Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN RESMI

PRAKTEK UJI BAHAN


“TENSILE TEST”

Disusun Oleh :
Kelompok 1 (D4 DC 3A)
1. Ajeng Adelea Rosanti (0119040001)
2. Fangki Indra W. (0119040008)
3. Aulya Firdausya (0119040010)
4. M. Zulfikar Rahmat (0119040013)

PROGRAM STUDI
TEKNIK PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI KAPAL
JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

1.1.1 Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat melakukan


pengujian tarik (tensile test) terhadap
suatu material.
1.1.2 Tujuan Instruksional Khusus :
1. Mahasiswa mampu membuat diagram tegangan-regangan teknik
dan sebenarnya berdasarkan diagram beban-pertambahan panjang
yang di dapat dari hasil pengujian.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan, menganalisa sifat-sifat mekanik
material yang terdiri dari kekuatan tarik maksimum, kekuatan tarik
luluh, reduction of area, elongation dan modulus elastisitas.

1.2 Dasar Teori


Salah satu sifat mekanik yang sangat penting dan dominan dalam
suatu perancangan konstruksi dan proses manufaktur adalah kekuatan tarik.
Kekuatan tarik suatu bahan di dapat dari hasil uji tarik (tensile test) yang
dilaksanakan berdasarkan standar pengujian yang telah baku seperti ASTM
(American Standart for Testing Material), JIS (Japan Industrial Standart),
DIN (Deutches Institut for Nurmunge) dan yang lainnya.
Terdapat beberapa Spesimen pada uji tarik. Bentuk spesimen
sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

1.2.1 Spesimen round bar


Batang uji berupa rounded ditentukan dulu gauge lenghtnya,
yaitu 50 mm lalu ditentukan titik tegah gauge lenghtnya. Setelah itu
diukur lagi panjang gauge length dari A ke B untuk dimasukkan
kedalam penandaan (Lo). Setelah itu ditandai dengan penitik.Gambar
spesimen round bar seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2.
Kelompok 1 (D4 DC 3A) TENSILE TEST

Øo

Gambar 1.2 Spesimen Round Bar


1.2.2 Spesimen plat
Batang uji berupa plat ditentukan dahulu gauge lengthnya,
yaitu 50 mm. Setelah itu diambil titik tengah dari gauge length, yaitu A0
= 25 mm & B0 = 25 mm. Kesemuanya itu diberi tanda dengan penitik
kemudian diukur kembali panjang gauge lenghtnya apakah tepat 50 mm
atau tidak, setelah itu nilainya dimasukkan kedalam penandaan (L0).
Gambar spesimen plat seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1

Gambar 1.1Spesimen Plat

1.2.3 Spesimen Baja Tulangan


Batang uji berupa deformed diratakan dulu ujung-ujungnya
supaya dapat diperoleh pengukuran panjang yang lebih presisi. Ujung
batang dapat diratakan dengan cara dikikir maupun dipotong dengan
alat pemotong logam. Setelah itu diukur panjang batang uji dengan
menggunakan jangka sorong, lalu ditentukan titik tengahnya dan dapat
ditandai dengan menggunakan penitik. Setelah itu ditentukan gauge
lenghtnya , yaitu 74,32 mm, dimana gauge lenght diperoleh dari 8 x

2
Kelompok 1 (D4 DC 3A) TENSILE TEST

diameter spesimen, sehingga A0 dan B0 adalah ½ (8 x diameter


spesimen), diameter spesimen diperoleh dari persamaan:

(b)

(c)

Dimana : 𝜌 = massa jenis spesimen (gram/mm3 )


m = massa spesimen (gram)
A = luas penampang spesimen (mm2 )
ℓ = panjang total spesimen (mm)
d = diameter spesimen (mm)
Baru kemudian diukur lagi panjang gauge length-nya (A0 ke B0) yang
kemudian hasil pengukuran dimasukkan kedalam penandaan (Lo).
Untuk pemberian tanda pada beton neser bisa dilihat pada Gambar 1.3
di bawah ini :

Gambar 1.3 Spesimen Baja Tulangan

Pada pengujian tarik spesimen diberi beban uji aksial yang semakin
besar secara kontinyu. Sebagai akibat pembebanan aksial tersebut, spesimen

3
Kelompok 1 (D4 DC 3A) TENSILE TEST

mengalami perubahan panjang. Perubahan beban (P) dan perubahan panjang


(∆L) tercatat pada mesin uji tarik berupa grafik, yang merupakan fungsi beban
dan pertambahan panjang dan disebut sebagai grafik P - ∆L dan kemudian
dijadikan grafik Stress-Strain (Grafik - ) yang menggambarkan sifat
bahan secara umum, seperti ditunjukkan pada Gambar1.4

Keterangan:
A=Titik propolsionalitas
B = Titik elastis
C = Titik yield
D = Titik maksimum
E = Titik patah

Gambar 1.4 Grafik P-  hasil pengujian tarik beberapa logam

Dari Gambar 1.4 di atas tampak bahwa sampai titik p perpanjangan


sebanding dengan pertambahan beban. Pada daerah inilah berlaku hukum
Hooke, sedangkan titik p merupakan batas berlakunya hukum tersebut. Oleh
karena itu titik p di sebut juga batas proporsional. Sedikit di atas titik p
terdapat titik e yang merupakan batas elastis di mana bila beban di hilangkan
maka belum terjadi pertambahan panjang permanen dan spesimen kembali
kepanjang semula. Daerah di bawah titik e di sebut daerah elastis. Sedangkan
di atasnya di sebut daerah plastis.
Di atas titik e terdapat titik y yang merupakan titik yield (luluh) yakni
di mana logam mengalami pertambahan panjang tanpa pertambahan beban
yang berarti. Dengan kata lain titik yield merupakan keadaan di mana
spesimen terdeformasi dengan beban minimum. Deformasi yang yang di
mulai dari titik y ini bersifat permanen sehingga bila beban di hilangkan masih
tersisa deformasi yang berupa pertambahan panjang yang di sebut deformasi

4
Kelompok 1 (D4 DC 3A) TENSILE TEST

plastis. Pada kenyataannya karena perbedaan antara ke tiga titik p, e dan y


sangat kecil maka untuk perhitungan teknik seringkali keberadaan ke tiga titik
tersebut cukup di wakili dengan titik y saja. Dalam kurva titik y ditunjukkan
pada bagian kurva yang mendatar atau beban relatif tetap. Penampakan titik y
ini tidak sama untuk semua logam. Pada material yang ulet seperti besi murni
dan baja karbon rendah, titik y tampak sangat jelas. Namun pada umumnya
penampakan titik y tidak tampak jelas. Untuk kasus seperti ini cara
menentukan titik y dengan menggunakan metode offset. Metode offset di
lakukan dengan cara menarik garis lurus yang sejajar dengan garis miring
pada daerah proporsional dengan jarak 0,2% dari regangan maksimal. Titik y
di dapat pada perpotongan garis tersebut dengan kurva σ-εditunujukkan pada
Gambar 1.5.

Gambar 1.5. Metode offset untuk menentukan titik yield

Kenaikan beban lebih lanjut akan menyebabkan deformasi yang akan


semakin besar pada keseluruhan volume spesimen. Beban maksimum di
tunjukkan dengan puncak kurva titik D, sampai pada beban maksimum ini,
deformasi yang terjadi masih homogen sepanjang spesimen. Pada material
yang ulet (ductile), setelahnya beban maksimum akan terjadi pengecilan
penampang setempat (necking), selanjutnya beban turun dan akhirnya

5
Kelompok 1 (D4 DC 3A) TENSILE TEST

spesimen patah. Sedangkan pada material yang getas (brittle), spesimen akan
patah setelah tercapai beban maksimum.



Grafik Tegangan-Regangan Teknik  t   t

Hasil pengujian yang berupa grafik atau kurva P   tersebut
sebenarnya belum menunjukkan kekuatan material, tetapi hanya
menunjukkan kekuatan spesimen saja.Untuk mendapatkan kekuatan
materialnya maka grafik P   tersebut harus di konversikan ke dalam

tegangan-regangan teknik (grafik  t   t ). Grafik  t   t di buat dengan


asumsi luas penampang spesimen konstan selama pengujian. Oleh karena
itu penggunaan grafik ini terbatas pada konstruksi yang man deformasi
permanen tidak di perbolehkan terjadi. Berdasarkan asumsi luas
penampang konstans tersebut maka persamaan yang di gunakan adalah :

 t =P/A
o ………………………………………............. (1.1)
 t     100   ……………………………....……......(1.2)

Dimana :  t  tegangan teknik (kN/mm2)

P = tegangan teknik (kN)


Ao = luas penampang awal spesimen (mm2)
 t = regangan teknik (%)

 = panjang awal spesimen (mm)

' = panjang spesimen setelah patah (mm)


 = pertambahan panjang (mm)
'
=   
Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan kurva P  

ke dalam grafik  t   t adalah sebagai berikut:


1. Ubahlah kurva P   menjadi grafik P   dengan cara
menambahkan sumbu tegak sebagai P dan sumbu mendatar sebagai  .

6
Kelompok 1 (D4 DC 3A) TENSILE TEST

2. Tentukan skala beban (p) dan skala pertambahan panjang  pada
grafik P   . Untuk menentukan skala beban bagilah beban maksimal
yang di dapat dari mesin dengan tinggi kurva maksimal, atau bagilah
beban yield (bila ada) dengan tinggi yield pada kurva. Sedangkan untuk
menentukan skala pertambahan panjang, bagilah panjang setelah patah
dengan panjang pertambahan total pada kurva dari perhitungan tersebut
akan di dapatkan data:
 Skala beban (P) 1mm : ........... kN

 Skala pertambahan panjang  1mm : ........... mm


3. Ambillah 3 titik di daerah elastis, 3 titik di sekitar yield ( termasuk y), 3
titik di sekitar beban maksimal (termasuk u) dan satu titik patah (f).
Tentukan besar beban dan pertambahan panjang ke sepuluh titik
tersebut berdasarkan skala yang telah di buat di atas. Untuk membuat
tampilan yang baik, terutama pada daerah elastis, tentukan terlebih

dahulu kemiringan garis proporsional   dengan memakai persamaan


Hooke di bawah ini:
     ...........................................................................(1.3)
di mana  = tegangan/ stress (kg/mm2, MPa,Psi)
 = modulus elastisitas (kg/mm2,MPa,Psi)
ε = regangan/strain (mm/mm, in/in)

dari persamaan 1.3 di dapatkan

    = tg .……………………………………… (1.4)

4. Konversikan ke sepuluh beban (P) tersebut ke tegangan teknik  t


dengan menggunakan persamaan 1 dan konversikan pertambahan
 
panjangnya  ke regangan teknik  t dengan memakai persamaan
2.

5. Buatlah grafik dengan sumbu mendatar  t dan sumbu tegak  t


berdasarkan ke sepuluh titik acuan tersebut. Grafik yang terjadi (gambar

7
Kelompok 1 (D4 DC 3A) TENSILE TEST

1.6) akan mirip dengan kurva P   , karena pada dasarnya grafik


 t   t dengan kurva P   identik, hanya besaran sumbu-sumbunya

yang berbeda.

Gambar 1.6 Grafik  t   t hasil konversi grafik P  



Grafik Tegangan-Regangan Sebenarnya  s   s

 
Grafik tegangan-regangan sebenarnya  s   s di buat dengan
kondisi luas penampang yang terjadi selama pengujian. Penggunaan grafik
ini khususnya pada manufaktur di mana deformasi plastis yang terjadi
menjadi perhatian untuk proses pembentukkan. Perbedaan paling

menyolok grafik ini dengan dengan grafik  t   t terletak pada keadaan

kurva setelah titik u (beban ultimate). Pada grafik  t   t setelah titik u,


kurva akan turun sampai patah di titik f (frakture), sedangkan pada grafik
 s   s kurva akan terus naik sampai patah di titik f. Kenaikkan tersebut

di sebabkan tegangan yang terjadi di perhitungkan untuk luas penampang


sebenarnya sehingga meskipun beban turun namun karena tingkat
pengecilan penampang lebih besar, maka tegangan yang terjadi juga lebih
besar.

8
Kelompok 1 (D4 DC 3A) TENSILE TEST

Berdasarkan asumsi volume konstan maka persamaan yang di


gunakan adalah:

σ s =  t ( 1 +  t ).................................................................................(1.5)
 s =ℓn ( 1 +  t ).................................................................................(1.6)

Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan garfik  t   t

ke dalam grafik  s   s adalah sebagai berikut:

1. Ambil kembali ke sepuluh titik pada grafik  t   t yang merupakan


konversi dari grafik P   .Untuk menentukan nilai tegangan
sebenarnya gunakan persamaan 1.5 sedangkan untuk nilai regangan
sebenarnya gunakan persamaan1.6.Persaman tersebut hanya berlaku
sampai titik maksimum yaitu titik 1-8 .Sedangkan nilai ke dua titik
lainnya (titik 9 dan titik 10) yang berada setelah puncak kurva akan
mengalami perubahan.
2. Untuk menghitung nilai tegangan sebenarnya dan regangan sebenarnya
pada kedua titik tersebut gunakan persamaan berikut:
 s  P Ai .......................................................................................
(1.7)

 s =ℓn(Ao/Ai)................................................................................(1.8)
dimana Ai = Luas penampang sebenarnya. Untuk titik ke-10, A 10
adalah luas penampang setelah patah, sedangkan untuk titik ke-9, A 9
nilainya antara A8 dengan A10.

3. Buatlah grafik dengan sumbu mendatar  s dan sumbu tegak  s


berdasarkan ke sepuluh titik acuan tersebut.

9
Kelompok 1 (D4 DC 3A) TENSILE TEST


Gambar 1.7 Grafik Tegangan dan Regangan sebenarnya  s   s

 Sifat Mekanik yang di dapat dari uji tarik

1. Tegangan Tarik Yield


 y

 y  Py A
………….....……........…………………...(1.9)
y
dimana = tegangan yield (kN/mm2)
Py = beban yield (kN)
 
2. Tegangan Tarik Maksimum/ Ultimate  u

 u  Pu A ………………...………..………….........(1.10)

dimana  u = tegangan ultimate (kN/mm2)


pu = beban ultimate (kN)

3. Regangan  
      100 0 0 ...................................................................
...(1.11)
dimana  = regangan (%).
 = pertambahan panjang (mm)
 = panjang awal spesimen (mm)

Regangan tertinggi menunjukkan nilai keuletan suatu material.

4. Modulus Elastisitas (E)

10
Kelompok 1 (D4 DC 3A) TENSILE TEST

Kalau regangan menunjukkan keuletan, maka modulus elastisitas


menunjukkan kekakuan suatu material. Semakin besar nilai E,
menandakan semakin kakunya suatu material. Harga E ini di
turunkan dari persamaan hukum Hooke sebagaimana telah di
uraikan pada persamaan 3 dan 4.
Dari persamaan tersebut juga nampak bahwa kekakuan suatu
material relatif terhadap yang lain dapat di amati dari sudut

kemiringan   pada garis proporsional. Semakin besar  ,


semakin kaku material tersebut.
5. Reduksi Penampang/Reduction of Area (RA )
RA=[(A0-A’)/A0]  100%
di mana A’ = luas penampang setelah patah (mm2)
Reduksi penampang dapat juga di gunakan untuk menetukan
keuletan material. Semakin tinggi nilai RA, semakin ulet material
tersebut.

11
Kelompok 1 (D4 DC 3A) TENSILE TEST

BAB II
METODOLOGI

2.1 Bahan dan Alat

2.1.1 Bahan
1. Spesimen uji tarik pelat.
2. Spesimen uji tarik round bar.
3. Spesimen uji tarik deformat.
4. Kertas milimeter.

2.1.2 Peralatan
1. Mesin uji tarik.
2. Kikir.
3. Jangka sorong.
4. Ragum.
5. Penitik.
6. Palu.

2.2 Langkah kerja

1. Menyiapkan Spesimen
 Mengambil spesimen dan menjepit pada ragum.
 Mengambil kikir, dan mengikikir bekas machining pada
spesimen yang memungkinkan menyebabkan salah ukur.
 Mengulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

2. Pembuatan gauge length


 Mengambil penitik dan menandai spesimen dengan dua titikan
sejuh 50 mm. Memposisikan gauge lenght tepat di tengah-
tengah spesimen.
 Mengulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

3. Pengukuran dimensi
 Mengambil spesimen dan mengukur dimensinya.

12
Kelompok 1 (D4 DC 3A) TENSILE TEST

Gambar 2.1 Spesimen Uji


 Mencatat jenis spesimen dan data pengukurannya pada lembar
kerja.
 Mengulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
4. Pengujian pada mesin uji tarik
 Catat data mesin pada lembar kerja.
 Ambil kertas milimeter dan pasang pada tempatnya.

Gambar 2.3 Pemasangan kertas milimeter


 Ambil spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat.

13
Kelompok 1 (D4 DC 3A) TENSILE TEST

Gambar 2.4 Pemasangan spesimen


 Setting beban dan pencatat grafik pada mesin tarik.
 Berikan beban secara kontinyu sampai spesimen patah.
 Amati dan catat besarnya beban pada saat yield, ultimate dan
patah sebagaimana yang tampak pada monitor beban.
 Setelah patah, ambil spesimen dan ukur panjang dan luasan
penampang yang patah
 Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

14
Kelompok 1 (D4 DC 3A) TENSILE TEST

Safety Precaution
1. Faktor bahaya :
 Alat penguji tarik, jika tidak digunakan secara hati-hati dan sesuai
SOP dapat menyebabkan salah satu anggota tubuh cedera atau
terluka.
 Palu, jika pada penggunaannya kurang hati-hati maka tangan dapat
terkena dan terluka.
 Kotoran pada mesin, jika terkena tangan dan langsung digunakan
untuk makan maka dapat menyebabkan sakit perut.
2. Pencegahan :
 Menggunakan alat uji tarik dengan hati-hati dan sesuai SOP atau
langkah kerja.
 Tidak bergurau selama melakukan praktikum.
 Mengecek dan membersihkan mesin secara berkala.

15
Kelompok 1 (D4 DC 3A) TENSILE TEST

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Data Hasil Pengujian

Tabel 3.1 Tabel data hasil pengujian

TENSILE TEST

Date : Jumat, 18 Desember 2020


Material : Round Bar, Plat, Baja Tulangan
Welding Process / Position : -
Reference : ASME IX, ASTM E-8

Specification Sample Tensile Test Results


t1 d1
No Width t0 d0 Area L0 FYield FUlt w1 (mm) (mm)
w0 (mm) (mm) (mm) A0 (mm2) (mm) (mm)
kgf kN kgf kN
12,5 122,71
1 - - 60,3 4843,65 47,50 7341,96 72 - - 8,24
0 8
2 19,6 6,32 - - 59 - - - - - - -
3 - - 9,29 6,77 73,96 2702,25 26,5 3696,47 36,25 - - 7,88
Tensile Test Results
No Area Yield Stress Yield. Ult. Stress Ult.
L1 Reduction Elongation
A1 Remark
(mm) of Area (%) (%) kgf/mm2 MPa kgf/mm2 MPa
(mm2)
1 53,327 77,44 56,55 28,42 39,47 387,06 59,82 586,63

2 - - - - - - - - failed
3 2,29 92,95 66,17 25.68 399,15 391,43 546,007 535,45

Note :

16
Kelompok 1 (D4 DC 3A) TENSILE TEST

3.2. Perhitungan Tiap Spesimen


1. Spesimen 1 (Round Bar)

perpanjangan setelah spesimen patah


Skala∆ l=
pertambahan panjang total pada kurva

= 66,85-50,5
45
= 0,3633

Skala P = P ult
Tinggi total pada kurva
= 50,5
101
= 0,50

17
Kelompok 1 (D4 DC 3A) TENSILE TEST

Tabel 3.2.1 Data spesimen round bar


P ∆1
No     A0 A1 L0 L1 σb ԑt σs ԑs
kN mm
0 0 0 0 0 122 122.00 60.3 60.3 0 0 0 0
1 25 12.5 6 1.2855 124.63 122.03 60.3 61.5855 0.10 0.02 0.10 0.021094349
2 50 25 11 2.35675 124.63 119.94 60.3 62.65675 0.20 0.04 0.21 0.038339313
3 70 35 14 2.9995 124.63 118.72 60.3 63.2995 0.28 0.05 0.29 0.048545326
4 90 45 17 3.64225 124.63 117.53 60.3 63.94225 0.36 0.06 0.38 0.058648229
5 95 47.5 19 4.07075 124.63 116.75 60.3 64.37075 0.38 0.07 0.41 0.065327234
6 97 48.5 21 4.49925 124.63 115.98 60.3 64.79925 0.39 0.07 0.42 0.071961925
7 100 50 24 5.142 124.63 114.84 60.3 65.442 0.40 0.09 0.44 0.08183215
8 110 55 27 5.78475 124.63 113.72 60.3 66.08475 0.44 0.10 0.48 0.091605905
9 120 60 30 6.4275 124.63 88.37 60.3 66.7275 0.48 0.11 0.678963 0.343816802
10 130 65 33 7.07025 124.63 67.01 60.3 67.37025 0.52 0.12 0.970004 0.620507486
11 140 70 43 9.21275 124.63 52.78 60.3 69.51275 0.56 0.15 1.32626 0.859217017
12 145 72.5 53 11.35525 124.63 38.55 60.3 71.65525 0.58 0.19 1.880674 1.173393248
13 140 70 68 14.569 124.63 24.32 60.3 74.869 0.56 0.24 2.878289 1.634050291
14 130 65 75 16.06875 124.63 10.09 60.3 76.36875 0.52 0.27 6.442022 2.513804513
15 120 60 78 16.7115 124.63 -4.14 60.3 77.0115 0.48 0.28 -14.49275 -30.1038647
16 115 57.5 80 17.14 124.63 -18.37 60.3 77.44 0.46 0.28 -3.130103 -6.78443114

___ = Yield
___ = Max
___ = Fracture

18
Kelompok 1 (D4 DC 3A) TENSILE TEST

Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada specimen round
bar adalah sebagai berikut :
Tegangan yield Tegangan maksimum
sy = Fy/Ao su = Fu/A0
= 4843,69 kgf/ 122,65 mm2 = 7341,96 kgf/ 122,65 mm2
= 39,47 kgf/mm2 = 59,82 kgf/mm2
= 387,06 MPa = 586,63 MPa
Elongation
e = (Li - Lo) x 100 %
Lo
= (77,44– 60,3) x 100 %
60,3
= 28,42 %
Reduction of Area
e = (Ao - Ai) x 100 %
Ao
= (122,718 – 53,327 ) x 100 %
122,718
= 56,55 %

19
Kelompok 1 (D4 DC 3A) TENSILE TEST

Dari tabel diatas maka dapat di buat grafik tegangan-regangan teknik dan
tegangan-regangan seperti pada Grafik 3.2.1

1.4

1.2
kurva tegangan
1 regangan
tegangan Y (kN/J)

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
tegangan X (kN/J)

Grafik 3.2.1 Grafik Tegangan dan Regangan

20
Kelompok 1 (D4 DC 3A) TENSILE TEST

2. Spesimen 3 (Deformat)
Diameter deformat bar Diketahui :

√ 4m
π=3,14 cm
d= kg
πρl ρ=7,85 3
cm
¿
√ 4 x 166,92 x 103
3,14 x 7,85 x 31,4
gr
¿ 7,85 x 103
mm
3

l=314 mmm = 166,92


¿
√ 667,68
3,14 x 7,85 x 31,4
gr

¿
√ 667,68
774,371173
¿ √ 0,86266
¿ 0,929 cm =9,29 mm

Skala Δl = Δl
Panjang total pada kurva
= 101,35-78,6
80
= 0,22

Skala P = P ult
Tinggi total pada kurva
= 29,5
59
= 0,50

21
Kelompok 1 (D4 DC 3A) TENSILE TEST

Tabel 3.2.2 Data spesimen deformat


P ∆1
No     A0 A1 L0 L1 σb ԑt σs ԑs
kN mm
0 0 0 0 0 124.63 124.63 60.54 60.54 0 0 0 0
1 15 7.5 9 2.52 124.63 119.6495 60.54 63.06 0.060178 0.041625 0.062683 0.040782
2 35 17.5 16 4.48 124.63 116.0428 60.54 65.02 0.140416 0.074001 0.150806 0.071391
3 52 26 23 6.44 124.63 112.6471 60.54 66.98 0.208618 0.106376 0.230809 0.10109
4 55 27.5 30 8.4 124.63 109.4444 60.54 68.94 0.220653 0.138751 0.251269 0.129932
5 65 32.5 38 10.64 124.63 106.0003 60.54 71.18 0.260772 0.175752 0.306603 0.161908
6 70 35 48 13.44 124.63 101.9884 60.54 73.98 0.280831 0.222002 0.343176 0.20049
7 73 36.5 67 18.76 124.63 95.14628 60.54 79.3 0.292867 0.309878 0.38362 0.269934
8 72 36 77 21.56 124.63 88.47 60.54 82.1 0.288855 0.356128 0.406918 0.342686
9 70 35 79 22.12 124.63 75.1 60.54 82.66 0.280831 0.365378 0.466045 0.506529
10 60 30 81 22.68 124.63 48.37 60.54 83.22 0.240713 0.374628 0.620219 0.94647

___ = Yield
___ = Max
___ = Fracture

22
Kelompok 1 (D4 DC 3A) TENSILE TEST

Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada specimen Plat
adalah sebagai berikut :
Tegangan yield Tegangan maksimum
sy = Fy/A0 su = Fu/A0
= 2702,25 kgf/ 6,77 mm2 = 3696,47/ 6,77 mm2
= 0399,15 kgf/mm2 = 546,007 kgf/mm2
= 391,43 MPa = 535,45 MPa

Elongation
e = (Li - Lo) x 100 %
Lo
= (92,95-73,96) x 100 %
73,96
= 25,68 %
Reduction of Area
e = (Ao - Ai) x 100 %
Ao
= (6,77 – 2,29) x 100 %
6,77
= 66,17 %

23
Kelompok 1 (D4 DC 3A) TENSILE TEST

Dari tabel diatas maka dapat di buat grafik tegangan-regangan teknik dan
tegangan-regangan seperti pada Grafik 3.2.2

0.7

0.6

0.5
tegangan Y (kN/J)

0.4
Kurva Tegangan dan
0.3 Regangan
Kurva Tegangan dan
0.2 Regangan Sebenarnya

0.1

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
tegangan X (kN/J)

Grafik 3.2.2 Grafik Tegangan dan Regangan

24
Kelompok 1 (D4 DC 3A) TENSILE TEST

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil penghitungan diatas, maka disimpulkan sebagai berikut :
1. Spesimen round bar memiliki tensile strenght atau kuat tarik paling
tinggi karena memiliki nilai tegangan ultimate paling tinggi.

2. Plat adalah spesimen paling ductile atau ulet karena memiliki nilai
elongation atau regangannya paling tinggi.

3. Round bar adalah spesimen paling elastis karena memiliki nilai


tegangan yield paling tinggi.

25
Kelompok 1 (D4 DC 3A) TENSILE TEST

DAFTAR PUSTAKA

1. ASTM E 8M & SNI 17-2052-2002


2. Harsono, Dr, Ir & T.Okamura, Dr, [1991], Teknologi Pengelasan
Logam, PT. Pradya Paramita, Jakarta
3. M.M. Munir, [2000], Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan
Teknik Bangunan Kapal, PPNS
4. Budi Prasojo, ST [2002], Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan
Teknik Permesinan Kapal, PPNS

26

Anda mungkin juga menyukai