Anda di halaman 1dari 25

ILMU MATERIAL

AKWAN SAGARA DARUSSALAM


2284220044
Kekuatan tarik adalah salah satu sifat mekanik yang sangat
penting dan dominan dalam suatu perancangan konstruksi
dan proses manufaktur. Setiap material atau bahan
memiliki sifat (kekerasan, kelenturan, dan lain lain) yang
berbeda-beda. Untuk dapat mengetahui sifat mekanik dari
suatu material maka diperlukan suatu pengujian, salah satu
pengujian yang paling sering dilakukan yaitu uji tarik (tensile
test). Pengujian ini memiliki fungsi untuk mengetahui tingkat
kekuatan suatu material dan untuk mengenali karakteristik
pada material tersebut.
Nilai kekuatan dan elastisitas dari material uji dapat dilihat
dari kurva hasil uji tarik. Selain kekuatan dan elastisitas, sifat
lain yang dapat diketahui adalah sebagai berikut :
1.Kekuatan luluh dari material.
2.Keuletan dari material.
3.Kelentingan dari suatu material

TENSILE TEST/UJI TARIK


 Pemberian beban

Spesimen akan diberi beban uji aksial yang semakin besar


secara kontinyu. Akibat dari pembebanan aksial tersebut,
spesimen akan mengalami perubahan panjang.
Perubahan beban (P) dan perubahan panjang (∆L)
tercatat pada mesin uji tarik berupa grafik, yang
merupakan fungsi beban dan pertambahan panjang dan
disebut sebagai grafik P – ∆L dan kemudian dijadikan
grafik Stress-Strain yang menggambarkan sifat bahan
secara umum seperti pada Gambar berikut ini.
Keterangan :
A = Titik propolsionalitas
B = Titik elastis
C = Titik yield
D = Titik maksimum
E = Titik patah

TENSILE TEST/UJI TARIK


Langkah kerja Uji Tarik (Tensile Test) :
1.Menyiapkan spesimen. Langkah yang dilakukan dalam menyiapkan spesimen adalah: – Ambil spesimen dan
jepit pada ragum. – Siapkan kikir, dan kikir bekas machining pada spesimen yang memungkinkan menyebabkan
salah ukur. – Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
2.Pembuatan gauge length.
3.Pengukuran dimensi Langkah yang dilakukan dalam pengukuran dimensi adalah: – Ambil spesimen dan ukur
dimensinya. – Catat jenis spesimen dan data pengukurannya pada lembar kerja. – Ulangi langkah di atas untuk
seluruh spesimen.
4.Pengujian pada mesin uji tarik. Langkah yang dilakukan dalam pengujian pada mesin uji tarik adalah: – Catat
data mesin pada lembar kerja. – Ambil kertas milimeter dan pasang pada tempatnya. – Ambil spesimen dan
letakkan pada tempatnya secara tepat. – Setting beban dan pencatat grafik pada mesin tarik. – Berikan beban
secara kontinyu sampai spesimen patah. – Catat besarnya beban pada saat yield, ultimate dan ketika patah yang
nilainya tampak pada monitor beban. – Setelah patah, ambil spesimen dan ukur panjang dan luasan penampang
yang patah . – Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

TENSILE TEST/UJI TARIK


TENSILE TEST/UJI TARIK
 Pengertian Uji tekuk (bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk menentukan mutu
suatu material secara visual. Proses pembebanan menggunakan mandrel atau pendorong yang
dimensinya telah ditentukan untuk memaksa bagian tengah bahan uji atau spesimen tertekuk diantara
dua penyangga yang dipisahkan oleh jarak yang telah ditentukan. Selanjutnya bahan akan mengalami
deformasi dengan dua buah gaya yang berlawanan bekerja pada saat yang bersamaan. Dalam
pemberian beban dan penentuan dimensi mandrel ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Kekuatan tarik ( Tensile Strength ).
2. Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C pada material.
3. Tegangan luluh ( Yield Stress ).

BENDING TEST/UJI TEKUK


 Pengujian Three Point Bending

Yaitu benda dikenai beban pada satu titik tepat


pada bagian tengah batang ( ½ L)
Pengukuran tegangan yang terjadi pada specimen
uji dapat dilakukan melalui perhitungan
berikut:

BENDING TEST/UJI TEKUK


 Pengujian Four Point Bending

Yaitu benda kerja dikenai beban pada dua titik, yaitu


pada ⅓L dan ⅔L.
Pada perhitungan pengujian Four Point Bending
digunakan persamaan : Sedangkan untuk mencari modulus
elastisitas bending menggunakan rumus :

BENDING TEST/UJI TEKUK


 Langkah Kerja Uji Bending :

1. Material diletakkan di atas dukungan, biasanya dengan bagian yang akan ditekan menghadap ke atas.
2. Alat pengujian, yang biasanya berupa pendorong atau ram, kemudian ditempatkan di atas material.
3. Gaya diterapkan pada material secara bertahap. Selama proses ini, penting untuk memantau dan
mencatat bagaimana material bereaksi.
4. Setelah gaya mencapai titik tertentu, atau setelah material mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan,
pengujian dihentikan.
5. Hasil pengujian kemudian dicatat dan dianalisis.

BENDING TEST/UJI TEKUK


 Pengertian Uji Impact
Uji impak adalah pengujian dengan menggunakan
pembebanan yang cepat (rapid loading). Dalam pengujian
mekanik, terdapat perbedaan dalam pemberian jenis
beban kepada material. Uji tarik, uji tekan, uji puntir
adalah pengujian yang menggunakan beban statik.
Sedangkan uji impak menggunakan beban dinamik. Pada
pembebanan cepat atau disebut juga beban impak,
terjadi proses penyerapan energi yang besar dari energi
kinetik suatu beban yang menumbuk ke spesimen.
Proses penyerapan energi ini akan diubah dalam
berbagai respon pada material seperti deformasi plastis,
efek isterisis, gesekan dan efek inersia.

IMPACT TEST/UJI IMPACT


 Teknik Impact Test
Ada dua teknik uji impak yang standar yaitu charpy dan
izod. Pengujian ini bertujuan untuk menguji
kecenderungan logam untuk patah getas dan untuk
mengukur energi impak atau istilah lainnya disebut notch
toughness (mengukur ketangguhan logam terhadap
adanya takik) Teknik charpy V-noch (CVN) adalah teknik
yang paling banyak digunakan.
Pada uji impak digunakan spesimen uji bertakik yang
dipukul dengan sebuah pendulum, pada teknik izod,
spesimen dijepit pada satu ujung hingga takik berada
didekat penjepit. Pendulum diayunkan dari ketinggian
tertentu akan memukul ujung spesimen yang tidak dijepit
dari depan takik. Pada charpy spesimen uji diletakkan
mendatar kedua ujungnya ditahan, pendulum akan
memukul batang uji dari belakang takik.

IMPACT TEST/UJI IMPACT


Nilai besarnya energi impact (joule)
dapat dilihat pada skala mesin penguji.
Sedangkan besarya energi impact secara
teoritis dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:

IMPACT TEST/UJI IMPACT


 Temperatur Transisi
Pengujian impak juga dapat digunakan untuk menentukan ductile to brittle transition temperature yaitu
temperatur tertentu yang lebih rendah dimana logam berubah menjadi getas. Temperatur transisi ini
hanya dapat diperoleh jika pengujian impact dilakukan pada temperatur yang bervariasi. Ada 5
kriteria dalam penentuan temperatur transisi seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4.
Kriteria 1, yaitu T1 pada temperatur ini pola patahan adalah 100% fibrous. FTP (Fracture Trasnsition
Plastic), kriteria ini sangat konservatif karena pada suhu ini spesimen patah ulet telah dianggap
mengalami transisi.
Kriteria 2, yaitu T2 FATT (fracture Apperance Transition Temperature) Temperatur pada saat
menghasilkan pola patahan 50% cleavage fracture & 50% ductile fracture.
Kriteria 3, yaitu T3 rata-rata energi tertinggi dengan energi terendah yang diserap, besarnya seringkali
mirip dengan T2.
Kriteria 4, yaitu T4 temperatur yang dapat menghasilkan energi sebesar 20 joule (15 ft lb).
Kriteria 5, yaitu T5 temperatur yang menghasilkan pola patahan 100% cleavage fracture disebut NDT (Nil
Ductility Temperature).

IMPACT TEST/UJI IMPACT


IMPACT TEST/UJI IMPACT
Uji Kekerasan adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical
properties) dari suatu material. Kekerasan suatu material
harus diketahui khususnya untuk material yang dalam
penggunaanya akan mangalami pergesekan (frictional force)
dan deformasi plastis. Deformasi plastis sendiri suatu
keadaan dari suatu material ketika material tersebut
diberikan gaya maka struktur mikro dari material tersebut
sudah tidak bisa kembali ke bentuk asal artinya material
tersebut tidak dapat kembali ke bentuknya semula. Lebih
ringkasnya kekerasan didefinisikan sebagai kemampuan
suatu material untuk menahan beban identasi atau
penetrasi (penekanan).

HARDNESS TEST/UJI KEKERASAN


1. Metode Pengujian Kekerasan Brinell.
Pengujian Brinell merupakan jenis hardness test
dengan cara menusuk atau menekan spesimen
menggunakan indenter berbentuk bola yang
terbuat dari baja yang sudah dikeraskan atau
karbida tungsten. Indenter bola baja digunakan
untuk material yang memiliki kekerasan Brinell
hingga 450 BHN.
Indentor bola karbida tungsten harus digunakan
apabila material yang di uji memiliki kekerasan
Brinell antara 451-650 BHN. Pengujian yang
standar dilakukan dengan menggunakan diameter
10 mm bola baja atau karbida tungsten dengan
beban 3000 kgf untuk logam keras, beban 1500 kgf
untuk logam pertengahan, dan beban 500 kgf serta
lebih rendah untuk material lunak.

HARDNESS TEST/UJI KEKERASAN


Penulisan nilai Hardness Brinell harus diikuti dengan simbol
HBW atau HBS. dan jika diameter indenter dan beban yang
digunakan tidak standar maka harus diikuti oleh kondisi
pengujian yang meliputi diameter indenter yang digunakan,
F = gaya tekan (kgf) D = diameter beban dan dwell time, jika waktu yang digunakan saat
indenter (mm) d = diameter indentasi pembebanan di luar 10-15 detik. Contoh:
(mm) HBW berarti hardness Brinell •220 HBW artinya nilai Hardness Brinell 220 dengan indenter
dengan indenter karbida tungsten.
10 mm beban 3000 kgf dwell time 10-15 detik.
Jika indenter yang digunakan bola
•350 HBW 5/750 artinya nilai Hardness Brinell 350 dengan
baja (steel ball) maka kekerasan
dinyatakan dengan HBS. Atau secara indenter 5 mm beban 750 kgf dwell time 10-15 detik.
umum biasanya dinyatakan dengan •600 HBW 1/30/20 artinya nilai Hardness Brinell 600 dengan
BHN. indenter 1 mm beban 30 kgf dwell time 20 detik

HARDNESS TEST/UJI KEKERASAN


2. Metode pengujian kekerasan Vickers.
Prinsip dasar pengujian vickers sama dengan uji Brinell,
perbedaannya penggunaan indentor intan yang berbentuk
piramid beralas bujur sangkar dan sudut puncak antara dua sisi
yang berhadapan 136o. Pengukuran diagonal segi empat lebih
akurat dibandingkan pengukuran pada lingkaran. Pengujian ini
dapat dilakukan untuk spesimen tipis hingga 0,006 inci.

Nilai yang diperoleh akurat hingga nilai 1300 (setara dengan


Brinell 850). Indentor relatif tidak menjadi rata seperti pada
Brinell. Beban yang digunakan pada uji vickers antara 1 hingga
120 kgf. Perubahan beban relatif tidak mempengaruhi hasil
pengujian, penggunaan beban yang berbeda akan tetap
menghasilkan nilai yang sama untuk material yang sama. Nilai
Hardness Vickers dapat dihitung dengan persamaan :

HARDNESS TEST/UJI KEKERASAN


Penulisan nilai kekerasan vickers harus diikuti
akhiran yang menunjukkan gaya yang digunakan
dan durasi pembebanan jika waktu yang
Dimana: digunakan diluar 10-15 detik.
HV = Hardness Vickers
P = Beban (kgf) Contoh penulisan nilai Hardness vickers :
α = sudut 2 sisi yang berhadapan pada indentor 440 HV 30 artinya nilai Hardness 440 dengan
d = diagonal indentasi rata-rata (mm) beban 30 kgf dan durasi pembebanan 10-15
detik.
440 HV 30/20 artinya nilai Hardness 440 dengan
beban 30 kgf dan durasi pembebanan 20 detik.

HARDNESS TEST/UJI KEKERASAN


3. Metode pengujian kekerasan Rockwell.
Metode Hardness Test Rockwell berbeda dengan Brinell dan Vickers. Pada uji kekerasan Rockwell tidak
melakukan pengukuran tapak tekan secara manual, pengukuran langsung dilakukan oleh mesin dan
langsung menunjukkan nilai hardness dari bahan yang diuji, nilai ini dapat dilihat pada dial indicator.

Nilai kekerasan yang diperoleh berhubungan terbalik dengan kedalaman identasi. Indenter yang
digunakan adalah bola baja yang diperkeras berukuran 1/16 in dan 1/8 in serta kerucut intan bersudut
120o dengan ujung bulat diberi nama brale. Pada operasi pengujian, Beban minor diterapkan sebesar
10 kgf yang menyebabkan identasi awal dan menempatkan identer pada posisi yang akurat untuk
penekanan. Dial ditempatkan pada skala tanda set nol.

Selanjutnya, pemberian beban utama (major) yang berbeda besarannya tergantung pada skala rockwell
yang digunakan lihat Tabel 1. Rockwell skala A digunakan untuk logam yang sangat keras. Rockwell skala
B digunakan untuk menguji material dengan kekerasan medium. Skala B memiliki nilai 0 – 100. Nilai
Hardness diatas 100 memberikan hasil pengujian yang kurang valid sebab kemungkinan indentor telah
menjadi rata.

HARDNESS TEST/UJI KEKERASAN


HARDNESS TEST/UJI KEKERASAN
Uji puntir (torsion test) adalah salah satu pengujian merusak yang
mengakibatkan suatu material mengalami patahan. Uji puntir pada suatu
spesimen dilakukan untuk menentukan keplastisan suatu material. Spesimen
yang digunakan pada pengujian puntir adalah batang dengan penampang
melingkar karena bentuk penampang ini paling sederhana sehingga mudah
untuk diukur. Spesimen tersebut hanya dikenai beban puntiran pada salah satu
ujungnya karena dua pembebanan akan menyebabkan sudut puntir tidak
konstan. Pengukuran yang dilakukan pada uji punter adalah momen puntir dan
sudut puntir. Pengukuran ini kemudian di konversikan menjadi sebuah grafik
momen puntir terhadap sudut puntir (dalam puutaran). Namun, pada daerah
plastis hubungan antara momen puntir dengan sudut puntir tidak linier lagi,
sehingga diperlukan rumus yang berbeda untuk mencari tegangan geser.

TORQUE TEST/UJI PUNTIR


Prosedur Uji Puntir :
1.Persiapkan spesimen yang akan diuji punter
2.Periksa dan pasang jarum penunjuk momen punter
pada skala nol
3.Atur jarum penunjuk sudut punter pada skala nol
4.Atur jarum penunjuk momen punter pada skala nol
5.Pasang spesimen uji dengan baik. Putarlah grip
pemegang ke arah yang sesuai. Pastikan
pengencangan yang dilakukan tidak terlalu rendah
maupun besar. Gunakan alat bantu bila perlu
6.Putar pemutar pada mesin punter untuk menghitung
besarnya torsi tiap perubahan sudut yang terjadi
7.Amati dan catat momen torsi pada penambahan
sudut punter tiap 10 derajat hingga benda uji putus

TORQUE TEST/UJI PUNTIR


Keterangan :
τg = Teganagn geser (Mpa)
Tmax = Momen puntir (N.m)
 = 3,14
d = Jari-jari (mm)

TORQUE TEST/UJI PUNTIR


THANK YOU
AKWANDARUSSALAM@GMAIL.COM

Anda mungkin juga menyukai