Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN EKSPERIMENTAL PERGESERAN POSISI GARIS NETRAL PENAMPANG BALOK KAYU

DALAM MEMIKUL BEBAN LENTUR

1 2 2
Dr.Ir. Sigit Darmawan , Widi Yuniarto Utomo and Halwan Alfisa
1
Dosen Kelompok Kepakaran Rekayasa Struktur, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut
Teknologi Bandung
2
Mahasiswa Program Sarjana, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung

Abstrak :
Material kayu memiliki banyak kelebihan sebagai bahan kontruksi dibandingkan dengan
material lain terutama sifatnya yang renewable. Penelitian mengenai material kayu menjadi sangat
penting dan diperlukan untuk perencanaan struktur yang lebih baik. Pada umumnya material kayu
memiliki nilai kuat tarik aksial yang lebih besar daripada nilai kuat tekan-nya. Perilaku mekanik
material di bawah beban lentur seharusnya mengikuti perilaku tersebut. Pada kenyataanya,
keruntuhan awal suatu balok kayu justru terjadi pada serat yang tertarik jika dikenai beban lentur.
Dalam hal ini ditemukan adanya perbedaan tegangan aksial dengan tegangan lentur. Tujuan dari
penelitian ini adalah mempelajari perilaku material kayu khususnya pergeseran posisi garis netral
terhadap beban lentur dan menentukan suatu faktor konversi empiris antara tegangan aksial menjadi
tegangan lentur untuk satu nilai regangan yang sama. Analisis dilakukan dengan membuat simulasi
numerik atas diagram tegangan regangan lentur yang terjadi dan menerapkan syarat keseimbangan
penampang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa posisi garis netral ternyata mengalami pergeseran
kebawah menjauhi sumbu berat penampang seiring dengan bertambahnya beban pada kondisi
sebelum retak pertama. Nilai faktor konversi antara tegangan aksial dengan tegangan lentur untuk
tarik sebesar 3.4 dan untuk tekan sebesar 3.75. Hal lain yang didapatkan dari kajian ini yaitu bahwa
nilai regangan lentur tidaklah berbanding linier terhadap jaraknya terhadap serat terluar penampang.
Keywords : Sumbu netral, Momen lentur murni, Diagram tegangan-regangan aksial,
Diagram tegangang-regangan lentur, Keruntuhan tarik dan tekan

1. Pendahuluan
Hasil pengujian di laboratorium menunjukkan bahwa pada umumnya material kayu memiliki
nilai kuat tarik langsung yang lebih besar daripada nilai kuat tekan-nya. Perilaku mekanik material di
bawah beban lentur seharusnya mengikuti perilaku tersebut. Pada kenyataanya, keruntuhan awal
suatu balok kayu terjadi pada serat bawah atau daerah tarik jika dikenai beban lentur. Perilaku
material kayu ini terkait dengan hubungan tegangan-regangan. Dalam hal ini ditemukan adanya
perbedaan tegangan tekan dan tarik secara langsung dengan tegangan tekan dan tarik lentur.
Sehubungan dengan kondisi tersebut analisis penampang balok kayu terhadap beban lentur
yang terjadi pada penampang tidak dapat diselesaikan atas hasil uji kuat tekan dan tarik langsung.
Diduga adanya perbedaan respon dari material kayu akibat beban lentur dibandingkan akibat beban
aksial.
2. Tegangan dan Regangan Lentur
Penentuan distribusi tegangan dan regangan suatu penampang balok yang dikenai beban
lentur tidak terlepas dari keberadaan data hubungan tegangan-regangan hasil pengujian aksial
langsung. Transformasi nilai regangan hasil pengukuran menggunakan strain gage ke dalam kurva
tegangan-regangan aksial akan menghasilkan nilai tegangan lentur. Nilai tegangan baru tersebut
kemudian dapat diplot sesuai dengan nilai regangan-nya menjadi kurva hubungan tegangan-
regangan pengujian lentur.

Gambar 2.1. Transformasi untuk mendapatkan nilai tegangan lentur

Gambar 2.2. Distribusi tegangan lentur penampang balok

3. Simulasi Numerik
Permasalahan dalam memperhitungkan besarnya resultan gaya tekan (C) dan gaya tarik (T)
diselesaikan dengan pendekatan numerik, yaitu dengan membagi kurva tegangan lentur menjadi
segmen-segmen persegi di bawah kurva, dimana lebar segmen adalah delta ( ). Ketelitian
pendekatan sangat ditentukan oleh besarnya delta ( ) atau banyaknya segmentasi kurva tegangan
(n).
Gambar 3.1. Segmentasi kurva tegangan

3.1. Persyaratan Keseimbangan Pada Penampang


Resultan gaya tekan (C) dan gaya tarik (T) pada penampang akibat tegangan yang bekerja
harus mengikuti prinsip keseimbangan, yaitu F = 0 dan M = 0 . Berdasarkan pengujian di
laboratorium didapatkan nilai regangan dan Momen Luar aktual yang bekerja pada balok. Posisi
garis netral ditetapkan dari regresi data regangan lentur aktual, sedangkan pencapaian syarat
keseimbangan dilakukan dengan cara menambah atau mereduksi nilai resultan gaya atau tegangan
yang ada. Hal ini masih memungkinkan karena nilai tegangan hasil pengujian lentur belum tentu
sama dengan nilai tegangan hasil pengujian aksial (sebagai akibat sifat pembebanan yang berbeda).
Nilai tegangan hasil transformasi regangan lentur hanyalah merupakan sebuah estimasi awal dan
memerlukan suatu faktor koreksi. Karena definisi tegangan adalah gaya persatuan luas dan luas
penampang disini bernilai konstan maka nilai koreksi tegangan juga merupakan nilai koreksi resultan
gaya-nya. Besarnya faktor koreksi resultan gaya tekan maupun tarik diturunkan sebagai berikut :
Mluar C* x z dan Mdalam estimasi = C x z
Dalam analisis numerik, syarat keseimbangan M = 0 didapatkan dengan menerapkan suatu faktor
koreksi Mluar x Mdalam estimasi
C* x z = tekan xCxz
C*
C* = tekan x C atau tekan =
C
T* M luar
untuk resultan gaya tarik tarik = dengan C * = T * ( Syarat F = 0)
T z
Keterangan :
C* = Nilai resultan gaya tekan (ideal) berdasarkan Momen Luar yang bekerja.
T* = Nilai resultan gaya tarik (ideal) berdasarkan Momen Luar yang bekerja.
C = Nilai resultan gaya tekan berdasarkan transformasi regangan lentur.
T = Nilai resultan gaya tarik berdasarkan transformasi regangan lentur.

tekan = Faktor koreksi resultan gaya/tegangan tekan.


tarik = Faktor koreksi resultan gaya/tegangan tarik.

z = Lengan Momen = a + b

Gambar 3.1.1. Koreksi tegangan berdasarkan Momen Luar yang terjadi

Untuk selanjutnya faktor koreksi diatas disebut juga sebagai faktor konversi nilai tegangan aksial ke
tegangan lentur untuk suatu nilai regangan yang sama.

3.2. Strategi Penyelesaian Numerik


Pada skripsi ini strategi penyelesaian numerik untuk penentuan posisi garis netral dilakukan
menggunakan bahasa pemrograman MATLAB versi 7.0. Bahasa pemrograman ini dipilih karena
memiliki pustaka fungsi matematika dan engineering yang sangat lengkap serta penggunaannya
yang relatif lebih mudah dibandingkan dengan bahasa pemrograman yang lain.

Gambar 3.2.1. Tampilan setelah program dijalankan

4. Uji Eksperimental
Pengujian telah dilakukan untuk mengetahui propertis dari bahan dan kuat lentur balok kayu.Untuk
Pengujian tekan, dengan setup pengujian pada gambar 4.1, 5 spesimen dibuat dengan dimensi
25x25x100 (mm) dengan ketelitian + 0.1 mm, dua kali lebih kecil dari standar ASTM D143-83 karena
penyesuaian dengan kapasitas alat uji. Demikian juga dengan spesimen uji tarik, set up pengujian
pada gambar 4.2, bentuk dan ukuran spesimen sebanyak 4 buah disesuaikan dengan kapasitas grip
alat uji. Untuk uji lentur, set up pengujian pada gambar 4.3, dibuat dengan 2 spesimen berukuran
70x100x1300 (mm).

Gambar 4.1. Set up uji tekan Gambar 4.2. Set up uji tarik

Gambar 4.3. Set up uji lentur

Berikut adalah Grafik hasil Pengujian


Gambar 4.4. Grafik Tegangan Regangan Uji Tekan

Gambar 4.5. Grafik Tegangan Regangan Uji Tarik

Gambar 4.6. Grafik Tegangan Regangan Uji Lentur

5. Kajian Hasil Eksperimental


Dari hasil pengujian lentur, crack terjadi tidak beraturan oleh karena itu analisis data hanya sampai
crack pertama terjadi. Dari resume hasil pengujian propertis material kayu, pada tabel 5.1, masing-
masing spesimen memberikan nilai yang berbeda. Olehkarena itu akan dipilih kombinasi terbaik yang
bisa merepresentasikan karakteristik material. Berdasarkan bacaan strain gauge saat pengujian
lentur, pada tabel 5.2 dan tabel 5.3, maka dapat diketahui bahwa garis netral cenderung turun dari
lokasi awalnya. Hal ini mengindikasikan bahwa modulus elastisitas tekan lebih besar daripada
modulus elastisitas tarik, oleh karena itu berdasarkan tabel 5.4, beberapa kombinasi tidak mungkin
terjadi.
TEKAN TARIK
Tegangan Modulus Tegangan Modulus
Lebar Tebal Area Spesi Diameter Area
Spesimen Maksimum Elastisitas Maksimum Elastisitas
men
mm mm mm2 MPa MPa mm mm2 MPa MPa
1 24.2 24.4 590.48 53.088 5426.6 1 7.95 49.639 175.02 8844.9
2 24.4 24.5 597.8 52.373 5382.7 2 8.1 51.53 54.505 4042.7
3 24.25 24.35 590.49 41.278 3817.4 3 8.2 52.81 72.63 4074.7
4 24.35 24.55 597.79 51.695 6014.4 4 8.1 51.53 72.195 5216.6
5 24.4 24.5 597.8 51.427 6013.2 -- -- -- -- --
Rata-Rata 24.32 24.46 594.872 49.9722 5330.86 8.0875 51.377 93.5875 5544.725
Tabel 5.1. Tegangan maksimum dan modulus elastisitas pengujian aksial

Load Stroke μ Strain μ Strain μ Strain μ Strain μ Strain Momen


SERIES
(KN) (mm) Pos 0 mm Pos 25 mm Pos 50 mm Pos 75 mm Pos 100 mm [kN.mm]
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 4.37 1.24 473 236 14 -233 -368 830.3
2 8.03 2.4 731 366 6 -360 -575 1525.7
3 12.17 3.8 1024 517 -4 -507 -805 2312.3
4 16.1 5.28 1307 660 -17 -647 -1025 3059
5 20 6.8 1593 807 -30 -788 -1238 3800
6 24.2 8.64 1929 981 -50 -944 -1466 4598
7 28.06 10.56 2239 1133 -83 -1093 -1657 5331.4
8 32.08 12.84 2585 1295 -137 -1264 -1836 6095.2
9 36.04 15.58 2970 1459 -236 -1452 -1969 6847.6
10 36.85 16.28 3060 1520 -255 -1494 -1984 7001.5
Tabel 5.2. Hasil pengukuran strain gauge spesimen kayu lentur I (sebelum retak)

Load Stroke μ Strain μ Strain μ Strain μ Strain μ Strain Momen


SERIES
(KN) (mm) Pos 0 mm Pos 25 mm Pos 50 mm Pos 75 mm Pos 100 mm [kN.mm]
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 4.1 1.54 261 126 -26 -156 -205 779
2 8.11 2.8 538 270 -33 -307 -419 1540.9
3 12.19 4.16 819 431 -37 -452 -638 2316.1
4 16.06 5.5 1091 582 -37 -591 -847 3051.4
5 20.05 7.02 1371 740 -39 -733 -1059 3809.5
6 24.13 8.74 1679 915 -40 -883 -1278 4584.7
7 28.03 10.54 1978 1078 -53 -1035 -1477 5325.7
8 32.15 12.74 2307 1259 -83 -1198 -1673 6108.5
9 36.1 15.24 2649 1433 -141 -1364 -1834 6859
10 40.06 18.46 3041 1610 -246 -1538 -1954 7611.4
11 40.94 19.42 3147 1654 -285 -1582 -1975 7778.6
Tabel 5.3. Hasil pengukuran strain gauge spesimen kayu lentur II (sebelum retak)
Tarik 1 Tarik 2 Tarik 3 Tarik 4
[E = 8844.9 MPa] [E = 4042.7 MPa] [E= 4074.7 MPa] [E = 5216.6 MPa]
Tekan 1 [ E = 5426.6 MPa ] Tidak Mungkin Mungkin Mungkin Mungkin
Tekan 2 [ E = 5382.7 MPa] Tidak Mungkin Mungkin Mungkin Mungkin
Tekan 3 [ E = 3817.4 MPa] Tidak Mungkin Tidak Mungkin Tidak Mungkin Tidak Mungkin
Tekan 4 [ E = 6014.4 MPa] Tidak Mungkin Mungkin Mungkin Mungkin
Tekan 5 [E = 6013.2 MPa] Tidak Mungkin Mungkin Mungkin Mungkin
Tabel 5.4. Kombinasi antara spesimen uji aksial tekan-tarik

Dari hasil uji lentur, dipilih spesimen I karena menunjukan hasil yang lebih konsisten. Kemudian
dilakukan running dengan program numerik yang telah dibuat, dengan menggunakan semua
kombinasi hubungan konstitutif yang mungkin antara spesimen tarik dan spesimen tekan, sehingga
diperoleh hasil sebagai berikut :
Koreksi Tegangan Deviasi Standar
Jenis Kombinasi
Tarik Tekan Tarik Tekan
Tarik 2 - Tekan 1 4.13622 3.7603 0.600623751 0.269395203
Tarik 2 - Tekan 2 4.15398 4.58667 0.607406869 0.449848135
Tarik 2 - Tekan 4 4.16254 3.49085 0.610610232 0.389958671
Tarik 2 - Tekan 5 4.19717 2.66671 0.627181567 0.443651416
Tarik 3 - Tekan 1 4.85652 3.74936 0.642821283 0.265895853
Tarik 3 - Tekan 2 4.94045 4.57305 0.619228641 0.444090752
Tarik 3 - Tekan 4 4.95055 3.4804 0.622810764 0.385229401
Tarik 3 - Tekan 5 4.99126 2.65844 0.641225677 0.439196729
Tarik 4 - Tekan 1 3.40935 3.75592 0.466321318 0.267977519
Tarik 4 - Tekan 2 3.42392 4.5812 0.471796081 0.447531744
Tarik 4 - Tekan 4 3.43094 3.48661 0.474361199 0.387995116
Tarik 4 - Tekan 5 3.45936 2.66338 0.487676159 0.441834297
Minimum 3.40935 2.65844 0.466321318 0.265895853
Tabel 5.5. Nilai rata-rata koreksi tegangan dan deviasi standar untuk tiap kombinasi

Dari tabel tersebut, terlihat bahwa kombinasi terbaik adalah Tarik 4 – Tekan 1, karena memiliki
koreksi tarik minimum, dan standar deviasi tarik minimum, dan deviasi tekan yang relatif kecil, dimana
deviasi adalah besaran yang menggambarkan keacakan data. Semakin kecil deviasi, maka ketelitian
akan semakin tinggi. Berikut adalah resume Running Program untuk kombinasi terbaik :

Pergeseran Posisi Garis Netral Kayu


Kondisi Belum Retak
52
Posisi Garis Netral [mm]

y = 4E-06x4 - 0.000x3 + 0.027x2 - 0.523x + 53.14


50
R² = 0.998
48
46
44
0 10 20 30 40
Beban [kN]

Gambar 5.1. Pergeseran posisi garis netral (kondisi belum retak)


Fakta eksperimental menunjukkan bahwa pada awal pembebanan posisi garis netral berada diatas
sumbu berat penampang, kemudian memiliki kecenderungan untuk turun melewati sumbu berat
penampang seiring dengan meningkatnya beban.

6. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis maka dapat ditarik beberapa kesimpulan terhadap hasil eksperimen
sebagai berikut :
1. Posisi garis netral penampang mengalami pergeseran kearah bawah seiring dengan
meningkatnya beban ( sampai kondisi retak pertama).
2. Pengujian aksial tarik dan tekan material kayu menghasilkan kuat tarik lebih besar daripada kuat
tekan-nya. Namun keruntuhan lentur diawali oleh serat pada daerah yang tertarik. Hal ini
disebabkan oleh fakta eksperimen di laboratorium yang menunjukkan bahwa :
a. Mulai awal pembebanan regangan yang terjadi pada penampang tidak linier, demikian pula
untuk tegangan lentur-nya. Ini menunjukkan bahwa penampang yang pada awalnya rata tidak
lagi rata setelah dikenai beban lentur.
b. Pada saat retak pertama, selain diagram regangan dan tegangan yang tidak linier, posisi
garis netral semakin jauh dari sumbu berat penampang.
3. Faktor konversi nilai tegangan aksial menjadi nilai tegangan lentur untuk satu nilai regangan
yang sama, rata-rata untuk tarik sebesar 3.40935 dan untuk tekan sebesar 3.75592. Hal ini
mengindikasikan bahwa kurva regangan-tegangan aksial tidak bisa digunakan secara langsung
untuk analisis lentur atau dapat diartikan pula bahwa perilaku tegangan aksial berbeda dengan
perilaku tegangan lentur.
4. Sifat material kayu yang heterogen non isotropik menyebabkan perilaku mekanik material tidak
memiliki suatu nilai yang tetap.

7. Saran
Kesimpulan sebagaimana disampaikan diatas sekiranya bisa dipertimbangkan di dalam
penyempurnaan teori analisis lentur penampang balok kayu.

DAFTAR PUSTAKA
Adityo, Harnandi. 2008. Skripsi Kajian Eksperimental Struktur Balok Kayu Polos dan Kayu Komposit
Dalam Memikul Beban Lateral. Bandung : Program Studi Teknik Sipil ITB
Departemen Pekerjaan Umum. Peraturan Kontruksi Kayu Indonesia : NI-5 PPKI 1961
Dewobroto, Wiryanto. 2005. Strategi Penyelesaian Numerik Berbasis Komputer Analisis Lentur
Ultimate Penampang Beton, Presentasi dan Prosiding Seminar Nasional di Universitas Teknologi
Yogyakarta, 10 Desember 2005
Hariandja, Binsar. 1997. Mekanika Bahan dan Pengantar Teori Plastisitas. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Karlsen. 1967. Wooden Structures. Moscow : Mir Publisher
Nasution. Amrinsyah. 2001. Metode Numerik Dalam Ilmu Rekayasa Sipil. Bandung : Penerbit ITB
Popov. 1996. Mekanika Teknik. Jakarta : Penerbit Erlangga
Standar Nasional Indonesia. Tata Cara Perencanaan Struktur Kayu Untuk Bangunan
Gedung: SK SNI 03-xxx-2000.2000
Timoshenko&Gere. 1997. Mekanika Bahan. Jakarta : Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai