Anda di halaman 1dari 15

BAB I

1.1 Latar Belakang


Sering kita jumpai bahan dasar dari mesin ataupun peralatan yang berasal dari logam.
Bahan dasar ini tentunya memiliki sifat-sifat khusus yang dimilikinya, untuk mendukung
performa dari bahan dasar tersebut.
Salah satu keunikan dari bahan dasar material adalah kekuatan material tersebut
terhadap pembebanan bending, yang mengakibatkan terjadinya tegangan geser dan momen
yang bekerja pada seluruh bagian dari material. Struktur dan mesin memiliki komponen
yang harus menahan beban yang menyebabkan bending. Setelah proses bending terjadi
biasanya diikuti oleh direct stress, transverse shear, dan torsional shear. Namun material
yang kaku untuk patah berkemungkinan sangat besar. Pada dasar diatas diadakan pengujian
material terhadap ketahan pembebanan bending.
Pada percobaan kali ini, akan dilihat sifat material yang mengalami bending
akibat pembebanan 3 sumbu (3 aksial stress).



1.2 Tujuan Percobaan
1. Menentukan modulus elastisitas material
2. Mengetahui distribusi momen dan tegangan ketika terjadi pembebanan








BAB II

2.1 Teori Dasar
Kekakuan pada material merupakan ketahanan suatu material terhadap
deformasi ketika diberi beban. Material yang lentur dapat diartikan sebagai material yang
dapat mengalami regangan dengan baik bila diberi tegangan atau beban tertentu. Modulus
elastisitas (E) adalah harga kekakuan suatu material pada daerah elastis dan perbandingan
tegangan dengan regangan pada daerah elastis. Tegangan atau beban yang diberikan pada
spesimen uji (ST 37) haruslah dibawah harga beban maksimum agar spesimen tidak
mengalami deformasi plastis.
Pengujian lentur (bending) pada umumnya dilakukan dengan dua metode berikut :
a. three point bending
Pada three point bending, spesimen atau benda dikenai beban pada satu titik yaitu tepat
pada bagian tengah batang ( L). Pada metode ini material harus tepat berada di L,
agar mendapatkan momen maksimum karena saat mecari dibutuhkan momen
maksimum tersebut.
b. four point bending
Pada four point bending, benda kerja dikenai beban pada dua titik, yaitu pada L dan L.
Pembebanan menggunakan four point benidng lebih baik dari pada menggunakan Three
poin bening ini dikarenakan adanya rentang pada spesimen yang menyebabkan tegangan
geser = 0. Ilustrasi pengujian dapat dilihat di gambar berikut :
























Pengukuran tegangan yang terjadi pada spesimen uji dapat dilakukan melalui perhitungan
berikut :
M c
I
o

=
dengan o = Tegangan Normal
M = Momen lentur di penampang melintang yang ditinjau
c = Jarak dari sumbu netral ke elemen yang ditinjau
I = Momen inersia penampang

Untuk spesimen yang mempunyai penampang segi empat, maka tegangan normal
maksimumnya adalah :
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
=
12
2 4
3
bh
h PL
o
Persamaan ini didapatkan sesuai dengan perhitungan momen maksimum pada spesimen
berpenampang persegi. Dengan metode pemotongan (spesimen) akan didapatkan distribusi
momen dan tegangan geser disetiap titik spesimen uji. Spesimen memiliki momen maksimum
pada tengah batang ( L/2 ) dan menerima beban sebesar ( P/2). c merupakan jarak dari sumbu
netral ke elemen yang akan ditinjau. Nilai c adalah jarak dari sumbu netral (titik pusat
spesimen) ke permukaan spesimen. Inersia dilampirkan.

Sedangkan defleksi yang terjadi, dapat dihitung dengan persamaan :
EI
PL
48
3
= o
dengan
= defleksi
P = beban yang bekerja
L = panjang specimen
E = modulus elastisitas bahan specimen
I = modulus inersia penampang




















BAB III

3.1 Data Pengamatan

Karakteristik spesimen dalam uji ini ialah sebagai berikut :
- Material : Low Carbon Steel ST-37
- Dimensi Spesimen
Panjang (L) : 300 mm
lebar (l) : 18,84 mm
tebal (t) : 18.89 mm
- Kekerasan Awal : 96 HRD
- Kekerasan Akhir : 113 HRD
- Jarak tumpuan : 301 mm
- Mesin Uji : Tarno-Gracki
- Jarak Tumpuan : 87 mm
- Deflektometer : mitutoyo

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengujian 3 point bending, didapatkan nilai
pembebanan yang dilakukan secara berkala dan berbeda menghasilkan nilai defleksi yang
berbeda, seperti yang tercantum dalam tabel berikut :

























3.1 Pengolahan data
Dari data pengamatan yang diperoleh pada saat pengujian spesimen, dapat ditentukan
nilai modulus elastisitas dari ST 37. Penentuan nilai modulus elastisitas didapat dari grafik
beban (P) terhadap defleksi (), dengan terlebih dahulu menentukan gradien dari grafik
(penentuan nilai gradien ini didapat dengan metode regresi linear) dan menghitung E melalui
persamaan (iii).
Grafik ditunjukkan dengan gambar berikut ini :






No Beban (N) Defleksi (mm)
1 1000 0.5
2 2000 0.6
3 3000 0.9
4 4000 1.2
5 5000 1.5
6 6000 1.8
7 7000 2.1
8 8000 2.2
9 9000 2.5
10 10000 2.7
11 11000 3.0
12 12000 3.3
13 13000 3.5
14 14000 3.8
15 15000 4.1




I = bh
3
/12 = (19.3)(19.0)
3
/12 = 11031.55833 mm
4




y = 3852.8x 656.03




E = 206,441,915.6 MPa = 206.441 GPa






y = 3852.8x - 656.03
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Kurva Beban Terhadap Defleksi
Series1
Linear (Series1)
BAB IV

4.1 Analisis Data
Pada percobaan uji bening ini sudah ditentukan terlebih dahulu pengujian
menggunakan Three point bening. Dari data pengamatan selama praktikum, dapat
ditentukan nilai nodulus elastisitas (ST 37). Dari persamaan
EI
PL
48
3
= o dapat diubah
menjadi

didapatkan perbandingan antara beban (P) terhadap defleksi ().


Dengan membuat grafik antara beban dan defleksi kita dapat menentukan nodulus
elastisitas, yang terlebih dahulu harus kita tentukan gradien pada grafik dengan
menggunakan metode regresi.
Sebelum dilakukan pengujian, kekerasan awal spesimen adalah 96 HRD, dan
setelah pengujian selesai kekerasannya menjadi 113 HRD. Peningkatan kekerasan ini
dikarenakan oleh fenomena strain hardening. Saat spesimen dibebani melewati
kekuatan luluhnya, spesimen tersebut mengalami deformasi plastis.

Berdasarkan pengujian didapat besar modulus elastisitas sebesar 206.441 GPa.
Harga modulus elastisitas tersebut hampir sama menurut literatur (207 Gpa).
Perbedaan yang kecil tersebut dapat disebabkan karena pembulatan atau galat pada
perhitungan. Atau dikarenakan praktikan tidak teliti dalam membaca deflaktometer
dan penempatan jarak kedua tumpuan (sepanjang 87 mm) yang kurang pas.

Modulus elastisitas juga dipengaruhi oleh ikatan antar atom. Pada pengujian,
spesimen yang digunakan terlihat sudah mengalami oksidasi, teramati dari permukaan
spesimen yang sudah mulai berkarat. Oksidasi pada spesimen mengakibatkan
terjadinya perubahan ikatan antar atom pada spesimen, sehingga modulus
elastisitasnya pun akan berubah, walaupun tidak signifikan.


BAB V

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada pengujian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Modulus elastisitas merupakan ukuran kekakuan dalam spesimen. Modulus
elastisitas hasil percobaan sebesar 206.441 GPa
2. Distribusi tegangan untuk 3 point bending mengalami nilai maksimum untuk
momen pada titik spesimen yang berada pada 150,5 mm , dan distribusi tegangan
geser pada spesimen konstan di semua titik spesimen uji. Dapat digambarkan
sebagai berikut :








5.2 Saran

1. Sebaiknya spesimen uji memiliki dimensi yang tepat, untuk memaksimalkan
pengukuran uji pada percobaan
2. Spesimen yang digunakan seharusnya baru agar tidak ada tegangan sisa
sebeumnya
3. Sebaiknya spesimen uji baru agar tidak terdapat karat pada permukaan specimen
4. Pembebanan dilakukan pelan-pelan sehingga pembacaan defleksi lebih akurat



DAFTAR PUSTAKA

- Hibbeler, R. C. 2011. Mechanics of Materials. 8th edition. USA: Pearson Prentice
Hall. pg 281-287.
- ASTM E855-08.
- http://ihilmy.blogspot.com/2011/06/soal-batang-kantilever.html (tanggal akses 12
Maret 2014)
- Modul Praktikum MT-2205 Laboratorium Teknik Material 1






















Lampiran

1. Tugas tambahan
A. Penurunan rumus defleksi

Rumus umum defleksi :



Inersia batang: I =

, h dapat di dibilang sebagai L karena penampang batang berupa


persegi
I =

----- A =



Dengan gaya pada potongan sebesar (

) maka:



B. Metode uji bening selain three point bending dan four point bending

Metode Cantilever Beam
Batang cantilever merupakan batang yang hanya mempunya tumpuan di salah satu titik
saja. Contohnya batang loncat indah pada kolam berenang. Pada batang cantilever
dilakukan pengujian secara khusus.





























FIG. 1 Cantilever Bend Test Apparatus


2. TUGAS SETELAH PRAKTIKUM

1. Buat kurva antara P-delta dari data uji lentur, dengan menggunakan persamaan
garis regresi linear.


2. Hitung harga flexural strength dan modulus elastisitas dengan menggunakan
kurva tersebut.

Modulus elastisitas = 206.441 GPa
y = 3852.8x - 656.03
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Series1
Linear (Series1)
Flexural strength tidak dapat dihitung karena saat pengujian tidak sampai beban
maksimum.

3. Bandingkan harga modulus elastisitas yang diperoleh dari literatur dan percobaan,
bila ada perbedaan jelaskan mengapa hal itu bisa terjadi.

Nilai modulus elastisitas yang didapat dari praktikum adalah 206.441
GPa, sedangkan modulus elastisitas dari literatur adalah 207 GPa. Perbedaan
tersebut tidak begitu signifikan. Kesalahan dapat disebabkan oleh praktikan yang
kurang jeli atau tidak tepat membaca defleksi. Kesalahan juga dapat disebabkan
tegangan sisa, regangan praktikum sebelumnya, persiapan spesimen, dimensi
spesimen, dan kondisi pengujian.
Kondisi pengujian dapat berupa temperatur, kondisi peralatan pengujian
termasuk spesimen yang digunakan, dan seberapa jauh pengujian dari standar
yang ditetapkan. Tegangan sisa adalah tegangan yang bekerja pada spesimen
setelah semua gaya-gaya luar yang bekerja sebelumnya dihilangkan.. Kesalahan
perhitungan berasal dari pembulatan angka dan error.

4. Bandingkan keadaan kekerasan akhir(setelah diuji bending pada daerah
terdeformasi plastis) dengan kekerasan awal (sebelum diuji bending) dan
jelaskan.

Kekerasan awal spesimen yaitu 96 HRD dan kekerasan akhirnya 113
HRD. Kekerasan meningkat karena adanya dislokasi pada daerah plastis sehingga
menyebabkan strain hardening. Mekanisme strain hardening secara umum yaitu
ketika spesimen mengalami deformasi plastis, terjadi dislokasi dalam struktur
kristal spesimen yang terus berkumpul pada area tertentu sehingga kekerasan
meningkat.






3. RANGKUMAN PRAKTIKUM

Material ketika digunakan dalam aplikasinya mengalami pembebanan tekuk.
Pembebanan ini akan tidak terlalu beresiko apabila material memiliki sifak kelenturan
atau tidak kaku, namun ketika material memiliki sifat kaku, maka material akan
mudah mengalami kegagalan saat diberikan pembebanan tekuk.
Standar pengujian pada praktikum ini adalah ASTM E855-08. Metode yang
dipilih adalah three-point bending. Keakuratan pada metode ini sebenarnya kurang
dibanding dengan for poin bening karena beban pada metode ini harus benar-benar
tepat pada tengah spesimen, karena pada saat mecari tegangan dibutuhkan Momen
maksimum yang dapat dilihat pada diagram.











Pengujian tekuk dilakukan untuk melihat sifat kekakuan dari material. Material yang
kaku, akan terlihat melalui perhitungan modulus elastisitasnya. Dilakukan pengujian ini
karena memiliki keakuratan yang lebih optimal dalam pengujian nilai kekakuan dibandingkan
dengan uji lainnya dan pada pengujian tarik tidak dapat dilakukan pengujian pada material
yang bersifat getas. Konsentrasi tegangan dan momen maksimum dapat diidentifikasi dengan
jelas, pada titik di sepanjang spesimen. Sehingga modulus elastisitas dapat dihitung secara
akurat melalui metode ini.
Uji bending dilakukan untuk mencari nilai modulus elastisitas material dan kekuatan
lentur flexural strength material.
Spesimen yang digunakan adalah ST-37 berbentuk batang berpenampang segi empat.
Spesimen diletakkan di antara tumpuan yang sudah diatur jaraknya sesuai i = 2r + 3h, yaitu
87 mm. Pembebanan berikut defleksinya dicatat setiap 1000 N. Dengan data tersebut, dibuat
grafik P terhadap . Dari hasil regresi linear didapat nilai modulus elastisitas E =206.441
GPa.

Anda mungkin juga menyukai