Anda di halaman 1dari 26

BAB V

PENGUJIAN IMPAK

5.1 Tujuan Praktikum

Untuk Membandingkan kekuatan specimen yang telah diberi takikan.

5.2 Latar Belakang

Pengujian ini dilakukan bermula disebabkan adanya kejadian di masa perang

dunia 11 yang relative aneh pada saat itu pada masa itu terdapat kapal – kapal

tengker yang tiba – saja patah dan tenggelam pada musim dingin padahal kapal –

kapal tersebut hanya didiamkan dipelabuhan hal ini mengawali diadakannya

pengujian impak setelah dilakukan study serta penelitian tentang fenomena ini

didapatkan suatu fakta bahwa sifat mekanik suatu material dalam hal ini logam

akan berubah secara signikam pada suatu temperature tertentu temperature inilah

yang alirannya kita sebut dengan temperature transisi dimana pada temperature

transisi ini sifat mekanik suatu bahan perubahan secatra signifikan dari ulet

( ductile ) menjadi getas ( britle ) dalam pengujian impak ini perubahan sifat ini

akan terlihat dari kurva perbandingan dari harga impak terhadap temperature dari

kurva tersebut kita dapat melihat bahwa pada temperature transisi ( dalam harga

temperature ) harga impak berubah secara drastic hal ini yang menunjukkan

fenomena perubahan sifat material dari ulet menjadi getas.


5.3 Dasar Teori

A. Teori Impak
Pengujian Impak merupakan pengujian yang mengukur ketahanan

bahan terhadap beban kejut. Inilah yang membedakan pengujian impak

dengan pengujian tarik dan kekerasan dimana pembebanan dilakukan secara

perlahan-lahan. Pengujian impak merupakan suatu upaya untuk

mensimulasikan kondisi operasi material yang sering ditemui dalam

perlengkapan konstruksi dan treansportasi dimana beban tidak selamanya

terjadi secara perlahan-lahan melainkan dating secara tiba-tiba, contoh

deformasi pada bumper mobil pada saat kecelakaan.

Dasar pengujian impak ini adalah penyerapan energi potensial dari

pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk

benda uji sehingga benda uji mengalami deformasi maksimum hingga

mengakibatkan perpatahan. Pada pengujian impak ini banyaknya energy

yang diserap oleh bahan untuk terjadinya perpatahan merupakan ukuran

ketahanan impak atau ketangguhan bahan tersebut. Suatu material dikatakan

tangguh bila memiliki kemampuan menyerap beban kejut yang besar tanpa

mengalami retak atau deformasi dengan mudah. Gambar dibawah ini

memberikan ilustrasi suatu pengujian impak dengan metode charpy.


Gambar 5.1 alat uji impak

Pada pengujian impak, energi yang diserap oleh benda uji biasanya

dinyatakan dalam satuan joule dan dibaca langsung pada skala (dial)

petunjuk yang telah dikalibrasi yang terdapat pada mesin penguji. Harga

impak (HI) suatu bahan yang diuji dengan metode Charpy diberikan oleh :

HI = E/A

dimana E adalah energi yang diserap dalam satuan joule dan A luas

penampang di bawah takik dalam satuan mm2.

E = P (H0-H1)

Dengan :

P = beban yang diberikan (Newton)

H0 = ketinggian awal bandul (mm)

H1 = ketinggian akhir setelah terjadi perpatahan benda uji (mm)

B. Metode Pengujian Impak

Benda uji impak dikelompokkan kedalam dua golongan sampel

standar (ASTM E-23) yaitu batang uji Charpy ( metode Charpy - USA) dan

batang uji Izod (metode Izod – Inggris dan Eropa ).


1. Batang Uji Charpy
Sampel uji memiliki dimensi ukuran yaitu 10x10x55 mm (tinggi

x lebar x panjang). Dengan posisi takik (notch) berada di tengah,

kedalaman takik 2 mm dari permukaan benda uji, dan sudut takik 45

derajat. Bentuk takik berupa huruf U, V , key hole (seperti lubang

kecil). Benda diletakkan pada tumpuan dengan posisi horizontal dan

tidak dijepit. Hal ini meneybabbkan pengujian berlangsung lebih

cepat, sehingga memudahkan untuk melakukan pengujian pada

temperatur transisinya. Sedangkan ayunan bandul dari arah belakang

takik dengan pembebanan dilakukan dari arah punggung takik.

Gambar 5.2 cara pengujian caphy

2. Batang Uji Izod

Sampel uji memiliki dimensi ukuran yaitu 10x10x75 (tinggi x

lebar x panjang). Dengan posisi takik berada pada jarak 28 mm dari

ujung benda uji, kedalaman takik 2 mm dari permukaan benda uji,

dengan sudut takik 45 derajat. Bentuk takik berupa huruf U, V , key

hole (seperti lubang kecil). Benda diletakkan dengan tumpuan

posiisvertikal dan dijepit menyebabkan pengujian berlangsung lama,

sehingga tidak cocok digunakan pada pengujian dengan temperatur


yang bervariasi. Sedangkan ayunan bandul dari arah depan takik

dengan pembebanan dilakukan dari arah muka takik.

Gambar 5.3 cara pengujian Izod

Dari pengujian ini banyaknya energi yang diserap oleh benda uji

hingga terjadinya perpatahan atau deformasi merupakan ukuran

kekuatan impak atau ketangguhan material.semakin tangguh material

maka material tersebut memiliki kemampuan menyerap beban kejut

yang besar tanpa terdeformasi atau patah dengan mudah. Energi yang

dierap oleh material dinyatakan dalam satuan joule dan dapat dibaca

langsung pada dial penunjuknya yang dikalibrasi terlebih dahulu

sebelum digunakan. Harga impak bahan diuji dengan metode Charpy

diperoleh dengan persamaan:

HI=E/A= m.g(h1-h2)/A

Dengan :

E = jumlah energi yang bisa diserap material hingga patah


A = luas penampang di bawah takik benda uji.

m = massa bandul pemukul

g = percepatan gravitasi

h1 = beda tinggi pusat bandul & spesimen sebelum pemukulan

h2 = beda tinggi pusat bandul & spesimen setelah pemukulan

h1, EM = EP1 = m.g.h1

EM = EP1 -EP2

h2, EM = EP2 = m.g.h2

EP =0

EKmax = 1/2mv2

Persamaan di atas diperoleh dari hukum kekekalan mekanik, di mana

energy mekanik pada posisi h1 merupakan murni energi potensial dari

pembeban.Sedangkan pada posisi h2, energi mekaniknya merupakan

penjumlahan antaraenergi potensial di h2dan energi yang diserap oleh spesimen.


Semakin banyak energi yang diserap berarti semakin besar harga impak

spesimen. Sebaliknyasemakin kecil energi yang diserap harga impak

specimen menjadi semakin kecil.

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga impak antara lain :

 Temperatur

 Jenis material benda uji

 Laju pembebanan impak

 Triaxial stress

Temperatur transisi adalah temperatur dimana terjadi perubahan sifat

keuletan danketangguhan pada material.Pada suatu material terjadi

perubahan sifat dari uletmenjadi getas akibat penurunan

temperatur.Terdapat pula material yang tidak memiliki temperatur

transisi, material ini disebut chriogenic.

Gambar 5.4 gerakan bandul pada alat pendukung inpact yang berayun

Gambar diatas merupakan gerakan bandul pada alat trank pendukung

impact yang berayun pada saat sebelum dan sesudah memukul specimen.
Bandul dengan berat m.g dalam kedudukan seperti gambar diatas

(simpang α, tinggi h) diposkan, sampai memukul sudut β, tinggi h 2, maka

usaha yang dibutuhkan untuk mematahkan specimen adalah : Usaha untuk

mematahkan specimen persatuan luas disebut kekuatan luas (uji impact).

m.g.h
Vs=
A

Rumus-rumus yang digunakan :

a. Tinggi beban sebelum dilepaskan (h1)

h1 = R + R sin (α – 90) (m)

Dimana : R = Jari-jari bandul

= 950 mm

α = Simpanagn bandul sebelum dilepaskan


Catatan : Untuk semua specimen h, sama

b. Beban dalam satuan Kg

U = m .g . h1

M = U/ (g . h1)

Dimana : m = Massa bandul (kg)

c. Tinggi beban kalibrasi Alat (hk)

Hk = Uk / (m . g)

Dimana : Uk = Usaha Kalibrasi (J)

G = Gravitasi (9,81 m/s2)

d. Tinggi beban setelah dilepaskan (h2)

H2 = R + R sin (β – 90)

Dimana : β = sudut simpangan bandul setelah dilepaskan

e. Tinggi beban perhitungan (hs)

Hs = h1 – h2 - hk.`

f. Usaha yang dilakukan untuk mematahkan specimen (Us)

Us = m .g .hs
g. Kekuatan Impact (U1)

U1 = Us / A

Dimana : A = Luas Penampang

C. Perpatahan

Bentuk perpatahan yang dihasilkan dari pengujian ini akan beragam

karena pengujian yang menggunakan variasi temperatur tentu akan

mengubah bentuk patahan material yaitu patah ulet dan patah getas.

Patah ulet disebabkan oleh tegangan geser dengan ciri-ciri antara lain,

padapermukaan patahannya terdapat garis-garis benang serabut (fibrosa),

berserat,menyerap cahaya, pempilannya buram, dan terjadi deformasi

plastis.

Gambar 5.5 patah ulet

Patah getas jika material berada pada temperatur rendah

(normal)permukaannya terliahat bentuk granular,berkilat dan memantulkan

cahaya serta tidak didahului deformasi plastis. Dalam kehidupan nyata,

peristiwa patah getas dinilai lebih berbahaya daripada patah uletkarena

terjadi secara tiba tiba tanpa ada deformasi plastis terlebih dahulu
sehinggatidak tampak gejala-gejala material tersebut akan patah. Terdapat

tiga faktor yangmempengaruhi terjadinya patah getas dan patah ulet yaitu :

 Tegangan triaxial

 Temperatur

Patah getas disebabkan oleh temperatur rendah (di bawahtemperatur

transisi), sedangkan patah ulet disebabkan olehtemperatur tinggi (di

atas temperatur transisi).Temperatur transisiadalah rentang temperatur

yang menjadi batas daari sifat ulet dangetas suatu material.

 Laju regangan atau laju pembebanan

Semakin tinggi laju pembebanan maka energi yang diserapsemakin kecil

sehingga mengakibatkan terjadinya patah getas.

Gambar 5.6 patah getas


 Pada beberapa material juga menunjukan terjadinya fenomena

temperatur transisi, dimana bentuk perpatahan akan berubah

dari getas ke ulet atau sebaliknya dengan parameter

temperatur.

Bentuk-bentuk patahan:

1. Patahan berserat, ditandai dengan permukaan perpatahan yang

berserat dan banyak terdapat dimple yang menyerap cahaya sehingga

patahan akan berwarna gelap. Perpatahan ini ditandai dengan adanya

cekungan yang berbentuk searah sumbu, parabola, atau elips.

2. Perpatahan granular dihasilkan dari mekanisme pembelahan butir dari

logam yang rapuh. Ditandai dengan permukaan logam yang datar dan

mengkilat.

3. Perpataha campuran yang merupakan kombinasi kedua jenis

perpatahan.

Gambar 5.7 Grafik perbandingan harga impak dengan temperatur pada


struktur kristal berbeda

Dari grafik diketahui bagaimana perilaku material teradap temperatur.

Pada logam berstruktur FCC (Face Center Cubic) seperti Ni, Cu, Al, Ag,
Au, Pt memiliki tingkat keuletan yang sama pada semua temperatur

sehingga tidak ada mekanisme temperatur transisi. Sedangkan pada logam

yang memiliki struktur kristal BCC (Base Center Cubic) seperti Cr, Fe,

Mo, W memiliki temperatur transisi. Seiring dengan peningkatan

temperatur, keuletan logam meningkat. Untuk struktur HCP (High Close

Packed) seperti Mg, Ti, Zr sama seperti logam struktur FCC, tidak

mengalami temperatur transisi.

D. Teori Umum Baja Ringan ST 37

1. Deskripsi Struktur

Baja merupakan salah satu bahan bangunan yang unsur utamanya

terdiri dari besi. Baja ditemukan ketika dilakukan penempaan dan

pemanasan yang menyebabkan tercampurnya besi dengan bahan karbon

pada proses pembakaran, sehingga membentuk baja yang mempunyai

kekuatan yang lebih besar dari pada besi.

Bila dibandingkan dengan bahan konstruksi lainnya, baja lebih

banyak memiliki keunggulan-keunggulan yang tidak terdapat pada bahan-

bahan konstruksi lain. Disamping kekuatannya yang besar untuk menahan

kekuatan tarik dan kekuatan tekan tanpa membutuhkan banyak volume,

baja juga mempunyai sifat-sifat lain yang menguntungkan sehingga

menjadikannya sebagai salah satu material yang umum dipakai.

Sifat-sifat baja antara lain :

a. Kekuatan tinggi
Kekuatan baja bisa dinyatakan dengan kekuatan tegangan leleh fy atau

kekuatan tarik fu. Mengingat baja mempunyai kekuatan volume lebih

tinggi dibanding dengan bahan lain, hal ini memungkinkan

perencanaan sebuah konstruksi baja bisa mempunyai beban mati yang

lebih kecil untuk bentang yang lebih panjang, sehingga struktur lebih

ringan dan efektif.

b. Kemudahan pemasangan

Komponen-komponen baja biasanya mempunyai bentuk standar serta

mudah diperoleh dimana saja, sehingga satu-satunya kegiatan yang

dilakukan dilapangan adalah pemasangan bagian-bagian yang telah

disiapkan.

c. Keseragaman

Baja dibuat dalam kondisi yang sudah diatur (fabrikasi) sehingga

mutunya seragam.

d. Daktilitas ( keliatan )

Daktilitas adalah sifat dari baja yang dapat mengalami deformasi yang

besar dibawah pengaruh tegangan tarik tanpa hancur atau putus.

Daktilitas mampu mencegah robohnya bangunan secara tiba-tiba.

e. Modulus elastisitas besar

Dengan modulus yang besar, struktur akan cukup kaku sehingga dapat

memberikan kenyamanan bagi pemakai. Jika dibandingkan dengan

bahan yang lain, untuk regangan yang sama baja akan mengalami

tegangan yang lebih besar sehingga kekuatannya lebih optimal.


2. Sifat mekanis baja

Sifat mekanis baja struktur yang digunakan dalam perencanaan

harus memenuhi persyaratan minimum pada tabel berikut :

Tegangan putus Tegangan Leleh


Peregangan
Jenis Baja Minimum fu Minimum fy
Minimum (%)
(Mpa) (Mpa)

BJ 34 340 210 22

BJ 37 370 240 20

BJ 41 410 250 18

BJ 50 500 290 16

BJ 55 550 410 13

 Tegangan Leleh

Tegangan leleh untuk perencanaan ( fy ) tidak boleh diambil

melebihi nilai yang diberikan pada tabel sifat mekanisme baja

struktural.

 Tegangan Putus

Tegangan putus untuk perencanaan ( fu ) tidak boleh diambil

melebihi nilai yang diberikan pada tabel sifat mekanisme baja

struktural.

 Sifat-sifat mekanis lainnya

Sifat-sifat mekanisme lainnya baja struktural untuk perencanaan

adalah sebagai berikut :


Modulus elastis : E = 200.000 Mpa

Modulus geser : G = 80.000 Mpa

Nisbah poisson :  = 0,3

Koefisien pemuaian :  = 12 . 10-6 / oC

5.5 Data dan Pengolahan Data

A. Data

Specimen

 Panjang (x) = 55 mm

 Lebar (l) = 10 mm

 Tinggi (t) = 10 mm

 Kedalaman takikan (z) = 2 mm

Alat

 Beban bandul (U) = 300 Joule

 Panjang lengan bandul (R) = 820 mm

 Usaha Kalibrasi (Uk) = 6 Joule

 Tinggi beban sebelum dilepaskan (h1)


h1 = R + R sin (α – 90)

h1 = 0,82 m + 0,82 m [sin (140o -90o )]

h1 = 1,448 m

 Massa bandul (m)

m = U / (m.g)

= 300 J / ( 9,81 m/s2 . 1,448 m )

= 21,1195 kg

 Tinggi kalibrasi alat

Hk = 6 J / ( 21,1195 kg . 9,81 m/s2 )

= 0,02896 m

Hasil pengujian

No Takikan  Β

1 U 140o 78o

2 U 140o 75o

3 V 140o 77o

B. Pengolahan Data
1. Specimen dengan bentuk takikan V dengan kedalaman takikan 2

mm dan β = 77o

2 mm

10 mm

55 mm 10 mm

 Luas Penampang (A)

A =l(t–z)

A = 10 mm (10 mm – 2 mm )

= 80 mm2

= 8.10-5 m2

 Tinggi beban setelah dilepaskan (h2)

h2 = R + R sin (β – 90o)

= 0,82 m + 0,82 m [sin ( 77o – 90o )]

= 0,6355 m
 Tinggi perhitungan (hs)

hs = h1 – h2 – hk

=1,448 m – 0,6355 m – 0,02896 m

= 0,7835 m

 Usaha yang dilakukan untuk mematahkan specimen

Us = m .g .hs

= 21,1195 kg . 9,81 m/s2 . 0,7835 m

= 162,327 kg m2/s2

= 162,327 Joule

 Kekuatan Impact (U1)

U1 = Us/A

= 162,327 J / 8.10-5 m2

= 2.029087,5 J/m2

2. Specimen dengan bentuk takikan U dengan kedalaman takikan 2

mm dan β = 59o
2 mm

10 mm

55 mm 10 mm

 Luas Penampang (A)

A = l (t – z)

= 10 mm ( 10 mm – 2 mm )

= 80 mm2

= 8.10-5 m2

 Tinggi beban setelah dilepaskan (h2)

h2 = R + R sin (β – 90o)

= 0,82 m + 0,82 m [sin (78o – 90o)]

= 0,7696 m

 Tinggi perhitungan (hs)

hs = h1 – h2 – hk
= 1,448 m – 0,7696 m – 0,02896 m

= 0,7696 m

 Usaha yang dilakukan untuk mematahkan specimen

(Us) = m .g .hs

= 21,1195 kg . 9,81 m/s2 . 0,7696 m

= 159,447 joule

 Kekuatan Impact (U1)

U1 = Us/A

= 159,447 J / 8.10-5 m2

= 1.993087,5 J /m2

3. Specimen dengan bentuk takikan U dengan kedalaman takikan 2 mm

dan β = 75o

2 mm

10 mm

55 mm 10 mm
 Luas Penampang (A)

A = l (t – z)

= 10 mm ( 10 mm – 2 mm )

= 80 mm2

= 8.10-5 m2

 Tinggi beban setelah dilepaskan (h2)

h2 = R + R sin (β – 90o)

= 0,82 m + 0,82 m [sin (75o - 90o)]

= 0,6078 m

 Tinggi perhitungan (hs)

hs = h1 – h2 – hk

= 1,448 m - 0,6078 m – 0,00289 m

= 0,8373 m

 Usaha yang dilakukan untuk mematahkan specimen

(Us) = m .g .hs
= 21,1195 kg . 9,81 m/s2 . 0,8373 m

= 173,474 Joule

 Kekuatan Impact (U1)

U1 = Us/A

= 173,474 J / 8.10-5 m2

= 2.168425 J /m2

5.8 Analisa pembahasan

 Pengujian Impact

Ada dua metode yang digunakan dalam uji impak suatu material

yaknimetode Charpy dan metode Izod. Metode Charpy lebih umum

dilakukankarena lebih mudah diterapkan, murah dan pengujiannya

dapat dilakukanpada suhu di bawah suhu ruang

 Pengaruh Beban Impak

Dalam uji impak, digunakan pembebanan yang cepat

(rapid loading).Akibat pembebanan yang cepat ini, terjadi proses

penyerapan energi yangbesar akibat dari energi kinetik beban

impak yang menumbuk ke spesimen.Energi yang diserap tersebut

akan diubah dalam berbagai respon padamaterial seperti deformasi


plastis, efek histerisis, gesekan, patahan getas danulet, dan

sebagainya.

 Pengaruh bentuk takik

Tabel hasil perhitungan pengujian Inpak

N h1 M hk A h2 hs Us U1
Takik Α β
o (m) (kg) (m) (m2) (m) (m) (J) (J/m2)
1,44 0.0289 7.10
1 V 140o 103o
8
21.12
6 -5 1.004 0,415 85.982 1228324.114
1.44 0.0289 7.10 103.59
2 U 140o 97o
8
21.12
6 -5 0,919 0,500
3
1479900

0.0289 7.10 1581514.28


3 U 140o 92o 1.44 21.12
6 -5 0,848 0,571 110.706
6
8

Dari table diatas dapat dilihat bahwa specimen yang diberi takikan

U (1.993.087,5J/m2)memiliki kekuatan Inpak lebih besar dari pada specimen

yang diberi takikan V (2.029087,5J/m2) dan U (2.168425J/m2), dan specimen

yang diberi takikan V (2.029087,5J/m2) memiliki kekuatan inpak yang lebih

besar dari pada specimen yang diberi takikan, U (2.168425 J/m2), ini

disebabkan karena sudut yang terbentuk dalam takik. Semakin banyak

sudutnya maka konsentrasi tegangannya akan semakin banyak dan

mengakibatkan kekuatan inpaknya semakin kecil.

5.9 Kesimpulan dan Saran


A. Kesimpulan

 Pengaruh Beban Impak

Dalam uji impak, digunakan pembebanan yang cepat ( rapid

loading).Akibat pembebanan yang cepat ini, terjadi proses

penyerapan energi yangbesar akibat dari energi kinetik beban impak yang

menumbuk ke spesimen.Energi yang diserap tersebut akan diubah dalam

berbagai respon padamaterial seperti deformasi plastis, efek histerisis,

gesekan, patahan getas danulet, dan sebagainya.

 Metode Uji Impak

Ada dua metode yang digunakan dalam uji impak suatu material

yaknimetode Charpy dan metode Izod.Metode Charpy lebih umum

dilakukankarena lebih mudah diterapkan, murah dan pengujiannya

dapat dilakukanpada suhu di bawah suhu ruang.

 Kegagalan Material dipengaruhi oleh :

1. Temperatur

Semakin tinggi temperature, material semakin bersifat

ulet.Sedangkansemakin rendah temperature, material semakin

bersifat getas.

2. Triaxial stress

Disebabkan oleh adanya takikan (notch).Adanya triaxial

stress(triaksidialitas) dapat mempertinggi tegangan.

3. Kecepatan pembebanan
Pada kecepatan pembebanan tinggi, patahan yang terjadi berupa

patahgetas.Hal ini disebabkan karena saat patahan terjadi tidak

didahului olehdeformasi plastik.Sehingga energi yang diserap kecil.

B. Saran

Sebaiknya spesimen percobaan yang digunakan dilakukan dengan

perbedaan suhu agar dapat diketahui kekuatan impak bahan terhadap

perbedaan suhu

Anda mungkin juga menyukai