Modul D
UJI LENTUR DAN KEKAKUAN
Oleh:
Thoriq Marendra
13718059
Kelompok 14
Aris Akbar Prabowo 13717058
Annisa Dwi Fadhillah 13718007
R Erlangga 13718039
Ghiffary R 13718062
Kiara Qinthara 13718068
Uji bending sangat penting dilakukan apabila spesimen yang diuji termasuk
material getas, pada umumnya uji ini dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan
pada uji tarik apabila spesimennya getas, pada uji tarik material getas akan gagal
terlebih dahulu sebelum data didapatkan, karena material getas rentan gagal karena
adanya grip pada uji tarik. Serta uji bending dilakukan untuk mencocokkan dengan
fenomena yang terjadi secara alami, seperti pada jembatan, kursi apabila diduduki,
alat-alat berat pada pabrik dan lain-lain.
2
1.2 Tujuan
1. Menentukan modulus elastisitas material ST 37 hasil pengujian bending
2. Menentukan kekuatan lulus material ST 37 hasil pengujian bending
3. Menentukan kekuatan lentur material ST 37 hasil pengujian bending
4. Menentukan kekerasan awal dan akhir material ST37 hasil pengujian
bending
5. Menentukan kondisi akhir material ST 37 hasil pengujian bending
3
BAB II
TEORI DASAR
Uji bending adalah suatu percobaan yang dilakukan pada material untuk
mengetahui kualitas suatu material secara kualitatif dan kuantitatif. Kualitas
material secara kualitatif contohnya berupa keberhasilan suatu pengelasan. Secara
kuantitatif dapat menentukan modulus young, flexural stress serta kekuatan
luluhnya. [1]
Pada pengujian three point bending diagram gaya bebas ditampilkan seperti diatas,
dimana gaya yang diterima dari masing-masing tumpuan sama dengan setengah
gaya yang diberikan dari luar. Gaya yang diberikan dari luar tepat di tengah
4
Gambar 2.2.b (a) Skema pengujian three point bending [2] (b)
skema pengujian four point bending [3]
Diagram gaya normal, gaya geser dan momen bending pada spesimen yang diuji
three-point bending akan ditampilkan seperti gambar
5
Pada momen bending, benda tidak akan merasakan gaya normal, karena tidak ada
gaya eksternal pada sumbu horizontal
Dalam uji lentur pada daerah elastis, momen lentur dapat menyebabkan timbulnya
tegangan pada penampang melintang sebesar :
𝑀.𝑐
𝜎= [1]
𝐼
Keterangan :
6
Perlu diperhatikan aspek-aspek dalam pengujian bending, aspek tersebut berupa
titik pembebanan yang harus maksimum serta titik tumpu yang harus disesuaikan
ASTM agar data yang didapatkan valid.
Dalam uji lentur, apabila penampang spesimen berbentuk persegi, persamaan diatas
dapat diubah menjadi :
𝑃𝐿 ℎ
( 4 )( 2 )
𝜎= 𝑏ℎ3
[1]
( 12 )
Keterangan :
7
Selama pengujian bending masih berada pada daerah elastis, maka besarnya
defleksi pada uji bending dapat ditentukan dengan persamaan
𝑃𝐿3
𝛿= [1]
48𝐸𝐼
𝛿 = defleksi (mm)
Dari persamaan defleksi material diatas, akan ditentukan nilai E, yaitu modulus
young yang menyatakan kekakuan suatu material, semakin besar nilai E, maka
material akan semakin kaku. Perlu diingat persamaan defleksi diatas hanya
berlangsung ketika berada pada daerah elastis. Besaran nilai E akan sangat
berpengaruh terhadap perubahan beban terhadap defleksi (dP/d𝛿).
8
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Mesin dimatikan
9
Thoriq Marendra
13718059
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
10
Thoriq Marendra
13718059
21
22,5
22
11
Thoriq Marendra
13718059
Load
Defleksi (10-2 mm)
(kN)
1 1
2 6
3 11
4 16
5 21
6 25
7 29
8 33
9 37
1 42
11 45
12 53
13 57
14 185
15 202
16
14
12
10
Beban (N))
0
0 50 100 150 200 250
Deleksi (10-2 mm)
12
Apabila data pada tabel 4.1.f dijadikan kurva, maka akan terlihat hubungan beban
terhadap defleksi, seperti yang terlihat pada gambar 4.1
Pada percobaan kali ini akan ditentukan salah satu sifat mekanik yaitu kekuatan
luluh astau kekuatan yield dari spesimen. Pencarian kekuatan yield digunakan
metode offset, yaitu dengan cara mencari perpotongan antara grafik awal pada
gambar 4.1 dengan grafik baru, dengan pertambahan defleksi sebesar 0.005
14
y = 0.2199x + 0.6374
12
13.2899
10
Beban (N))
8 Kurva Awal
Kurva Offset
6
Linear (Kurva Offset)
4
0
0 50 100 150 200
Defleksi (10-2 mm)
13,3x
strength σy =18,84 x 18,976= 37,2 MPa
13
Thoriq Marendra
13718059
Untuk menentukan modulus elastisitas dibutuhkan data yang ada pada tabel 4.1.f,
namun dengan hanya mengambil daerah elasitisnya saja. Daerah elastis pada
material ada pada data ke-1 hingga data ke-13.
10
Beban (N))
8
Kurva Awal
6
Linear (Kurva Awal)
4 Linear (Kurva Awal)
2
0
0 50 100 150 200
Defleksi (10-2 mm)
harus diubah menjadi 21,99 karena kurva yang ditampilkan berada dalam dimensi
10-2 mm. Sehingga dengan persamaan
𝑃 𝐿3
𝐸=
4 𝑏ℎ3 𝛿
21,99 𝑥 1503
𝐸= = 144,1 𝐺𝑃𝑎
4𝑥18,84𝑥18,9763
14
Thoriq Marendra
13718059
Untuk mendapat kekuatan lentur, digunakan ultimate tensile strength yang dapat
dirasakan oleh material. Maka dapat diperoleh kekuatan lentur dengan persamaan
𝑃𝐿 ℎ
( 4 ) (2 ) 3𝑃𝐿
𝜎= 3 =
𝑏ℎ 2𝑏ℎ2
( )
12
3𝑥26,4𝑥150
𝜎= = 0,87 𝐺𝑃𝑎
2𝑥18,84𝑥18,9762
15
Thoriq Marendra
13718059
BAB V
ANALISIS DATA
Penampang pada bagian yang diberi beban tidak akan tetap sama pada saat
sebelum pengujian dan setelah pengujian, melainkan terjadi pengurangan.
Pengurangan penampang pada bagian uji bending terjadi karena luas penampang
pada bagian atas neutral axis terjadi tegangan tekan sehingga material memanjang,
sedangkan pada bagian bawah neutral axis terjadi tegangan tarik sehingga material
memendek, secara tidak langsung akan terjadi pengurangan luas penampang pada
bagian yang dikenai beban.
Pada kondisi akhir, teramati pada bagian bulk material tidak terjadi retakan
atau patahnya material, namun pada proses berlangsungnya pengujian, terjadi
pengelupasan pada lapisan oksida material yang diiringi adanya retakan. Kegunaan
untuk mengamati kondisi akhir material adalah untuk mengetahui tujuan kualitatif
uji bending, contohnya untuk mengetahui keberhasilan suatu penghasilan las,
16
Thoriq Marendra
13718059
apabila terjadi retakan atau patah maka pengelasan yang dilakukan masih kurang
bagus untuk menerima beban tertentu yang diberikan, dan sebaliknya.
Kekerasan pada spesimen pada kondisi awal (21,5 HRA) dan akhir (35
HRA) berbeda, karena pada material terjadi strain hardening, yaitu semakin kuat
dan kerasnya suatu material apabila tegangan yang diberikan telah melewati
tegangan luluhnya. Perlu dilakukan uji keras pada material untuk mengetahui lokasi
terjadinya strain hardening.
17
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Modulus elastisitas material ST 37 hasil pengujian bending sebesar 144,25
GPa
4. Kekerasan awal dan akhir material ST37 hasil pengujian bending sebesar
6.2 Saran
Diharapkan untuk modul ini, data literatur spesimen telah disediakan, sehingga
tidak ada kerancuan untuk mencari data literatur yang ada, semoga kedepannya bisa
melakukan pengujian four point bending.
18
DAFTAR PUSTAKA
[1]A. International, "Standard Test Methods for Bend Testing of Metallic Flat
Materials," America, 2013.
19
LAMPIRAN
20
LAPORAN PRAKTIKUM
Modul E
UJI LELAH
Oleh:
Thoriq Marendra
13718059
Kelompok 14
Aris Akbar 13717058
Annisa Dwi Fadhillah 13718007
Raden Erlangga 13718039
Ghiffary R 13718062
Kiara Qinthara 13718068
21
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Tujuan
1. Menentukan kegagalan suatu material akibat tegangan berdasarkan kurva
modified goodman
22
BAB II
TEORI DASAR
Uji fatigue merupakan suatu pengujian yang dilakukan dengan cara memberikan
tegangan dinamis pada suatu material. Kegunaan uji fatigue adalah untuk
mengetahui umur suatu material. Beban statik merupakan gaya yang diberikan
tidak bergantung pada waktu, selalu konstan pada waktu kapanpun, sedangkan
beban dinamik adalah gaya yang diberikan yang bergantung pada waktu, sehingga
material merasakan gaya yang berbeda ketika waktu berbeda.
23
Beach mark adalah penyebarluasan retakan pada skala makroskopik akibat
kelelahan atau tegangan akibat korosi, bentuknya seperti gelombang yang
merambat dari satu daerah asal atau lebih
a. Tegangan Rata-Rata
24
b. Efek Permukaan
Kebanyakan kasus yang mengakibatkan material gagal itu karena crack, dan
biasanya crack terdapat pada permukaan. Untuk itu apabila ingin
memperpanjang suatu umur material maka manajemen permukan sangat
diperhatikan, misalnya digrinding dan di polishing terlebih dahulu
c. Faktor Desain
Material yang memiliki notch akan umur pendek daripada yang tidak
memiliki notch, sehingga pada suatu material didesain dengan mengganti
notch dengan fillet, sehingga konsentrasi tegangan lebih kecil
d. Perlakuaan permukaan
material dengan shot peened akan lebih memiliiki umur yang lebih lama
daripada yang tidak, karena material yang terlebih dahulu dilakukan shot
peened akan mengalami strain hardening sehingga akan lebih kuat
e. Kondisi Lingkungan
Material pada daerah asam yang tinggi atau terjadi korosi akan lebih memiliki
umur yang lebih pendek, maka daripada itu kondisi material sangat dijaga
25
2.3 Fungsi Tegangan Terhadap Waktu
𝜎𝑚𝑎𝑥 − 𝜎𝑚𝑖𝑛
𝜎𝑎 =
2
Mean stress (𝜎𝑚 ) merupakan rata-rata tegangan antara tegangan maksimum dan
tegangan minimum pada siklus
𝜎𝑚𝑎𝑥 + 𝜎𝑚𝑖𝑛
𝜎𝑚 =
2
Minimum stress (𝜎𝑚𝑖𝑛 ) merupakan tegangan terkecil yang dirasakan oleh material,
apabila tekanan dibawah sumbu horizontal x=0, maka tegangan minimum
mengindikasikan tegangan tekan.
Stress Ratio (R) merupakan perbandingan antara tegangan minimum dan tegangan
maksimum [3]
𝜎𝑚𝑖𝑛
𝑅=
𝜎𝑚𝑎𝑥
27
2.4 Skema Pengujian Fatigue
Untuk pengujian, spesimen ditahan dengan bearing, motor dihidupkan dan dicatat
berapa putaran yang dilakukan motor. Pengujian lelah material dilakukan dengan
cara memberikan tingkatan tegangan tertentu sehingg spesimen patah pada waktu
tertentu. Apabila spesimen sudah patah, catat berapa putaran yang dilakukan hingga
spesimen patah.
Diagram goodman pada gambar 5 dibuat untuk meramalkan suatu kegagalan pada
material. Pada diagram ini goodman menghubungkan garis endurance limit pada
sumbu vertical dengan tegangan ultimate pada sumbu tegangan rata-rata, sehingga
daerah dibawah kurva yang dihubungkan akan aman.
29
Gambar 6. Modified Goodman
Lalu kurva ini dimodifikasi dengan koreksi bahwa material akan aman apabila
tegangan lebih kecil daripada 𝜎𝑦 , sehingga pada modifikasi goodman gambar 6,
prediksi bahwa material akan aman dengan menghubungkan 𝜎𝑦 pada sumbu
vertikal dan sumbu horizontal, dan daerah dibawah 𝜎𝑦 akan aman.
𝜎𝑎
𝜎𝑎 = 𝑆𝑒
𝑆𝑦
𝜎𝑚
−𝑆𝑦 𝑆𝑦 𝑆𝑢
30
Pada nyatanya suatu kegagalan material tidak hanya akibat tegangan tarik, lalu
dibuat pada gambar 7 modified goodman yang lengkap dengan
mempertimbangkan tegangan dinamis tarik dan tekan, dan 𝑆𝑦 pada sumbu y positif
dihubungkan dengan 𝑆𝑦 pada sumbu horizontal positif dan negatif, sehingga daerah
yang terbentuk merupakan daerah aman material untuk didesain. Terlihat pada
gambar 7 bahwa, tegangan tarik lebih berperan banyak terhadap gagalnya suatu
material dibandingkan tegangan tekan.
31
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Pada percobaan uji fatigue yang dilakukan kali ini tidak dilakukan pengamatan
secara langsung karena pengujian dan pengamatan uji fatigue akan memerlukan
waktu yang lama. Pada percobaan uji fatigue kali ini hanya diberikan data pengujian
yang sudah pernah dilakukan sebelumnya
32
Thoriq Marendra
13718059
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
1 2
𝝈𝒂 (𝑴𝒑𝒂) N 𝝈𝒂 (𝑴𝒑𝒂) N
331 174400 331 70566
259 576850 259 126167
33
Thoriq Marendra
13718059
Pada tabel 4.1 telah diberikan sebuah data tegangan maksimum (Mpa) dan tegangan
minimum (Mpa) dari sebuah pengujian uji lelah material ASTM A656 Grade. Dari
data yang diberikan dapat ditentukan nilai
nilai tegangan rata-rata (𝜎𝑚 ), tegangan amplitude (𝜎𝑎 ), rentang tegangan (𝜎𝑟 ) dan
Ratio antara tegangan maksimum dan minimum (R) melalui rumus :
𝜎𝑚𝑎𝑥 − 𝜎𝑚𝑖𝑛
𝜎𝑎 =
2
𝜎𝑚𝑎𝑥 + 𝜎𝑚𝑖𝑛
𝜎𝑚 =
2
𝜎𝑚𝑖𝑛
𝑅=
𝜎𝑚𝑎𝑥
34
Thoriq Marendra
13718059
𝜎𝑎
𝜎𝑚
350
300
250
200
𝝈 Mpa
150 Kondisi 1
Kondisi 2
100
50
0
4.8 5 5.2 5.4 5.6 5.8 6
Logaritma N
36
Thoriq Marendra
13718059
BAB V
ANALISIS DATA
Data yang diberikan pada tabel 4.1a akan dilihat bagaimana kondisi
material setelah tegangan yang berubah-ubah pada kondisi tertentu diberikan, untuk
mengetahui kondisi material setelah menerima tegangan yang berubah-ubah pada
kondisi perlu adanya diagram Complete Modified Goodman yang ditampilkan pada
gambar 4.3a. Perlu adanya komponen sifat mekanik dalam Diagram Complete
Modified Goodman, berupa kekuatan Tarik (Su), kekuatan luluh (Sy), nilai
tegangan rata-rata (𝜎𝑚 ), tegangan amplitude (𝜎𝑎 ), dan rentang tegangan (𝜎𝑟 ).
Diagram Complete Modified Goodman dapat membantu menentukan kegagalan
suatu material, apabila tegangan yang fluktuatif masih berada pada daerah dibawah
kurva, maka material aman, sedangkan jika material diluar kurva maka material
akan gagal. Pada tabel 4.3 didapatkan bahwa semua material masih dalam kondisi
aman, terhadap data tegangan pada tabel 4.1
Kurva S-N atau diagram Wohler dibuat untuk menentukan umur suatu
material apabila tegangan rata-rata nol. Terdapat dua material yang sama dengan
asusmi bahwa kondisi mesin uji, bentuk, dimensi, kondisi permukaan dan 𝜎𝑎 yang
sama. Pada gambar 4.3b mendapatkan bahwa hasil uji kedua material berbeda dari
data yang ada pada tabel 4.1b, pada kondisi 2 grafik lebih turun curam dibandingan
kondisi 2, yang menandakan bahwa umur material pada kondisi 2 lebih pendek
dibandingkan material kondisi 1 atau material kondisi 2 akan terlebih dahulu gagal
dibandingkan material 1. Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan umur
material berbeda, faktor pertama adalah kondisi permukaan yang berbeda, pada
material kondisi 1 diduga pemrosesan materialnya lebih bagus, mungkin dilakukan
shot peened atau material ditempa terlebih dahulu. Faktor kedua adalah kondisi
lingkungan, kemungkinan material pada kondisi 2 diuji pada lingkungan yang lebih
37
Thoriq Marendra
13718059
lembab sehingga mudah terjadi korosi, sehingga material akan gagal terlebih
dahulu. Faktor ketiga adalah temperatur, kemungkinan material pada kondisi 2 diuji
pada temperatur yang lebih tinggi dibandingkan material pada kondisi 1 sehingga,
temperature yang tinggi mengakibatkan umur material pada kondisi 2 lebih pendek
dibandingkan material 1.
38
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.2. Kesimpulan
1. Dari gambar 4.3a diketahui bahwa tidak ada kegagalan material terjadi pada
data 1, 2, 3, 4, dan 5. Kemudian pada gambar 4.3.b kondisi 1 memiliki umur
material yang lebih lama, walaupun dengan siklus yang lebih banyak
6.2 Saran
Diharapkan pada modul ini praktikan dapat melakukan dan mengamati secara
langsung, atau paling tidak asisten memberikan tontonan video pengujian fatigue.
39
DAFTAR PUSTAKA
[3] W. D. Callister, Materials Science & Engineering, Hoboken: John Wiley and
Sons, 2012.
40