Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN LOGAM

UJI IMPAK

Disusun oleh:

Muhammad Firdaus Treeza Putra/201810120311206

Bima Cahya Gaseta/201810120311209

Kelompok 26

LABORATORIUM TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebuah logam memiliki beberapa sifat yakni sifat fisik, mekanik, teknologi,
dan kimia. Salah satu yang memiliki nilai krusial pada sebuah industri utamanya
sebagai faktor yang mendasari dalam suatu perancangan adalah sifat mekanik.
Sifat mekanik didefinisikan sebagai ukuran kemampuan bahan untuk membawa
atau menahangaya atau tegangan. Pada saat menahan beban, atom-atom atau
struktur molekul berada dalam kesetimbangan. Gaya ikatan pada struktur
menahan setiap usaha untuk mengganggu kesetimbangan ini, misalnya gaya
luar atau beban. Sifat mekanik ini terdiri dari keuletan, kekerasan, kekuatan,
dan ketangguhan.
Dengan sifat pada masing-masing material berbeda, maka banyak metode
untuk menguji sifat apa sajakah yang dimiliki oleh suatu material dan untuk
mengetahui sifat mekanik tersebut salah metode pengujiannya adalah dengan
melakukakan pengujian impak. Metode pengujian untuk ketangguhan dapat
dilakukan dengan metode charpy atau izod. Metode yang dipilih disesuaikan
dengan standar pengujian yang dipakai. Metode charpy banyak dilakukan di
Amerika Serikat, sedangkan metode izzod banyak dilakukan di Eropa. Dengan
mengetahui sifat suatu material melalui pengujian, maka dapat meminimalisir
resiko kegagalan fungsi dari produk yang diciptakan dari material tersebut.
Keuletan material dapat diketahui apabila terjadi perpatahan. Ada dua golongan
patahan yaitu patah getas danpatah ulet. Maka daripada itu, praktikum
pengujian impak ini sangat diperlukan oleh mahasiswa agar mengetahui cara
melakukan pengujian keuletan material dan mengetahui cara melakukan
perhitungan tingkat keuletan material
1.2 Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui temperature transisi perilaku kegetasan sebuah materia
2. Untuk menganalisis permukaan patahan (fractografi) sampel impak yang
diuji pada berbagai temperature
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


Suatu sifat material mekanik yang muncul sebagai respon terhadap gaya
impak disebut sebagai ketangguhan. Adapun ketangguhan sendiri disefinisikan
sebagai ukuran besarnya penyerapan energi yang diperlukan untuk mematahkan
logam. Ketangguhan suatu material sangat dipengaruhi oleh kekuatan dan
keuletan material tersebut.
Pengujian Impak merupakan pengujian yang mengukur ketahanan bahan
tersebut terhadap beban kejut. Inilah yang membedakan pengujian impak dengan
pengujian tarik dan kekerasan dimana pembebanan dilakukan secara perlahan-
lahan. Pengujian impak merupakan suatu upaya untuk mensimulasikan
kondisioperasi material yang sering ditemui dalam perlengkapan konstruksi
dantreansportasi dimana beban tidak selamanya terjadi secara perlahan-
lahanmelainkan dating secara tiba-tiba, contoh deformasi pada bumper mobil
padasaat kecelakaan.
Dasar pengujian impak ini adalah penyerapan energi potensial dari
pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan
menumbukbenda uji sehingga benda uji mengalami deformasi maksimum
hinggamengakibatkan perpatahan. Pada pengujian impak ini banyaknya energy
yang diserap oleh bahan untuk terjadinya perpatahan merupakan ukuran
ketahanan impak atau ketangguhan bahan tersebut. Suatu material dikatakan
tangguh bila memiliki kemampuan menyerap beban kejut yang besar tanpa
mengalami retak atau deformasi dengan mudah.
Pada pengujian impak, energi yang diserap oleh benda uji biasanya dinyatakan
dalam satuan joule dan dibaca langsung pada skala (dial) petunjuk yang telah
dikalibrasi yang terdapat pada mesin penguji.

2.2 Metode Pengujian Impak


Secara umum, pengujian impak dilakukan untuk mengetahui ketangguhan
bajayaitu pengujian dengan metode Izod dan Charpy, mengikuti Standar ASTM
E23.
1. Metoda Charpy
Metoda Charpy menggunakan batang impak biasa, biasa digunakan di
Amerika Serikat. Benda uji Charpy mempunyai luas penampang
lintang bujursangkar (10 x 10 mm) dan mengandung takik V-45o, dengan
jari-jari dasar 0,25 mm dan kedalaman + 2 mm. Benda uji diletakan pada
tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang tak bertakik diberi beban
impak dengan ayunan bandul (kecepatan impak sekitar 16 ft/detik). Benda
uji akan melengkung dan patah padalaju regangan yang tinggi, kira-kira 103
detik-1

Gambar 2.2a Peletakan spesimen berdasarkan metode charpy.


2. Metode Izod
Metode izod menggunakan batang impak kontiveler. Benda uji izod lazim
digunakan di Inggris, namun saat ini jarang digunakan. Benda uji izod
mempunyai 4 penampang lintang bujursangkar atau lingkaran dan bertakik
V di dekat ujung yang dijepit.

Gambar 2.2b Peletakan spesimen berdasarkan metode izod.

2.3 Mesin Uji Impak


Mesin uji impact adalah mesin uji untuk mengetahui harga impak suatu beban
yang diakibatkan oleh gaya kejut pada bahan uji tersebut. tipe dan bentuk
konstruksi mesin uji bentur beraneka ragam, yaitu mulai dari jenis konvensional
sampai dengan sistemdigital yang lebih maju. Dalam pembebanan statis dapat
juga terjadi laju deformasi yang tinggi kalau bahan diberi takikan. Semakin
tajam takikan, maka akan semakin besar deformasi yang terkonsentrasikan pada
takikan, yang memungkinkan peningkatan laju regangan beberapa kali lipat.
Patah getas menjadi permasalahan penting pada baja dan besi. Pengujian impact
dipergunakan untuk menentukan kualitas bahan. Benda uji takikan berbentuk V
yang mempunyai keadaan takikan 2 mm banyak dipakai. Mesin uji impact
charpydapat ditunjukkan pada gambar dibawah ini
Gambar 2.3a Mesin Uji Charpy

Apabila pendulum dengan berat G dan pada kedudukan h1 dilepaskan,maka


akan mengayun sampai kedudukan posisi akhir 4 pada ketinggian h2 yang juga
hampir sama dengan tinggi semula (h1), dimana pendulum mengayun bebas.
Pada mesin uji yang baik, skala akan menunjukkan usaha lebih dari 0,05
kilogram meter (kg m) pada saat pendulum mencapai kedudukan 4. Apabila
batang uji dipasang pada kedudukannya dan pendulum dilepaskan, maka
pendulum akan memukul batang uji dan selanjutnya pendulum akan mengayun
sampai kedudukan 3 pada ketinggian h2. Usaha yang dilakukan pendulum waktu
memukul benda uji atau usaha yang diserap benda uji sampai patah dapat
diketahui melalui rumus sebagai berikut:

Keterangan :
W1 = usaha yang dilakukan (kg m)
G = berat pendulum (kg)
h1 = jarak awal antara pendulum dengan benda uji (m)
λ = jarak lengan pengayun (m)
cos λ = sudut posisi awal pendulum
Sedangkan sisa usaha setelah mematahkan benda uji dapat diketahui melalui
rumus sebagai berikut :

Keterangan :
W2 = sisa usaha setelah mematahkan benda uji (kg m)
G = berat pendulum (kg)
h2 = jarak akhir antara pendulum dengan benda uji (m)
λ = jarak lengan pengayun (m)
cos β = sudut posisi akhir pendulum

Besarnya usaha yang diperlukan untuk memukul patah benda uji dapat diketahui
melalui rumus sebagai berikut :

Keterangan :
W = usaha yang diperlukan untuk mematahkan benda uji (kg m)
W1 = usaha yang dilakukan (kg m)
W2 = sisa usaha setelah mematahkan benda uji (kg m)
G = berat pendulum (kg)
λ = jarak lengan pengayun (m)
cos λ = sudut posisi awal pendulum
cos β = sudut posisi akhir pendulum

Pengujian yang dilakukan dengan metode Charpyakan menghasilkan harga


impak yang lebih valid dibandingkan bila dilakukan dengan metode Izod, karena
energi yang diserap penyangga tidak terlalu besar sehingga tidak banyak
mempengaruhi harga impak. Praktikum ini menggunakan spesimen Charpy
dengan takikan V. Selain harga impak, pengujian ini juga dapat menentukan nilai
temperatur transisi. Temperatur transisi adalah jangkauan temperatur dimana
suatu material mengalami perubahan jenis patahan dari ulet menjadi getas.
Temperatur transisi ditentukan dengan banyak cara. Pertama FATT (Fracture
Appearance Transition Temperature), yaitu temperatur dimana permukaan
patahan 50% getas dan 50% ulet. Kedua memperhatikan nilai FTP (Fracture
Transiton Plastic) dan NDT (Nil Ductile Temperature). FTP adalah temperatur
dimana suatu patahan dari ulet sempurna menjadi getas. Sedang NDT adalah
temperatur saat tidak ada lagi deformasi plastis lagi yang terjadi sehingga suatu
material langsung mengalami patah getas. Jangkauan temperatur antara FTP dan
NDT inilah yang disebut dengan temperatur transisi. Prinsip pengujian impak
ini adalah menghitung energi yang diberikan beban dan menghitung energi yang
diserap oleh spesimen. Saat beban dinaikkan pada ketinggian tertentu, beban
memiliki enegi potensial, kemudian saat menumbuk spesimen energi kinetik
mencapai maksimum. Energi yang diserap spesimen akan menyebabkan
spesimen mengalami kegagalan. Bentuk kegagalan itu tergantung pada jenis
materialnya, apakah patah getas atau patah ulet. Dengan membuat variasi
perubahan temperatur, maka dilihat bentuk patahan dan energi yang diserap oleh
spesimen, lalu dibuat suatu kurva yang menghubungkan antara temperatur dan
energi yang diserapnya. Selain mendapat kurva energi yang diserap-temperatur,
dari praktikum ini juga bisa mendapat Harga Impak. Harga Impak (HI) didapat
dengan rumus

Keterangan :

HI = harga impak ( joule/mm2)

E = energi impak ( joule )

A = luas penampang ( mm2 )


2.4 Jenis Perpatahan Impak
Secara umum sebagaimana analisis perpatahan pada benda hasiluji tarik maka
perpatahan impak digolongkan menjadi 3 jenis perpatahan, yaitu :
• Perpatahan berserat (fibrousfracture),yang melibatkan
mekanismepergeseran bidang-bidang Kristal di dalam material / logam
(logam) yang ulet (ductile).
• Perpatahan granular / kristalin,yang dihasilkan oleh mekanisme
pembelahan cleavage pada butir-butir dari material / logam (logam)
yangrapuh (brittle).
• Perpatahan campuran,merupakan kombinasi kedua jenis perpatahan
diatas.

Informasi lain yang dapat diperoleh dari pengujian impak adalah temperatur
transisi bahan.Temperaturtransisiadalah temperatur yangmenunjukkan transisi
perubahan jenis temperature yang berbeda-beda makaakan terlihat bahwa pada
temperature tinggi material akan bersifat ulet(ductile). Sedangkan pada
temperatur rendah material akan bersifat rapuh ataugetas (brittle). Fenomena ini
berkaitan dengan vibrasi atom-atom bahan padatemperature yang berbeda
dimana pada temperature kamar vibrasi itu beradadalam kondisi kesetimbangan
dan selanjutnya akan menjadi tinggi bilatemperature dinaikkan (ingatlah bahwa
energy panas merupakan suatu drivingforce terhadap pergerakkan partikel atom
bahan). Vibrasi atom inilah yangberperan sebagai suatu penghalang (obstacle)
terhadap pergerakan dislokasipada saat terjadi deformasi kejut/impak dari luar
Dengan semakin tinggi vibrasi itu maka pergerakan disklokasi menjadirelatif
sulit sehingga dibutuhkan energy yang lebih besar untuk mematahkanbenda uji.
Sebaliknya pada temperature dibawah 0 derajat celcius, vibrasi atomrelatif
sedikit sehingga pada saat bahan dideformasi pergerakan dislokasimenjadi lebih
mudah dan benda uji menjadi lebih mudah dipatahkan denganenergy yang
relative lebih rendah. Informasi mengenai temperature transisimenjadi demikian
penting bila suatu material akan didesain untuk aplikasi yangmelibatkan rentang
temperature yag besar, misalnya dari temperature dibawah0 derajat celcius
hingga temperature tinggi diatas 100 derajat celcius. Contohsystem penukar
panas (hetaexchanger). Hamper semua logam berkekuatanrendah dengan
struktur Kristal F seperti tembaga dan alumunium bersifat uletpada semua
temperature sementara bahan dengan kekuatan luluh yang tinggibersifat
rapuh.Bahan keramik, polimer dan logam-logam BCC dengan kekuatan
luluhyang rendah dan sedang memiliki transisi rapuh-ulet bila temperature
dinaikkan.Ha,pir semua baja karbon yang dipakai jembatan, kapal, jaringan pipa
dansebagainya bersifat rapuh pada temperature rendah. Gambar di bawah
inimemberikan ilustrasi efek temperature terhadap ketangguhan impak
beberapabahan

Gambar 2.4a Ilustrasi efek temperature terhadap ketangguhan impak


beberapa bahan

2.5 Kegagalan Material Pada Pengujian Impak


Faktor yang mempengaruhi kegagalan material pada pengujian impak
antara lain ialah sebagai berikut:
1. Notch
Notch pada material akan menyebabkan terjadinya konsentrasi tegangan
pada daerah yang lancip sehingga material lebih mudah patah. Selain itu
notch juga akan menimbulkan triaxial stress. Triaxial stress ini sangat
berbahaya karena tidak akan terjadi deformasi plastis dna menyebabkan
material menjadi getas. Sehingga tidak ada tanda-tanda bahwa material
akan mengalami kegagalan.
2. Temperatur
Pada temperatur tinggi material akan getas karena pengaruh vibrasi
elektronnya yang semakin rendah, begitupun sebaliknya.

3. Strain rate
Jika pembebanan diberikan pada strain rate yang biasa-biasa saja, maka
material akan sempat mengalami deformasi plastis, karena pergerakan
atomnya (dislokasi). Dislokasi akan bergerak menuju ke batas butir lalu
kemudian patah. Namun pada uji impak, strain rate yang diberikan sangat
tinggi sehingga dislokasi tidak sempat bergerak apalagi terjadi deformasi
plastis,sehingga material akan mengalami patah transgranular dengan
struktur patahan ditengah-tengah atom atau bagian bulan di batas butir
karena dislokasi tidak sempat gerak ke batas butir

Pada baja dan aluminium terdapat perbedaan harga impak. Harga impak baja lebih
tinggi daripada aluminium menunjukkan bahwa ketangguhan baja lebih tinggi jika
dibandingkan dengan aluminium. Selain temperatur, hal lain yang mempengaruhi
harga impak suatu material adalah kadar karbonnya. Material yang memiliki kadar
karbon yang tinggi akan lebih getas. Hal ini akan mempengaruhi harga impaknya
dan temperature transisi. Material yang memiliki kadar karbon tinggi akan memiliki
temperatur transisi yang lebih panjang jika dibandingkan dengan material yang
memiliki kadar karbon rendah. Temperatur transisi yang berbeda-beda ini akan
mempengaruhi ketahanan material terhadap perubahan suhu. Material yang
memiliki temperatur transisi rendah maka material tersebut tidak akan tehan
terhadap perubahan suhu. Beberapa bahan dapat tiba-tiba menjadi getas dan patah
karena perubahan temperatur dan laju regangan, walaupun pada dasarnya logam
tersebut liat. Gejala ini biasa disebut transisi liat getas yang merupakan hal penting
ditinjau dari penggunaan praktis bahan. Patahan patah getas bersifat getas
sempurna, yaitu tanpa adanya deformasi plastis sama sekali, jadi berbeda dengan
bidang slip biasa, patah terjadi pada bidang kristalografi spesifik pada bidang
pecahan. Permukaan patah dari bidang pecahan mempunyai kilapan yang
menunjukkan pola chevron secara makrokospik pada arah yang menuju titik
permulaan patah. Berikut adalah gambar ilustrasi dari patahan yang terjadi pada
benda uji impak

Gambar 2.5a ilustrasi dari patahan yang terjadi pada benda uji impak
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Model Obyek Praktikum

a = Tinggi sampel dibawah takik (mm)

b = Lebar sampel (mm)

A = Luas penampang di bawah takik = a x b (mm2)

3.2 Peralatan dan Material

1. Impact testing machine JB-300

2. Caliper atau micrometer

3. Sampel uji impak besi fir (5 buah)

3.3 Prosedur Pengujian

1. Sebelum pengujian, mesin uji harus diperiksa apakah mesin dalam keadaan
normal.

2. persiapkan sampel uji yang sudah dibentuk takiknya, sesuai dengan ukuran
yang telah diinginkan.

3. Dengan mengunakan Caliper/Mikrometer lakukan pengukuran luas area di


bawah takik dari sampel-sampel uji anda.Catatlah hasil pengukuran anda di
dalam lembar data.
4. Persiapkan sampel uji yang sudah dibentuk takiknya, sesuai dengan ukuran
yang telah diinginkan.

5. Ujilah satu demi satu sampel pada temperature ruang ±25 oC (T)

•Pastikan jarum skala berwarna merah sebagai penunjuk harga impak


material berada pada posisi nol (nilai terbesar dari pendulum yang
digunakan).

•Letakkan benda uji pada tempatnya dengan takik membelakangi arah


datangnya pendulum. Pastikan benda uji tepat berada di tengah.

•Bila benda uji telah siap, tariklah pendulum sesuai sudut yang telah
ditentukan.

•Berhati-hatilah, jangan berdiri pada garis ayunan gaya pendulum. Bersiaplah


melakukan pengujian pada posisi disamping alat uji.

•Lepaskan pendulum sehingga pendulum berayun dan menumbuk benda uji.

•Lakukan pengereman dengan menarik tuas rem sehingga ayunan pendulum


dapat dikurangi.

•Bacalah nilai energi yang diserap yang ditunjukkan oleh jarum merah pada
skala yang sesuai (300 Joule). Kemudian data dicatat pada lembar kerja.
Hitung harga impakmaterial dengan rumus dasar.

•Ambil benda uji dan amatilah permukaan patahannya di bawah stereoscan


macroscope. Buat sketsa patahannya di dalam lembar data anda. Ukurlah luas
area getas dan uletdari masing-masing sampel uji. Nyatakan dalam presentase
terhadap luas area total di bawah takik.

•Ulangi pengujian ntuk sampel-sampel lain. Tingkat kehati-hatian lebih tinggi


diperlukan
3.4 Data Pengujian

No. T (C) a (mm) b (mm2) A (mm2) E (Joule) HI (Joule/mm2)


1 25 3.3 7.7 25.41 42 1.652892562
2 25 3.506 7.25 25.4185 40 1.573656982
3 25 3.2 7.29 23.328 40 1.714677641
4 25 3.1 7.7 23.87 40 1.675743611
5 25 3.3 7.75 25.575 42 1.642228739
Total 16.406 37.69 123.6015 204 8.259199535
Rata-rata 3.2812 7.538 24.7203 40.8 1.651839907

3.5 Bentuk Patahan


BAB IV

PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengolahan Data

T a b A E HI
No o 2 2
(HI-HIavg) (HI-HIavg)2
( C) (mm) (mm) (mm ) (Joule) (Joule/mm )

1 ±25 3.3 7.7 25.41 42 1.652892562 0.001052655 1.10808E-06

-
2 ±25 25.4185
3.506 7.25 40 1.573656982 0.078182925 0.00611257

3 ±25 3.2 7.29 23.328 40 1.714677641 0.062837734 0.003948581

4 ±25 3.1 7.7 23.87 40 1.675743611 0.023903704 0.000571387

-
5 ±25 25.575
3.3 7.75 42 1.642228739 0.009611168 9.23746E-05

-6.32252E-
Total 16.406 37.69 123.6015 204 8.259199535 0.01072602
11

Rata-rata 3.2812 7.538 24.7203 40.8 1.651839907 -1.2645E-11 0.002145204

4.1.1 Luas penampang(A)

1. A = a x b = 3.3 x 7.7 = 25.41 mm2

2. A = a x b = 3.506 x 7.25 = 25.4185 mm2

3. A = a x b = 3.2 x 7.29 = 23.328 mm2

4. A = a x b = 3.1 x 7.7 = 23.87 mm2

5. A = a x b = 3.3 x 7.75 = 25.575 mm2


4.1.2 Harga impact (HI)

1. 𝐻𝐼 = 𝐸/𝐴 = 42/25.41 = 1.652892562 Joule/mm2

2. 𝐻𝐼 = 𝐸/𝐴 = 40/25.4185 = 1.573656982 Joule/mm2

3. 𝐻𝐼 = 𝐸/𝐴 = 40/23.328 = 1.714677641 Joule/mm2

4. 𝐻𝐼 = 𝐸/𝐴 = 40/23.87 = 1.675743611 Joule/mm2

5. 𝐻𝐼 = 𝐸/𝐴 = 42/25.575 = 1.642228739 Joule/mm2

4.1.3 Harga Rata-Rata Impact (HIavg)

∑𝐻𝐼 8.25919953
𝐻𝐼𝑎𝑣𝑔 = = = 1.65183990
𝑛 5

4.1.4 Standart Deviasi (SD)

√∑(HI − 𝐻𝐼𝑎𝑣𝑔 )2 √0.0107260


𝑆𝐷 = = = 0.0207133
𝑛 5

4.1.6 Kegagalan Relatif (KR)

𝑆𝐷 0.0207133
𝐾𝑅 = × 100% = × 100% = 1,2536%
𝐻𝐼𝑎𝑣𝑔 1.65183990

4.1.7 Keseksamaan (K)

𝐾 = 100% − 𝐾𝑅 = 100% − 1,2536% = 99.98746%

4.1.8 Hasil Pengukuran (HP)

𝐻𝑃 = 𝐻𝐼𝑎𝑣𝑔 ± 𝑆𝐷𝑎𝑣𝑔 = 1.65183990 ± 0.0207133


Hubungan Harga Impact dengan
Luas Penampang
1.80
1.60
1.40
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20Pengolahan Data
4.2
0.00
26.5 27 27.5 28 28.5 29 29.5 30
4.3 Pengolahan Data

4.3 Pembahasan

Berdasarkan teori diketahui bahwa hubungan antara Harga Impact (HI) dengan
luas penampang (A) adalah berbanding terbalik dimana semakin besar luas
permukaan benda uji maka harga impact atau energy yang diserap akan
semakin kecil. Dapat diamati bahwa pada data grafik di atas dimana tidak
menunjukkan hasil yang sesuai teori yang telah ada, sehingga kami
menyimpulkan bahwa banyak terjadi kesalahan pada praktikum ini.
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang dilakukan, mampu ditarik kesimpulan bahwa bahwa


hubungan antara Harga Impact (HI) dengan luas penampang (A) adalah
berbanding terbalik dimana semakin besar luas permukaan benda uji maka
harga impact atau energy yang diserap akan semakin kecil

5.2 Saran

1. Kepada petugas laboratorium supaya lebih menjelaskan tujuan dari


praktikum, supaya mahasiswa bisa lebih paham lagi dan tentang apa yang
dilakukan selama praktikum berlangsung.

2. Peralatan yang digunakan praktikum seharusnya dilakukan pembaruan


maupun perawatan secara berkala dengan baik dan benar, sehingga mampu
menghasilkan data yang valid.
Daftar Pustaka

Modul Praktikum Destructive Test. 2011. Depok : Laboratorium Metalografi dan


HST Departemen Metalurgi dan Material FTUI.
Callister, William D. 2007.Materials Science and Engineering:an
Introduction.New York: John Wiley & Sons, Inc
Dieter George E, University Of Maryland, 1987, ” Metalurgi mekanik ”, Halaman
91-117, Edisi ketiga, Jilid 1, Jakarta, Erlangga, 1042.
Lakhtin, Y., (1968), “ Engineering Physical Metallurgy “, MIR Published,
Moscow.
Tim laboratorium metalurgi. 2012. ”Buku panduan praktikum Laboratorium
Metalurgi II”
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Cilegon
http://danidwikw.wordpress.com/2010/12/17/pengujian-impak-dan-
fenomena-perpatahan/. Diakses pada tanggal 28 Mei 2021.

Ismail, 2012. “Rancang Bangun Mesin Uji Impak Charpy”.


http://eprints.undip.ac.id/38886/1/Alat_Uji_Impak_Charpy.pdf . Diakses
pada tanggal 28 Mei 2021.

Ramdaniawati, D.2012. “Laporan Praktikum Praktikum Pengujian Material”.


https://docplayer.info/55387865-Laporan-praktikum-praktikum-pengujian-
material-modul-3-pengujian-impak-deliana-ramdaniawati-kelompok-
7.html . Diakses pada tanggal 28 Mei 2021.

Anda mungkin juga menyukai