Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengujian yang digunakan untuk mengetahui salah satu sifat mekanik logam
adalah uji tarik. Uji tarik merupakan suatu cara yang dapat digunakan untuk
menguji kekuatan suatu bahan atau material dengan cara memberikan beban
dengan menggunakan kecepatan pembebanan statis dan memberikan beban gaya
yang berlawanan arah.

Pengujian tarik digunakan untuk melengkapi informasi rancangan dasar


kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan karena
dengan uji tarik dapat diukur suatu ketahanan material terhadap gaya statis yang
diberikan secara perlahan. Uji tarik dapat digunakan untuk semua jenis material
contohnya logam, keramik, dan polimer. Uji tarik dapat melihat hubungan antara
tegangan dan regangan.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan untuk praktikum uji tarik sebagai berikut:


1. Mendapatkan kurva uji tarik dari specimen.
2. Menentukan beberapa sifat mekanik dari specimen hasil uji tarik.
3. Mengamati fenomena fisik selama penarikan.

1.3 Manfaat Praktikum

Ada beberapa manfaat yang didapatkan setelah melakukan praktikum uji tarik,
sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui sifat-sifat mekanik dari specimen hasil uji tarik.
2. Dapat memperoleh kurva uji tarik specimen.
3. Dapat mengamati fenomena fisik yang terjadi selama penarikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat-Sifat Material

Sifat-sifat yang terdapat pada material adalah:


1. Sifat fisik
Sifat fisik adalah sifat material yang dapat dilihat secara langsung tanpa
melakukan pembebanan dan telah ada pada material tersebut.
Contoh: warna, dimensi, ukuran.
2. Sifat termal
Sifat termal adalah sifat material yang dipengaruhi oleh temperatur.
Contoh: titik didih dan titik cair, titik beku.
3. Sifat akustik
Sifat akustik adalah sifat material yang berhubungan dengan bunyi.
Contoh: fibrasi.
4. Sifat kimia
Sifat kimia adalah sifat kimia dari material untuk mampu berinteraksi
dengan lingkungannya.
Contoh: korosi, massa jenis, komposisi kimia.
5. Sifat teknologi
Sifat teknologi adalah sifat material untuk mampu diproses.
Contoh: mampu cor, mampu mesin, mampu las.
6. Sifat magnetic
Sifat magnetik adalah sifat material untuk merespon medan magnet.
Contoh: Diamagnetik, paramagnetik, dan feromagnetik
7. Sifat optic
Sifat optik adalah sifat material yang berhubungan dengan pencahayaan.
Contoh: pembiasan, absorptivity, dan pantulan.
8. Sifat mekanik
Sifat mekanik adalah sifat material yang dipengaruhi oleh pembebanan.
Sifat mekanik terdiri dari:
a. Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan material untuk menahan deformasi
plastis lokal akibat adanya penetrasi dipermukaan. Kekerasan ini
tidak mempunyai kurva karena hanya berbentuk titik.

b. Kekuatan
Kekuatan adalah kemampuan material untuk menahan deformasi
plastis secara menyeluruh.

Berikut adalah contoh kurva kekuatan

Gambar Kurva Kekuatan

c. Kelentingan
Kelentingan adalah besarnya energi yang diserap oleh material sampai
pembebanan elastis dan bila gaya dihilangkan akan kembali ke bentuk
semula.
Gambar Kurva Kelentingan

d. Keuletan
Keuletan adalah regangan plastis maksimum yang mampu ditahan oleh
material sampai material tersebut patah.

Gambar Kurva Keuletan

e. Ketangguhan
Ketangguhan material adalah besarnya energi yang diserap oleh
material hingga material tersebut patah.

Gambar Kurva Ketangguhan

f. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas adalah perbandingan antara tegangan dan regangan
pada daerah elastis yang menunjukkan derajat kekakuan dari material
tersebut.
Gambar Kurva Modulus Elastisitas

2.2 Pengertian Uji Tarik

Uji tarik merupakan suatu cara pengujian materi dengan cara menarik
spesimen secara anaksial dan dilakukan secara terus menerus sehingga spesimen
patah atau putus menggunakan mesin uji tarik. Pengujian ini bertujuan untuk
mengukur kekuatan tarik suatu material untuk megetahui seberapa kuat material
tersebut menahan deformasi tegangan regangan beban tarik sampai material tersebut
patah.

2.3 Kurva Tegangan Regangan

Tegangan dan regangan teknis digunakan untuk mendapatkan kekuatan tarik


dari suatu spesimen. Pada kurva tegangan-regangan teknis (σ-ε) terjadi penurunan
setelah melewati daerah ultimate sampai fracture. Hal ini dapat disebabkan karena
turunnya pembeban menyebabkan tegangannya menurun sedangkan luas
penampangnya tidak berubah. Kurva tegangan-regangan teknis (σ- ε)
menggambarkan kondisi awal dan akhir dari suatu pembebanan yang dilakukan
terhadap suatu material tertentu.
Gambar Kurva Tegangan-Regangan

2.4 Kurva Tegangan Regangan Sebenarnya

Kurva tegangan regangan teknik tidak memberikan indikasi karekteristik


deformasi yang sesungguhnya, sebab pada kurva tersebut semuanya berdasarkan pada
dimensi awal benda uji, sedangkan selama pengujian terjadi perubahan dimensi.
Kurva tegangan-regangan sebernarnya (σtr-ε) memperhitungkan perubahan
penampang sesaat (Ai). Pada kurva tegangan-regangan sebernarnya (σ tr-ε) terdapat
peningkatan grafik setelah melewati daerah ultimate. Hal ini disebabkan turunnya
pembebanan juga menurunkan nilai luas penampang sesaatnya sehingga nilai
tegangan juga meningkat dan menyebabkan kurva naik.

Gambar Kurva Tegangan-Regangan Sebenarnya


2.5 Turunan Rumus Tegangan Regangan Sebenarnya

Tegangan-regangan teknis (σ-ε) dapat dirumuskan sebagai berikut:

P
σ teknis=
Ao

Dan

li−lo ∆ l
ε= =
lo lo

Keterangan:

σ = tegangan (N/m2)
ε = regangan
P = Beban (N)
A = Luas Penampang (m2)
lo = Panjang Awal (m)
li = Panjang akhir (m)

Tegangan-regangan sebenarnya (σtr-ε) yang ditunjukkan pada perumusan


berikut:

∆ L Li−Lo Li
e= = = −1
Lo Lo Lo

Li
=e+ 1
Lo

Vi=Vo

AiLi= AoLo

Ao . Lo
Ai=
Li
P P
σ teknis= , σ true =
Ao Ao

Maka

P Li P
σ true = = .
Ao. Lo Lo Ao
Li

σ true =σ teknis .(e+1)

Li
1
ε true =∫ dl=ln Li−ln Lo
Lo L

Li
ε true =ln =ln(e +1)
Lo

2.6 Fenomena-Fenomena pada Uji Tarik

Fenomena-fenomena yang terjadi selama pengujian tarik berlangsung adalah


sebagai berikut:

1. Elastisitas, yaitu kembalinya suatu material ke posisi semula setelah


pembebanan dilepaskan
2. Plastisitas, yaitu tidak kembalinya suatu material ke posisi semula setelah
pembebanan dilepaskan
3. Fenomena Luluh, yaitu peristiwa terjadinya sejumlah kecil deformasi
plastis sehingga berubahnya kemampuan material dari elastis menjadi
plastis.
4. Necking, yaitu pengecilan penampang yang terjadi setelah specimen
melewati daerah ultimate.
5. Bidang Patah, yaitu peristiwa bertambahnya panjang spesimen karena
gerakan turun dari crosshead pada pengujian tarik.
2.7 Meode Offset

Metode offset merupakan metode yang digunakan untuk menentukan titik


yield apabila titik yield tidak ditemukan dalam pengujian pada kurva tegangan
regangan suatu material yang memiliki sifat getas dengan cara mengambil 0,2% garis
regangan yang ditaril garis sejajar dengan garis elastis.

Gambar Kurva Metode Offset


BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
1. Universal Testing Machine.
2. Jangka Sorong
3. Kertas Grafik
4. Beban
5. Spidol
3.1.2 Bahan
1. Spesimen Baja Ulir

3.2 Skema Alat


Berikut adalah gambar dari alat-alat yang digunakan pada praktikum uji tarik,
yaitu:

Gambar 3.1 Skema Alat


BAB IV

PERHITUNGAN DAN ANALISA

4.1 Jurnal (Terlampir)


4.2 Perhitungan
∆L 95−85
a. Skala X = =¿ =0,16129 mm/kotak
∑ skala sumbu X 62
Pu 6750
b. Skala Y = =¿ =122,7273 Kgf /kotak
∑ skala sumbu Y 55

Perhitungan uji tarik membutuhkan 40 titik


1. Titik sumbu (1,7;3,6)
Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 3,6 x 122,7273 = 441,818 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 1,7 x 0,16129 = 0,2742 mm
Pu
σt =
Ao
441,818
= = 4,6011 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
0,2742
= = 0,0032
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 4,6011 (1+0,0032) = 4,6160 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0032) = 0,0032

2. Titik sumbu (3,2;5,2)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 5,2 x 122,7273 = 638,182 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 3,2 x 0,16129 = 0,5161 mm
Pu
σt =
Ao
638,182
= = 6,6461 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
0,5161
= = 0,0061
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 6,6461 (1+0,0061) = 6,6864 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0061) = 0,0061

3. Titik sumbu (4,7;6,6)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 6,6 x 122,7273 = 810 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 4,7 x 0,16129 = 0,7581 mm
Pu
σt =
Ao
810
= = 8,4354 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
0,7581
= = 0,0089
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 8,4354 (1+0,0089) = 8,5106 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,00689) = 0,0089
4. Titik sumbu (6,2;8)
Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 8 x 122,7273 = 981,818 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 6,2 x 0,16129 = 1,0000 mm
Pu
σt =
Ao
981,818
= = 10,2247 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
1,0000
= = 0,0118
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 10,2247 (1+0,0118) = 10,3450 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0118) = 0,0117

5. Titik sumbu (7,7;9,6)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 9,6 x 122,7273 = 1178,18 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 7,7 x 0,16129 = 1,2419 mm
Pu
σt =
Ao
1178,18
= = 12,2697 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
1,2419
= = 0,0146
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 12,2697 (1+0,0146) = 12,4489 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0146) = 0,0145
6. Titik sumbu (9,2;10,8)
Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 10,8 x 122,7273 = 1325,45 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 9,2 x 0,16129 = 1,4839 mm
Pu
σt =
Ao
1325,45
= = 1380, 34 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
1,4839
= = 0,0175
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 1380, 34 (1+0,0175) = 14,0443 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0175) = 0,0173

7. Titik sumbu (10,7;12,6)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 12,6 x 122,7273 = 1546,36 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 10,7 x 0,16129 = 1,7258 mm
Pu
σt =
Ao
1546,36
= = 16,1039 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
1,7258
= = 0,0203
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 16,1039 (1+0,0203) = 16,4309 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0203) = 0,0201
8. Titik sumbu (12,2;13)
Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 13x 122,7273 = 1595,45 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 12,2 x 0,16129 = 1,9677 mm
Pu
σt =
Ao
1595,45
= = 16,6152 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
1,9677
= = 0,0231
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 16,6152 (1+0,0231) = 16.9998 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0231) = 0,0229

9. Titik sumbu (13,7;15,7)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 15,7 x 122,7273 = 1926,82 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 13,7 x 0,16129 = 2,2097 mm
Pu
σt =
Ao
1926,82
= = 20,0660 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
2,2097
= = 0,0260
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 20,0660 (1+0,0260) = 20,5876 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0260) = 0,0257

10. Titik sumbu (15,2;17,3)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 17,3 x 122,7273 = 2123,18 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 15,2 x 0,16129 = 2,4516 mm
Pu
σt =
Ao
2123,18
= = 22,1109 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
2,4516
= = 0,0288
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 22,1109 (1+0,0288) = 22,7487 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0288) = 0,0284
11. Titik sumbu (16,7:18,6)
Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 18,6 x 122,7273 = 2282,73 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 16,7 x 0,16129 = 2,6935 mm
Pu
σt =
Ao
2282,73
= = 23,7725 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
2,6935
= = 0,0317
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 23,7725 (1+0,0317) = 24,5258 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0317) = 0,0312

12. Titik sumbu (18,2;19,8)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 19,8 x 122,7273 = 2430 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 18,2 x 0,16129 = 2,9355 mm
Pu
σt =
Ao
2430
= = 25,3062 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
2,9355
= = 0,0345
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 25,3062 (1+0,0345) = 26,1801 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0345) = 0,0340

13. Titik sumbu (19,7;21,7)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 21,7 x 122,7273 = 2663,18 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 19,7 x 0,16129 = 3,1774 mm
Pu
σt =
Ao
2663,18
= = 27,7345 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
3,1774
= = 0,0374
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 27,7345 (1+0,0374) = 28,7713 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0374) = 0,0367

14. Titik sumbu (21,2;26,3)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 26,3 x 122,7273 = 3227,73 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 21,2 x 0,16129 = 3,4194 mm
Pu
σt =
Ao
3227,73
= = 33,6137 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
3,4194
= = 0,0402
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 33,6137 (1+0,0402) = 34,9660 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0402) = 0,0394

15. Titik sumbu (22,7;25)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 25 x 122,7273 = 3068,18 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 22,7 x 0,16129 = 3,6613 mm
Pu
σt =
Ao
3068,18
= = 31,9522 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
3,6613
= = 0,0431
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 31,9522 (1+0,0431) = 33,3285 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0431) = 0,0422

16. Titik sumbu (24,2;28)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 28 x 122,7273 = 3436,36 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 24,2 x 0,16129 = 3,9032 mm
Pu
σt =
Ao
3436,36
= = 35,7865 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
3,9032
= = 0,0459
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 35,7865 (1+0,0459) = 37,4298 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0459) = 0,0449

17. Titik sumbu (25,7;28,5)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 28,5 x 122,7273 = 3497,73 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 25,7 x 0,16129 = 4,1452 mm
Pu
σt =
Ao
3497,73
= = 36,4255 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
4,1452
= = 0,0488
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 36,4255 (1+0,0488) = 38,2019 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0488) = 0,0476
18. Titik sumbu (27,2;31,2)
Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 31,2 x 122,7273 = 3829,09 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 27,2 x 0,16129 = 4,3871 mm
Pu
σt =
Ao
3829,09
= = 39,8764 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
4,3871
= = 0,0516
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 39,8764 (1+0,0516) = 41,9345 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0516) = 0,0503

19. Titik sumbu (28,7;33,5)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 33,5 x 122,7273 = 4111,36 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 28,7 x 0,16129 = 4,6290 mm
Pu
σt =
Ao
4111,36
= = 42,8160 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
4,6290
= = 0,0545
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 42,8160 (1+0,0545) = 45,1477 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0545) = 0,0530

20. Titik sumbu (30,2;34,5)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 34,5 x 122,7273 = 4234,09 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 30,2 x 0,16129 = 4,8710 mm
Pu
σt =
Ao
4234,09
= = 44,0941 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
4,8710
= = 0,0573
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 44,0941 (1+0,0573) = 46,62097 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0573) = 0,0557

21. Titik sumbu (31,7;35,2)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 35,2 x 122,7273 = 4320 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 31,7 x 0,16129 = 5,1129 mm
Pu
σt =
Ao
4320
= = 44, 9887 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
5 ,1129
= = 0,0602
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 44,9887 (1+0,0602) = 47, 6949 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0602) = 0, 0584

22. Titik sumbu (33,2; 36)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 36 x 122,7273 = 4418,18 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 33,2 x 0,16129 = 5,3548 mm
Pu
σt =
Ao
4418,18
= = 46, 0112 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
5,3548
= = 0,0630
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 46,0112 (1+0,0630) = 48, 9098 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0630) = 0,0611

23. Titik sumbu (34,7; 37)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 37 x 122,7273 = 4540,91 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 34,7 x 0,16129 = 5,5968 mm
Pu
σt =
Ao
4540,91
= = 47,2893 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
5,5968
= = 0,0658
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 47,2893 (1+0,0658) = 50,4030 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0658) = 0,0638

24. Titik sumbu (36,2;38,1)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 38,1 x 122,7273 = 4675,91 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 36,2 x 0,16129 = 5,8387 mm
Pu
σt =
Ao
4675,91
= = 48,6952 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
5,8387
= = 0,0687
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 48,6952 (1+0,0687) = 52, 0401kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0687) = 0,0664
25. Titik sumbu (37,7; 38,6)
Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 38,6 x 122,7273 = 4737,91 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 7,7 x 0,16129 = 6,0806 mm
Pu
σt =
Ao
4737,91
= = 49,3342 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
6,0806
= = 0,0715
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 49,3342 (1+0,0715) = 52,8635 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0715) = 0,0691

26. Titik sumbu (39,2; 38,75)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 38,75 x 122,7273 = 4755,68 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 39,2 x 0,16129 = 6,3226 mm
Pu
σt =
Ao
4755,68
= = 49,5260 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
6,3226
= = 0,0744
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 49,5260 (1+0,0744) = 53,2099 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0744) = 0,0717

27. Titik sumbu (40,7; 39)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 39 x 122,7273 = 4786,36 kgf

∆L = titik X x skala sumbu X


= 40,7 x 0,16129 = 6,5645 mm
Pu
σt =
Ao
4786,36
= = 49,8455 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
6,5645
= = 0,0772
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 49,8455 (1+0,0772) = 53,6950 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0772) = 0,0744

28. Titik sumbu (42,2; 39,45)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 39,45 x 122,7273 = 4841,59 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 42,2 x 0,16129 = 6,8085 mm
Pu
σt =
Ao
4841,59
= = 50,4206 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
6,8085
= = 0,0801
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 50,4206 (1+0,0801) = 54,4581 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0801) = 0,0770

29. Titik sumbu (43,7; 39,75)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 39,75 x 122,7273 = 4878,41 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 43,7 x 0,16129 = 7,0484 mm
Pu
σt =
Ao
4878,41
= = 50,8040 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
7,0484
= = 0.0829
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 50,8040 (1+0,0829) = 55,0168 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0829) = 0,0797

30. Titik sumbu (45,2; 39,6)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 39,6 x 122,7273 = 4860 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 45,2 x 0,16129 = 7,2903 mm
Pu
σt =
Ao
4860
= = 50,6123 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
7,2093
= = 0,0858
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 50,6123 (1+0,0858) = 54,9533 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0858) = 0,0823

31. Titik sumbu (46,7:38,75)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 38,75 x 122,7273 = 4755,80 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 46,7 x 0,16129 = 7,5323 mm
Pu
σt =
Ao
4755,80
= = 49, 5260 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
7,5323
= = 0,0886
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 49,5260 (1+0,0886) = 53,9147 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0886) = 0,0849

32. Titik sumbu (48,2; 38)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 38 x 122,7273 = 4663,64 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 48,2 x 0,16129 = 7,7742 mm
Pu
σt =
Ao
4663,64
= = 48,5674 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
7,7742
= = 0,0915
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 48.5647 (1+0,0915) = 53,0094 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0915) = 0,0875

33. Titik sumbu (49,7; 39)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 39 x 122,7273 = 4786,36 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 49,7 x 0,16129 = 8,0161 mm
Pu
σt =
Ao
4786,36
= = 49,8455 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
8,0161
= = 0,0943
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 49,8455 (1+0,0943) = 54,5463 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0943) = 0,0901

34. Titik sumbu (51,2 ; 39,25)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 39,25 x 122,7273 = 4817,05 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 51,2 x 0,16129 = 8,2581 mm
Pu
σt =
Ao
4817,05
= = 50,1650 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
8,2581
= = 0,0972
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 50,1650 (1+0,0972) = 55,0387 kgf/mm2

ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,0972) = 0,0927

35. Titik sumbu (52,7; 39,45)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 39,45 x 122,7273 = 4841,59 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 52,7 x 0,16129 = 8,5000 mm
Pu
σt =
Ao
4841,59
= = 50,4206 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
8,5000
= = 0,1000
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 50,4206 (1+0,1000) = 55,4627 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,1000) = 0,0953

36. Titik sumbu (54,2; 39,5)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 39,5 x 122,7273 = 4847,73 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 54,2 x 0,16129 = 8,7419 mm
Pu
σt =
Ao
4847,73
= = 50,4845 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
8,7419
= = 0,1028
85

σ true = σ t (1+ε t )
= 50,4845 (1+0,1028) = 55,6767 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,1028) = 0,0979
37. Titik sumbu (55,7; 40)
Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 40 x 122,7273 = 4909,09 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 55,7 x 0,16129 = 8,9839 mm
Pu
σt =
Ao
4909,09
= = 51,1236 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
8,9839
= = 0,1057
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 51,1236 (1+0,1057) = 56,5270 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,1057) = 0,1005

38. Titik sumbu (57,2; 39,75)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 39,75 x 122,7273 = 4878,41 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 57,2 x 0,16129 = 9,2258 mm
Pu
σt =
Ao
4878,41
= = 50,8040 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
9,2258
= = 0,1085
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 50,8040 (1+0,1085) = 56,3183 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,1085) = 0,1030

39. Titik sumbu (58,7; 38,2)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 38,2 x 122,7273 = 4688,18 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 58,7 x 0,16129 = 9,4677 mm
Pu
σt =
Ao
4688,18
= = 48,8230 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
9,4677
= = 0,1114
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 48,8230 (1+0,1114) = 54,2612 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,1114) = 0,1056

40. Titik sumbu (60,2; 36)


Pu = titik Y x Skala sumbu Y
= 36 x 122,7273 = 4418,18 kgf
∆L = titik X x skala sumbu X
= 60,2 x 0,16129 = 9,7097 mm
Pu
σt =
Ao
4418,18
= = 46,0112 kgf/mm2
96,0240
∆ ln
εt =
Lo
9,7097
= = 0,1142
85
σ true = σ t (1+ε t )
= 46,0112 (1+0,1142) = 51,2671 kgf/mm2
ε true = ln (1+ ε t )
= ln (1+0,1142) = 0,1082
4.3 Tabel Hasil Perhitungan

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Uji Tarik


No X Y SKALA X SKALA Y A0 Pu (n) ο‫(ܮ‬n) σt εt σ true ε true
0 0,2 1,4 0,16129 122,7273 96,0240 171,818 0,0323 1,7893 0,0004 1,7900 0,0004
1 1,7 3,6 0,16129 122,7273 96,0240 441,818 0,2742 4,6011 0,0032 4,6160 0,0032
2 3,2 5,2 0,16129 122,7273 96,0240 638,182 0,5161 6,6461 0,0061 6,6864 0,0061
3 4,7 6,6 0,16129 122,7273 96,0240 810 0,7581 8,4354 0,0089 8,5106 0,0089
4 6,2 8 0,16129 122,7273 96,0240 981,818 1,0000 10,2247 0,0118 10,3450 0,0117
5 7,7 9,6 0,16129 122,7273 96,0240 1178,18 1,2419 12,2697 0,0146 12,4489 0,0145
6 9,2 10,8 0,16129 122,7273 96,0240 1325,45 1,4839 13,8034 0,0175 14,0443 0,0173
7 10,7 12,6 0,16129 122,7273 96,0240 1546,36 1,7258 16,1039 0,0203 16,4309 0,0201
8 12,2 13 0,16129 122,7273 96,0240 1595,45 1,9677 16,6152 0,0231 16,9998 0,0229
9 13,7 15,7 0,16129 122,7273 96,0240 1926,82 2,2097 20,0660 0,0260 20,5876 0,0257
10 15,2 17,3 0,16129 122,7273 96,0240 2123,18 2,4516 22,1109 0,0288 22,7487 0,0284
11 16,7 18,6 0,16129 122,7273 96,0240 2282,73 2,6935 23,7725 0,0317 24,5258 0,0312
12 18,2 19,8 0,16129 122,7273 96,0240 2430 2,9355 25,3062 0,0345 26,1801 0,0340
13 19,7 21,7 0,16129 122,7273 96,0240 2663,18 3,1774 27,7345 0,0374 28,7713 0,0367
14 21,2 26,3 0,16129 122,7273 96,0240 3227,73 3,4194 33,6137 0,0402 34,9660 0,0394
15 22,7 25 0,16129 122,7273 96,0240 3068,18 3,6613 31,9522 0,0431 33,3285 0,0422
16 24,2 28 0,16129 122,7273 96,0240 3436,36 3,9032 35,7865 0,0459 37,4298 0,0449
17 25,7 28,5 0,16129 122,7273 96,0240 3497,73 4,1452 36,4255 0,0488 38,2019 0,0476
18 27,2 31,2 0,16129 122,7273 96,0240 3829,09 4,3871 39,8764 0,0516 41,9345 0,0503
19 28,7 33,5 0,16129 122,7273 96,0240 4111,36 4,6290 42,8160 0,0545 45,1477 0,0530
20 30,2 34,5 0,16129 122,7273 96,0240 4234,09 4,8710 44,0941 0,0573 46,6209 0,0557
21 31,7 35,2 0,16129 122,7273 96,0240 4320 5,1129 44,9887 0,0602 47,6949 0,0584
22 33,2 36 0,16129 122,7273 96,0240 4418,18 5,3548 46,0112 0,0630 48,9098 0,0611
23 34,7 37 0,16129 122,7273 96,0240 4540,91 5,5968 47,2893 0,0658 50,4030 0,0638
24 36,2 38,1 0,16129 122,7273 96,0240 4675,91 5,8387 48,6952 0,0687 52,0401 0,0664
25 37,7 38,6 0,16129 122,7273 96,0240 4737,27 6,0806 49,3342 0,0715 52,8635 0,0691
26 39,2 38,75 0,16129 122,7273 96,0240 4755,68 6,3226 49,5260 0,0744 53,2099 0,0717
27 40,7 39 0,16129 122,7273 96,0240 4786,36 6,5645 49,8455 0,0772 53,6950 0,0744
28 42,2 39,45 0,16129 122,7273 96,0240 4841,59 6,8065 50,4206 0,0801 54,4581 0,0770
29 43,7 39,75 0,16129 122,7273 96,0240 4878,41 7,0484 50,8040 0,0829 55,0168 0,0797
30 45,2 39,6 0,16129 122,7273 96,0240 4860 7,2903 50,6123 0,0858 54,9533 0,0823
31 46,7 38,75 0,16129 122,7273 96,0240 4755,68 7,5323 49,5260 0,0886 53,9147 0,0849
32 48,2 38 0,16129 122,7273 96,0240 4663,64 7,7742 48,5674 0,0915 53,0094 0,0875
33 49,7 39 0,16129 122,7273 96,0240 4786,36 8,0161 49,8455 0,0943 54,5463 0,0901
34 51,2 39,25 0,16129 122,7273 96,0240 4817,05 8,2581 50,1650 0,0972 55,0387 0,0927
35 52,7 39,45 0,16129 122,7273 96,0240 4841,59 8,5000 50,4206 0,1000 55,4627 0,0953
36 54,2 39,5 0,16129 122,7273 96,0240 4847,73 8,7419 50,4845 0,1028 55,6767 0,0979
37 55,7 40 0,16129 122,7273 96,0240 4909,09 8,9839 51,1236 0,1057 56,5270 0,1005
38 57,2 39,75 0,16129 122,7273 96,0240 4878,41 9,2258 50,8040 0,1085 56,3183 0,1030
39 58,7 38,2 0,16129 122,7273 96,0240 4688,18 9,4677 48,8230 0,1114 54,2612 0,1056
40 60,2 36 0,16129 122,7273 96,0240 4418,18 9,7097 46,0112 0,1142 51,2671 0,1082

4.4 Grafik
Gambar 4.1 Kurva Tegangan-Regangan Teknis

Gambar 4.2 Kurva Tegangan-Regangan Sebenarnya

4.5 Analisa
Pengujian uji Tarik ini menggunakan mesin UTM (Universal Testing
Machine). Berdasarkan hasil praktikum dan dihubungkan dengan teori tidak berbeda
jauh hasilnya. Pada kurva, dapat dilihat bahwa kurva tegangan-regangan teknis
melengkung ke bawah setelah melewati titik ultimate sedangkan untuk kurva
tegangan-regangan sebenarnya melengkung ke bawah namun tidak terlalu
melengkung ke bawah setelah melewati titik ultimate.

Teori menyebutkan bahwa tegangan-regangan teknis terus melengkung ke


bawah setelah melewati titik ultimate dan berlaku juga untuk tegangan-regangan
sebenarnya yaitu garis tegangan-regangan terus melengkung ke atas setelah melewati
titik ultimate. Berdasarkan Analisa tersebut, perbandingan antara hasil pengolahan
data yang dilakukan dan teori yang ada, untuk kurva tegangan-regangan teknis sesuai
dengan teori yaitu kurva melengkung ke bawah setelah melewati titik ultimate.
Sementara itu, untuk kurva tegangan-regangan sebenarnya, hasil praktikum dengan
teori tidak sesuai karena pada hasil praktikum, grafik tidak melengkung ke atas
melainkan melengkung ke bawah.

Kesalahan yang dilakukan selama praktikum berlangsung adalah praktikan


lupa dalam menghitung penjang awal specimen sehingga Panjang tersebut diukur
setelah dilakukan pengujian uji Tarik. Kesalahan berikutnya adalah kurang telitinya
dalam membaca jarum pada mesin UTM karena tidak terkalibrasi dengan baik
sehingga hasil praktikum untuk kurva tegangan-regangan sebenarnya tidak sesuai
dengan teori yang ada.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari praktikum uji tarik dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Mendapatkan uji tarik dan hasil uji tarik specimen dengan
menggunakan alat uji tarik yaitu UTM atau Universal Testing
Machine.
2. Dapat mengetahui beberapa sifat mekanik dari hasil uji tarik selama
melakukan percobaan.
3. Didapatkan beberapa fenomena-fenomena fisik dari pengujian tarik
seperti fenomena necking, bidang patah, elastisitas, plastisitas, dan
fenomena luluh.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk praktikum selanjutnya:
1. Lebih teliti dalam melihat nilai skala pada UTM atau Universal
Testing Machine.
2. Lebih focus dalam menghitung nilai kekerasan agar cepat dan tepat.
3. Memahami dan mengerti materi dan prosedur terlebih dahulu sebelum
melakukan percobaan uji tarik.
4. Lebih teliti dalam mengamati fenomena yang terjadi pada uji tarik.
5. Lebih teliti menggunakan alat uji tarik UTM atau Universal Testing
Machine.

Anda mungkin juga menyukai