Anda di halaman 1dari 4

REVIEW ASTM E8

ASTM E8 merupakan sebuah metodi uji tarik logam dalam bentuk apapun pada suhu
kamar, khususnya metode penentuan kekuatan yieild, titik elongasi, kekuatan tarik dan
pengurangan daerah. Standar ASTM sendiri berbeda-beda sesuai dengan pengujian yang
akan dialkukan. Uji tarik logam ini berguna untuk memberikan informasi mengenai kekuatan
dan daktilitas bahan dibawah tegangan tarik aksial. Hasil uji tarik suatu spesimen yang
memiliki dimensi standar suatu bagian atau bahan mungkin tidak sepenuhnya mewakili
kekuatan dan keuletan. Alat- alat yang digunakan untuk pengujian diantaranya:
- Mesin pengujian
- Berbagai macam alat pencengkram
- Ekstensometer
- Alat penghitung dimensi

Pada ASTM E8 terdapat uji spesimen, dimana ukurang spesimen yang digunakan
tergantung bahan yang akan diuji. Berikut adalah jenis spesimen pada ASTM E8
a. Spesimen umum
b. Spesimen berbentuk Plat, yaitu pesimen digunakan untuk menguji material yang
berbentuk Plat yang datar dengan ketebalan 3/16 in atau lebih
c. Spesimen berbentuk Lembaran, yaitu spesimen digunakan untuk menguji
material yang berbentuk lembar, plat, kawat pipih dimana ketebalannya dari
0.005 sampai 3/4 in
d. Spesimen berbentuk bundar yaitu spesimen dengan diameter standar 0.500 in
e. Spesimen untuk kawat dan batang, digunakan spesimen yang berbentuk bundar ,
gage length untuk pengukuran elongasi pada kawat harus dibawah 1/8 in dan
untuk diameternya disesuaikan dengan spesimen berbentuk bundar. Untuk yang
memiliki panjang 1/8 in atau diameter yang lebih besar, gage length sama dengan
empat kali diameter yang digunakan.
f. Spesimen utuki pipa dan tabung
g. Spesimen untuk material hasil tempa yaitu digunakan spesimen berbentuk bundar
h. Spesimen untuk material hasil cor
i. Spesimen untuk besi tempa
j. Spesimen untuk material Die Cast
Prosedur pengujian pada ASTM E8 adalah sebagai berikut:
1. Preparasi mesin uji. Untuk mesin pengujian yang baru atau lama tidak aktif, harus
dipanaskan terlebih dahulu ke temperatur normal untuk operasi, ini bertujuan untuk
meminimalisasi kesalahan.
2. Menghitung dimensi dari spesimen uji. Untuk menentukan luas penampang
spesimen uji, ukur dimensi penampang di bagian tengah dari bagian yang dikurangi.
Untuk spesimen uji dibawah 3/16 ini, dalam dimensi terkecil, ukur dimensi dimana
daerah penampang paling sedikit ditemukan. Setelah itu, ukurlah berat spesimen
paling dekat dengan 0.5% atau di bawahnya. Luas penampang spesimen adalah
massa dari spesimen dibagi dengan panjang dan dibagi lagi dengan massa jenis dari
materialnya.
3. Menandai Gage Length pada uji spesimen. Ukuran gage lenght harus sesuai
dengan spesifikasi produk/bahan yang sedang diuji. Utuk bahan dimana ditentukan
panjangnya 3% atau kurang, ukuran gage length mendekati 0.002 in.
4. Mengkalibrasi mesin uji. Indikasi gaya nol menandakan bahwa spesimen
memiliki gaya nol. Gaya dan beban apapun yang terpasang pada cengkeram harus
di cari indikasinya oleh alat penghitung gaya kecuali bila beban yang terpasang
sudah dilepas sebelum pengujian.
5. Memasang spesimen uji pada pencengkeram. Untuk spesimen yang memiliki
bagian yang dikurangi, pemasangan pencengkeram tidak boleh di bagian spesimen
khusus untuk pencengkeram, karena dapat merubah hasil yang signifikan.
6. Mengatur kecepatan pengujian. Batas kecepatan pengujian harus dispesifikasikan
untuk bahan yang berbeda hasilnya dengan penggunaan kecepatan yang berbeda.
Sehingga hasil tes tergantung pada materinya. Terdapat berbagai jenis laju yaitu
sebagai berikut:
a) Laju Peregangan, untuk penghitungan laju rata rata peregangan dapat
ditentukan dengan menghitung waktu yang dibutuhkan untuk melihat kenaikan
regangan dengan satuan inch per menit
b) Laju Penegangan, untuk penghitungan laju rata rata penegangan dapat
ditentukan dengan menghitung waktu yang dibutuhkan untuk melihat kenaikan
tegangan dengan satuan pon per inch kuadrat per menit
c) Laju pemisahan dari kepala spesimen saat pengujian
d) Laju Proses, dihitung saat pengujian mulai diberi beban atau dari tekanan
tertentu sampai terjadi perpatahan singkat, gaya maksimal, atau sampai
tekanan tertentu.
e) Laju Pengujian saat menentukan sifat luluh, disesuaikan dengan gaya dan
regangan yang diperoleh melalui pengujian. Ketika akan melakukan pengujian
untuk menentukan sifat luluhnya, laju tegangan yang diaplikasikan harus
berada dikisaran 10000 – 100000 psi/min .
f) Laju Pengujian saat menentukan kekuatan tarik, untuk menentukan laju
kekuatan tarik, material yang digunakan harus memiliki elongasi diatas 5%.
Ketika hanya menentukan kekuatan tarik, atau setelah sifat luluhnya telah
didapatkan, laju pengujian yang digunakan harus berada di kisaran 0,05 – 0,5
in./in. dari panjang atau dari bagian yang dikurangi ( jarak antara
pencengkeram spesimen yang tidak memiliki bagian yang dikurangi ).
7. Penentuan Kekuatan Luluh (Yield Strength)
a) Metode Offset, untuk menentukan kekuatan luluh dengan metode offset,
diperlukan data yang disimpan dimana diagram stress-strain akan digambar.
Pada diagram , nilai spesifik yang digunakan pada metode offset adalah 0.2%
atau setara dengan 52000 psi.
b) Metode Extension-Under-Load, menggunakan autographic atau perangkat
numerik untuk mengamankan data tegangan-regangan, dan kemudian
menganalisa data ini untuk menentukan nilai tegangan. Atau bisa
menggunakan perangkat yang mengindikasi kapan ekstensi spesifik terjadi,
sehingga stres yang terjadi dapat dipastikan Tegangan di ekstensi fiksasi
tertentu harus dilaporkan (EUL = 0.5%) = 52000 Psi
c) Metode Autographic Diagram, digunakan untuk bahan yang hasilnya tidak
kontinyu. Untuk mendapatkian stress-strain data serta diagram stress-strain
menggunakan diagram autograohic. Untuk menentukan kekuatan luluh, catat
tegangan maksimum yang sesuai kekuatan pada hasil awal yang tidak
kontinyu sebagai hasil atas kekuatan. kemudian catatlah tegangan minimum
yang terputus-putus saat diamati dimana menghasilkan (mengabaikan efek
transien) kekuatan yang lebih rendah
d) Metode Halt-Of-The-Force, untuk metode ini, tetapkan gaya yang selalu
meningkat pada spesimen di laju deformasi, ketika gaya tersebut mulai
terhenti-henti, catat tegangan yang sesuai sebagai kekuatan luluh atas.
8. Elongasi di Titik Luluh, untuk mnghitung elongasi di titik luluh dari diagram
stress-strain yaitu dengan menentukan perbedaan di regangan diantara titik luluh
atas dan permulaan dari pengerasan regangan yang sama
9. Kekuatan Tarik, untuk menghitung kekuatan tarik caranya adalah membagi gaya
maksimum yang dibawa oleh spesimen saat pengujian tarik dengan luas penampang
spesimen.
10. Elongasi, saat mencatat nilai elongasi, sertakan panjang daerah ukur dan persentase
perpanjangan, jika ada alat selain ekstensometer dipasang langsung dengan
spesimen saat pengujian, parameter elongasinya = 30% perpanjangan ( 2-in panjang
daerah ukur)
11. Pengurangan area spesimen, untuk spesimen dengan luas penampang melingkar,
dekatkan spesimen lalu hitung diameter yang mengecil dengan akurasi perhitungan
yang sama seperti penghitungan diameter awal. Untuk spesimen dengan luas
penampang persegi panjang, dekatkan spesimen lalu hitung ketebalan dan lebar
pada luas penampang terkecil dengan akurasi perhitungan yang sama seperti
penghitungan ketebalan awal.
12. Pembulatan hasil pengujian untuk kekuatan luluh dan kekuatan tarik, untuk
nilai pengujian yang mencapai 50000 Psi, bulatkan kira kira ke 100 Psi. Untuk nilai
pengujian antara 50000 – 100000 Psi, bulatkan kira kira ke 500 Psi. Untuk nilai
pengujian >100000 Psi, bulatkan kira kira ke 1000 Psi

Pada ASTM E8, informasi pengujian yang akan dilaporkan harus memiliki ketentuan
yaitu, identifikasi material dan sampel, tipe spesimen, kekuatan luluh serta metode
penentuannya, elongasi pada titik luluh, kekuatan tarik, elongasi (laporkan panjang asli dari
daerah ukur, persentase perpanjangan, dan metode dalam penentuan elongasi), pengurangan
area spesimen. Prosedur pada ASTM E8 dalam mengukur Tensile Properties tidak memiliki
penyimpangan karena sifatnya hanya dapat ditetapkan melalui metode pengujian.

Anda mungkin juga menyukai