.8 1.025 Bri

3.1 Perhitungan
3.1.1 Menurut Percobaan
Spesimen suhu kamar 28.9oC (G)
Diket : E = 144 joule
A = 83,28 mm2
Maka kekuatan impact ( Is ) = E/A
= 144/83,28
= 1,73 J/mm2
Spesimen suhu kamar 28.9oC (H)
Diket : E =150 joule

A = 78,85 mm2
Maka kekuatan impact ( Is ) = E/A
= 150/78,85
= 1,9 J/mm2
Spesimen suhu panas 72,3oC (i)
Di ket : E = 149 joule
A = 80,98 mm2
Maka kekuatan impact ( Is ) = E/A
= 149/80,98
= 1,84 J/mm2
Spesimen suhu panas 70,2oC (J)
Diket : E = 149 joule
A = 78,24 mm2
Maka kekuatan impact ( Is ) = E/A
= 149/78,24
= 1,9 J/mm2
Spesimen suhu dingin 11,4 oC (K)
Di ket : E = 92 joule
A = 79,8 mm2
Maka kekuatan impact ( Is ) = E/A
=92/79,8
= 1,15 J/mm2
Spesimen suhu dingin 8oC (L)
Di ket : E = 138 joule
A = 78.61 mm2
Maka kekuatan impact ( Is ) = E/A
= 138/78,61
= 1,76 J/mm2
3.1.2 Menurut Teori
Mencari panjang lengan (ℓ)
Periode (T) = 90 detik
Periode tiap detik (T50) = 90/ 50 = 1,8 detik
T50 = 2. ( / g )

1,8s = 2. ( / 10 m s 2 )

(1,79s)2 = 42.  10 m s 2

ℓ = 0,82 m

Berat bandul (W) = 96.5 N


Sudut ( α ) = 160.45 o
Spesimen suhu kamar 28,9oC (G)
Sudut (β) = 23 0
Luas penampang = 83,28 mm2
Maka kekuatan impact
Is = W.ℓ.(cos  - cos )/A
= 96,5 N.0,82 m.(cos 23 – cos 160,45)/83,28 mm2
= 1,77 J/mm2
Spesimen suhu kamar 28,9oC (H)
Sudut (β) = 22 0
Luas penampang = 78,85 mm2
Maka kekuatan impact
Is = W.ℓ.(cos  - cos )/A
= 96,5 N.0,82 m.(cos 22 – cos 160,45)/78,85 mm2
= 1,88 J/mm2
Spesimen suhu panas 72,3 oC (i)
Sudut (β) = 8 0
Luas penampang = 80,98 mm2
Maka kekuatan impact
Is = W.ℓ.(cos  - cos )/A
= 96,5 N.0,82 m.(cos 8 – cos 160,45)/ 80,92 mm2
= 1,89 J/mm2
Spesimen suhu panas 70,2 oC (J)
Sudut akhir = 7 0
Luas penampang = 78,24 mm2
Maka kekuatan impact
Is = W.ℓ.(cos  - cos )/A
= 96,5 N.0,82 m.(cos 7 – cos 160,45)/ 78,24 mm2
= J/mm2
Spesimen suhu dingin 11,4 oC (K)
Sudut akhir = 76 0
Luas penampang = 79,8 mm2
Maka kekuatan impact
Is = W.ℓ.(cos  - cos )/A
= 96,5 N.0,82 m.(cos 76 – cos 160,43)/79,8mm2
= 1,17 J/mm2
Spesimen suhu dingin 8 oC (L)
Sudut akhir = 32 0
Luas penampang = 78,61 mm2
Maka kekuatan impact
Is = W.ℓ.(cos  - cos )/A
= 96,5 N.0,82 m.(cos 32 – cos 160,43)/78,61 mm2
= 1,8 J/mm2
Tabel 3.3 Perbandingan Energi Impact Percobaan dengan Perhitungan
Energi Rata-Rata Energi Rata-Rata
Suhu Spesimen Hasil Percobaan Hasil Perhitungan Selisih
(ºC) (J) (J)
70.2 149 153,02 4,02
28,9 147 147,68 0,68
11.4 115 117,69 2,69
Tabel 3.3 Perbandingan Kekuatan Impact Percobaan dengan Perhitungan
Kekuatan Impact Kekuatan Impact
Rata-Rata Hasil Rata-Rata Hasil
Selisih
Suhu Spesimen Percobaan Perhitungan
(ºC) (J/mm2) (J/mm2)
70,2 1.87 1.92 0.05
28.9 1.81 1.82 0.01
11.4 1.45 1.48 0.03
Gambar 3.1 Grafik Energi-Temperatur Percobaan

Gambar 3.2 Grafik Energi-Temperatur Perhitungan

Gambar 3.2 Grafik Energi-Temperatur Perhitungan dan Percobaan


Gambar 3.3 Grafik Impact Strengt-Temperatur Percobaan

Gambar 3.4 Grafik Impact Strengt-Temperatur Perhitungan

Gambar 3.4 Grafik Impact Strengt-Temperatur Percobaan dan Perhitungan


3.1.3 Perhitungan Lateral Expansion

Benda uji pada suhu kamar


 Benda uji G
Lateral Expansion = 12 - width
2
= 12 – 9.6
2
= 1.2 mm
 Benda uji H
Lateral Expansion = 11,85 - width
2
= 11,85 – 9.5
2
= 1,175 mm
Benda uji pada suhu panas

 Benda uji I
Lateral Expansion = 11,55 - width
2
= 11,55 – 9.5
2
= 1,025 mm

 Benda uji J
Lateral Expansion = 11,45 - width
2
= 11,45 – 9.75
2
= 0,85 mm
Benda uji pada suhu dingin

 Benda uji K
Lateral Expansion = 11 - width
2
= 11– 9.5
2
= 0,75 mm
 Benda uji L
Lateral Expansion = 11,55 - width
2
= 11,55 – 9.5
2
= 1,025 mm
Data Percobaan
Is Transisi = (Is tertinggi + Is terendah) / 2
= (1,87 + 1,45) / 2
= 1.66 J/mm2
Data Perhitungan
Is Transisi = (Is tertinggi + Is terendah) / 2
= (1.92+1.48) / 2
= 1.7
Temperatur transisi tersebut diperoleh dengan cara menarik garis hasil dari
menjumlahkan kekuatan impact tertinggi dengan kekuatan impact terendah kemudian
dibagi dua. Lebih singkatnya dapat dicari melalui rumus :

Is Transisi = Is Maximum + Is Minimum


2

Dari hasil Is transisi tersebut barulah ditarik garis kebawah sehingga didapat
temperatur transisinya.

Gambar 3.3 Grafik Temperatur Transisi


3.2Gambar Hasil Pengujian
3.2.1 Pada temperatur 28.9oC ( kamar)
Jenis patahan yang ditimbulkan adalah ulet (ductile) seperti yang
ditunjukkan oleh gambar di bawah ini :

Gambar 3.2 Patahan Ulet (ductile) Pada Spesimen G dan Spesimen H Suhu kamar 28.9oC
Ciri – ciri Ductile :
1. Spesimen pada umumnya tidak putus dengan permukaan patahan yang
kasar
2. Permukaan patahannya terlihat buram.
3. Terdapat serabut-serabut kasar pada permukaan patahannya.
3.2.2 Pada temperatur 70,2 oC (panas)
Jenis patahan yang ditimbulkan adalah ulet (ductile) seperti yang
ditunjukkan oleh gambar di bawah ini :
Gambar 3.1 Patahan Ulet (ductile) Pada Spesimen I dan Spesimen J Suhu Panas 70,2oC

Ciri – ciri Ductile :


1 Spesimen pada umumnya tidak putus dengan permukaan patahan yang
kasar.
2 Permukaan patahannya terlihat buram.
3 Terdapat serabut-serabut kasar pada permukaan patahannya.
3.2.3 Pada temperatur 11,4oC ( dingin )
Jenis patahan yang ditimbulkan adalah Brittle seperti yang
ditunjukkan oleh gambar di bawah ini :

Gambar 3.4 Patahan Brittle Pada Spesimen K dan Spesimen L Suhu Dingin

Ciri – ciri Brittle :


1. Spesimen putus dengan permukaan yang halus.
2. Terdapat bulir-bulir halus pada permukaan patahannya.
3. Permukaan patahannya bintik – bintik.
BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
Dari data hasil percobaan dan hasil perhitungan dapat di simpulkan bahwa:.
 Kekuatan impact pada hasil perhitungan atau teori lebih besar dari hasil percobaan
dengan selisih 0.01 %.
 Lateral expansión pada hasil percobaan ada perbedaan. Pada material suhu kamar
dan panas lateral expansión lebih lebar dibandingkan dengan material K dan L pada
suhu dingin.
 Permukaan kasar patahan pada material suhu kamar dan panas bersifat ductile,
sedangkan permukaan kasar pada material suhu dingin bersifat brittel.
 Material mempunyai temperatur transisi pada suhu 200C dan pada kekuatan
impact sebesar 1.7 J/mm2.

IV.2 Saran
Kami selaku pembuat laporan memberikan saran kepada pembaca agar benar –
benar membaca dengan baik, sehingga dapat mengerti Uji Impact.
Daftar Pustaka

Wachid Suherman, Ir, [1987], Diktat Pengetahuan Bahan, Jurusan Teknik Mesin FTI,ITS

Dosen Metallurgi, [1986], Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin FTI, ITS

M.M. Munir, [2000], Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik Bangunan Kapal,
PPNS

Budi Prasojo, ST [2002], Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik Permesinan
Kapal, PPNS

Anda mungkin juga menyukai