Anda di halaman 1dari 15

laporan uji bahan impact test

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Tujuan

1.1.1

Tujuan instruksional umum


Mahasiswa mampu melakukan pengujian beban mendadak (Impact test) terhadap suatu
material.

1.1.2
Tujuan intruksional khusus

Mahasiswa mampu menganalisa pengaruh takikan (notch) terhadap kekuatan material.

Mahasiswa mampu menganalisa energi dan kekuatan impact dari hasil pengujian suatu material.

Mahasiswa mampu menganalisa pengaruh temperatur terhadap kekuatan material.

Mahasiswa mampu menganalisa temperatur transisi suatu material.

Mahasiswa mampu menganalisa jenis patahan suatu material


1.2.

Dasar Teori
Beberapa perangkat pada otomotif dan transmisi serta bagian-bagian pada kereta api dan lain,
akan mengalami suatu beban kejutan atau beban secara mendadak dalam pengoperasianya. Maka dari
itu ketahanan suatu material terhadap beban mendadak, serta faktor-faktor yang mempengaruhi sifat
material tersebut perlu diketahui dan diperhatikan.
Pengujian ini berguna untuk melihat efek-efek yang ditimbulkan oleh adanya takikan, bentuk
takikan, temperatur, dan faktor-faktor lainnya. Impact test bisa diartikan sebagai suatu tes yang mengukur
kemampuan suatu bahan dalam menerima beban tumbuk yang diukur dengan besarnya energi yang
diperlukan untuk mematahkan spesimen dengan ayunan sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1.1

Gambar 1.1. Mesin Uji Impact

Bandul dengan ketinggian tertentu berayun dan memukul spesimen. Berkurangnya energi
potensial dari bandul sebelum dan sesudah memukul benda uji merupakan energi yang diserap
oleh spesimen.

Gambar 1.2. Sketsa Perhitungan Energi Impact Teoritis

Besarnya energi impact (joule) dapat dilihat pada skala mesin penguji. Sedangkan
besarya energi impact dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Eo = W.ho....(1)
E1 = W.h1...(2)
E = Eo - E1
= W (ho- h1) .(3)
dari gambar 1.2 didapatkan ho = - cos
= (1 - cos )(4)
h1 = - cos
= (1 - cos )...( 5)
dengan subtitusi persamaan 4 dan 5 pada 3 di dapatkan :
E = W ( cos - cos ) (6)
dimana:
Eo = Energi awal (J)
E1 = Energi akhir (J)
W = Berat bandul (N)
ho = Ketinggian bandul sebelum dilepas (m)
h1 = Ketinggian bandul setelah dilepas (m)
= panjang lengan bandul (m)
= sudut awal (o)
= sudut akhir (o)
Untuk mengetahui kekuatan impact /impact strength (Is) maka energi impact tersebut
harus dibagi dengan luas penampang efektif spesimen (A) sehingga :
Is = E/A
= W ( cos - cos ) (7)
Pada suatu konstruksi, keberadaan takik atau nocth memegang peranan yang amat
berpengaruh terhadap kekuatan impact. Adanya takikan pada kerja yang salah seperti

diskotinuitas pada pengelasan, atau korosi lokal bisa bersifat sebagai pemusat tegangan (stress
concentration). Adanya pusat tegangan ini dapat menyebabkan material brittle (getas), sehingga
patah pada beban di bawah yield strength.
Ada tiga macam bentuk takikan pada pengujian impact yakni takikan type A (V), type B
(key hole) dan type C (U) sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 1.3 Macam-macam Bentuk Takikan Pada Spesimen Uji Impact.


(a) Bentuk V, (b) Bentuk U, (c) Bentuk key hole
Fracture atau kepatahan pada suatu material dapat digolongkan sebagaibrittle (getas)
atau ductile (ulet). Suatu material yang mengalami kepatahan tanpa mengalami deformasi plastis
dikatakan patah secara brittle. Sedangkan apabila kepatahan didahului dengan suatu deformasi plastis
dikatakan mengalami ductile Fracture. Material yang mengalami brittle Fracture hanya mampu menahan
energi yang kecil saja sebelum mengalami kepatahan. Perbedaan permukaan kedua jenis patahan
sebagaimana ditunjukkan pada gambar dibawah ini :

Gambar 1.4 Pola Patahan Pada Penampang Specimen Uji Impact

1.3.

Metode Pengujian Impact


Metode pengujian impact dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
a) Metode Charpy

Gambar 1.5. Metode Charpy


Pada metode sebagaimana ditunjukkan pada gambar1.5.a, spesimen diletakkan mendatar
dan kedua ujung spesimen ditumpu pada suatu landasan. Letak takikan (notch) tepat ditengah
dengan arah pemukulan dari belakang takikan. Biasanya metode ini digunakan di Amerika dan
banyak negara yang lain termasuk Indonesia.
b) Metode izod

Gambar 1.6. Metode Izod


Pada metode ini sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1.5.b, spesimen dijepit pada salah
satu ujungnya dan diletakkan tegak. Arah pemukulan dari depan takikan. Biasanya metode ini
digunakan di Negara Inggris.
1.4

Temperatur Transisi
Kemampuan suatu material untuk menahan energi impact sangat dipengaruhi oleh
temperatur kerja. Pengaruh temperatur terhadap kekuatan impact setiap jenis material berbedabeda.
Baja karbon merupakan salah satu contoh logam yang kekuatan impactnya turun drastis
bila berada pada temperatur yang sangat dingin (100 0 C). Sebaliknya aluminium adalah contoh
logam yang masih mempunyai kekuatan impact yang cukup tinggi pada temperatur yang sangat
dingin tersebut. Pada umumnya kenaikan temperatur akan meningkatkan kekuatan impact logam,
sedangkan penurunan temperatur akan menurunkan kekuatan impactnya.
Diantara kedua kekuatan impact yang ekstrim tersebut ada suatu titik temperatur yang
merupakan transisi dari kedua titik ekstrim tersebut yakni suatu temperatur yang menunjukkan

perubahan sifat material dariductile menjadi brittle. Titik temperatur tersebut disebut temperatur
transisisi.

Gambar 1.7. Grafik Temperatur Transisi

1.

2.
3.
4.
5.

Ada lima criteria penentuan temperature transisi seperti yang telah ditunjukkan oleh
gambar di atas, yaitu :
T1 adalah temperature transisi yang diperoleh dari temperature suatu material pada saat material
tersebut bersifat 100% ductile menujuductile-brittle. Suhu transisi ini sering disebut
dengan Fracture temperature plastic (FTP).
T2 adalah temperature transisi suatu material pada saat fracture appearance berada pada
50% ductile 50 % brittle.
T3 adalah criteria temperature transisi yang diperoleh dari rumus :
Is taransisi = (Is maximum + Is minimum) / 2
T4 adalah temperature transisi yang diperoleh pada saat material dari sifat ductilebrittle menu brittle setelah melewati Cv = 15 ft-lb.
T5 adalah temperature transisi yang diperoleh pada saat material bersifat ductilebrittle menuju brittle 100%. Temperatur ini disebut dengan nil ductility temperature (NDT)
Apabila temperatur operasi dari suatu peralatan berada dibawah temperatur transisi dari
material yang digunakan, maka adanya crack pada material fracture akan menyebabkan
kerusakan pada peralatan, sedangkan apabila temperatur operasi terendah masih diatas
temperatur transisi dari material, maka brittle fracture bukan merupakan masalah.

BAB II
METODOLOGI
II.1. Peralatan
1. Mesin Uji Impact
2. Cooling Chamber
3. Sarung Tangan
4. Kompor Listik
5. Panci
6. Jangka Sorong
7. Tang
8. Stamping
9. Palu
10. Kikir
11. Amplas
II.2.
1.
2.
3.

Bahan
Spesimen uji impact untuk temperatur panas (1buah)
Spesimen uji impact untuk temperature kamar (1 buah)
Spesimen uji impact untuk temperature dingin (1 Buah)

II.3. Prosedur Praktikum


II.3.1. Persiapan Spesimen
Ambil spesimen dan jepit pada ragum,
Ambil kikir dan kikir
bekas-bekas machining pada spesimen
menyebabkan kesalahan ukur.
Ulangi langkah diatas untuk seluruh spesimen.
II.3.2. Penandaan Spesimen
Ambil stamp dan tandai seluruh specimen
1
: Untuk Spesimen Suhu Panas 100oC
2
: Untuk Spesimen Suhu Kamar 26 oC
3
: Untuk Spesimen Suhu Dingin -40 oC
II.3.3. Pengukuran Dimensi
Ambil spesimen ukur dimensinya (panjang, lebar dan tebalnya).
Catat kode spesimen dan data pengukurannya pada lembar kerja
Ulangi langkah diatas untuk semua spesimen.
II.3.4. Pengkondisian Spesimen Pada Temperatur Kerja

yang

memungkinkan

Temperatur Panas
Masukkan air ke dalam panci dan letakkan diatas kompor listrik yang telah dinyalakan.
Tunggu sampai air mendidih dan masukkan spesimen berkode P ke dalam panci dan tunggu 5 menit.
Ukur temperatur air sesaat sebelum spesimen diambil untuk diuji impact.
Catat pada lembar kerja.

Temperatur Dingin
Nyalakan cooling chamber dan setting pada temperatur -50 oC untuk percobaan dingin.
Tunggu sampai penunjuk temperatur menunjukkan angka 50oC.
Masukan specimen ke dalam cooling chamber dan tunggu 5 menit.
Catat pada lembar kerja, temperatur sesaat sebelum spesimen diambil untuk diuji impact.
Tempeatur Kamar

Untuk
II.3.5.

II.3.6.

specimen

pada

suhu kamar

bisa

langsung dilakukan pengujian impact.

Pengujian Pada Mesin Uji Impact


Mencatat data mesin pada lembar kerja.
Tempatkan bandul pada posisi awal untuk pengujian.
Atur jarum penunjuk pada posisi 0.
Ambil specimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat dan cepat, terutama untuk kondisi panas
dan dingin.
Letakkan tangan kanan pada pin pengunci beban dan tangan kiri pada rem.
Tekan pin pengunci beban, sehingga bandul meluncur menimpa spesimen.
Tekan rem ketika bandul hendak mengayun untuk yang kedua kalinya.
Amati dan catat besarnya sudut dan besarnya energi yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk.Ulangi
langkah diatas untuk seluruh specimen.
Menentukan Panjang Lengan Bandul
Angkat bandul sehingga membentuk sudut 100 dari garis tegak.
Lepaskan bandul sehingga berayun.
Hitung dengan stopwatch waktu yang dibutuhkan untuk 50 ayunan (T50).
Hitung lengan bandul dengan menggunakan persamaan berikut :

T = 2 ( / g)1/2 (8)
Dimana T
= periode (detik)
= T50 / 50
= panjang lengan bandul (m)
g = percepatan gravitasi (m/det2)

BAB III
ANALISA DATA
Tabel 3.1 Spesifikasi Mesin Impact dan Spesimen

IMPACT TEST
:
160.43 Berat Bandul :

96.5 N
Specimen Stamp
Length = L (mm)
Width = W (mm)
Overall Thick = T
(mm)
Thick. At Notch = tn
(mm)
Cross Section = An
(mm2)

Panjang Lengan :
0.80 m

1
54.8
10.2

2
55
10.1

3
54.9
10

10

10

10

8.85

8.8

8.75

90.27

88.88

87.5

1
V
Center
-41.9
135.8
17.58
17.55
0.19
brittel

2
V
Center
26.7
56.2
115.6
115.8
1.3
mixture

3
V
Center
95.1
17.9
146.2
146.4
1.67
ductile

Tabel 3.2 Hasil Percobaan

Spesimen Stamp
Type of Notch
Location of Notch
Temperature (oC)
Angle ()
E impact (J)
E Theorit (J)
Strenght(J/mm2)
Type of Fracture

III.2.1. Menurut Percobaan


Spesimen Suhu Dingin -40oC
Diket : E = 17,50 joule
A = 90,27 mm2
Maka kekuatan impact ( Is ) =

= 0,19 J/mm2
Spesimen Suhu Kamar 26,7oC
Di ket :
E = 115,6 joule
A = 88,88 mm2
Maka kekuatan impact ( Is )
=

= 1.3 J/mm2
Spesimen Suhu Panas 100 C
Diket :
E = 146,20 joule
A = 87,50 mm2
Maka kekuatan impact ( Is )
=
o

=1,67 J/mm2
III.2.2. Menurut Teori

T50

Mencari panjang lengan ()


Periode (T)
Periode tiap detik (T50)
= 2.

1,8

= 2.

1,82

= 42.(/9,81)

= 0,80 m
Berat bandul (W) = 96.5 N
Sudut awal ( ) = 160.80 o
Spesimen Suhu Dingin -50 oC (E)
Sudut akhir = 135,80 0
Luas penampang = 90,27 mm2
Maka kekuatan impact

= 90 detik
= 90 / 50 = 1,8 detik

= 0,19 J/mm2

Spesimen Suhu Kamar 26,7 oC (C)


Sudut akhir = 56,2 0
Luas penampang = 88,88mm2
Maka kekuatan impact

= 1,3 J/mm2

Spesimen Suhu Panas 100oC


Sudut akhir = 17,90
Luas penampang = 87.50 mm2
Maka kekuatan impact

= 1,67 J/mm2

Tabel 3.3 Perbandingan Kekuatan Impact Percobaan


dengan Perhitungan

Temperatur Spesimen
Kekuatan Impact Hasil Percobaan (J/mm2)
Kekuatan Impact Hasil Perhitungan (J/mm2)

100oC
1,67
1,67

26oC
1,3
1,3

-50oC
0,19
0,19

Selisih

0,00

0,00

0,00

Gambar 3.1 Grafik Temperatur Transisi (oC)


Temperatur transisi tersebut diperoleh dengan cara menarik garis hasil dari menjumlahkan
kekuatan impact tertinggi dengan kekuatan impact terendah kemudian dibagi dua. Lebih singkatnya
dapat dicari melalui rumus :

Dari hasil Is transisi tersebut barulah ditarik garis kebawah sehingga didapat temperatur
transisinya.

III.2. Gambar Hasil Pengujian


III.2.1. Pada Temperatur -50oC ( dingin )
Jenis patahan yang ditimbulkan adalah Brittle seperti yang ditunjukkan oleh gambar 3.2 di bawah
ini :

Gambar 3.2 Patahan Brittle Pada Spesimen Suhu Dingin

1.
2.
3.
4.

Ciri ciri Brittle Fracture :


Spesimen putus dengan permukaan yang halus
Terdapat bulir-bulir halus pada permukaan patahannya
Permukaan patahannya mengkilap
Biasa disebut granular fracture atau cleavage fracture

III.2.2. Pada Temperatur 26oC ( kamar)


Jenis patahan yang ditimbulkan adalah mixture yaitu campuran antara ulet (ductile) dan brittle
(getas) seperti yang ditunjukkan oleh gambar 3.3 di bawah ini ;

Gambar 3.3 Patahan mixture (ductile and brittle) Pada Spesimen Suhu kamar 26 oC

1.
2.
3.
4.

Ciri ciri Mixture Fracture :


Spesimen pada umumnya tidak putus dengan permukaan patahan yang kasar
Permukaan patahannya terlihat buram
Terdapat serabut-serabut kasar pada permukaan patahannya
Gabungan antara patahan ductille dan brittle

III.2.3. Pada Temperatur 100 oC (panas)


Jenis patahan yang ditimbulkan adalah ulet (ductile) seperti yang ditunjukkan oleh gambar 3.4 di
bawah ini :

Gambar 3.4 Patahan Ulet (ductile) Pada Spesimen Suhu Panas 100 oC

1.
2.
3.
4.

Ciri ciri Ductile Fracture :


Spesimen pada umumnya tidak putus dengan permukaan patahan yang kasar
Permukaan patahannya terlihat buram
Terdapat serabut-serabut kasar pada permukaan patahannya
Biasa disebut Fibrous fracture

BAB IV
PENUTUP
IV.1.

Kesimpulan
Tabel 4.1. Data hasil praktikum

Temperatur Spesimen

100oC

26oC

-50oC

Kekuatan Impact Hasil Percobaan (J/mm2)


Kekuatan Impact Hasil Perhitungan (J/mm2)
Selisih

1,67
1,67
0

1,3
1,3
0

0,19
0,19
0

Kekuatan impact pada temperatur transisi :


Is transisi
=

= 0,93 J/mm2
Disamping mengetauhi nilai impact suatu material uji impact ini juga dapat bertujuan untuk
mengetauhi lateral expansion dan shear yang mana leteral expension ini adalah untuk mengetauhi
perubahan tebal dari suatu material yang patah setelah uji impact sedangkan shear adalah untuk
mengetauhi perubahan panjang dari suatu material yang patah setelah uji impact
IV.2.

Analisa Kesalahan
Ketidak tepatan data hasil percobaan dengan hasil perhitungan dapat disebabkan oleh terjadinya
kesalahan pada perhitungan untuk mencari panjang lengan. Hal ini terjadi karena pencatatan waktu
dalam 50 periode dan terjadinya kesalahan pada saat meletakkan sudut awal saaat mencari periode
sehingga berpengaruh pada periode yang didapat.

DAFTAR PUSTAKA

Budi Prasojo, ST [2002], Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, PPNS

[1988], Annual Book of ASTM Standart, Vol 03.01, E 23, American Society for Testing and Materials.

Anda mungkin juga menyukai