TUGAS
Oleh:
ASRONI : 126060200111029
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Sambungan las merupakan bagian yang paling rawan terjadi kegagalan pada
komponen mesin/konstruksi karena terjadi perubahan sifat material akibat pengaruh panas
yang mengalami beban dinamis berulang-ulang (fatique), hal tersebut dapat merupakan
sumber dan faktor pemacu penjalaran retak hingga umur lelah sambungan turun drastis.
Berbagai upaya dilakukan untuk mengantisipasi kerawanan tersebut seperti pengelasan yang
benar sesuai WPS (Welding Procedure Specification), kualifikasi juru las (Welder
Qualification), inspeksi sambungan las secara NDT (Non Destructive Test), perlakuan shot
peening dan lain sebagainya. Kelelahan material adalah proses perubahan struktur dalam
material secara terus menerus akibat adanya beban (tegangan atau regangan) yang berulang-
ulang sehingga terjadi retak ataupun patah. Sedang shot peening adalah proses perlakuan
mekanis yaitu partikel besi ditembakkan dengan kecepatan tinggi ke permukaan material,
sehingga terjadi deformasi plastis pada lapisan permukaan. Akibat deformasi plastis ini akan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Tekanan tanpa memberikan panas dari luar (panas diperoleh dari dalam material itu
sendiri).
Pengelasan pada umumnya dilakukan dalam penyambungan logam, tetapi juga sering
digunakan untuk menyambung pelastik. Dalam pembahasan ini akan difokuskan pada
penyambungan logam.
Pengelasan merupakan proses yang penting baik ditinjau secara komersial maupun
teknologi, karena :
2. Sambungan las dapat lebih kuat daripada logam induknya, bila digunakan logam pengisi
3. Pengelasan merupakan cara yang paling ekonomis dilihat dari segi penggunaan material dan
biaya fabrikasi. Metode perakitan mekanik yang lain memerlukan pekerjaan tambahan
(misalnya, penggurdian lubang) dan pengencang sambungan (misalnya, rivet dan baut);
2
d. Pengelasan dapat dilakukan dalam pabrik atau dilapangan.
1. Kebanyakan operasi pengelasan dilakukan secara manual dengan upah tenaga kerja yang
mahal;
Jadi metode pengelasan tidak cocok digunakan untuk produk yang memerlukan
4. Sambungan las dapat menimbulkan bahaya akibat adanya cacat yang sulit dideteksi.
A. Pengelasan lebur
beberapa operasi menggunakan logam pengisi dan yang lain tanpa logam pengisi.
sambungan dari logam induk sampai mencair dengan memakai sumber panas
3
Gambar 1. Pengelasan lebur
ini permukaan lembaran logam yang disambung ditekan satu sama lain dan arus
yang cukup besar dialirkan melalui sambungan tersebut. Pada saat arus mengalir
dalam logam, panas tertinggi timbul di daerah yang memiliki resistansi listrik
3) Pengelasan gas (oxyfuel gas welding, OFW); dalam pengelasan ini sumber
menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk dan
logam pengisi. Gas yang lazim digunakan adalah gas alam, asetilen, dan
hidrogen. Dari ketiga gas ini yang paling sering dipakai adalah gas asetilen,
lebur yang lain, untuk menghasilkan peleburan logam yang disambung, seperti
4
B. Pengelasan padat
Bila digunakan panas, maka temperatur dalam proses di bawah titik lebur
logam yang dilas, sehingga logam tersebut tidak mengalami peleburan dan tetap
dalam keadaan padat. Dalam pengelasan ini tidak digunakan logam pengisi.
1) Pengelasan difusi (diffusion welding, DFW); dua pemukaan logam yang akan
lebur logam sehingga permukaan yang akan disambung menjadi plastis dan
yang ditimbulkan oleh gesekan antara dua bagian logam yang disambung. Ke dua
bagian logam yang akan disambung disatukan dibawah pengaruh tekanan aksial,
kemudian salah satu diputar sehingga pada permukaan kontak akan timbul panas
(mendekati titik cair logam), maka setelah putaran dihentikan akan terbentuk
sambungan logam.
menggunakan tekanan tertentu antara dua bagian logam yang akan disambung,
kemudian diberi getaran osilasi dengan frekuensi ultrasonik dalam arah yang
sejajar dengan permukaan kontak. Gaya getar tersebut akan melepas lapisan tipis
tersebut.
5
2.1.2 Penggunaan Pengelasan
Proses pengelasan secara komersial banyak digunakan dalam operasi sebagai berikut :
3. Bangunan kapal,
Catatan : operasi pengelasan memerlukan tenaga kerja yang terlatih dengan ketrampilan yang
tinggi.
A. Sambungan Las
Sambungan las adalah pertemuan dua tepi atau permukaan benda yang disambung
1. Jenis sambungan
Terdapat lima jenis sambungan yang biasa digunakan untuk menyatukan dua
Gambar 2 Lima jenis sambungan yang biasa digunakan dalam proses pengelasan
6
(1) Sambungan tumpu (butt joint); kedua bagian benda yang akan disambung
diletakkan pada bidang datar yang sama dan disambung pada kedua ujungnya;
(2) Sambungan sudut (corner joint); kedua bagian benda yang akan disambung
(3) Sambungan tumpang (lap joint); bagian benda yang akan disambung saling
(4) Sambungan T (tee joint); satu bagian diletakkan tegak lurus pada bagian yang lain
(5) Sambungan tekuk (edge joint); sisi-sisi yang ditekuk dari ke dua bagian yang akan
disambung sejajar, dan sambungan dibuat pada kedua ujung bagian tekukan yang
sejajar tersebut.
Setiap jenis sambungan yang disebutkan di atas dapat dibuat dengan pengelasan.
Proses penyambungan yang lain dapat juga digunakan, tetapi pengelasan merupakan metode
1. Las-an jalur (fillet weld); digunakan untuk mengisi tepi pelat pada sambungan sudut,
sambungan tumpang, dan sambungan T dalam gambar 12.3. Logam pengisi digunakan
bentuk persegi, serong (bevel), V, U, dan J pada sisi tunggal atau ganda, seperti dapat
dilihat dalam gambar 12.4. Logam pengisi digunakan untuk mengisi sambungan, yang
3. Las-an sumbat dan las-an slot (plug and slot welds); digunakan untuk menyambung pelat
datar seperti dapat dilihat dalam gambar 12.5, dengan membuat satu lubang atau lebih atau
slot pada bagian pelat yang diletakkan paling atas, dan kemudian mengisi lubang tersebut
dengan logam pengisi sehingga kedua bagian pelat melumer menjadi satu;
4. Las-an titik dan las-an kampuh (spot and seam welds); digunakan untuk sambungan
tumpang seperti dapat dilihat dalam gambar 12.6. Las-an titik adalah manik las yang
kecil antara permukaan lembaran atau pelat. Las-an titik diperoleh dari hasil pengelasan
resistansi listrik. Las-an kampuh hampir sama dengan las-an titik, tetapi las-an kampuh
5. Las-an lekuk dan las-an rata (flange and surfacing welds); ditunjukkan dalam gambar
12.7. Las-an lekuk dibuat pada ujung dua atau lebih bagian yang akan disambung,
biasanya merupakan lembaran logam atau pelat tipis, paling sedikit satu bagian ditekuk
(gambar 12.7a). Las-an datar tidak digunakan untuk menyambung bagian benda, tetapi
pengelasan. Seperti ditunjukkan dalam gambar 12.8.a, sambungan las yang di dalamnya
(4) daerah logam dasar tanpa pengaruh panas (uneffective base metal zone).
Daerah lebur; terdiri dari campuran antara logam pengisi dengan logam dasar yang telah
melebur secara keseluruhan. Daerah ini memiliki derajat homogenitas yang paling tinggi
diantara daerah-daerah lainnya. Struktur yang dihasilkan pada daerah ini berbentuk butir
Daerah antarmuka las; merupakan daerah sempit berbentuk pita (band) yang memisahkan
antara daerah lebur dengan Haz . Daerah ini terdiri dari logam dasar yang melebur secara
keseluruhan atau sebagian, yang segera menjadi padat kembali sebelum terjadi proses
pencampuran.
Haz; logam pada daerah ini mendapat pengaruh panas dengan suhu di bawah titik lebur,
tetapi cukup tinggi untuk merubah mikrostruktur logam padat. Komposisi kimia pada haz
sama dengan logam dasar, tetapi akibat panas yang dialami telah merubah mikrostrukturnya,
sehingga sifat mekaniknya mengalami perubahan pula dan pada umumnya merupakan
pengaruh yang negatif karena pada daerah ini sering terjadi kerusakan.
Daerah logam dasar tanpa pengaruh panas; daerah ini tidak menagalami perubahan metalurgi,
tetapi karena dikelilingi oleh Haz maka daerah ini memiliki tegangan sisa yang besar
10
akibat adanya penyusutan dalam daerah lebur, sehingga mengurangi kekuatannya. Untuk
menghilangkan tegangan sisa tersebut biasa dilakukan perlakuan panas (heat treatment) yaitu
memanaskan kembali daerah las-an tersebut hingga temperatur tertentu, kemudian temperatur
11
BAB III
PEMBAHASAN
Semua jenis cacat las pada umumnya disebabkan kurangnya pengetahuan dari
welder / juru las terhadap teknik-teknik pengelasan termasuk pemilihan parameter las. Oleh
karena itu dari mulai pengelasan sampai akhir pengelasan harus selalu diadakan pemeriksaan
dengan cara-cara yang telah ditentukan, misalnya secara visual, dye penetrant / dye check,
Cacat las/defect weld adalah suatu keadaan yang mengakibatkan turunnya kualitas
dari hasil lasan. Kualitas hasil las-an yang dimaksud adalah berupa turunnya kekuatan
dibandingkan kekuatan bahan dasar base metal atau tidak baiknya performa/tampilan dari
suatu hasil las atau dapat juga berupa terlalu tingginya kekuatan hasil las-an sehingga tidak
Terjadinya cacat las ini akan mengakibatkan banyak hal yang tidak diinginkan dan
secara ekonomi akan mengakibatkan melonjaknya biaya produksi dan pada gilirannya
Sedangkan definisi pengelasan sendiri adalah proses penyambungan antara dua logam
/baja atau lebih dengan menggunakan energi panas sebagai media-nya. Karena proses ini maka
logam disekitar las-an mengalami siklus termal cepat yang menyebabkan terjadinya deformasi.
Hal ini sangat erat hubungan-nya dengan terjadinya cacat las yang mempunyai pengaruh fatal
terhadap keamanan kontruksi material yang di-las terutama pada bagian Lambung Kapal.
12
1- Rounded indication atau cacat bulat
Rounded indication atau cacat bulat adalah merupakan cacat las yang diperbolehkan apabila
dimensi / ukuran panjang kumpulan cacat masih berada pada cacat maksimum sesuai kriteria
Linear indication atau cacat memanjang adalah cacat yang tidak diperbolehkan sama sekali
Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua logam atau lebih dengan
menggunakanenergi panas sebagai medianya. Karena proses ini maka logam disekitar lasan
mengalamisiklus termal cepat yang menyebabkan terjadinya deformasi. Hal ini erat
sekalihubunganya dengan terjadinya cacat las yang secara umum mempunyai pengaruh yang
1. Retak Las
Cacat las yang sering sekali terjadi pada saat proses pengelasan adalah retak las
yang dapat dibagi menjadi dua kategori yakni : retak dingin dan retak panas.
a. Retak dingin
o
adalah retak yang terjadi pada daerah las pada suhu kurang lebih 300 C.
o
Sedangkan retak panas adalahretak yang terjadi pada suhu diatas 500 C. Retak dingin
tidak hanya terjadi pada daerah HAZ(Heat Affected Zone) atau sering disebut dengan
daerah pergaruh panas tetapi biasanya terjadipada logam las. Retak dingin ini dapat
13
terjadi pada daerah panas yang sering terjadi. Dan retakan ini dapat dilihat dibawah
o o
Gambar 2. Struktur Atom Pada Temperatur diatas 300 C dan di bawah 200 C
Retak dingin didaerah HAZ ini biasanya terjadi antara beberapa menit sampai 48
3- Tegangan.
b. Retak Panas
14
Sedangkan retak panas dibagi menjadi dua kelas yaitu retak karena
o
pembebasan tegangan pada daerah pengaruh panas yang terjadi pada suhu 500 C -
o o
700 C dan retak yangterjadi pada suhu diatas 900 C yang terjadi pada peristiwa
pembekuan logam las. Retak panas sering teriadi pada logam las karena pembekuan,
biasanya berbentuk kawah dan retak memanjang. Retak panas ini terjadi karena
pembebasan tegangan pada daerah kaki didalam daerah pengaruh panas.
Retak ini biasanya terjadi pada waktu logam mendingin setelah pembekuan
danterjadi karena adanya tegangan yang timbul, yang disebabkan oleh penyusutan dan
sifat bajayang ketangguhannya turun pada suhu dibawah suhu pembekuan. Keretakkan
las yang lainadalah retak sepanjang rigi-rigi lasan retak disamping las dan retak
memanjang diluar rigi-rigilasan. Akan tetapi penyebab umum pada semua jenis
Selain retak cacat las yang juga sering terjadi, adalah penembusan las yang kurang
dan jelek. Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang timbul pada konstruksi
adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena penembusan yang kurang. Karena
15
(a) (b)
Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan under cut
pada benda kerja. Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau konstruksi yang termakan
oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan konstruksi meskipun sebelumnya
16
Gambar 11. Daerah Pengerukan / Under cut
4. Keropos
Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan. Keropos
ini bila didiamkan, lama kelamaan akan menebar yangdiikuti dengan perkaratan atau
korosi padakonstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena korosi tadi. Cacat ini
memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang ditirnbulkan oleh cacat ini cukup
1. Busur pendek.
17
e. Kesalahan memilih jenis elektroda.
Jenis cacat ini memberikan geometri sambungan las yang tidak baik (tidak
Morfologi geometri dari cacat ini biasanya bervariasi. Pengerukan ini terjadi pada benda
kerja atau konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang
Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila di
dinginkan.Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang, maka setelah
18
Gambar 12. Pengerutan Benda Kerja las
Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu) maka
kedua sisikampuh yang masih bebas akan bergeser, bahkan sampai kedua sisi tersebut
2. Pengkleman salah.
7. Hot Cracking
Yaitu retakan yang biasanya timbul pada saat vairan las mulai membeku karena
luas penampang yang terlalu kecil dibandingkan dengan benda kerja yang akan yang akan
19
Gambar 13. Hot Cracking
8. Underbead cracking
sampingan. dapat di tanggulangi dengan menggunakan elektroda las low hydrogen atau
o
pemanasan awal benda kerja sampai suhu 120 C.
9. Lack of fusion
adalah cacat antara bahan dasar dengan logam las tidak dapat di tanggulangi
adalah timbuan las yang berlebihan di atasi dengan menjaga kontinutias kecepatan
pengelasaan.
Dalarn menghindari terjadinya retakan las pada daerah panas, atau usaha
1. Menggunakan elektroda yang betul, dalam hal ini sedapat mungkin menggunakan
2. Sebelum mengelas, pada daerah sekitar kampuh harus dibersihkan dari air, karat,
21
3.4 Penanggulangan Penembusan Las Yang Kurang Baik
Cara untuk mengatasi cacat las penembusan yang kurang baik dapat dilakukan
2. Pengelasan diperlambat dan stabil agar panas yang didapat lebih merata.
3. Mengatur kecepatan las, sehingga kedua sisi benda kerja mencair dengan baik.
Cara untuk mengatasi cacat las pengerukan/under cut dapat dilakukan dengan
5. Menyetel posisi elektroda, sehingga gaya busur nyala akan menahan cairan pengelasan.
Cara untuk mengatasi cacat las keropos dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
22
3. Member waktu pengisian yang cukup untuk melepaskan gas.
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua logam atau lebih dengan
menggunakanenergi panas sebagai medianya. Karena proses ini maka logam disekitar lasan
mengalamisiklus termal cepat yang menyebabkan terjadinya deformasi. Hal ini erat
sekalihubunganya dengan terjadinya cacat las yang secara umum mempunyai pengaruh yang
kepercayaan terhadap konstruksi yang dilas. Sambungan las merupakan bagian yang paling
rawan terjadi kegagalan pada komponen mesin/konstruksi karena terjadi perubahan sifat material
akibat pengaruh panas dan kecenderungan terdapat cacat pengelasan pada sambungan.
Semua jenis cacat las pada umumnya disebabkan kurangnya pengetahuan dari
welder / juru las terhadap teknik-teknik pengelasan termasuk pemilihan parameter las. Cacat
las/defect weld adalah suatu keadaan yang mengakibatkan turunnya kualitas dari hasil lasan.
Kualitas hasil las-an yang dimaksud adalah berupa turunnya kekuatan dibandingkan kekuatan
bahan dasar base metal atau tidak baiknya performa/tampilan dari suatu hasil las atau dapat
juga berupa terlalu tingginya kekuatan hasil las-an sehingga tidak sesuai dengan tuntutan
24
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anderson, Tony, Aluminum Q&A By TONY ANDERSON CEng, ESAB Group,
Michigan USA, 2008
[2] Anderson, Tony, Understanding The Aluminum Alloys,ESAB Group, Michigan USA,
2008
[3] DET NORSKE VERITAS, Inspection certificate of materialsNo: NV1100293, DNV-
Rules for Ships Pt.2, Ch.2, Sec. 9
[4] Gene Mathers,The Welding of Aluminium and its Alloys,Woodhead Publishing Limited,
England, 2002
[5] Hendroprasetyo, Wing, Handout Inspeksi Las, jurusan Teknik Perkapalan, ITS,
Surabaya, 2006
[6] Smallman, R.E&Bishop, R.J, Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa Material, Edisi
Keenam, Erlangga, Jakarta, 2000
[7] Suherman, Wahid, Pengetahuan Bahan,Jurusan Teknik Mesin, ITS, Surabaya, 1988.
[8] Vander Vort, George.V,ASM Vol 9 : Metallography and Microstructure, ASM
International, Material Park, USA, 2004.
[9] Wiryosumarto,H. Dan Okumura,T, Teknologi Pengelasan Logam,PT Pradnya Paramita,
Jakarta, 1996.