Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

MT2205 PRAKTIKUM PENGUJIAN MEKANIK

Modul B
Uji Keras

Oleh:

Thoriq Marendra

13718059

Kelompok 14
Aris Akbar 13717058
Annisa Dwi Fadhillah 13718007
Raden Erlangga 13718039
Ghiffary R 13718062
Kiara Qinthara 13718068

Tanggal Praktikum 09 April 2020


Tanggal Pengumpulan Laporan 13 April 2020
Asisten (NIM) Syahwira Taqwa Triadi
(13716004)

LABORATORIUM TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI


PROGRAM STUDI TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seluruh material di dunia ini memiliki sifat mekaniknya tersendiri, dan sifat-
sifat mekanik tersebut dapat ditentukan hingga didapatkan material sesuai dengan
kegunaannya masing-masing. Uji keras merupakan pengujian yang paling efektif.
Dengan pengujian ini, kita dapat dengan mudah mengetahui gambaran sifat
mekanik suatu material.

Kegunaan dari kekerasan material dapat dilihat pada dunia industri, contohnya
engineer yang mencari material yang keras tapi tidak getas dan kuat terhadap beban
impak, atau engineer metalurgi membutuhkan material yang kekerasannya rendah
untuk cold rolling pada logam. Selain itu Uji keras juga dapat digunakan sebagai
satu metode untuk mengetahui pengaruh perlakuan panas dan perlakuan dingin
terhadap material. Material yang telah mengalami cold working hot working, atau
heat treatment, dapat diketahui perubahan kekuatannya dengan mengukur
kekerasan permukaan material tersebut.

Standar pengujian kekerasan untuk material logam diantaranya didapatkan dari


ASTM E18-11. Pengujian kekerasan Rockwell merupakan pengujian empirik
kekerasan dengan cara indentasi, hasil pengujian tersebut berhubungan dengan
kekuatan tarik, ketahanan aus, keuletan dan karakteristik fisik lainnya dari logam
dan juga berguna dalam kontrol kualitas dan pemilihan material.

2
1.2 Tujuan
1. Menentukan kekerasan baja bulat dengan menggunakan uji keras Rockwell,
Brinell dan Vickers

2. Menentukan kekerasan baja kotak dengan menggunakan uji keras


Rockwell, Brinell dan Vickers

3. Menentukan kekerasan baja bulat dengan menggunakan uji keras Rockwell,


Brinell dan Vickers

3
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Uji Keras

Dengan pengujian keras, dapat mengetahui gambaaran sifat mekanis suatu


material. Meskipun pengukuran hanya dilakukan pada suatu titik, atau daerah
tertentu saja, nilai kekerasan cukup valid untuk menyatakan kekuatan suatu
material. Dengan melakukan uji keras, material dapat dengan mudah di golongkan
sebagai material ulet atau getas. Di dalam aplikasi manufaktur, material dilakukan
pengujian dengan dua pertimbangan yaitu untuk mengetahui karakteristik suatu
material baru dan melihat mutu untuk memastikan suatu material memiliki
spesifikasi kualitas tertentu.

Kekerasan merupakan ketahanan material terhadap deformasi atau


ketahanan terhadap goresan, abrasi, dan pemotongan, kekerasan bersifat secara
lokal (karena pada permukaan saja), sedangkan kekuatan merupakan ketahanan
material terhadap deformasi plastis secara global (keseluruhan material), kekerasan
dan kekuatan memiliki hubungan yang berbanding lurus, semakin kuat material,
maka semakin keras pula material tersebut.

2.2 Prinsip Uji Keras

2.2.a. Berdasarkan luas area indentasi

Ketika pengujian dilakukan pada suatu material, apabila luas area indentasi besar
maka menandakan materialnya lunak, dapat disimpulkan bahwa nilai kekerasan
material tersebut kecil.

2.2.b. Berdasarkan kedalaman indentasi

Ketika pengujian dilakukan pada material, respon indentor terhadap material akan
terlihat, kekerasan material akan tergantung terhadap kedalaman indentasi, semakin
dalam indentasi pada material, maka menandakan material lunak, dapat
disimpulkan bahwa nilai kekerasan material tersebut kecil.

4
2.2.c Berdasarkan tinggi pantulan

Ketika pengujian dilakukan pada material, akan diukur energi impak material
berdasarkan ketinggian pantulan, apabila pantulan yang dihasilkan rendah, maka
dapat disimpulkan bahwa kekerasan material tersebut kecil.

2.3 Metode Pengujian Keras

2.3.a Metode Brinell

2.3.a i. Prinsip pengujian/standard pengujian berdasarkan E10-18

Gambar 2.3.a. Metode Pengujian Brinell [1]

Spesimen dilakukan indentasi menggunakan indenter secara tegak lurus, seperti


gambar diatas, lalu didiamkan untuk beberapa saat. Diameter lekukan diukur, nilai
brinnell akan diukur berdasarkan rata-rata diameter yang terbentuk

2.3.a ii. Jenis pengujian brinell (beban dan indentor)

Pada metode brineel indentor yang digunakan berbentuk bola. Beban dan indentor
yang digunakan sebagai uji keras ini bermacam, macam tergantung penggunaan,
beban yang berat biasanya digunakan untuk menguji material yang keras,
sedangkan beban yang tidak terlalu berat digunakan untuk menguji material yang
lunak agar jejak indentasi tidak terlalu dalam. Terdapat diameter bola 10 mm, beban
yang digunakan 3000, 1500, 1000, 500, 250, 125, 100 kgf. Diameter bola 5 mm
untuk beban 750, 250, 125, 62.5, 31.25, 25 kgf. Diameter bola 2,5 mm untuk beban
187.5, 62.5, 31.25, 15.625, 7.8125, 6.25 kgf. Diameter bola 1 mm untuk beban 30,
10, 5, 2.5, 1.25, 1 kgf. [1]

5
2.3.a.iv. Kelebihan dan kekurangan

Kelebihan metode Brinell :

1. Dapat menguji semua material logam


2. Dapat menguji material dengan permukaan yang luas
3. Bebas menentukan besarnya gaya penekanan
4. Dapat menguji material yang heterogen

Kekurangan Metode Brinell:

1. Tidak dapat digunakan untuk material yang tipis


2. Butuh ketilitian saat mengukur lekukan indentasi
3. Butuh waktu yang lama saat pengujian

2.3.a.v. Nilai kekuatan material berdasarkan kekerasan Brinell

2𝑃
𝐻𝐵𝑁 = [2]
𝜋𝐷[𝐷−√𝐷2 −𝑑2

HBN = Hardness Brinell Number

P: Beban yang diberikan pada material (Kg)

D: diameter bola (mm)

d: diameter indentasi yang terbentuk (mm)

6
2.3.b Metode Rockwell

2.3.b.i. Prinsip pengujian/standard pengujian berdasarkan ASTM E18-19

Gambar 2.3b. Metode Pengujian Rockwell [7]

Pada pengujian rockwell, pada tahap awal perlu diadakan pemberian beban minor
seperti gambar diatas, untuk memastikan bahwa impuritas pada permukaan tidak
memengaruhi hasil pengujian, lalu beban ditambahkan hingga mencapai kedalaman
tertentu, beban pada indentor ditingkatkan hingga mencapai beban total yang
ditetapkan, beban dilepas hingga mencapai beban awal semula, sehingga
didapatkan perbadaan kedalaman indentasi. Perbedaan kedalaman indentasilah
yang menentukan nilai kekerasan rockwell [3].

2.3.b.ii. Jenis pengujian Rockwell (beban dan indentor)

Pada uji keras rockwell, digunakan indenter intan berbentuk bola dan piramida
120°, indenter yang digunakan bermacam-macam. Adapun untuk indenter
berbentuk bola digunakan diameter berukuran 1.588, 3.175, 6.350 dan 12.7 mm.
Untuk beban awal digunakan indenter dengan beban 10kgf, dan total beban yang
diinginkan 60 kgf, 100 kgf, dan 150 kgf. Adapun pemilihan indenter disesuaikan
dengan material yang akan diuji. Nilai yang kekerasan rockwell dapat dikategorikan
sebagai berikut : [3]

HRA: digunakan brale indenter dengan beban 60kgf, biasanya digunakan untuk
material tipis atau keras, misalnya tungsten carbide [4]

7
HRB: digunakan indenter bola intan dengan diameter 1.588 mm, beban 100 kgf,
untuk mengukur material yang dianil [4]

HRC: digunakan brale indenter dengan beban 150kgf, digunakan untuk material
yang lebih keras daripada HRB [4]

HRD: digunakan brale indenter dengan beban 100 kgf, digunakan untuk material
case hardened [4]

HRF: digunakan indenter bola intan dengan diameter 1.588 mm, beban 60 kgf,
digunakan untuk material yang lunak, seperti bearing [4]

2.3.b.iii. Kelebihan dan kekurangan

Kelebihan :

1. Preparasi spesimen dan pengujian keras mudah dan cepat


2. Dapat digunakan untuk jenis benda yang sangat keras (karena indenter
terbuat dari intan)
3. Praktis dan mudah untuk dilakukan pada banyak material, karena nilai
kekerasan akan tampil pada display analog alat
4. Tidak terlalu merusak material yang diuji

Kekurangan:

1. Hasil pengukuran tidak terlalu akurat


2. Tidak stabil apabila terjadi guncangan, sehingga mempengaruhi hasil uji
3. Penekanan bebannya tidak praktis
4. Tingkat ketilitian rendah, serta tidak ada standar baku untuk satuan
pengukuran
5. Perlu diketahui terlebih dahulu, jenis material yang diuji, sehingga
diperlukan penggantian indenter

2.3.c Metode Vickers

2.3.c.i. Prinsip pengujian

8
Pada pengujian metode Vickers digunakan indenter berupa intan dengan sudut
136°. Spesimen yang diuji akan diberikan kontak dengan indenter secara tegak
lurus, sehingga tercapai beban F yang diinginkan. Diamkan beberapa saat, setelah
tercapai waktu yang ditentukan, beban pada spesimen dilepaskan. Kedua diagonal
yang dihasilkan diukur, ditentukan nilai rata-rata dari kedua diagonal. Nilai
kekerasan ditentukan dari hasil bagi antara beban yang diberikan dengan diagonal
rata-rata yang didapatkan dari spesimen yang diuji. [5]

Gambar 2.3. Jejak Indentasi Metode Vickers [5]

Hasil dari metode uji Vickers idealnya akan seperti gambar 3a, namun terjadi
penyusutan pada gambar 3 b, dan terjadi barreling pada gambar 3 c.

2.3.c.ii. Jenis pengujian Vickers (Makrovickers, Mikrovickers, beban, dan


indentor)
Beban yang digunakan pada pengujian Vickers bermacam-macam, rentang berat
beban yang digunakan umumnya dari 1kgf sampai 120 kgf, berat beban yang
digunakan disesuaikan dengan jenis material serta kebutuhan.

Jenis indenter yang digunakan hanya satu, yaitu indenter berbentuk intan, dengan
diagonal yang berhdapan membentuk sudut 136°

Perbedaan microvickers dan macrovickers terletak pada beban yang diberikan pada
spesimen, pada microvickers, khusus digunakan untuk material yang tipis dan
lunak, oleh karena itu digunakan indenter dengan beban 0.001 kgf sampai dengan
1 kgf, sedangkan makrovickers digunakan untuk material yang tidak terlalu tipis
dan tidak terlalu lunak, oleh karena itu pada pengujian makrovickers beban yang
digunakan diatas 1kgf. Pada uji keras mikrovickers perbedaan fasa pada material
juga dapat diketahui

9
2.3.c.iii. Pengujian vickers pada material keramik

Pengujian vickers pada keramik akan membutuhkan beban yang cukup besar
karena material keramik sangat keras, hal yang membuat keramik begitu keras
karena faktor porositas keramik, ukuran butir, dan fasa batas butir. Pada prinsipnya
pengujian vickers pada keramik tidak jauh berbeda terhadap uji keras pada material
logam. Indenter ditancapkan secara tegak lurus pada keramik, lalu setelah beberapa
saat, kedua diagonal pada keramik diukur, dan diagonal rata-rata ditentukan,
perhitungan diagonal keramik dilakukan dengan hati-hati, karena indentasi pada
keramik lebih sulit diukur dibandingkan dengan logam. Nilai kekerasan vickers
keramik didapatkan dengan besar gaya dibagi dengan diagonal rata-rata [6]

2.3.c.iv. Kelebihan dan kekurangan

Kelebihan:

1. Skala kekerasan kontinu dan rentang yang luas


2. Dapat dilakukan pada benda yang tipis 0.006 inchi
3. Dapat mengetahui perbedaan fasa pada material yang diuji
4. Dapat dilakukan pada material yang sangat keras
5. Membutuhkan satu indenter saja dalam pengujian

Kekurangan :

1. Membutuhkan waktu yang lama pada pengujian


2. Permukaan benda harus disiapkan dengan baik
3. Membutuhkan pengukuran jejak secara diagonal

10
2.4 Hubungan Beban yang diberikan terhadap kekerasan

Gambar 2.4. Hubungan kekerasan dengan beban[6]

Dalam uji keras, nilai pengujian terhdap besarnya beban yang diberikan akan
seperti Gambar 2.4 diatas, nilai kekerasan akan cenderung menuju suatu asimptot
seiring dengan naiknya besar pembebanan yang diberikan.

11
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

Bersihkan dan siapkan permukaan


spesimen dengan ampelas hingga rata

Pisahkan spesimen berdasarkan pengujian yang akan


dilakukakn

Brinell Rockwell Vickers

Siapkan alat uji Siapkan alat uji Siapkan alat uji

Tentukan nilai Temukan skala dan Tentukan nilai


beban jenis identor beban

Berikan Berikan
Berikan pembebanan pembebanan pembebanan
kepada spesimen yang kepada spesimen kepada spesimen
terpasang selama 30s
Lepaskan pembebanan
kemudian catar harga Lepaskan Pembebanan
Lepaskan pembebanan kekerasannya kemudian ukur P dan d
kemudian ukur D dan d

Ulangi untuk Masukkan nilai P, D dan


Masukkan nilai R, R material yang lain d kedalam persamaan
dan d kedalam VHN dan hitunglah
persamaan BHN dan
hitunglah Selesai ulangi untuk
material yang lain
Ulangi untuk material
yang lain
Selesai

Selesai

12
Thoriq Marendra
13718059

BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1. Data Praktikum

4.1.a Data Brinell

Diameter bola : 2,5 mm

Tabel 4.1.a. Data Percobaan Metode Brinell

No Spesimen P(Kgf) D(mm) x y


1 Aluminium 62.5 2.5 4 38
2 Baja bulat 187.5 2.5 4 23
3 Baja kotak 187.5 2.5 6 0

4.1.b Data Rockwell

Tabel 4.1.b. Data Percobaan Metode Rockwell

P Rata-rata
No Spesimen Indenter HR
(Kgf) HR
62; 64.5; 66 64.167
1 Aluminium 60 Bola baja
HRH HRH
68.5; 65.5;
2 Baja bulat 60 Diamond 66.5 HRA
65.5 HRA
50; 54; 49.5 51.167
3 Baja kotak 60 Diamond
HRA HRA

4.1.1.c Data Vickers

Tabel 4.1.c. Data Percobaan Metode Vickers


No Spesimen P(Kgf) x y
1 Baja bulat 60 2 25
2 Baja kotak 60 4 12

13
Thoriq Marendra
13718059

4.2 Pengolahan Data

Dengan menggunakan formula

𝑦
𝑑 = ( 𝑥 × 0.2)𝑚𝑚 + ( × 0.2) 𝑚𝑚
50

Akan didapatkan masing-masing nilai d untuk data percobaan Brinell dan vickers,
seperti yang ditampilkan pada tabel dibawah

4.2.a Pengolahan data Brinell

Nilai kekerasan Brinell akan didapatkan dengan menggunakan formula :

2𝑃
𝐵𝐻𝑁 =
𝜋𝐷(𝐷 − √𝐷2 − 𝑑 2

Salah satu contoh perhitungan data Brinell, ambil data pada Tabel 4.1a no 1, lalu
dilakukan perhitungan

2𝑃
𝐵𝐻𝑁 =
𝜋𝐷(𝐷 − √𝐷2 − 𝑑 2

2𝑥62,5
=
𝜋2,5(2,5 − √2,52 − 0,9522

=84,5395

Dengan melakukan perhitungan terhadap semua data, sehingga didapatkan Tabel


4.2a dibawah

Tabel 4.2.a. Tabel Pengolahan Data Uji Brinell


No Spesimen P(Kgf) D(mm) x Y d BHN
1 Aluminium 62.5 2.5 4 38 0.95 84.54
2 Baja bulat 187.5 2.5 4 23 0.89 290.31
3 Baja kotak 187.5 2.5 6 0 1.2 155.69

14
Thoriq Marendra
13718059

4.2.b Pengolahan data Vickers

Nilai kekerasan data vickers didapatkan dengan formula:

1.854𝑃
𝑉𝐻𝑁 =
𝑑2

Salah satu contoh perhitungan data Vickers, ambil data pada 4.1.c no 1, lalu
dilakukan perhitungan

1.854𝑃
𝑉𝐻𝑁 =
𝑑2

1.854 𝑥 60
=
0.52

=444,96

Dengan melakukan perhitungan terhadap semua data, sehingga didapatkan Tabel


4.2b seperti dibawah

Tabel 4.2.b. Pengolahan Data Uji Vickers

No Spesimen P(Kgf) x y d HV/VHN


1 Baja bulat 60 2 25 0.5 444.96
2 Baja kotak 60 4 12 0.85 154.69

15
Thoriq Marendra
13718059

4.3 Hasil Akhir

Setelah dilakukan perhitungan nilai kekerasan dari masing-masing metode, nilai


tersebut dapat disajikan pada Tabel 4.3 sebagai berikut

Tabel 4.3. Rekap Data Uji Keras


Dimensi Kekarasan
Metode Beban Kekerasan Kekerasan Standar
Spesimen Indenter Indentasi Berdasarkan Skala
Uji keras (Kgf) Rata-rata Literatur Deviasi
(d)[mm] Praktikum
Diamond 68.5
Rockwell
60 Pyramid N/A 65.5 66.5 55.5[8] 1.732 HRA
C
cone 65.5
Baja Bulat 2.5 mm
Brinell 187.5 0.892 290.31 - 187[8] - HB/BHN
steel ball
Diamond
Vickers 60 0.5 444.96 - 196[8] - HV/VHN
Pyramid
Diamond 50
Rockwell
60 Pyramid N/A 54 51.167 43.7[9] 2.466 HRA
C
cone 49.5
Baja kotak 2.5 mm
Brinell 187.5 1.2 155.69 - 126 [9] - HB/BHN
steel ball
Diamond
Vickers 60 0.848 154.69 - 131[9] - HV/VHN
Pyramid
62
Rockwell 2.5 mm
60 N/A 64.5 64.167 49.3[10] 2.021 HRH
C steel ball
66
Aluminium
2.5 mm
Brinell 187.5 0.952 84.54 - 130[10] - HB/BHN
steel ball

444.96
Kekerasan

290.31

155.69
154.69
66.5 84.54
64.167
51.167
0
1 2 3
Material
BHN VHN HR

Gambar 4.3. Perbandingan nilai kekerasan material


16
Thoriq Marendra
13718059

BAB V

ANALISIS DATA

Terdapat tiga sampel yang diuji keras, yaitu aluminium, baja bulat dan baja
kotak, semua spesimen terlebih dahulu akan diampelas dan digrinding agar
permukaannya rata sehingga hasil pengujian akurat. Dari ketiga spesimen yang
diuji, aluminium reatif lebih mudah dibandingkan baja dalam hal preparasinya,
sebab bahan aluminium lebih lunak sehingga perataan permukaan dari zat pengotor,
misalnya lapisan oksida akan lebih cepat. Dari kedua baja, yaitu baja bulat dan baja
kotak, baja kotak akan lebih mudah dalam preparasinya, karena permukaan kontak
spesimen lebih luas, lain hal dengan baja bulat, perataan permukaan akan lebih sulit
karena permukaan kontaknya lebih kecil.

Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa dalam uji keras metode Brinell, rockwel dan
vickers, baja bulat memiliki nilai kekerasan yang paling tinggi dibandingkan baja
kotak dan aluminium, nilai kekerasan suatu material berbanding lurus dengan
komposisi karbon didalamnya, semakin tinggi nilai kekerasan yang didapatkan
maka semakin tinggi pula kadar karbon didalamnya. Dari data yang diperoleh dapat
ditarik kesimpulan bahwa baja bulat merupakan material dengan kandungan karbon
tinggi, dengan kemungkinan 0,8-1,3% karbon didalamnya, sedangkan baja kotak
merupakan baja karbon rendah, dengan kemungkinan terdapat kandungan karbon
dibawah 0,3%.

Hasil kekekerasan baja bulat dan kotak berbeda, hal tersebut terjadi karena
terdapat perbedaan komposisi karbon didalamnya, baja bulat merupakan baja
dengan komposisi karbon tinggi, sedangkan baja kotak merupakan baja karbon
rendah. Apabila ditinjau dari struktur mikronya, baja karbon tinggi pada proses
pembentukannya terdapat perubahan fasa austenite menjadi pearlite dan ferrite,
pada fasa pearlite terdapat cementite, semakin banyaknya senyawa cementite
membuat material akan semakin keras dan kuat. Dengan tingginya kadar karbon
serta persebaran karbon didalamnya, membuat material dapat menahan pergerakan

17
Thoriq Marendra
13718059

dislokasi pada saat terjadi deformasi plastis, sehingga material akan kuat dan keras.
Pada baja kotak dengan komposisi karbon yang rendah, memiliki dominan fasa
ferrite, semakin banyak fasa ferrite yang terdapat pada material, akan membuat
material tersebut lebih lunak, karena hanya sedikit komponen yang dapat
menghalangi pergerakan dislokasi pada saat terjadinya deformasi plastis,

Kekerasan baja dan aluminium jauh berbeda karena terdapat perbedaan


bentuk struktur kristal dari kedua material tersebut. Baja memiliki struktur kristal
BCC (Body Centered Cubic) yang memungkinkan adanya tempat yang lebih
banyak bagi atom carbon masuk secara interstisi, sedangkan aluminium memiliki
struktur kristal FCC (Face Centered Cubic), dengan struktur kristal ini tempat
untuk interstisi karbon lebih sedikit, serta material aluminium dengan struktur
kristal FCC memiliki bidang slip yang lebih banyak dibandingkan BCC, serta
atomic packing factornya yang tinggi membuat material ini jauh lebih lunak
dibandingkan material baja.

Menurut literatur, seperti yang telah tercantum pada Tabel 4.3 diatas bahwa
baja bulat atau baja dengan karbon tinggi AISI 1065 memiliki harga kekerasan 187
BHN, 90 HR, dan 196 HV, baja bulat atau baja dengan karbon rendah memiliki
harga kekerasan 126 BHN, 131 HV, dan 71 HR. Untuk aluminum 6013 alloy harga
kekerasannya yaitu 130 BHN dan 80 HR. Dari ketiga speseimen tersebut terdapat
perbedaan nilai kekerasan yang didapat selama praktikum dengan literatur,
perbedaan nilai kekerasan tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor. Faktor
pertama dan yang paling utama adalah, perbedaan spesimen yang diuji ketika
praktikum belum tentu sama dengan yang ada dengan literatur, termasuk komposisi
kimia spesimen yang ada pada spesimen tersebut. Faktor selanjutnya adalah
kemungkinan terjadi ketidaktelitian dalam pengujian dalam hal pemberian beban
pada spesimen, kemungkinan adanya pemberian beban yang berdekatan atau ditepi.
Faktor lainnya proses pembuatan dan perlakuan spesimen secara mekanik atau
perlakuan termal terhadap material yang diuji dengan literatur mungkin berbeda,
sehingga hal-hal tersebut membuat terjadi perbedaan nilai kekerasan.

18
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Nilai kekerasan baja bulat dari masing-masing metode dapat ditentukan,


tercantum pada Tabel 4.3. Kekerasan baja bulat dengan metode Brinell sebesar
290,31(BHN), dengan metode Rockwell sebesar 66,5 HRA, dengan metode
Vickers sebesar 444,96(VHN).

2. Nilai kekerasan baja kotak dari masing-masing metode dapat ditentukan,


tercantum pada Tabel 4.3. Kekerasan baja kotak dengan metode Brinell sebesar
155,69(BHN), dengan metode Rockwell sebesar 51,17 HRA, dengan metode
Vickers sebesar 154.69(VHN).

3. Nilai kekerasan aluminium dari masing-masing metode dapat ditentukan,


tercantum pada Tabel 4.3. Kekerasan aluminium dengan metode Brinell sebesar
84,54(BHN), dengan metode Rockwell sebesar 64,17 HRH.

6.2 Saran

Memang sebaiknya praktikum dilakukan secara langsung, namun karena praktikum


online saya harap video yang diberi tontonan kepada praktikan lebih lengkap dan
alat-alat yang ada divideo sesuai dengan alat yang ada dilab teknik material, saja
juga berharap dalam praktikum online ini koneksi tetap lancar dan distraksi pada
saat praktikum dapat diminimalisir.

19
Daftar Pustaka

[1] A. International, Standard Test Method for Brinell Hardness of Metallic


Materials E10-18, ASTM .

[2] W. D. Callister, Materials Science & Engineering, Hoboken: John Wiley


and Sons, 2012.

[3] A. International, Standard Test Methods for Rockwell Hardness of Metallic


Materials E18-19, ASTM International.

[4] "eFunda," [Online]. Available:


https://www.efunda.com/units/hardness/convert_hardness.cfm?cat=Steel&HD=H
RA. [Accessed 17 03 2020].

[5] G. Dieter, Mecanical Metallurgy, Toronto: McGraw-Hill, 1961.

[6] G. D. Quinn, "Metallography," [Online]. Available:


http://www.metallography.com/ceramics/ceramics.htm. [Accessed 17 03 2020].

[7] "EmcoTest," [Online]. Available: https://www.emcotest.com/en/the-world-


of-hardness-testing/hardness-know-how/theory-of-hardness-
testing/rockwell/rockwell-test-procedure/. [Accessed 17 03 2020].

[8] “AISI 1065 Carbon Steel (UNS G10650).” [Online]. Available:

https://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=6575. [Accessed: 09-11-2020].

[9] “AISI 1018 Mild/Low Carbon Steel.” [Online]. Available:

https://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=6115. [Accessed: 11-04-2020]

[10] “Aluminium / Aluminum 6013 Alloy (UNS A96013).” [Online]. Available:

https://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=8611. [Accessed: 11-04-2020].

20

Anda mungkin juga menyukai