Anda di halaman 1dari 18

1

MODULUS PATAH DAN KUAT DESAK PADATAN


( D )

I. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk :
1. Mengukur modulus patah dan kuat desak bahan padat berupa plester yang
merupakan campuran semen dan pasir.
2. Mencari hubungan antara komposisi campuran dan kuat mekanik bahan.

II. DASAR TEORI
Material dalam bahan padat sangat penting peranannya dalam kehidupan
manusia, termasuk diantaranya industri kimia. Pada industri kimia, berbagai
material padat ini penting peranannya dalam menentukan bahan untuk reaktor,
tangki penyimpanan, dan lain sebagainya. Dalam memilih bahan padat, ada
beberapa parameter yang harus dipertimbangkan seperti ketahanan terhadap gaya
mekanik, ketahanan terhadap suhu dan ketahanan terhadap bahan kimia. Salah
satu dari parameter tersebut adalah ketahanan terhadap gaya-gaya mekanik,
parameter ini meliputi kuat tarik, kuat desak, modulus patah, momen puntir dan
lain-lain. Dalam percobaan ini, akan dipelajari metode untuk menentukan nilai
dari modulus patah dan kuat desak dari suatu bahan padat.

A. Modulus Patah
Modulus patah yang diukur dalam percobaan ini adalah nilai tegangan
lengkung (o
b
) maksimum yang dapat diterima suatu benda agar benda tidak patah.
Gaya-gaya yang bekerja pada percobaan modulus patah disajikan pada gambar di
bawah ini:
L/2 L/2
F/2
F
F/2

Gambar 1. Gaya - gaya yang bekerja pada padatan
2

Nilai modulus patah pada suatu bahan dapat dihitung dengan persamaan di
bawah ini:


Misal ditinjau resultan momen di sebelah kiri gaya F :
EI =
2
L
.
2
F


=
4
F.L


M =
4
F.L

(2)

F
t
W
t
W
Penampang yang
menerima gaya F
sumbu
netral

Gambar 2.Luas penampang padatan yang menerima gaya F
Pada gambar di atas diketahui bahwa sumbu netral dari bahan berada di
pertengahan tebal benda (t) dan membujur sepanjang lebar searah dengan lebar
benda (w), sehingga secara matematis dapat dinyatakan dengan:
y = t .
2
1
(3)


w
o
b
=
z
I
M.y

(1)
M = Resultan momen di sebelah kiri atau kanan
penampang yang menerima gaya
F = Gaya yang bekerja pada benda
Y = Jarak tepi benda ke sumbu netral
I
z
= Momen inersia penampang yang menerima gaya
(terhadap sumbu netral)


3

A = w.t (4)

Dari persamaan di atas, maka dapat diketahui momen inersia penampang
benda yang menerima gaya adalah sebesar:
I
x
=
}
|
.
|

\
|
) . ( . .
2
1
2
t w d t
= w.
}
dt t . .
4
1
2

=
3
. .
12
1
t w
(5)

Apabila persamaan (1) disubstitusi dengan persamaan (2), (3), dan (5),
maka akan menghasilkan:
o
b
=
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
2
wt
12
1
2
t
4
FL

o
b
=
2
2wt
3FL
(6)

Untuk mendapatkan nilai F yang besar dari beban yang kecil dipakai sistem torsi :
Ff
P
Engsel
Q
Sampel
F
R
W
N = -F

Gambar 3. Resultan gaya gaya yang bekerja saat pengukuran





4

Pada saat seimbang resultan gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol,
secara matematis:
0 = EI
0 PQ N. PR W. = +
0 PQ F. PR W. =
PQ
PR
W. F =
(7)

W = Gaya yang diberikan atau berat beban yang diberikan
F = Gaya yang bekerja pada sampel
PQ = Jarak engsel dan pisau pematah
PR
= Jarak engsel ke titik gantung beban

O P
Q
R
W
S
Beban
Penyeimbang
Engsel
Sampel
Pisau pematah
Penumpu
Lengan tuas
Titik gantung
beban
Beban

Gambar 4. Rangkaian alat percobaan untuk mengukur modulus patah
plester
Jika persamaan (7) disubsitusikan ke persamaan (6), maka akan menghasilkan
persamaan akhir modulus patah sebagai berikut:
o
b
=
2
2wt
3FL

o
b
=
2
.w.t PQ 2.
.L PR 3.W.


(8)

Beban penyeimbang di atas diberikan sebelum percobaan dilakukan,
tujuannya untuk menyeimbangkan posisi tuas. Tanpa beban penyeimbang, posisi
tuas tidak seimbang karena posisi engsel tidak berimpit dengan titik berat tuas,
akibatnya pada keadaan awal nilai F tidak nol. Dengan kata lain, beban
dimana,
5

penyeimbang berfungsi untuk melawan torsi yang ditimbulkan oleh gaya berat
tuas.
Persamaan (8) di atas hanya berlaku jika diambil asumsi sebagai berikut :
W adalah pembebanan kontinyu, bukan pembebanan kejut
Permukaan benda uji halus dan rata
Posisi pisau pematah tepat di antara kedua penumpu
Titik berat sampel berada tepat di antara kedua penumpu
Gaya berat sampel diabaikan
Penyeimbangan berlangsung dengan baik
Nilai w dan t diukur setelah sampel patah karena penampang benda
belum tentu homogen dan posisi penampang yang menerima gaya F sukar
ditentukan secara pasti sebelum sampel patah.
B. Kuat Desak
Kuat desak adalah besaran yang menyatakan nilai gaya desak per satuan
luas atau tegangan desak (o
c
) maksimum yang dapat diterima suatu benda agar
benda tidak retak. Gaya - gaya yang bekerja saat percobaan kuat desak disajikan
dalam gambar 5:
F
N = -F

Gambar 5. Gaya yang bekerja pada plester pada percobaan pengukuran
kuat desak plester
Nilai kuat desak dari suatu benda dapat diketahui dari persamaan (9):
A
F

c
= (9)
F = Gaya desak yang bekerja pada benda
A = Luas permukaan desak (bidang yang diarsir)

6

N adalah gaya normal yang dikeluarkan permukaan penahan benda. Jika
N tidak ada, benda tidak akan mengalami pendesakan tetapi justru bergerak ke
bawah.
Cara melakukan percobaan kuat desak ini identik dengan percobaan
modulus patah.
O P
Q R
W
S
Beban
Penyeimbang
Engsel
Sampel
Plat Penekan
Atas
Lengan tuas
Titik gantung
beban
Beban
Plat Penekan
Bawah

Gambar 6. Rangkaian alat percobaan pada pengukuran kuat desak plester


Dari persamaan-persamaan yang terdapat dalam modulus patah,
dihasilkan persamaan akhir kuat desak adalah sebagai berikut:
o
c
=
A
F

o
c
=
PQ A.
PR W.


(10)
Persamaan (10) di atas hanya berlaku jika kita mengambil asumsi :
W adalah pembebanan kontinyu, bukan pembebanan kejut
Sampel berbentuk prisma (luas penampangnya homogen)
Permukaan sampel halus dan rata
Penyeimbangan berlangsung dengan baik

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan bahan
Bahan yang diuji kekuatannya dalam percobaan ini adalah bahan keramik
yang terbuat dari campuran semen dan pasir. Ada beberapa faktor yang
menentukan kekuatan bahan, antara lain :
Bentuk agregat
Ukuran agregat, ada ukuran optimum agar kekuatan maksimum
7

Homogenitas
Umur
Porositas
Kondisi saat pembuatan.
Dalam percobaan ini akan dihitung nilai dari modulus patah dan kuat
desak bahan pada berbagai perbandingan komposisi semen dan pasir. Pada
umumnya, semakin tinggi kadar semen sampel akan semakin keras tetapi juga
semakin getas.
























8

III. METODOLOGI PERCOBAAN
A. Bahan
Sampel A (semen : pasir = 1:3)
Sampel B (semen : pasir = 1:5)
Sampel C (semen : pasir = 1:7)
Sampel D (semen : pasir = 1:9)
Sampel E (semen : pasir = 1:10)
Sampel F (semen : pasir = 1:12)
Sampel G (semen : pasir = 1:14)
Sampel H (semen : pasir = 1:16)
Botol beban
Pasir
Batu pemberat

B. Alat
Alat uji modulus patah
Alat uji kuat desak tuas
Penggaris 100 cm
Jangka sorong
Timbangan kasar
Ember plastik
Kaca pembesar/lup
Wadah pengambil pasir
Baskom plastik

C. Cara Kerja
1. Modulus Patah
Ukur jarak antara kedua penumpu (L)
Ukur jarak antara engsel dan pisau pematah ( PQ)
Ukur jarak antara engsel dan titik gantung beban ( PR )
9

Ukur lebar sampel (w) dan tebal sampel (t) pada bidang patahan dengan jangka
sorong
Pasang ember beban dan ember penyeimbang
Masukkan pasir ke dalam ember penyeimbang sampai pisau pematah
diperkirakan hanya menempel pada sampel
Pasang sampel A di atas kedua penumpu
Masukkan beban/pasir ke dalam ember beban secara perlahan-lahan dan
kontinyu sampai sampel A patah
Timbang berat beban (W) yang diperlukan
Lakukan percobaan untuk sampel A sebanyak 3 kali
Lakukan hal yang sama untuk sampel B, C dan D (masing-masing 3 kali)

2. Kuat Desak (Alat Laboratorium Praktikum Analisis Bahan/ Alat Tuas)
Ukur jarak antara engsel dan plat penekan atas ( PQ)
Ukur jarak antara engsel dan titik gantung beban ( PR )
Pasang ember beban dan ember penyeimbang
Masukkan pasir ke dalam ember penyeimbang sampai plat penekan atas
diperkirakan hanya menyentuh sampel
Ambil sampel E
Pilih permukaan dari sampel E yang akan menerima gaya, pilihlah permukaan
yang paling halus, paling datar dan bentuknya paling beraturan (persegi atau
persegi panjang)
Hitung luas permukaan tersebut (A), gunakan jangka sorong untuk mengukur
panjang sisi-sisinya
Pasang sampel E pada plat penekan bawah
Masukkan beban/pasir ke dalam ember beban secara perlahan-lahan dan
kontinyu sampai sampel H retak
Timbang berat beban (W) yang diperlukan
Lakukan percobaan untuk sampel E sebanyak 3 kali
Lakukan hal yang sama untuk sampel F,G dan H (masing-masing 3 kali)

10

D. Analisis Data
1. Menghitung nilai modulus patah (o
b
) sampel dengan persamaan (8) :

2
b
.w.t PQ 2.
.L PR 3.W.
=

2. Menghitung nilai modulus patah rata rata (
b.A
) :

3

b.A3 b.A2 b.A1


b.A
+ +
=
(11)
3. Membuat persamaan pendekatan modulus patah rata sebagai fungsi komposisi
P (X) dengan metode regresi linier least square

b

= f (X) = mX + k ; m dan k = konstanta (12)



(13)

4. Menghitung kesalahan relatif o
b
hasil persamaan regresi linier terhadap o
b
hasil
eksperimen

.100%


% relatif, Kesalahan
n b.persamaa
en b.eksperim n b.persamaa

=
(14)

5. Menghitung nilai kuat desak (o
c
) sampel dengan persamaan (10):

PQ A.
PR W.

c
=

6. Menghitung nilai kuat desak rata rata :

3

c.E3 c.E2 c.E1


c.E
+ +
=
(15)

7. Membuat persamaan pendekatan kuat desak (o
c
) sebagai fungsi fraksi
komposisi P (X) dengan metode regresi linier least square
( ) k mX X f
c
+ = = ; m dan k = konstanta (16)
8. Menghitung kesalahan relatif o
C
hasil persamaan regresi linier terhadap o
C
hasil eksperimen
.100%


% relatif, Kesalahan
n c.persamaa
en c.eksperim n c.persamaa

=
(17)
11


9. Menghitung kesalahan relatif rata rata :
data jumlah
relatif kesalahan
rata - rata relatif Kesalahan

=
(18)


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahas data percobaan, hasil perhitungan, dan grafik Anda, hubungkan
dengan teori yang ada.

V. KESIMPULAN
Tuliskan kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan yang telah
dilaksanakan.

VI. DAFTAR PUSTAKA
Andrews, A.I., 1928, Ceramic Test and Calculation, pp. 43-46, John Wiley and
Sons, Inc., New York
Timoshenko, S., 1958, Strength of Materials Part I, Robert E. Kriegler, New
York
van Vlack, L. H., 1964, Physical Ceramics for Engineers, Addison-Wesley
Publishing Company, Inc., London












12

VII.LAMPIRAN
A. Data Percobaan
Lampirkan data percobaan yang telah diperoleh pada praktikum.

B. Perhitungan
B.1 Percobaan Modulus Patah
1. Menghitung nilai modulus patah (o
b
) semua sampel dengan persamaan
(8) :
2
b
.w.t PQ 2.
.L PR 3.W.
=


2. Menuliskan hasil perhitungan langkah (1) dalam bentuk tabel, contoh :
No. Sampel w, cm t, cm W, kg
2
b
cm
kg
,
1
A

O:P = 1:3
w
A1
t
A1
W
A1
o
b.A1

2 w
A2
t
A2
W
A2
o
b.A2

3 w
A3
t
A3
W
A3
o
b.A3

4 B w
B1
t
B1
W
B1
o
b.B1


3. Menghitung nilai modulus patah rata-rata (
b
) setiap sampel, contoh :
3

b.A3 b.A2 b.A1


b.A
+ +
=
(11)

4. Membuat tabel modulus patah rata-rata, contoh :
No. Sampel
b
,
2
cm
kg

1 A
b.A

2 B
b.B


5. Membuat persamaan pendekatan modulus patah sebagai fungsi
komposisi P (X) dengan metode regresi linier least square
( ) k mX X f
b
+ = = ; m dan k = konstanta (6)
13

.100%
P O
P
X
+
=
(7)

contoh : sampel A dengan O:P = 1:3 maka :
75% .100%
3 1
3
X
A
=
+
=
Data untuk perhitungan regresi linier ada 4 yaitu : ( )
b.A
,
A
X , ( )
b.B
,
B
X
, ( )
b.C
,
C
X , ( )
b.D
,
D
X
6. Menghitung kesalahan relatif o
b
hasil persamaan regresi linier terhadap
o
b
hasil eksperimen
.100%


% relatif, Kesalahan
n b.persamaa
en b.eksperim n b.persamaa

=
(12)

7. Menyusun tabel perbandingan data hasil perhitungan dengan data hasil
eksperimen, contoh :
No. Sampel X, %
2
cm
kg
,
n b.persamaa

2
cm
kg
,
en b.eksperim

Kesalahan
relatif, %
1 A 75,0000 76,1531 74,5280 2,1340
2 B 83,3333 41,3021 46,9386 13,6471

8. Menghitung kesalahan relatif rata-rata :
data jumlah
relatif kesalahan
rata - rata relatif Kesalahan

=
(13)

9. Membuat grafik regresi linier dengan X sebagai sumbu x dan o
b
sebagai
sumbu y
10. Mengulangi langkah (5), (6), (7), (8) dan (9) dengan pendekatan regresi
eksponensial
o

(19)
dengan o

: modulus patah,


x : komposisi pasir dalam sampel, %
m, k : konstanta

14

dengan memisalkan
o

(20)
Y = B + A x (21)
dengan y : ln o


B : ln m
A : b

B.2 Percobaan Kuat Desak
1. Menghitung nilai kuat desak semua sampel dengan persamaan :
PQ A.
PR W.

c
= jika alat yang digunakan adalah alat pendesak tuas
2. Menuliskan hasil perhitungan langkah (1) dalam bentuk tabel, contoh :
No. Sampel A, cm
2
Alat W, kg
2
c
cm
kg
,
1
E

O:P = 1:10
A
E1
Tuas W
E1
o
c.E1

2 A
E2
Tuas W
E2
o
c.E2

3 A
E3
Tuas W
E3
o
c.E3

4 F A
F1
Tuas W
F1
o
c.F1


3. Menghitung kuat desak rata-rata (
c
), contoh :
3

c.E3 c.E2 c.E1


c.E
+ +
=
(11)

4. Membuat tabel kuat desak rata-rata, contoh :
No. Sampel
c

1 E
c.E

2 F
c.F


5. Membuat persamaan pendekatan kuat desak (o
c
) sebagai fungsi fraksi
komposisi P (X) dengan metode regresi linier least square
( ) k mX X f
c
+ = = ; m dan k = konstanta (12)
15

.100%
P O
P
X
+
=
(13)

contoh : sampel E dengan O:P = 1:10, maka :
90,9091% .100%
10 1
10
X
E
=
+
=
Data untuk perhitungan regresi linier ada 4, yaitu : ( )
c.E
,
E
X ,
( )
c.F
,
F
X , ( )
c.G
,
G
X , ( )
c.H
,
H
X
6. Menghitung kesalahan relatif regresi linier dengan cara yang sama
dengan perhitungan modulus patah.
7. Membuat tabel perbandingan o
c
hasil persamaan regresi linier dengan o
c
hasil eksperimen, contoh :
No. Sampel X, %
2
cm
kg
,
n c.persamaa


2
cm
kg
,
en c.eksperim


Kesalahan
relatif, %
1 E
90,909
1
13,8484 12,4158 10,3448
2 F
92,307
7
7,7212 8,3853 8,6006

8. Menghitung kesalahan relatif rata-rata
9. Membuat grafik persamaan regresi linier dengan X sebagai sumbu x dan
o
c
sebagai sumbu y
10. Mengulangi langkah (5), (6), (7), (8) dan (9) dengan persamaan regresi
eksponensial.
o

(22)
dengan o

: kuat desak,


x : komposisi pasir dalam sampel, %
m, k : konstanta



16

dengan memisalkan
o

(23)
Y = B + A x
dengan y : ln o


B : ln m
A : b

C. Identifikasi Hazard Proses dan Bahan Kimia
Hati hati saat menggunakan alat modulus patah dan kuat desak karena jika
tidak hati hati bisa terhimpit.
Hati hati saat mengangkat paket beban karena jika tidak hati hati bisa
menjatuhi tangan dan kaki.
Basahi pasir apabila banyak debu agar debunya tak bertebangan dan masuk ke
mata atau hidung.
Jika debu atau pecahan masuk mata segera bersihkan dengan air.
Jika dada sesak karena menghirup debu segera keluar mencari udara bersih.

D. Penggunaan Alat Perlindungan Diri
Masker : untuk mencegah debu masuk ke saluran pernapasan
Sarung tangan : agar tangan tidak kotor atau tergores
Jas lab : menghindarkan baju dari debu yang bisa menempel.
Goggle : untuk melindungi mata dari debu dan serpihan serpihan
padatan

E. Manajemen Limbah
Pecahan atau patahan plester hasil praktikum dibersihkan dan
dibuang ke tempat yang telah disediakan.

17

LAPORAN SEMENTARA
MODULUS PATAH DAN KUAT DESAK BAHAN PADAT
(D)

Nama Praktikan : 1. NIM : 1.
2. 2.
3. 3.
Hari/Tanggal :
Asisten : Aditya Perdana Putra / Arief Imam Santoso*

Data Percobaaan :
A. Percobaan Modulus Patah
L = m
PQ = m
PR = m

No. Sampel w, cm t, cm W, kg
1 A

O:P = 1:3

2
3
4 B

O:P = 1:5

5
6
7 C

O:P = 1:7

8
9
10 D

O:P = 1:9

11
12

18

B. Percobaan Kuat Desak
Alat yang digunakan =
PQ = m
PR = m

No. Sampel A, cm
2
W, kg
1 E

O:P = 1:10

2
3
4 F

O:P = 1:12

5
6
7 G

O:P = 1:14

8
9
10 H

O:P = 1:16

11
12



Yogyakarta,
Asisten Jaga, Praktikan,
1.

2.

3.

Anda mungkin juga menyukai