Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM

MT2205 PRAKTIKUM PENGUJIAN MEKANIK

Modul D
UJI LENTUR DAN KEKAKUAN

Oleh:

Thoriq Marendra

13718059

Kelompok 14
Aris Akbar Prabowo 13717058
Annisa Dwi Fadhillah 13718007
R Erlangga 13718039
Ghiffary R 13718062
Kiara Qinthara 13718068

Tanggal Praktikum 27 Februari 2020


Tanggal Pengumpulan Laporan 02 Maret 2020
Asisten (NIM) Muhammad Danni R
(13716020)

LABORATORIUM TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI


PROGRAM STUDI TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengujian kekuatan lentur dan modulus elastisitasnya dilakukan untuk


material dimana tegangan utamanya dalam bentuk lentur. Untuk kebanyakan
material, modulus dalam arah tarik dan tekan mempunyai sedikit perbedaan,
sedangkan modulus lentur adalah kombinasi dari modulus arah tarik dan tekan,
sehingga seringkali berbeda dengan keduanya. Banyak struktur dan mesin memiliki
komponen yang harus menahan beban lentur atau bending
(tekukan).

Dalam bending sendiri biasanya diikuti oleh direct stress, transverse


shear,dan torsional shear. Melalui percobaan ini, kita akan melihat perilaku
material yang mengalami bending akibat pembebanan 3 sumbu ( 3 axial stress ).
Standar pengujian lentur untuk material logam berbentuk pelat dideskripsikan
dengan detail dalam ASTM E855-08.

Uji bending sangat penting dilakukan apabila spesimen yang diuji termasuk
material getas, pada umumnya uji ini dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan
pada uji tarik apabila spesimennya getas, pada uji tarik material getas akan gagal
terlebih dahulu sebelum data didapatkan, karena material getas rentan gagal karena
adanya grip pada uji tarik. Serta uji bending dilakukan untuk mencocokkan dengan
fenomena yang terjadi secara alami, seperti pada jembatan, kursi apabila diduduki,
alat-alat berat pada pabrik dan lain-lain.

2
1.2 Tujuan
1. Menentukan modulus elastisitas material ST 37 hasil pengujian bending
2. Menentukan kekuatan lulus material ST 37 hasil pengujian bending
3. Menentukan kekuatan lentur material ST 37 hasil pengujian bending
4. Menentukan kekerasan awal dan akhir material ST37 hasil pengujian
bending
5. Menentukan kondisi akhir material ST 37 hasil pengujian bending

3
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Definisi Uji Bending

Uji bending adalah suatu percobaan yang dilakukan pada material untuk
mengetahui kualitas suatu material secara kualitatif dan kuantitatif. Kualitas
material secara kualitatif contohnya berupa keberhasilan suatu pengelasan. Secara
kuantitatif dapat menentukan modulus young, flexural stress serta kekuatan
luluhnya. [1]

2.2 Pemberian Beban Pada Uji Bending

Gambar 2.2.a Diagram benda bebas


pengujian lentur 3 point [1]

Pada pengujian three point bending diagram gaya bebas ditampilkan seperti diatas,
dimana gaya yang diterima dari masing-masing tumpuan sama dengan setengah
gaya yang diberikan dari luar. Gaya yang diberikan dari luar tepat di tengah

4
Gambar 2.2.b (a) Skema pengujian three point bending [2] (b)
skema pengujian four point bending [3]

Diagram gaya normal, gaya geser dan momen bending pada spesimen yang diuji
three-point bending akan ditampilkan seperti gambar

Gambar 2.2.c Diagram gaya normal, geser dan momen [4]

5
Pada momen bending, benda tidak akan merasakan gaya normal, karena tidak ada
gaya eksternal pada sumbu horizontal

Gambar 2.2.d Distribusi tegangan pada penampang spesimen pengujian


lentur [2]

Distribusi tegangan pada penampang spesimen pengujian lentur seperti gambar


2.2.d diatas dimana pada sumbu netral tidak ada tegangan, pada bagian atas terdapat
tegangan tekan dan pada penampang bawah terdapat tegangan tarik

2.3 Tegangan Normal Akibat Momen Lentur

Dalam uji lentur pada daerah elastis, momen lentur dapat menyebabkan timbulnya
tegangan pada penampang melintang sebesar :

𝑀.𝑐
𝜎= [1]
𝐼

Keterangan :

𝜎 = tegangan normal (Pa)

M= momen lentur pada penampang(Nm)

C= jarak dari sumbu netral ke titik yang ditinjau(m)

I = momen inersia penampang (m4)

6
Perlu diperhatikan aspek-aspek dalam pengujian bending, aspek tersebut berupa
titik pembebanan yang harus maksimum serta titik tumpu yang harus disesuaikan
ASTM agar data yang didapatkan valid.

Dalam uji lentur, apabila penampang spesimen berbentuk persegi, persamaan diatas
dapat diubah menjadi :

𝑃𝐿 ℎ
( 4 )( 2 )
𝜎= 𝑏ℎ3
[1]
( 12 )

Keterangan :

𝜎 = tegangan normal (Pa)

P = beban yang bekerja (N)

L = jarak antar tumpu (m)

b = lebar spesimen (m)

h = tebal spesimen (m)

7
Selama pengujian bending masih berada pada daerah elastis, maka besarnya
defleksi pada uji bending dapat ditentukan dengan persamaan

𝑃𝐿3
𝛿= [1]
48𝐸𝐼

𝛿 = defleksi (mm)

P= beban yang diberikan pada material (N)

L= jarak antar tumpu (mm)

E= Modulus elastisitas (Gpa)

I= Inersia penampang (mm4)

Dari persamaan defleksi material diatas, akan ditentukan nilai E, yaitu modulus
young yang menyatakan kekakuan suatu material, semakin besar nilai E, maka
material akan semakin kaku. Perlu diingat persamaan defleksi diatas hanya
berlangsung ketika berada pada daerah elastis. Besaran nilai E akan sangat
berpengaruh terhadap perubahan beban terhadap defleksi (dP/d𝛿).

8
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

Persiapan alat dan bahan

Dilakukan uji keras pada spesimen


dengan beban 60 kg pada bagian
yang elastis dan bagian yang terjadi
deformasi plstis

Dilakukan pengukuran panjang, tebal dan


tinggi spesimen sebanyak tiga kali, dan
didapatkan nilai rata-rata dari 24,85 , 18,84 ,
18,97 cm

Ditentukan titik tengah


spesimen 12,4 cm

spesimen dipasang pada three point


bending dan dipasang extensometer
pada bagian bawah spesimen

Mesin dihidupkan dan load


diberikan pada spesimen

Catat perubahan defleksi


ketika pertambahan beban
1000 N

Setelah beban mencapai


15000 N, pengujjian selesai

Mesin dimatikan

9
Thoriq Marendra
13718059

BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1 Data Praktikum

Jenis spesimen : Baja ST37


Panjang awal spesimen : 248 mm, 248,5 mm, 249 mm
Lebar awal : 189 mm, 188 mm, 188,2 mm
Tinggi awal : 191,5 mm, 188,6 mm, 189,2 mm
Kekerasan awal : 21 HRA, 22 HRA

Kekerasan akhir : 38 HRA, 32 HRA


Mesin uji : Tarno Rode
Jarak antar tumpuan : 150 mm

Diameter antar tumpuan : 40 mm


Kondisi Akhir : Tidak Patah

4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Pencarian Rata-rata Dimensi Spesimen dan Hubungan Beban


Terhadap Defleksi
Pada awal praktikum akan dicari nilai rata-rata dari panjang, tinggi, tebal,
kekerasan awal dan kekerasan akhir spesimen

Tabel 4.1.a Tinggi Rata-rata Spesimen


Tinggi Awal Rata-
(mm) rata(mm)
. 191,5
188,6 189,7
189,2

10
Thoriq Marendra
13718059

Tabel 4.1.b Panjang Rata-rata Spesimen

Panjang Awal Rata-rata


(mm) (mm)
248
248,5 248,5
249

Tabel 4.1.c Lebar Rata-rata Spesimen

Lebar awal Rata-


(mm) rata(mm)
188
189 188.4
188.2

Tabel 4.1.d Rata-rata Kekerasan awal Spesimen

Kekerasan Kekerasan Rata-


Awal(HRA) Rata(HRA)

21
22,5
22

Tabel 4.1.e Rata-rata Kekerasan Akhir Spesimen

Kekerasan Kekerasan Rata-


Akhir(HRA) Rata(HRA)
32
35
38

11
Thoriq Marendra
13718059

Tabel 4.1.f Data Beban dan Defleksi

Load
Defleksi (10-2 mm)
(kN)
1 1
2 6
3 11
4 16
5 21
6 25
7 29
8 33
9 37
1 42
11 45
12 53
13 57
14 185
15 202

Kurva Uji Bending Terhadap Defleksi

16

14

12

10
Beban (N))

0
0 50 100 150 200 250
Deleksi (10-2 mm)

Gambar 4.2.1 Grafik Beban Terhadap Defleksi

12
Apabila data pada tabel 4.1.f dijadikan kurva, maka akan terlihat hubungan beban
terhadap defleksi, seperti yang terlihat pada gambar 4.1

4.2.2 Penentuan Kekuatan Yield

Pada percobaan kali ini akan ditentukan salah satu sifat mekanik yaitu kekuatan
luluh astau kekuatan yield dari spesimen. Pencarian kekuatan yield digunakan
metode offset, yaitu dengan cara mencari perpotongan antara grafik awal pada
gambar 4.1 dengan grafik baru, dengan pertambahan defleksi sebesar 0.005

Penentuan Offset Yield


16

14
y = 0.2199x + 0.6374
12
13.2899
10
Beban (N))

8 Kurva Awal
Kurva Offset
6
Linear (Kurva Offset)
4

0
0 50 100 150 200
Defleksi (10-2 mm)

Gambar 4.2.2 Penentuan Offset Yield


Pada gambar 4.2 diatas ditentukan offset yield pada titik perpotongan, dan didapat
nilai perpotongan didapat di sekitar F = 13,3 kN sehingga besar yield

13,3x
strength σy =18,84 x 18,976= 37,2 MPa

13
Thoriq Marendra
13718059

4.2.3 Penentuan Modulus Elastisitas

Untuk menentukan modulus elastisitas dibutuhkan data yang ada pada tabel 4.1.f,
namun dengan hanya mengambil daerah elasitisnya saja. Daerah elastis pada
material ada pada data ke-1 hingga data ke-13.

Kurva Uji Bending Data 1-13


14
y = 0.2199x + 0.6385
12

10
Beban (N))

8
Kurva Awal
6
Linear (Kurva Awal)
4 Linear (Kurva Awal)
2

0
0 50 100 150 200
Defleksi (10-2 mm)

Gambar 4.2.3 Penentuan Modulus Elastisitas


𝛿𝑝
Dengan persamaan y = 0,2199x + 0,6385 maka didapat besar =0,2199. Hal ini
𝛿𝑑

harus diubah menjadi 21,99 karena kurva yang ditampilkan berada dalam dimensi
10-2 mm. Sehingga dengan persamaan

𝑃 𝐿3
𝐸=
4 𝑏ℎ3 𝛿

21,99 𝑥 1503
𝐸= = 144,1 𝐺𝑃𝑎
4𝑥18,84𝑥18,9763

14
Thoriq Marendra
13718059

4.2.4 Penentuan Kekuatan Lentur

Untuk mendapat kekuatan lentur, digunakan ultimate tensile strength yang dapat
dirasakan oleh material. Maka dapat diperoleh kekuatan lentur dengan persamaan

𝑃𝐿 ℎ
( 4 ) (2 ) 3𝑃𝐿
𝜎= 3 =
𝑏ℎ 2𝑏ℎ2
( )
12

3𝑥26,4𝑥150
𝜎= = 0,87 𝐺𝑃𝑎
2𝑥18,84𝑥18,9762

4.3 Kondisi Akhir

Tabel 4..3 Perbandingan Data Praktikum dan Literatur


Data Literatur ST
Sifat Mekanik
Praktikum 37[6]
Modulus Elastisitas[GPa] 144.26 190

Kekuatan Luluh[MPa] 37.2 320

Kekuatan Lentur [Mpa] 870 640

15
Thoriq Marendra
13718059

BAB V
ANALISIS DATA

Fenomena yang terjadi selaman pengujian bending adalah ketika spesimen


yang awalnya lurus ketika diberikan beban akan membengkok, ekstensometer akan
turun dan mencatat berapa penurunan material yang didapat. Ketika pengujian
bending, terdapat lapisan oksida pada spesimen yang seakan-akan mengelupas
ketika bebannya semakin bertambah. Ketika beban mencapai ≥ 13 kN yang
melebihi tegangan luluh material, dan laju pembebanan yang berkurang dan
peningkatan defleksi yang sangat besar, terjadi fenomena deformasi plastis dan
strain hardening, yaitu berupa penguatan material. Pengujian akan terus
berlangsung apabila jarum penunjuk beban tetap bergerak, ketika jarum berhenti,
jarum menunjukkan nilai Ultimate Strength.

Penampang pada bagian yang diberi beban tidak akan tetap sama pada saat
sebelum pengujian dan setelah pengujian, melainkan terjadi pengurangan.
Pengurangan penampang pada bagian uji bending terjadi karena luas penampang
pada bagian atas neutral axis terjadi tegangan tekan sehingga material memanjang,
sedangkan pada bagian bawah neutral axis terjadi tegangan tarik sehingga material
memendek, secara tidak langsung akan terjadi pengurangan luas penampang pada
bagian yang dikenai beban.

Pada kondisi akhir, teramati pada bagian bulk material tidak terjadi retakan
atau patahnya material, namun pada proses berlangsungnya pengujian, terjadi
pengelupasan pada lapisan oksida material yang diiringi adanya retakan. Kegunaan
untuk mengamati kondisi akhir material adalah untuk mengetahui tujuan kualitatif
uji bending, contohnya untuk mengetahui keberhasilan suatu penghasilan las,

16
Thoriq Marendra
13718059

apabila terjadi retakan atau patah maka pengelasan yang dilakukan masih kurang
bagus untuk menerima beban tertentu yang diberikan, dan sebaliknya.

Sifat mekanik material berupa modulus elastisitas, kekuatan luluh dan


kekuatan berbeda dengan literatur yang ada, hal tersebut terjadi karena dalam
percobaan terjadi kesalahan yang diakibatkan manusia, kemungkinan peletakan
spesimen pada saat pengujian tidak tepat di tengah dan penunjukkan jarum pada
ekstensometer sulit dibaca. Data pengujian yang berbeda dengan literatur juga
disebabkan karena spesimen yang diuji tidak diprepasi dengan baik dan benar, pada
permukaan spesimen terdapat lapisan oksida, kemungkinan dengan adanya lapisan
oksida tersebut mengakibatkan nilai sifat mekanik material berkurang.

Kekerasan pada spesimen pada kondisi awal (21,5 HRA) dan akhir (35
HRA) berbeda, karena pada material terjadi strain hardening, yaitu semakin kuat
dan kerasnya suatu material apabila tegangan yang diberikan telah melewati
tegangan luluhnya. Perlu dilakukan uji keras pada material untuk mengetahui lokasi
terjadinya strain hardening.

17
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
1. Modulus elastisitas material ST 37 hasil pengujian bending sebesar 144,25

GPa

2. Kekuatan luluh material ST 37 hasil pengujian bending 37,2 MPa

3. Kekuatan lentur material ST 37 hasil pengujian bending sebesar 870 MPa

4. Kekerasan awal dan akhir material ST37 hasil pengujian bending sebesar

21,5 HRA dan 35 HRA

5. Kondisi akhir material ST 37 hasil pengujian bending bahwa spesimen

Retak pada lapisan material

6.2 Saran

Diharapkan untuk modul ini, data literatur spesimen telah disediakan, sehingga
tidak ada kerancuan untuk mencari data literatur yang ada, semoga kedepannya bisa
melakukan pengujian four point bending.

18
DAFTAR PUSTAKA

[1]A. International, "Standard Test Methods for Bend Testing of Metallic Flat
Materials," America, 2013.

[2]R. C. Hibbeler, Mechanics of Material, Boston: Prentice Hall, 2010.

[3]G. E. Dieter, Mechanical Metallurgy, Toronto: McGraw-Hill, 1961.

[4]J. Jordaan, "Scielo," [Online]. Available:


http://www.scielo.org.za/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S2309-
89882018000100003&lng=en&nrm=iso&tlng=en)http://www.scielo.org.za/scielo
.php?script=sci_arttext&pid=S2309-
89882018000100003&lng=en&nrm=iso&tlng=en). [Accessed 08 02 2020].

[5] A. L. Christoforo, "Scientific & Academic Publishing," [Online]. Available:


http://article.sapub.org/10.5923.j.ijaf.20120204.06.html. [Accessed 14 02 2020].

[6] "Make It From," [Online]. Available: https://www.makeitfrom.com/material-


properties/SAE-AISI-1037-G10370-Carbon-Steel. [Accessed 02 03 2020].

19
LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Gambar Spesimen

Spesimen setelah dilakukan uji keras dan bending.

20
LAPORAN PRAKTIKUM

MT2205 PRAKTIKUM PENGUJIAN MEKANIK

Modul E
UJI LELAH

Oleh:

Thoriq Marendra

13718059

Kelompok 14
Aris Akbar 13717058
Annisa Dwi Fadhillah 13718007
Raden Erlangga 13718039
Ghiffary R 13718062
Kiara Qinthara 13718068

Tanggal Praktikum 27 Februari 2020


Tanggal Pengumpulan Laporan 02 Maret 2020
Asisten (NIM) Muhammad Danni R
(13716020)

LABORATORIUM TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI


PROGRAM STUDI TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020

21
BAB I
PENDAHULUAN

1.3 Latar Belakang


Kegagalan suatu material kebanyakan disebabkan oleh beban dinamik.
Pembebabanan dinamik adalah suatu pembebanan dengan melibatkan tegangan
aksial (tarik– tekan), fleksural (bending) dan torsional (puntiran) yang berfluktuasi.
Kegagalan akibat fatigue tidak dapat diduga kapan akan terjadinya, kegagalan
akibat fatigue tidak ada tanda-tanda material akan gagal, walaupun tegangan yang
diterima material lebih rendah daripada tegangan luluhnya. Kegagalan yang
disebabkan beban dinamik disebut kegagalan fatigue atau fatigue failure.

Kegagalan yang disebabkan oleh beban dinamik inidisebut dengan Fatigue


Failures. Banyak komponen dan elemen mesin didesain dengan memberikan
perhatian yang besar terhadap beban yang dinamik. Cotoh komponen yang
mengalami beban dinamik adalah jembatan, kompresor, turbine blade, atau pompa.
Dengan berjalannya waktu, serta periode pembebanan yang berulang-ulang, setiap
komponen itu akan dapat mengalami kegagalan tanpa ada tanda yang jelas dan
mudah diamati.

1.4 Tujuan
1. Menentukan kegagalan suatu material akibat tegangan berdasarkan kurva
modified goodman

22
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Definisi Uji Fatigue

Uji fatigue merupakan suatu pengujian yang dilakukan dengan cara memberikan
tegangan dinamis pada suatu material. Kegunaan uji fatigue adalah untuk
mengetahui umur suatu material. Beban statik merupakan gaya yang diberikan
tidak bergantung pada waktu, selalu konstan pada waktu kapanpun, sedangkan
beban dinamik adalah gaya yang diberikan yang bergantung pada waktu, sehingga
material merasakan gaya yang berbeda ketika waktu berbeda.

2.2 Kegagalan Material

Gambar 1. Penampang daerah material yang mengalami kelelahan [4]

Gambar 1 diatas merupakan bentuk kegagalan spesimen akibat lelahnya material.


Crack initiation adalah suatu keadaan dimana awal mulanya terciptanya retakan,
akibat adanya konsentrasi tegangan pada suatu daerah. Konsentrasi tegangan dapat
terjadi karena berbagai macam hal, kondisi permukaan, desain material, zat
pengotor dan lain sebagainya

Stiriation adalah merupakan penyebarluasan retakan yang hanya dapat diamati


dalam skala nano melalu bidang slipnya dan terus menyebar seiring tegangan yang
diterima material. Stiriation hanya dapat diamati melalui SEM atau TEM

23
Beach mark adalah penyebarluasan retakan pada skala makroskopik akibat
kelelahan atau tegangan akibat korosi, bentuknya seperti gelombang yang
merambat dari satu daerah asal atau lebih

Final rupture adalah ketidaksanggupan material menahan beban secara dinamis


hingga akhirnya material gagal. Apabila sudah gagal kita dapat mengamati dari
mana datangnya retakan.

2.2.1 Faktor Kegagalan Material

a. Tegangan Rata-Rata

Tegangan rata-rata memengaruhi kegagalan suatu material, pada diagram S-N


semakin besar tegangan rata-rata(karena tegangan rata-rata berbanding lurus
dengan tegangan amplitude) maka umur suatu material akan berkurang

Gambar 8. Hubungan tegangan rata-rata terhadap umur material [5]

24
b. Efek Permukaan

Kebanyakan kasus yang mengakibatkan material gagal itu karena crack, dan
biasanya crack terdapat pada permukaan. Untuk itu apabila ingin
memperpanjang suatu umur material maka manajemen permukan sangat
diperhatikan, misalnya digrinding dan di polishing terlebih dahulu

c. Faktor Desain

Material yang memiliki notch akan umur pendek daripada yang tidak
memiliki notch, sehingga pada suatu material didesain dengan mengganti
notch dengan fillet, sehingga konsentrasi tegangan lebih kecil

Gambar 9. Material dengan notch dan fillet [5]

d. Perlakuaan permukaan

material dengan shot peened akan lebih memiliiki umur yang lebih lama
daripada yang tidak, karena material yang terlebih dahulu dilakukan shot
peened akan mengalami strain hardening sehingga akan lebih kuat

e. Kondisi Lingkungan

Material pada daerah asam yang tinggi atau terjadi korosi akan lebih memiliki
umur yang lebih pendek, maka daripada itu kondisi material sangat dijaga

25
2.3 Fungsi Tegangan Terhadap Waktu

Gambar 2. Fungsi tegangan terhadap waktu [3]

Kurva pada gambar 2 diatas menggambarkan bawa teganga berubah terhadap


waktu, membentuk kurva sinosiudal. Pada gambar 2a) menggambarkan bahwa
zero mean stress nol dan tegangan maksimum sama dengan tegangan minimum
pada gambar 2b) menggambarkan bahwa tegangan maksimum lebih besar
daripada tegangan minimum, dan hanya ada tegangan tarik,, pada gambar 2c)
menggambarkan bahwa tegangan tidak beraturan terhadap waktu.

Gambar 3. Kurva uji lelah tegangan terhadap waktu [5] 26


Stress amplitude (𝜎𝑎 ) merupakan titik tengah dari puncah ke lembah pada diagram
tegangan terhadap waktu

𝜎𝑚𝑎𝑥 − 𝜎𝑚𝑖𝑛
𝜎𝑎 =
2

Mean stress (𝜎𝑚 ) merupakan rata-rata tegangan antara tegangan maksimum dan
tegangan minimum pada siklus

𝜎𝑚𝑎𝑥 + 𝜎𝑚𝑖𝑛
𝜎𝑚 =
2

Minimum stress (𝜎𝑚𝑖𝑛 ) merupakan tegangan terkecil yang dirasakan oleh material,
apabila tekanan dibawah sumbu horizontal x=0, maka tegangan minimum
mengindikasikan tegangan tekan.

Stress Ratio (R) merupakan perbandingan antara tegangan minimum dan tegangan
maksimum [3]

𝜎𝑚𝑖𝑛
𝑅=
𝜎𝑚𝑎𝑥

27
2.4 Skema Pengujian Fatigue

Gambar 2. Skema pengujian lelah dengan rotary bending [5]

Untuk pengujian, spesimen ditahan dengan bearing, motor dihidupkan dan dicatat
berapa putaran yang dilakukan motor. Pengujian lelah material dilakukan dengan
cara memberikan tingkatan tegangan tertentu sehingg spesimen patah pada waktu
tertentu. Apabila spesimen sudah patah, catat berapa putaran yang dilakukan hingga
spesimen patah.

2.5 Diagram Wohler Zero Mean Stress

Gambar 4. Diagram Wohler, tegangan terhadap siklus [6]


28
Diagram Wohler merupakan hasil pengubahan diagram fungsi tegangan terhadap
waktu dengan zero mean stress. S merupakan tegangan dinamik yang diterima
material, N merupakan berapa banyak siklus yang menyebabkan material
patah/gagal. Diagram wohler menjelaskan hubungan antara tegangan dinamik yang
diberikan pada material terhadap waktu sebelum material tersebut patah, sehingga
diagram Wohler dapat menentukan batas umur suatu material ketika diuji lelah.
Diagram Wohler menjelaskan bahwa semakin besar tegangan yang diberikan maka
akan semakin singkat umur suatu material. Pada gambar 4 diatas terdapat garis A
dan garis B. Garis A menggambarkan bahwa terdapat fatigue limit suatu material,
apabila tegangan dinamik diberikan dibawah fatigue limit, maka seakan-akan
material akan bertahan selamanya, namun pada garis B semakin tinggi tegangan
dinamik yang diberikan, maka semakin cepat terjadi kegagalan terhadap material.

Gambar 5. Diagram Goodman

Diagram goodman pada gambar 5 dibuat untuk meramalkan suatu kegagalan pada
material. Pada diagram ini goodman menghubungkan garis endurance limit pada
sumbu vertical dengan tegangan ultimate pada sumbu tegangan rata-rata, sehingga
daerah dibawah kurva yang dihubungkan akan aman.

29
Gambar 6. Modified Goodman

Lalu kurva ini dimodifikasi dengan koreksi bahwa material akan aman apabila
tegangan lebih kecil daripada 𝜎𝑦 , sehingga pada modifikasi goodman gambar 6,
prediksi bahwa material akan aman dengan menghubungkan 𝜎𝑦 pada sumbu
vertikal dan sumbu horizontal, dan daerah dibawah 𝜎𝑦 akan aman.

𝜎𝑎

𝜎𝑎 = 𝑆𝑒
𝑆𝑦

𝜎𝑚
−𝑆𝑦 𝑆𝑦 𝑆𝑢

Gambar 7. Complete Modified Goodman

30
Pada nyatanya suatu kegagalan material tidak hanya akibat tegangan tarik, lalu
dibuat pada gambar 7 modified goodman yang lengkap dengan
mempertimbangkan tegangan dinamis tarik dan tekan, dan 𝑆𝑦 pada sumbu y positif
dihubungkan dengan 𝑆𝑦 pada sumbu horizontal positif dan negatif, sehingga daerah
yang terbentuk merupakan daerah aman material untuk didesain. Terlihat pada
gambar 7 bahwa, tegangan tarik lebih berperan banyak terhadap gagalnya suatu
material dibandingkan tegangan tekan.

31
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

Pada percobaan uji fatigue yang dilakukan kali ini tidak dilakukan pengamatan
secara langsung karena pengujian dan pengamatan uji fatigue akan memerlukan
waktu yang lama. Pada percobaan uji fatigue kali ini hanya diberikan data pengujian
yang sudah pernah dilakukan sebelumnya

32
Thoriq Marendra
13718059

BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1 Data Praktikum

Material : Baja ASTM A656 GRADE 1


Kekuatan Tarik (Su) : 655 Mpa
Kekuatan Luluh : 550 Mpa

Tabel 4.1a Data 𝝈𝒎𝒂𝒙 dan 𝝈𝒎𝒊𝒏

ASTM A656 GRADE 1


𝝈𝒎𝒂𝒙 (𝑴𝒑𝒂) 𝝈𝒎𝒂𝒙 (𝑴𝒑𝒂)
540 500
360 130
230 -230
100 -200
20 -90

Tabel 4.1b Data Tegangan Amplitudo


Dan Banyaknya Siklus

1 2
𝝈𝒂 (𝑴𝒑𝒂) N 𝝈𝒂 (𝑴𝒑𝒂) N
331 174400 331 70566
259 576850 259 126167

33
Thoriq Marendra
13718059

4.2 Pengolahan Data

Pada tabel 4.1 telah diberikan sebuah data tegangan maksimum (Mpa) dan tegangan
minimum (Mpa) dari sebuah pengujian uji lelah material ASTM A656 Grade. Dari
data yang diberikan dapat ditentukan nilai
nilai tegangan rata-rata (𝜎𝑚 ), tegangan amplitude (𝜎𝑎 ), rentang tegangan (𝜎𝑟 ) dan
Ratio antara tegangan maksimum dan minimum (R) melalui rumus :

𝜎𝑚𝑎𝑥 − 𝜎𝑚𝑖𝑛
𝜎𝑎 =
2

𝜎𝑚𝑎𝑥 + 𝜎𝑚𝑖𝑛
𝜎𝑚 =
2
𝜎𝑚𝑖𝑛
𝑅=
𝜎𝑚𝑎𝑥

Tabel 4.2 Hasil Kalkulasi 𝝈𝒂 , 𝝈𝒓 , dan Ratio Dari Tegangan


Maksimum dan Minimum

ASTM A656 GRADE 1


𝝈𝒎𝒂𝒙 (𝑴𝒑𝒂) 𝝈𝒎𝒊𝒏 (𝑴𝒑𝒂) 𝝈𝒎 (𝑴𝒑𝒂) 𝝈𝒂 (𝑴𝒑𝒂) 𝝈𝒓 (𝑴𝒑𝒂) R
0,93
540 500 520 20 40
360 130 245 115 230 0,36
230 -230 0 230 460 -1
100 -200 -50 150 300 -2
20 -90 -35 55 110 -4,5

34
Thoriq Marendra
13718059

4.3 Hasil Akhir Uji Fatigue

Tabel 4.3 Hasil Akhir Pengujian Berdasarkan


Kurva Complete Modified Goodman

ASTM A656 GRADE 1


𝝈𝒎𝒂𝒙 𝝈𝒎𝒊𝒏 Kondisi
540 500 Tidak gagal
360 130 Tidak gagal
230 -230 Tidak gagal
100 -200 Tidak gagal
20 -90 Tidak gagal

𝜎𝑎

𝜎𝑚

Gambar 4.3a Diagram Complete Modified Goodman Terhadap Beban yang


35
Diterima Material
Thoriq Marendra
13718059

350

300

250

200
𝝈 Mpa

150 Kondisi 1
Kondisi 2
100

50

0
4.8 5 5.2 5.4 5.6 5.8 6
Logaritma N

Gambar 4.3b Diagram Wohler Pada Kondisi 1 dan Kondisi 2

36
Thoriq Marendra
13718059

BAB V
ANALISIS DATA

Data yang diberikan pada tabel 4.1a akan dilihat bagaimana kondisi
material setelah tegangan yang berubah-ubah pada kondisi tertentu diberikan, untuk
mengetahui kondisi material setelah menerima tegangan yang berubah-ubah pada
kondisi perlu adanya diagram Complete Modified Goodman yang ditampilkan pada
gambar 4.3a. Perlu adanya komponen sifat mekanik dalam Diagram Complete
Modified Goodman, berupa kekuatan Tarik (Su), kekuatan luluh (Sy), nilai
tegangan rata-rata (𝜎𝑚 ), tegangan amplitude (𝜎𝑎 ), dan rentang tegangan (𝜎𝑟 ).
Diagram Complete Modified Goodman dapat membantu menentukan kegagalan
suatu material, apabila tegangan yang fluktuatif masih berada pada daerah dibawah
kurva, maka material aman, sedangkan jika material diluar kurva maka material
akan gagal. Pada tabel 4.3 didapatkan bahwa semua material masih dalam kondisi
aman, terhadap data tegangan pada tabel 4.1

Kurva S-N atau diagram Wohler dibuat untuk menentukan umur suatu
material apabila tegangan rata-rata nol. Terdapat dua material yang sama dengan
asusmi bahwa kondisi mesin uji, bentuk, dimensi, kondisi permukaan dan 𝜎𝑎 yang
sama. Pada gambar 4.3b mendapatkan bahwa hasil uji kedua material berbeda dari
data yang ada pada tabel 4.1b, pada kondisi 2 grafik lebih turun curam dibandingan
kondisi 2, yang menandakan bahwa umur material pada kondisi 2 lebih pendek
dibandingkan material kondisi 1 atau material kondisi 2 akan terlebih dahulu gagal
dibandingkan material 1. Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan umur
material berbeda, faktor pertama adalah kondisi permukaan yang berbeda, pada
material kondisi 1 diduga pemrosesan materialnya lebih bagus, mungkin dilakukan
shot peened atau material ditempa terlebih dahulu. Faktor kedua adalah kondisi
lingkungan, kemungkinan material pada kondisi 2 diuji pada lingkungan yang lebih

37
Thoriq Marendra
13718059

lembab sehingga mudah terjadi korosi, sehingga material akan gagal terlebih
dahulu. Faktor ketiga adalah temperatur, kemungkinan material pada kondisi 2 diuji
pada temperatur yang lebih tinggi dibandingkan material pada kondisi 1 sehingga,
temperature yang tinggi mengakibatkan umur material pada kondisi 2 lebih pendek
dibandingkan material 1.

38
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.2. Kesimpulan
1. Dari gambar 4.3a diketahui bahwa tidak ada kegagalan material terjadi pada
data 1, 2, 3, 4, dan 5. Kemudian pada gambar 4.3.b kondisi 1 memiliki umur
material yang lebih lama, walaupun dengan siklus yang lebih banyak

6.2 Saran

Diharapkan pada modul ini praktikan dapat melakukan dan mengamati secara
langsung, atau paling tidak asisten memberikan tontonan video pengujian fatigue.

39
DAFTAR PUSTAKA

[1] G. E. Dieter, Mechanical Metallurgy, Toronto: McGraw-Hill, 1961.

[2] J. R. Row, "Bright Hub Engineering," [Online]. Available:


https://www.brighthubengineering.com/structural-engineering/120966-
versailles-rail-accident-and-metal-fatigue/. [Accessed 17 02 2020].

[3] W. D. Callister, Materials Science & Engineering, Hoboken: John Wiley and
Sons, 2012.

[4] "FOSWIKI," [Online]. Available: http://www.ux.uis.no/~hirpa/6KdB/ME/S-


N%20diagram.pdf. [Accessed 16 02 2020].

40

Anda mungkin juga menyukai