UJI IMPAK
Disusun oleh:
Kelompok 26
2021
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Keterangan :
W1 = usaha yang dilakukan (kg m)
G = berat pendulum (kg)
h1 = jarak awal antara pendulum dengan benda uji (m)
λ = jarak lengan pengayun (m)
cos λ = sudut posisi awal pendulum
Sedangkan sisa usaha setelah mematahkan benda uji dapat diketahui melalui
rumus sebagai berikut :
Keterangan :
W2 = sisa usaha setelah mematahkan benda uji (kg m)
G = berat pendulum (kg)
h2 = jarak akhir antara pendulum dengan benda uji (m)
λ = jarak lengan pengayun (m)
cos β = sudut posisi akhir pendulum
Besarnya usaha yang diperlukan untuk memukul patah benda uji dapat diketahui
melalui rumus sebagai berikut :
Keterangan :
W = usaha yang diperlukan untuk mematahkan benda uji (kg m)
W1 = usaha yang dilakukan (kg m)
W2 = sisa usaha setelah mematahkan benda uji (kg m)
G = berat pendulum (kg)
λ = jarak lengan pengayun (m)
cos λ = sudut posisi awal pendulum
cos β = sudut posisi akhir pendulum
Keterangan :
Informasi lain yang dapat diperoleh dari pengujian impak adalah temperatur
transisi bahan.Temperaturtransisiadalah temperatur yangmenunjukkan transisi
perubahan jenis temperature yang berbeda-beda makaakan terlihat bahwa pada
temperature tinggi material akan bersifat ulet(ductile). Sedangkan pada
temperatur rendah material akan bersifat rapuh ataugetas (brittle). Fenomena ini
berkaitan dengan vibrasi atom-atom bahan padatemperature yang berbeda
dimana pada temperature kamar vibrasi itu beradadalam kondisi kesetimbangan
dan selanjutnya akan menjadi tinggi bilatemperature dinaikkan (ingatlah bahwa
energy panas merupakan suatu drivingforce terhadap pergerakkan partikel atom
bahan). Vibrasi atom inilah yangberperan sebagai suatu penghalang (obstacle)
terhadap pergerakan dislokasipada saat terjadi deformasi kejut/impak dari luar
Dengan semakin tinggi vibrasi itu maka pergerakan disklokasi menjadirelatif
sulit sehingga dibutuhkan energy yang lebih besar untuk mematahkanbenda uji.
Sebaliknya pada temperature dibawah 0 derajat celcius, vibrasi atomrelatif
sedikit sehingga pada saat bahan dideformasi pergerakan dislokasimenjadi lebih
mudah dan benda uji menjadi lebih mudah dipatahkan denganenergy yang
relative lebih rendah. Informasi mengenai temperature transisimenjadi demikian
penting bila suatu material akan didesain untuk aplikasi yangmelibatkan rentang
temperature yag besar, misalnya dari temperature dibawah0 derajat celcius
hingga temperature tinggi diatas 100 derajat celcius. Contohsystem penukar
panas (hetaexchanger). Hamper semua logam berkekuatanrendah dengan
struktur Kristal F seperti tembaga dan alumunium bersifat uletpada semua
temperature sementara bahan dengan kekuatan luluh yang tinggibersifat
rapuh.Bahan keramik, polimer dan logam-logam BCC dengan kekuatan
luluhyang rendah dan sedang memiliki transisi rapuh-ulet bila temperature
dinaikkan.Ha,pir semua baja karbon yang dipakai jembatan, kapal, jaringan pipa
dansebagainya bersifat rapuh pada temperature rendah. Gambar di bawah
inimemberikan ilustrasi efek temperature terhadap ketangguhan impak
beberapabahan
3. Strain rate
Jika pembebanan diberikan pada strain rate yang biasa-biasa saja, maka
material akan sempat mengalami deformasi plastis, karena pergerakan
atomnya (dislokasi). Dislokasi akan bergerak menuju ke batas butir lalu
kemudian patah. Namun pada uji impak, strain rate yang diberikan sangat
tinggi sehingga dislokasi tidak sempat bergerak apalagi terjadi deformasi
plastis,sehingga material akan mengalami patah transgranular dengan
struktur patahan ditengah-tengah atom atau bagian bulan di batas butir
karena dislokasi tidak sempat gerak ke batas butir
Pada baja dan aluminium terdapat perbedaan harga impak. Harga impak baja lebih
tinggi daripada aluminium menunjukkan bahwa ketangguhan baja lebih tinggi jika
dibandingkan dengan aluminium. Selain temperatur, hal lain yang mempengaruhi
harga impak suatu material adalah kadar karbonnya. Material yang memiliki kadar
karbon yang tinggi akan lebih getas. Hal ini akan mempengaruhi harga impaknya
dan temperature transisi. Material yang memiliki kadar karbon tinggi akan memiliki
temperatur transisi yang lebih panjang jika dibandingkan dengan material yang
memiliki kadar karbon rendah. Temperatur transisi yang berbeda-beda ini akan
mempengaruhi ketahanan material terhadap perubahan suhu. Material yang
memiliki temperatur transisi rendah maka material tersebut tidak akan tehan
terhadap perubahan suhu. Beberapa bahan dapat tiba-tiba menjadi getas dan patah
karena perubahan temperatur dan laju regangan, walaupun pada dasarnya logam
tersebut liat. Gejala ini biasa disebut transisi liat getas yang merupakan hal penting
ditinjau dari penggunaan praktis bahan. Patahan patah getas bersifat getas
sempurna, yaitu tanpa adanya deformasi plastis sama sekali, jadi berbeda dengan
bidang slip biasa, patah terjadi pada bidang kristalografi spesifik pada bidang
pecahan. Permukaan patah dari bidang pecahan mempunyai kilapan yang
menunjukkan pola chevron secara makrokospik pada arah yang menuju titik
permulaan patah. Berikut adalah gambar ilustrasi dari patahan yang terjadi pada
benda uji impak
Gambar 2.5a ilustrasi dari patahan yang terjadi pada benda uji impak
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Sebelum pengujian, mesin uji harus diperiksa apakah mesin dalam keadaan
normal.
2. persiapkan sampel uji yang sudah dibentuk takiknya, sesuai dengan ukuran
yang telah diinginkan.
5. Ujilah satu demi satu sampel pada temperature ruang ±25 oC (T)
•Bila benda uji telah siap, tariklah pendulum sesuai sudut yang telah
ditentukan.
•Bacalah nilai energi yang diserap yang ditunjukkan oleh jarum merah pada
skala yang sesuai (300 Joule). Kemudian data dicatat pada lembar kerja.
Hitung harga impakmaterial dengan rumus dasar.
T a b A E HI
No o 2 2
(HI-HIavg) (HI-HIavg)2
( C) (mm) (mm) (mm ) (Joule) (Joule/mm )
-
2 ±25 25.4185
3.506 7.25 40 1.573656982 0.078182925 0.00611257
-
5 ±25 25.575
3.3 7.75 42 1.642228739 0.009611168 9.23746E-05
-6.32252E-
Total 16.406 37.69 123.6015 204 8.259199535 0.01072602
11
∑𝐻𝐼 8.25919953
𝐻𝐼𝑎𝑣𝑔 = = = 1.65183990
𝑛 5
𝑆𝐷 0.0207133
𝐾𝑅 = × 100% = × 100% = 1,2536%
𝐻𝐼𝑎𝑣𝑔 1.65183990
4.3 Pembahasan
Berdasarkan teori diketahui bahwa hubungan antara Harga Impact (HI) dengan
luas penampang (A) adalah berbanding terbalik dimana semakin besar luas
permukaan benda uji maka harga impact atau energy yang diserap akan
semakin kecil. Dapat diamati bahwa pada data grafik di atas dimana tidak
menunjukkan hasil yang sesuai teori yang telah ada, sehingga kami
menyimpulkan bahwa banyak terjadi kesalahan pada praktikum ini.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran