oleh:
8.
BAB II
TEORI DASAR
F
σ=
A0
Dengan :
li −l o ∆ l
ε= =
lo lo
Dengan :
ε =¿ engineering strain
∆ l=¿ perubahan panjang spesimen (m)
F
σ t= ( ε +1 )=σ (ε +1)
A0
F
σ t=
Ai
Dengan:
ε =¿ engineering strain
Ao
ε t=ln
Ai
Dengan:
ε =¿ true strain
a. Yield Strength
Yield strength adalah tegangan pada saat deformasi plastis
dimulai, yaitu pada perbatasan antara keadaan elastis dan
keadaan plastis.
Pada kebanyakan material, terdapat transisi yang bertahap
dari keadaan elastis ke keadaan plastis, tetapi titik di mana
deformasi plastis dimulai sulit didapat secara presisi. Terdapat
beberapa kriteria untuk menentukan letak yield strength, antara
lain:
1. True elastic limit
Yaitu berdasarkan perhitungan pada saat
regangan bernilai 2x10-6. Batas elastis ini bernilai
sangat rendah dan terkait dengan pergerakan dislokasi.
2. Proportional limit
Yaitu tegangan tertinggi di mana tegangan
sebanding dengan regangan. Didapatkan dengan cara
mencara deviasi pada garis lurus yang ditarik dari kurva
stress – strain.
3. Elastc limit
Yaitu tegangan tertinggi yang dapat diterima
material tanpa adanya regangan permanen saat beban
dilepaskan.
4. Ofset yield strength
Yaitu tegangan pada perpotongan antara kurva
stress – strain dengan garis yang sejajar dengan daerah
elastis dengan regangan tertentu. Regangan tersebut
disepakati bernilai 0,2%.
Gambar 2.5.2 Penentuan yield strength (Sumber: slide kuliah Sifat Mekanik
Material)
f. Toughness
Toughness merupakan kemampuan material dalam
menyerap energi dan berdeformasi plastis sebelum patah.
[ CITATION Cal17 \l 1057 ]
g. Ductility
Ductility merupakan kemampuan material berdeformasi
plastis hingga patah. Ductility dapat dinyatakan juga sebagai
percent elongation atau percent reduction in area. [ CITATION
Cal17 \l 1057 ]
3.1 Data
Jenis mesin tarik : Universal Testing Machine - Tarno Grocki
Beban skala : 40.000 N
Kecepatan tarik : 5 mm/min = 0,08333 mm/s
Voltase maksimum : 4038 mV
Pi (N) Di (mm)
0 6.26
10000 6.22
11000 6.22
12000 6.22
13000 6.18
13000 6.15
14000 6.13
14000 6.12
16000 5.94
16000 5.73
12000 4.55
Gambar 3.1.1 (Bentuk Patahan)
Jadi diketahui bahwa nilai volt tertinggi adalah 4038 mV yang menghasilkan gaya
16400. Untuk mengkonversi nilai gaya lainnya pada tegangan tertentu dapat
menggunakan perbandingannya yaitu:
Vi
F= x Fmax
Vmax
8000
6000
4000
2000
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
ΔL (mm)
Dari kurva gaya – regangan, kita bisa mendapatkan kurva engineering stress-
engineering strain dengan cara membagi gaya dengan luas awal dan l dengan
panjang awal sehingga didapat kurva sebagai berikut.
300
200
100
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Strain (mm/mm)
F
σ t= ( ε +1 )=σ (ε +1)
A0
ε t=ln ( ε +1 )
F
σ t=
Ai
A0
ε t=ln
A
Dari ketiga rumus tersebut dapat diperoleh tabel true stress – true strain dan
logaritma nya sebagai berikut:
Tabel 3.2.2 (True stress-True strain)
Dengan catatan warna hijau adalah daerah sebelum tercapainya yield strength
(daerah elastis), warna biru adalah daerah setelah batas elastis – ultimate tensile
strength, dan merah setelah mengalami ultimate tensile strength – fracture
(periode necking)
Dari tabel tersebut, dapat dibuat kurva true stress – true strain:
True Stress - True Strain
900
800
700
600
Stress (MPa)
500
400
300
200
100
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Strain (mm/mm)
Kemudian dari kurva true stress-strain ini kita dapat mencari nilai kekuatan (K)
dan nilai strain hardening (n) dengan cara melakukan log pada persamaan
S= K × e n sehingga didapat rumus dan kurva sebagai berikut
300
250
200
150
100
50
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18
Strain (mm/mm)
- Ductility
Dari kurva engineering stress didapatkan kriteria ductility material tersebut
secara kuantitatif dengan meninjau nilai dari persen elongasi dan persen
area reduction terbesar yang dapat dilakukan material
Lf −Lo
%EL= x 100 %
Lo
Ao− Af
%AR= x 100 %
Ao
Maka didapatkan hasil %EL = 33,0271%, dan %AR = 61,9595%
- Modulus of Rupture
Dari kurva engineering stress didapatkan modulus of rupture (stress
terakhir sebelum material mengalami fracture): 393,5692 MPa
- Nilai konstanta kekuatan (K) (pada grafik logaritma true stress – strain, c=
log K): log K = 3,3503 ; K = 2240.26
- Nilai konstanta strain hardening (n) (pada kurva logaritma true stress –
strain, nilai m=n): 0,9095
3.3
BAB IV
ANALISIS DATA
Setelah itu, letakkan spesimen yang telah disiapkan pada mesin sesuai
dengan daerah yang telah ditentukan. Nyalakan mesin dan selama proses uji tarik
ini kita mencatat gaya, perubahan diameter, dan perubahan panjang dari spesimen
tersebut. Perhatikan baik-baik dan catat keadaan seperti gaya, diameter dan
panjang spesimen ketika spesimen mengalami necking. Setelah spesimen patah,
ukur juga hal yang sama sperti yang disebut sebelumnya yaitu panjang dan
diameter. Selanjutnya data-data tersebut diolah untuk mendapatkan data dan hasil
dari tujuan percobaan ini.
Adapun hasil-hasil yang didapatkan dari pengujian tarik ini adalah yield
strength yang didapatkan dari percobaan adalah 468,4279 MPa, sedangkan pada
literatur sebesar 280-1500 MPa. Ultimate Tensile Strenght (UTS) yang didapatkan
dari percobaan adalah 533,1206 MPa, sedangkan pada literatur sebesar 340-1900
MPa. Modulus elastisitas yang didapatkan dari percobaan adalah 3068,9 MPa
sedangkan pada literatur adalah 207 GPa. % elongasi yang didapatkan dari
percobaan adalah 33,0271%, sedangkan pada literatur adalah 36%. Konstanta
kekerasan material (K) yang didapatkan dari percobaan adalah 2240,26 sedangkan
pada literatur adalah 500-1000. Strain hardening (n) yang didapatkan dari hasil
percobaan adalah 0,9095 sedangkan pada literatur adalah 0,25-0,5.
Dari hasil di atas, ada beberapa data yang tidak sesuai dengan literatur
seperti pada modulus elastisitas, konstanta kekerasan dan strain hardening (n).
Hal tersebut karena pengaruh dari luar yang mungkin terjadi adalah kesalahan
praktikan dalam melakukan pengukuran pada beberapa tahap percobaan dan bisa
juga karena pengaruh lingkungan percobaan seperti temperatur ruangan dan lain-
lain.
Bentuk patahan dari spesimen dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Dapat dilihat patahan dari spesimen tersebut membentuk sudut sekitar 450
terhadap sumbu normal spesimen sehingga spesimen dapat dikategorikan bersifat
ulet. Hal itu juga karena pada spesimen terjadi pengecilan penampang yang tidak
terdapat pada material getas apabila di uji tarik sampai patah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran pada praktikum ini adalah sebaiknya dilakukan sosialisasi lagi
mengenai peraturan-peraturan di lab setiap akan dilaksanakannya praktikum agar
praktikan bisa lebih waspada saat melakukan suatu percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Jawaban:
1. Kenapa pada metode offset yield strength ditarik garis pada 0,2%?
2. Kenapa modulus elastisitas pada baja karbon rendah, baja karbon medium,
dan baja karbon tinggi sama?
3. Soal Bab 6 Callister Ed.8 nomor 6.29 (untuk tambahan nilai tes awal)
Jawaban
1. Karena garis 0,2% elongation adalah elongasi pada batas yang masih
di tolerir untuk mencari yield strength dan mudah ditentukan.
Kekuatan luluh yang diperoleh dari metode offset ini biasanya
dipergunakan untuk keadaan tertentu seperti untuk perancangan dan
spesifikasi.(6)
2. Baja terdiri atas unsur besi (Fe) dan karbon (C). Dimana pada baja,
unsur besi (Fe) yang lebih dominan daripada karbon (C). unsur karbon
adalah penguat dari baja. Hal ini mengakibatkan pada saat dilakukan
uji tarik, pada daerah yang elastis, yang berpengaruh adalah unsur besi
(Fe) sedangkan karbon pengaruhnya sangat sedikit sehingga modulus
elastisitas pada baja karbon tinggi, medium dan rendah akan tetap
sama.
3. Data dari Soal Nomor 6.29 Callister Ed.8
Stress
F(N) Lo (mm) ΔL Strain(mm/mm) (Mpa)
0 50.8 0 0 0
7330 50.851 0.051 0.001004 56.9920631
15100 50.902 0.102 0.002008 117.405205
23100 50.952 0.152 0.002992 179.606638
400
350
300
250
Stress (MPa)
200
150
100
50
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18
Strain (mm/mm)
b. Modulus elastisitas
200
stress (Mpa)
150
100
50
0
0 0 0 0 0 0.01 0.01
strain (mm/mm)
d. Tensile Strenght
Tensile strength sekitar 369 MPa sesuai pada tabel yaitu tengangan
tertinggi yang mampu di terima oleh spesimen.
f. Modulus of resilience
( σy )2
Ur=
2E
2852
Sehingga Ur = ¿ MPa = 0,7 N/mm2
¿
(2)(55.417 MPa)