Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN RESMI

ILMU PENGETAHUAN BAHAN


(TENSILE TEST)

Disusun Oleh :

Nama : Nur Aulia Damayanti


NRP : 0822040024
Program Studi : D4 – Teknik Perpipaan
Kelompok :5

Dosen Pengampu :

Imah Luluk Kusminah, ST., MT.


Rizal Indrawan, ST., MT.

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PERPIPAAN


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2023
BAB III UJI TARIK
(TENSILE TEST)

3.1 Sub Kompetensi


Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah memahami isi laporan ini
adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu membuat diagram tegangan-regangan teknik dan
sebenarnya berdasarkan diagram beban-pertambahan panjang yang didapat dari
hasil pengujian.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan menganalisa sifat-sifat mekanik material yang
terdiri dari kekuatan tarik maksimum, kekuatan tarik luluh, reduction of area,
elongation dan modulus elastisitas.

3.2 Uraian Materi


Salah satu sifat mekanik yang sangat penting dan dominan dalam suatu
perancangan mesin, konstruksi dan proses manufaktur adalah kekuatan tarik
(tensile strength). Kekuatan tarik adalah kemampuan suatu bahan untuk menerima
beban atau tegangan tanpa menyebabkan material tersebut menjadi patah. Kekuatan
tarik suatu bahan didapat dari hasil uji tarik (tensile test) yang dilaksanakan
berdasarkan standart pengujian yang telah baku seperti ASTM, JIS, DIN dan yang
lainnya. Untuk melakukan pengujian tarik, dibuat spesimen dari material yang akan
diuji terlebih dahulu sesuai standar yang digunakan. Bentuk spesimen sebagaimana
ditunjukkan pada gambar 3.1, sedangkan gambar 3.2 menunjukkan pengambilan
spesimen untuk pengujian hasil pengelasan.

Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 1


Gambar 3.1 Macam-macam spesimen tensile test

Gambar 3.2 Pengambilan spesimen untuk pengujian hasil pengelasan

Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 2


Gambar 3.3 Sketsa tensile test machine

f
y
e
u Baja struktur
p y
f
e
p. batas proporsional
p Besi murni e. titik batas elastis
y. titik luluh (yield)
u. kekuatan maksimal/ultimate
f. titik patah/fracture
α kemiringan garis proporsional
α

Unit Strain

Gambar 3.4 Grafik P- Δℓ hasil pengujian tarik beberapa logam

Pada pengujian tarik, spesimen diberi beban yang semakin besar secara kontinu

dengan arah tegak lurus penampang melintangnya, Sebagai akibat pembebanan

tersebut, spesimen mengalami perubahan panjang. Perubahan beban (P) dan

perubahan panjang (
Δℓ ) akan tercatat pada mesin uji tarik berupa grafik yang

merupakan fungsi beban dan pertambahan atau lebih dikenal sebagai grafik P- Δℓ .
Dari gambar 3.4 di atas tampak bahwa sampai titik p perpanjangan sebanding
dengan pertambahan beban. Pada daerah inilah berlaku hukum Hooke, sedangkan
titik p merupakan batas berlakunya hukum tersebut. Oleh karena itu titik p disebut
juga batas proporsional. Sedikit di atas titik p terdapat titik e yang merupakan batas
elastis dimana bila beban dihilangkan maka belum terjadi pertambahan panjang

Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 3


permanen dan spesimen kembali ke panjang semula. Daerah di bawah titik e
disebut daerah elastis. Sedangkan di atasnya disebut daerah plastis.
Di atas titik e terdapat titik y yang merupakan titik yield (luluh) yakni dimana
logam mengalami pertambahan panjang tanpa pertambahan beban yang berarti.
Dengan kata lain titik yield merupakan keadaan dimana spesimen terdeformasi
dengan beban minimum. Deformasi yang dimulai dari titik y ini bersifat permanen
sehingga bila beban dihilangkan masih tersisa deformasi yang berupa pertambahan
panjang yang disebut deformasi plastis. Pada kenyataannya karena perbedaan
antara ke tiga titik p, e dan y sangat kecil maka untuk perhitungan teknik seringkali
keberadaan ke tiga titik tersebut cukup diwakili dengan titik y saja. Dalam kurva
titik y ditunjukkan pada bagian kurva yang mendatar atau beban relatif tetap.
Penampakan titik y ini tidak sama untuk semua logam. Pada material yang ulet
seperti besi murni dan baja karbon rendah, titik y tampak sangat jelas. Namun pada
umumnya penampakan titik y tidak tampak jelas. Untuk kasus seperti ini cara
menentukan titik y dengan menggunakan metode offset.
Metode offset dilakukan dengan cara menarik garis lurus yang sejajar dengan garis
miring pada daerah proporsional dengan jarak 0,2% dari regangan maksimal. Titik

y didapat pada perpotongan garis tersebut dengan kurva P- Δℓ (gambar 3.5)

Titik y (luluh)

Unit Strain

Gambar 3.5 Metode offset untuk menentukan titik yield/


Kenaikan beban lebih lanjut akan menyebabkan deformasi yang akan semakin
besar pada keseluruhan volume spesimen. Beban maksimum ditunjukkan dengan
puncak kurva sampai pada beban maksimum ini. Deformasi yang terjadi masih
homogen sepanjang spesimen. Pada material yang ulet (ductile), setelahnya beban
maksimum akan terjadi pengecilan penampang setempat (necking) sebagaimana

Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 4


ditunjukkan pada gambar 3.6. Setelah necking, beban turun sampai akhirnya
spesimen patah. Sedangkan pada material yang getas (brittle), spesimen akan patah
sesaat setelah tercapai beban maksimum.

Gambar 3.6 Spesimen yang mengalami necking

3.2.1 Grafik Tegangan-Regangan Teknik (σ t −ε t )


Hasil pengujian yang berupa grafik atau kurva P− Δℓ tersebut sebenarnya belum
menunjukkan kekuatan material, tetapi hanya menunjukkan kekuatan spesimen

saja. Untuk mendapatkan kekuatan materialnya maka grafik P− Δℓ tersebut

harus dikonversikan ke dalam tegangan-regangan teknik (grafik


σ t −ε t ). Grafik
σ t −ε t dibuat dengan asumsi luas penampang spesimen konstan selama
pengujian. Oleh karena itu penggunaan grafik ini terbatas pada konstruksi atau
komponen mesin, yang mana deformasi permanen tidak diperbolehkan terjadi.
Berdasarkan asumsi luas penampang konstan tersebut maka persamaan yang
digunakan adalah :
σ t =P/A ……….………………………...…………………………...……….(3.1)
o

ε t=( Δ l /l Ο ) ×100 % .………………...………….……….……………..….(3.2)

σ = tegangan teknik (kN/mm2, MPa, psi)


dimana : t
P = tegangan teknik (kN, kg)
Ao = luas penampang awal spesimen (mm2, in2)
εt = regangan teknik (%)

ℓΟ = panjang awal spesimen (mm, in)

Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 5


'
ℓ = panjang spesimen setelah patah (mm, in)
Δℓ = pertambahan panjang (mm, in)
'
=
ℓ −ℓ Ο

Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan kurva P− Δℓ menjadi grafik

σ t −ε t adalah sebagai berikut:


P− Δℓ P− Δℓ
1. Ubahlah kurva menjadi grafik dengan cara menambahkan sum-
Δℓ
bu tegak sebagai P dan sumbu mendatar sebagai .

2. Tentukan skala beban (p) dan skala pertambahan panjang ( Δℓ ) pada grafik
P− Δℓ . Untuk menentukan skala beban bagilah beban maksimal yang didapat
dari mesin dengan tinggi kurva maksimal, atau bagilah beban yield (bila ada)
dengan tinggi yield pada kurva. Sedangkan untuk menentukan skala pertam-
bahan panjang, bagilah panjang setelah patah dengan panjang pertambahan pan-
jang plastis pada kurva. Nilai pertambahan panjang plastis adalah pertambahan
panjang total dikurangi pertambahan panjang elastis (pertambahan panjang
sampai titik p atau titik y). Dari perhitungan tersebut akan didapatkan data skala
a. Skala beban (P) 1 mm : ........... kN
Contoh : Skala beban 1 mm : 10 kN (baca : 1 mm panjang P pada kurva
P− Δℓ senilai dengan beban 10 kN)

b. Skala pertambahan panjang ( Δℓ ) 1 mm : ........... mm

Contoh : Skala pertambahan panjang 1 mm : 0,567 mm (baca : 1 mm

pertambahan panjang pada kurva P− Δℓ senilai pertambahan

panjang 0,567 mm)


3. Ambillah 3 titik di daerah elastis, 3 titik di sekitar yield ( termasuk y), 3 titik di
sekitar beban maksimal (termasuk titik ultímate) dan satu titik patah (f). Ten-
tukan besar beban dan pertambahan panjang ke sepuluh titik tersebut berda-
sarkan skala yang telah dibuat di atas. Untuk membuat tampilan yang baik, te-
rutama pada daerah elastis, tentukan terlebih dahulu kemiringan garis propor-
(α )
sional dengan memakai persamaan Hooke di bawah ini:

Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 6


σ =Ε ⋅ ε ..................................................................................................(3.3)

dimana : σ = tegangan/ stress (kg/mm2, MPa, psi)


Ε =modulus elastisitas (kg/mm2, MPa, psi)
ε = regangan/strain (mm/mm, in/in)
dari persamaan 3.3 didapatkan
Ε=σ /ε = tgα ……………………...….…………………………..….(3.4)
σt
4. Konversikan kesepuluh beban (P) tersebut menjadi tegangan teknik dengan
( Δℓ )
menggunakan persamaan 3.1 dan konversikan pertambahan panjangnya

( εt )
menjadi regangan teknik dengan memakai persamaan 3.2.
εt σt
5. Buatlah grafik dengan sumbu mendatar dan sumbu tegak berdasarkan
ke sepuluh titik acuan tersebut. Grafik yang terjadi (gambar 3.7) akan mirip

P− Δℓ σ t −ε t
dengan kurva , karena pada dasarnya grafik dengan kurva

P− Δℓ
identik, hanya besaran sumbu-sumbunya yang berbeda.

Gambar 3.7 Grafik


σ t −ε t hasil konversi grafik P− Δℓ

3.2.2 Grafik Tegangan-Regangan Sebenarnya ( σ s −ε s )

Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 7


Grafik tegangan-regangan sebenarnya  s  s  dibuat dengan kondisi luas
penampang yang terjadi selama pengujian. Penggunaan grafik ini khususnya pada
manufaktur dimana deformasi plastis yang terjadi menjadi perhatian untuk proses

pembentukkan. Perbedaan paling menyolok grafik ini dengan dengan grafik


σ t −εt

terletak pada keadaan kurva setelah titik ultímate (tegangan ultimate). Pada grafik
σ t −ε t setelah titik ultímate, kurva akan turun sampai patah di titik f (frakture),

sedangkan pada grafik


σ s−ε s kurva akan terus naik sampai patah di titik f.
Kenaikkan tersebut disebabkan tegangan yang terjadi diperhitungkan untuk luas
penampang sebenarnya sehingga meskipun beban turun namun karena tingkat
pengecilan penampang yang terjadi lebih besar, maka tegangan yang terjadi juga
lebih besar. Hubungan tegangan teknik dan tegangan sebenarnya serta regangan
teknik (σt) dan tegangan sebenarnya (σs) dinyatakan pada persamaan 3.5 dan 3.6 :
σ s=σ t (1+ ε t )………………………………………......................................(3.5)
ε s=ln (¿ 1+ ε t ) ¿..................................................................................................(3.6)

Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan garfik


σ t −ε t ke dalam grafik
σ s−ε s adalah sebagai berikut:
1. Akibat adanya beban, maka spesimen akan mengalami deformasi berupa per-
tambahan panjang, dengan volume tetap. Sebagai akibat pertambahan panjang
dengan kondisi volumenya tetap tersebut maka luas penampangnya akan berku-
rang, sehingga pertambahan panjang yang terjadi sebanding dengan beban yang
bekerja dan berbanding terbalik dengan luasan penampang spesimen. Korelasi
ini berlaku sampai kondisi sesaat sebelum terjadi necking (titik ultímate) atau
sampai titik ke delapan (titik ultímate) saja. Untuk mengonversikannya maka
ambil kembali ke delapan titik tegangan teknik (σ t) tersebut dan ubah ke dalam
tegangan sebenarnya (σs) dengan persamaan 3.5 di atas. Sedangkan untuk men-
gubah regangan teknik ke regangan sebenarnya dengan persamaan 3.6.
2. Untuk titik 10, konversikan nilai tegangan dan regangan teknik ke dua titik ter-
sebut menjadi tegangan dan regangan sebenarnya dengan menggunakan per-
samaan berikut:

σ s=P/ A s……........................................................................................(3.7)

Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 8


dimana AS = Luas penampang sebenarnya.
Untuk titik ke-10, A10 adalah luas penampang setelah patah, sedangkan untuk
titik ke-9, A9 nilainya intra polasi antara A8 dengan A10.

εs σs
3. Buatlah grafik dengan sumbu mendatar dan sumbu tegak berdasarkan
ke sepuluh titik acuan tersebut. Sebagaimana gambar 3.8.

Gambar 3.8 Grafik tegangan dan regangan sebenarnya ( σ s −ε s )


3.2.3 Sifat Mekanik yang didapat dari uji tarik

(σ y )
1. Tegangan Tarik Yield

σ y =P y / AΟ

dimana :
σy = tegangan yield (kN/mm2, MPa)
Py = beban yield (kN, kg)

(σ u)
2. Tegangan Tarik Maksimum/ Ultimate

σ u=Pu / A Ο

dimana :
σu = tegangan ultimate (kg/mm2)
Pu = beban ultimate (kg)

(εalignl ¿maks ¿¿¿)


3. Regangan maksimum

Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 9


ε maks=( Δ l maks /l Ο ) ×100 %

dimana : ε = regangan (%)


Δℓ = pertambahan panjang (mm)
ℓΟ = panjang awal spesimen (mm) nilai regangan semaikin ulet
Nilai regangan menunjukkan nilai keuletan suatu material, semakin tinggi nilai
regangan, semakin ulet material tersebut.
1. Modulus Elastisitas (E)
Kalau regangan menunjukkan keuletan, maka modulus elastisitas menunjukkan
kekakuan suatu material. Semakin besar nilai E, menandakan semakin kakunya
suatu material. Harga E ini diturunkan dari persamaan hukum Hooke sebagai-
mana telah diuraikan pada persamaan 3.3 dan 3.4.
Dari persamaan tersebut juga nampak bahwa kekakuan suatu material relatif
(α )
terhadap yang lain dapat diamati dari sudut kemiringan pada garis propor-
α
sional. Semakin besar , semakin kaku material tersebut.
2. Reduksi Penampang/Reduction of Area (RA )
¿
RA=[(A0-A’)/A0] 100% ......................................................................(3.8)
dimana A’ = luas penampang setelah patah (mm2)
Reduksi penampang dapat juga digunakan untuk menetukan keuletan material. Se-
makin tinggi nilai RA, semakin ulet material tersebut.
3. Resilien (Ur)
Resilien didefinisikan banyaknya energi yang diperlukan untuk meregangkan
satu satuan volume bahan hingga sampai batas elastik. Dimana:

1
U R= x σ y x ε y
2
keterangan : σ y =¿ tegangan tarik yield
ε y = regangan tarik yield

3.3 Alat
1. 1 set mesin uji tarik
2. 1 Kikir
3. 1 Jangka sorong
Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 10
4. 1 Ragum
5. 1 Penitik
6. 1 Timbangan digital
7. 1 Palu
8. 1 set mesin gerinda

3.4 Bahan
1. 1 spesimen uji tarik plat
2. 1 spesimen uji tarik round bar
3. 1 spesimen uji tarik deformat
4. 1 lembar kertas milimeter

3.5 Prosedur Keselamatan


Sebelum praktikum pengujian bahan dilaksanakan, mahasiswa harus meyakinkan
dahulu telah melengkapi diri dengan APD (Alat Pelindung Diri) sebagai berikut :
1. Pakaian dan celana bengkel
2. Safety shoes
3. Kaca mata pelindung harus digunakan bila melakukan penggerindaan dengan
gerinda mesin

3.6 Prosedur Kerja


1. Menyiapkan spesimen
a. Ambil spesimen tensile test plat dan jepit pada ragum.
b. Ambil kikir, dan kikir bekas machining pada spesimen yang memungkinkan
menyebabkan salah ukur.
c. Ulangi langkah di atas untuk spesimen tensile test berbentuk round bar dan
deformat.

Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 11


Gambar 3.9 Pembuatan bekas machining

Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 12


2. Pembuatan gauge length
a. Ambil penitik dan tandai spesimen tensile test plat dengan dua titikan se-
jauh 50 mm.
b. Posisikan gauge lenght tepat di tengah-tengah spesimen.
c. Ulangi langkah di atas untuk specimen tensile test berbentuk round bar.
d. Untuk spesimen deformat, gauge lenght-nya sebesar 8xD.

Gambar 3.10 Pembuatan gauge length


3. Pengukuran dimensi
a. Ambil spesimen tensile test plat dan ukur dimensinya jangka sorong. Para-
meter yang harus diukur meliputi panjang spesimen, panjang gauge length,
diameter (spesimen round bar), tebal dan lebar (spesimen plat).
b. Khusus untuk spesimen berbentuk deformat, timbang terlebih dahulu bera-
tnya dengan timbangan digital. Luas penampang deformat ditentukan dari
persamaan berikut :
W = V.ρ
W = (A0.L).ρ
A0 = W/(L.ρ)
dimana W = berat spesimen (kg)
V = Volume spesimen (m3)
L = panjang spesimen (m)
ρ = berat jenis baja (kg/m3 )
ρ = 7.850 kg/m3
Diketahui :
W = 231,52 gram
L = 200,5 mm
ρ = 0,00785 g/mm3

1 A0 = W/(L.ρ)
A0 = x 3,14 x d2
4
1 231,52
73,56 = x 3,14 x d 2 A0 =
Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok
4 5 (200,5 x 0,00 785) 13
d = 100,11465 mm
2
A0 = 147.097 mm2
d = 10,0059
Gambar 3.11 Pengukuran pada spesimen plat

c. Pengukuran tebal a. Pen


spesimen sebelum spe
patah (diuji) pata

Gambar 3.12 Pengukuran berat spesimen deformat


4. Catat hasil pengukuran pada lembar pengamatan yang ada.
5. Pengujian pada mesin uji tarik.
a. Nyalakan mesin
b. Ambil kertas milimeter dan letakkan pada tempatnya.
c. Ambil spesimen tensile test plat pada ragum penarik.
d. Berikan beban secara proporsional.
e. Sambil memperhatikan beban pada display, amati grafik yang terjadi dan te-
rekam pada kertas milimeter.
f. Pada saat grafik di kertas milimeter menunjukkan yield, yang ditandai den-
gan mulai membeloknya grafik dari garis lurus, maka lihat nilai beban saat
itu dan catat pada lembar pengamatan sebagai beban yield.
g. Saat grafik pada kertas milimeter mencapai puncak dan diperkuat dengan
nilai beban yang maksimal pada display beban, catat nilai beban tersebut
pada lembar pengamatan sebagai beban maksimal atau ultímate.

Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 14


h. Amati terus grafik dan ketika mulai menunjukan tanda-tanda akan turun,
amati terus beban pada display, kemudian catat beban yang tampak pada
display pada saat spesimen patah.
i. Ulangi langkah tersebut untuk spesimen round bar dan spesimen deformat.
6. Pengukuran dimensi setelah patah.

Gambar 3.13 Mesin uji Tarik


a. Ambil spesimen plat yang telah mengalami tensile test, satukan lagi tepat
pada patahannya, kemudian dengan jangka sorong.
b. Ukur lebar dan tebal pada daerah necking. Catat hasilnya pada lembar pen-
gamatan.
c. Ukur gauge length setelah patah dan catat hasilnya pada lembar pengama-
tan.
d. Ambil spesimen round bar yang telah menglami tensile test, satukan lagi te-
pat pada patahannya, kemudian ukur dengan jangka sorong .
e. Ukur diameter pada daerah necking dengan dua kali pengukuran pada lokasi
yang berbeda, rata-rata hasilnya serta catat pada lembar pengamatan.
f. Ukur gauge length setelah patah dan cata hasilnya pada lembar pengamatan.
g. Ambil spesimen deformat yang telah menglami tensile test, satukan lagi te-
pat pada patahannya, kemudian ukur dengan jangka sorong.
h. Ukur diameter pada daerah necking dengan dua kali pengukuran pada lokasi
yang berbeda, rata-rata hasilnya serta catat pada lembar pengamatan.

Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 15


Gambar 3.14 Pengukuran setelah spesimen uji tarik
i. Ukur gauge length setelah patah dan catat hasilnya pada lembar pengamatan
j. Bersihkan ruangan, kembalikan peralatan pada tempatnya dan asistensikan
hasil pengujian pada dosen pengampu.

3.7 Hasil pengujian dan Analisa


3.7.1 Hasil Pengujian Spesimen Round Bar

Skala beban (y) = Sudah diatur oleh mesin uji tarik sebesar
1 mm ≈ 0,50 kN

L1−L0
Skala pertambahan panjang (x) =
Pertambahan panjang plastis
74,6 mm−59,3 mm
=
32,00 mm
= 0,47 mm 1 mm ≈ 0,47 mm
Tabel 3.1 Data Analisa Spesimen Round Bar

Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 16


Grafik σ - ɛ Spesimen
RoundBar

1000.00

950.00

900.00

850.00

800.00

750.00

700.00

650.00

600.00 yield
550.00 yield
Stress (MPa)

500.00

450.00

400.00

350.00

300.00

250.00

200.00

150.00 Teg-Reg TEKNIK

100.00
Teg-Reg SEBENARNYA
50.00

0.00
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40

REGANGAN (mm/mm)

Gambar 3.15 Grafik tegangan - regangan spesimen round bar

Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 17


Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen uji tarik
round bar adalah sebagai berikut :
1. Penghitungan di daerah elastis

Py
a. Tegangan tarik yield teknik (❑ty ) = x 1000
Ao
38,50 kN
= x 1000
116,84 mm2
=329
Δ l , 510 MPa
b. Regangan yield teknik ( ε ty ) = y
x 100 %
Lo
9 .56 mm
= x 100 %
59,3 mm

c. Tegangan tarik yield sebenarnya (❑sy ) = ❑ty (1+ ε ty )


= 329 , 510 ( 1+0 , 1 6 )
= 382,231 MPa

d. Regangan yield sebenarnya ( ε sy ) = ¿(1+ ε ty ) x 100 %


=¿(1+ 0 ,1 6) x 100 %
=14 , 84 %
y
e. Modulus elastisitas ( E ) =
εy
329.510 MPa
= mm
0 ,1 6
mm
2. Penghitungan di daerah plastis
Pu
a. Tegangan tarik ultimate teknik (❑tu ) = x 1000
Ao
54.5 kN
= X 1000
116.84 mm2
Ao−A '
b. Reduksi penampang ( R A ) = x 100 %
Ao
(116.84−52,141) mm2
= 2
x 100 %
116,84 mm
Δ l maksimum
c. Regangan tarik maksimum teknik ( ε maks ) = x 100 %
Lo
24.86 mm
= x 100 %
59,30 mm
=41 , 92 %

Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 18


Pf
d. Tegangan maksimum sebenarnya (❑maks ) = x 1000
A 'f
4 3.00 kN
= 2
x 1000
44.865 mm
3.7.2 Hasil Pengujian Spesimen Deformat = 958 , 430 MPa

Skala beban (y) = Sudah ditentukan oleh mesin uji tarik sebesar
1 mm ≈ 0,50 kN

Skala pertambahan panjang (x) =


L 1−L 0
Pertambahan panjang plastis pada kurva P−Δ l
238,2−200,5 mm
=
81,00 mm
= 0,46 mm 1 mm ≈ 0,46 mm

Tabel 3.2 Data Analisa Spesimen Deformat

Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 19


Grafik σ - ɛ Spesimen Deformat
700.00

650.00

600.00

550.00

500.00

450.00

400.00

350.00 yield

300.00 yield
250.00

200.00
Teg-Reg TEKNIK Teg-Reg SEBENARNYA
150.00

100.00

50.00

0.00
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25

REGANGAN (mm/mm)

Gambar 3.16 Grafik tegangan - regangan spesimen deformat


Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen uji tarik
deformat adalah sebagai berikut :

Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 20


1. Penghitungan di daerah elastis
Py
a. Tegangan tarik yield teknik (❑ty ) = x 1000
Ao
23,00 kN
= X 1000
90,72 mm2
Δly
b. Regangan yield teknik ( ε ty ) = x 100 %
Lo
5 .91mm
= x 100 %
200,5 mm

c. Tegangan tarik yield sebenarnya (❑sy ) =2❑


= , 94(1+
%ε )
ty ty

= 253,53(1+0 , 03)
= 261,135 MPa
d. Regangan yield sebenarnya ( ε sy ) = ¿(1+ ε ty ) x 100 %
=¿(1+ 0 ,03) x 100 %
= 2,95%
y
e. Modulus elastisitas ( E ) =
εy
253.527 MPa
= mm
0 , 03
mm
2. Penghitungan di daerah plastis
Pu
a. Tegangan tarik ultimate teknik (❑tu ) = x 1000
Ao
34 kN
= 2
x 1000
73.56 mm
=462 , 207 MPa
Ao−A '
b. Reduksi penampang (R A ) = x 100 %
Ao
(7 3.56−36.83)mm2
= 2
x 100 %
7 3.56 mm
Δ l maksimum
c. Regangan tarik maksimum teknik ( ε maks ) = x 100 %
Lo
35.81mm
= x 100 %
200.5 mm
Pf
d. Tegangan maksimum sebenarnya (❑maks ) = x 1000
A 'f
31,00 kN
= 2
x 1000
47 .759 mm
Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 21
3.7.3 Hasil Pengujian Spesimen Plat

Skala beban (y) = Sudah diatur oleh mesin uji tarik sebesar
1 mm = 0,50 kN

L1−L0
Skala pertambahan panjang (x) =
Pertambahan panjang plastis
88.25 mm−73.8 mm
=
28,00 mm
= 0,51 mm 1 mm ≈ 0,51 mm

TaTabel 3.3 Data Analisa Spesimen Plat

Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 22


Grafik σ - ɛ PLAT

600.00

500.00

400.00

300.00

Yiel
d
Stress (MPa)

200.00

Teg-Reg
100.00 TEKNIK

0.00
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30
Regangan (mm/mm)
Gambar 3.17 Grafik tegangan - regangan spesimen plat
Beberapa sifat mekanik yang di dapat dari pengujian tarik pada spesimen uji tarik
plat adalah sebagai berikut :
1. Penghitungan di daerah elastis
Py
a. Tegangan tarik yield teknik (❑ty ) = x 1000
Ao
2 5 , 00 kN
= x 1000
90.72 mm2
Δl y
b. Regangan yield teknik ( ε ty ) = x 100 %
Lo
9.5 5 mm
= x 100 %
73.8 mm
=12 , 94 %
c. Tegangan tarik yield sebenarnya(❑sy ) = ❑ty (1+ ε ty )
= 275 , 573(1+0 , 13)
= 311,39 MPa

Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 23


d. Regangan yield sebenarnya( ε sy ) = ¿(1+ ε ty ) x 100 %
=¿(1+ 0 ,13) x 100 %
=12 ,22 %
y
e. Modulus elastisitas ( E ) =
ε ty
275.573 MPa
= mm
0 ,13
mm
2. Penghitungan di daerah plastis

Pu
a. Tegangan tarik ultimate teknik (❑tu ) = x 1000
Ao
34 , 1 0 kN
= x 1000
90 ,72 mm2
= 375 , 881 MPa
Ao−A '
b. Reduksi penampang ( R A ) = x 100 %
Ao
(90 , 72−40 ,37) mm2
¿ x 100 %
= 90 , 72 mm
2

=55 , 50 %
Pf
c. Tegangan maksimum sebenarnya (❑maks ) = x 1000
A 'f
26 ,50 kN
= x 1000
40 , 37
= 656,428 MPa
Δl
d. Regangan tarik maksimum teknik ( ε maks ) = maksimum x 100 %
Lo
2 4 , 0 0 mm
= x 100 %
5 9 , 3 mm
=40 , 47 %

Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 24


1.8 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian diatas, maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 3.4 Sifat Mekanik
No Spesimen σty (MPa) σtu (MPa) E (MPa) εmaks(%) RA (%)
1 Round bar 329,510 466,449 2059,437 41,92 55,37
2 Deformat 253,527 462,207 8450,9 17,86 49,93
3 Plat 275,573 375,881 2119,79 40,47 55,50

Dari data yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai
εmaks(%) spesimen 1 (round bar) mempunyai keuletan paling besar dengan nilai
41,92%. Spesimen yang mempunyai kekakuan paling tinggi adalah spesimen 2
(deformat), karena mempunyai nilai modulus elastisitas (E) paling tinggi yaitu
sebesar 8450,9. Spesimen yang mempunyai kekuatan paling besar adalah spesimen
1 (round bar), karena mempunyai nilai ultimate (σtu) paling tinggi yaitu sebesar
466,449.

Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 25


DAFTAR PUSTAKA

 Prasojo Budi, ST.,MT. 2012. Modul Ajar Ilmu Pengetahuan Bahan, Jurusan Teknik
Perpipaan. PPNS
 Prasojo Budi, ST. 2002. Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik Permesi-
nan Kapal. PPNS
 Dosen Metalurgi. 1986. Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin FTI. ITS
 Ferdinand L.Singer.1985. Kekuatan Bahan (Teori Kokoh-Strength ofMaterial).Jakarta:
Erlangga
 Harsono, Dr, Ir & T.Okamura, Dr. 1991. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: PT.
Pradya Paramita
 M.M. Munir. 2000. Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik Bangunan Ka-
pal. PPNS
 SNI, 07-2052-2002, Baja Tulangan Beton
 SNI, 07-0408-1989, Cara Uji Tarik Logam
 SNI, 07-0371-1998, Batang Uji Tarik Untuk Logam

Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 26


Lembar Kerja

Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 27


Post Test

Nur Aulia Damayanti/0822040024/TP-2A/Kelompok 5 28

Anda mungkin juga menyukai