IMPACT TEST
Disusun Oleh :
Widya Cahyati
(6507040046)
(6507040058)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Tujuan
I.1.1 Tujuan Intruksional Umum
Mahasiswa mampu melakukan pengujian beban mendadak (Impact
test) terhadap suatu material.
I.1.2
I.2
Dasar Teori
Beberapa perangkat pada otomotif dan transmisi serta bagian-bagian pada
kereta api dan lain, akan mengalami suatu beban kejutan atau beban secara
mendadak dalam pengoperasianya. Maka dari itu ketahanan suatu material terhadap
beban mendadak, serta faktor-faktor yang mempengaruhi sifat material tersebut
perlu diketahui dan diperhatikan.
Pengujian ini berguna untuk melihat efek-efek yang ditimbulkan oleh
adanya takikan, bentuk takikan, temperatur, dan faktor-faktor lainnya. Impact test
bisa diartikan sebagai suatu tes yang mengukur kemampuan suatu bahan dalam
menerima beban tumbuk yang diukur dengan besarnya energi yang diperlukan
untuk mematahkan spesimen dengan ayunan sebagaimana ditunjukkan pada
gambar dibawah ini:
Bandul
Starting Position
Scale
Pointer
Specimen
Anvile
h0
h1
....(1)
E1 = W.h1
...(2)
E = Eo - E1
= W (ho- h1)
.(3)
(4)
h1 = - cos
= (1 - cos )
...( 5)
- cos
(6)
Untuk mengetahui kekuatan impact /impact strength (Is) maka energi impact
tersebut harus dibagi dengan luas penampang efektif spesimen (A) sehingga :
Is = E/A
= W ( cos
- cos
)/A
(7)
Pada suatu konstruksi, keberadaan takik atau nocth memegang peranan yang amat
berpengaruh terhadap kekuatan impact. Adanya takikan pada kerja yang salah seperti
diskotinuitas pada pengelasan, atau korosi lokal bisa bersifat sebagai pemusat tegangan
(stress concentration). Adanya pusat tegangan ini dapat menyebabkan material brittle
(getas), sehingga patah pada beban di bawah yield strength.
Ada tiga macam bentuk takikan menurut standart ASTM pada pengujian impact
yakni takikan type A (V), type B (key hole) dan type C (U) sebagaimana ditunjukkan pada
gambar di bawah ini:
I.3
I.4
Temperatur Transisi
Kemampuan suatu material untuk menahan energi impact sangat
dipengaruhi oleh temperatur kerja. Pengaruh temperatur terhadap kekuatan impact
setiap jenis material berbeda-beda.
Pada umumnya kenaikan temperatur akan meningkatkan kekuatan
impact logam, sedangkan penurunan temperatur akan menurunkan kekuatan
impactnya.
Diantara kedua kekuatan impact yang ekstrim tersebut ada suatu titik
temperatur yang merupakan transisi dari kedua titik ekstrim tersebut yakni suatu
temperatur yang menunjukkan perubahan sifat material dari ductile menjadi brittle.
Titik temperatur tersebut disebut temperatur transisi .
NDT
100
50
Cv
T5
T4
T3 T2
T1
% cleavage fracture
Energy absorbeb, Cv
Fracture appearance
Temperature
BAB II
METODOLOGI
II.1
Peralatan
Mesin Uji Impact
Cooling Chamber
Thermo Couple
Kompor Listik
Panci
Jangka Sorong
Tang
Stamping
Palu
Kikir
Amplas
II.2
Bahan
Spesimen uji impact untuk temperatur panas (2 buah)
Spesimen uji impact untuk temperature kamar (2 buah)
Spesimen uji impact untuk temperature dingin (2 Buah)
II.3
Prosedur Praktikum
II.3.1
Persiapan spesimen
Ambil spesimen dan jepit pada ragum,
Ambil kikir
dan kikir
Pengukuran dimensi
Ambil
tebalnya).
Catat kode spesimen dan data pengukurannya pada lembar kerja
Ulangi langkah diatas untuk semua spesimen.
II.3.4
pada
suhu kamar
bisa langsung
II.3.5
besarnya
sudut
dan
besarnya
energi yang
(8)
BAB III
ANALISA DATA
Tabel 3.1 Spesifikasi Mesin Impact dan Spesimen
IMPACT TEST
: 160.43
Berat Bandul : 96.5 N
Penandaan Panjang Lebar Tebal
W
T
No Spesimen L (mm) (mm) (mm)
0
54.9
10
9.85
1
2
1
54.55
10
9.85
2
54.7
9.95
9.8
3
3
54.8
10
9.9
4
4
54.85
10
9.9
5
5
55.55
9.9
9.8
6
3.1
Sudut
()
6
38
90
144
2.5
18.2
E
E
Kuat
Impact Teoritis
Impact
Jenis
(J)
(J)
(J/mm2)
Patahan
149.4 149.5364
1.8
Ductile
133.6
133.57 1.659627329 Ductile
72.5
72.57
0.852214288 Brittle
10.03
10.28
0.118
Brittle
149.6
149.8
1.87
Ductile
146.3
146.07 1.802168022 Ductile
Perhitungan
3.1.1 Menurut Percobaan
Spesimen suhu panas 100oC (0)
Diket : E = 149,40 joule
A = 83 mm2
Maka kekuatan impact ( Is ) = E/A
= 149,40/83
= 1,80 J/mm2
Spesimen suhu panas 100oC (1)
Diket : E =133,60
A = 80,50 mm2
Prosentase
Kesalahan
0.09%
-0.02%
0.10%
2.43%
0.13%
-0.16%
= 89.6 detik
1,79s = 2 . ( / 9,8 m s 2 )
(1,79s)2 = 4 2. 9,8 m s 2
= 0,768 m
= 0,8 m
Berat bandul (W) = 96.5 N
Sudut (
) = 160.43 o
= W. .(cos
- cos )/A
= 1,801J/mm2
Spesimen suhu panas 100oC (1)
Sudut akhir = 38 0
Luas penampang = 80,5 mm2
Maka kekuatan impact
Is
= W. .(cos
- cos )/A
cos 160,43)/80,5 mm2
= W. .(cos
- cos )/A
= W. .(cos
- cos )/A
= 0,120 J/mm2
Spesimen suhu kamar 25 oC (4)
Sudut akhir = 2,5 0
Luas penampang = 80 mm2
Maka kekuatan impact
Is
= W. .(cos
- cos )/A
= W. .(cos
- cos )/A
= 1,799 J/mm2
Energi Rata-Rata
Hasil Percobaan
Energi Rata-Rata
Hasil Perhitungan
Selisih
(J)
41.265
147.95
141.5
(J)
41.425
147.935
141.5532
0.16
-0.015
0.0532
Suhu Spesimen
(C)
-50
25
100
Kekuatan Impact
Rata-Rata Hasil
Percobaan
Kekuatan Impact
Rata-Rata Hasil
Perhitungan
(J/mm2)
0.485107144
1.836084011
1.729813665
(J/mm2)
0.48714519
1.83564958
1.73153761
Selisih
0.002038
-0.00043
0.001724
2
1.8
1.6
Kekuatan Impact
1.4
1.2
Percobaan
Teori
0.8
0.6
0.4
0.2
0
-100
-50
50
100
150
Suhu Spesim en
Data Perhitungan
Is Transisi = (Is tertinggi + Is terendah) / 2
= (1.83564958 + 0.48714519) / 2
= 1.161397385
Temperatur transisi tersebut diperoleh dengan cara menarik garis hasil dari
menjumlahkan kekuatan impact tertinggi dengan kekuatan impact terendah kemudian
dibagi dua. Lebih singkatnya dapat dicari melalui rumus :
Dari hasil Is transisi tersebut barulah ditarik garis kebawah sehingga didapat
temperatur transisinya.
3.2
Gambar 3.2 Patahan Brittle Pada Spesimen 2 dan Spesimen 3 Suhu Dingin
Ciri ciri Brittle Fracture :
1. Spesimen putus dengan permukaan yang halus
2. Terdapat bulir-bulir halus pada permukaan patahannya
3. Permukaan patahannya mengkilap
4. Biasa disebut granular fracture atau cleavage fracture
3.2.2 Pada temperatur 25oC ( kamar)
Jenis patahan yang ditimbulkan adalah ulet (ductile) seperti yang
ditunjukkan oleh gambar di bawah ini :
Gambar 3.3 Patahan Ulet (ductile) Pada Spesimen 4 dan Spesimen 5 Suhu kamar 25oC
Ciri ciri Ductile Fracture :
Gambar 3.4 Patahan Ulet (ductile) Pada Spesimen 0 dan Spesimen 1 Suhu Panas100oC
Ciri ciri Ductile Fracture :
1. Spesimen pada umumnya tidak putus dengan permukaan patahan yang
kasar
2. Permukaan patahannya terlihat buram
3. Terdapat serabut-serabut kasar pada permukaan patahannya
4. Biasa disebut Fibrous fracture
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dari data hasil percobaan dan hasil perhitungan dapat di simpulkan bahwa:
Spesimen dengan temperatur pengujian 100 oC mempunyai kekuatan impact
sebesar 1,7295 J/mm
Spesimen yang di uji pada temperatur kamar (25C) mempunyai kekuatan impact
sebesar 1,836 J/mm
Spesimen dengan temperatur pengujian -50C mempunyai kekuatan impact sebesar
0,485 J/mm2
Spesimen mempunyai kekuatan impact yang besar ketika pada temperatur panas
dan kamar dan lebih bersifat ductile,tetapi turun drastis ketika pada temperatur
dingin daan lebih bersifat brittle.
Spesimen mempunyai temperatur transisi pada suhu -12,5oC dan pada kekuatan
impact sebesar J/mm2.
2.
Spesimen
-
Kedalaman takikan lebih atau kurang dari 2mm. Radius takikan lebih
atau kurang dari 0,25mm. Hal ini dikarenakan PPNS tidak memiliki alat
untuk membuat takikan yang presisi sehingga pembentukan takikan
menggunakan mesin scrap.
3.
Holding time
Ketika material dipanaskan atau didinginkan memerlukan waktu tahan 5
menit, supaya panas atau dingin dapat meresap kedalam specimen.
Kenyataannya ketika melakukan praktikum praktikan tidak memberikan
holding time , sehingga panas atau dingin hanya ada dipermukaan specimen.
4.
Daftar Pustaka
Wachid Suherman, Ir, [1987], Diktat Pengetahuan Bahan, Jurusan Teknik
Mesin FTI, ITS
Dosen Metallurgi, [1986], Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik
Mesin FTI, ITS
M.M. Munir, [2000], Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik
Bangunan Kapal, PPNS
Budi Prasojo, ST [2002], Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik
Permesinan Kapal, PPNS