(TENSILE TEST)
Kelompok 7:
D4 TEKNIK PENGELASAN
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam laporan ini, akan dibahas penggunaan metode Tensile Test (Uji
Tarik) Uji tarik merupakan salah satu pengujian mekanik yang paling luas
digunakan di industri dan di dunia pendidikan karena kemudahan dalam
menganalisa data yang didapatkan dan memperoleh informasi mengenai sifat
mekanik suatu material sehingga dapat dilihat kekurangan dan kelebihan sifat
mekanik material tersebut.
0720040060 Riyan Ardiarta
BAB II
DASAR TEORI
Jika batang uji berupa round bar maka ditentukan gage length nya
berdasarkan ASTM E8 (Standard Test Methods for Tension Testing of
Metallic Materials) adalah 2 in. (50.8 mm). Disertai pembentukan diameter
spesimen uji sebesar 0.5 in. (12.7 mm) , radius of fillet 3 /8 in. dan Length of
reduced section (A) sebesar 2 ¼ in. Pada Gambar 2 berikut ini, ditunjukkan
bentuk spesimen uji round bar sesuai dengan ASTM E8.
0720040060 Riyan Ardiarta
Besi beton diproduksi secara umum terdiri dari 2 jenis yaitu besi beton
permukaan polos (round bar) dan besi beton ulir (deformed bar). Perbedaan
dua jenis besi tersebut adalah terletak pada bagian permukaannya. Besi
polos memiliki penampang bundar dengan permukaan tidak bersirip,
sedangkan besi ulir memiliki berbentuk sirip melintang (sirip ikan). Batang uji
berupa deformed diratakan dulu ujung-ujungnya supaya dapat diperoleh
pengukuran panjang yang lebih presisi. Ujung batang dapat diratakan dengan
cara dikikir maupun dipotong dengan alat pemotong logam. Dalam
menghitung diameter batang uji deformed tidak bisa dilakukan seperti beton
polos karena permukaan bidang deformed memiliki bentuk sirip melintang.
Melalui Persamaan 1 dan Persamaan 2, penentuan diameter awal (Do) dan
gage length (Lo) dapat dilakukan. Besi beton ulir diukur massanya di
timbangan digital, untuk menghitung diameter awal beton ulir. Selanjutnya
diukur panjang total dari batang uji dengan menggunakan jangka sorong.
Batang uji diukur pada penampang panjang yang paling rata agar didapatkan
nilai hasil uji yang akurat. Langkah berikutnya yakni dengan memasukkan
massa jenis dari bahan baja ke Persamaan 1 berikut ini. Persamaan tersebut
didasarkan pada perhitungan massa, massa jenis dan panjang total dari
batang uji.
Do = √ (1)
Dengan
Setelah diketahui diameter awal besi beton ulir dilanjutkan menghitung gage
L o = 8 x Do (2)
Dengan
Pada pengujian tarik spesimen diberi beban uji aksial yang semakin besar
secara kontinyu. Sebagai akibat pembebanan aksial tersebut, spesimen
mengalami perubahan panjang. Perubahan beban (P) dan perubahan
panjang (∆L) tercatat pada mesin uji tarik berupa grafik, yang merupakan
fungsi beban dan pertambahan panjang dan disebut sebagai grafik P - ∆L
dan kemudian dijadikan grafik Stress-Strain (Grafik - ) yang menggambarkan
sifat bahan secara umum
Keterangan :
A = Titik propolsionalitas
0720040060 Riyan Ardiarta
B = Titik elastis
C = Titik yield
D = Titik maksimum
E = Titik patah
3. Regangan
4. Modulus Elastisitas
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2. PEMBAHASAN
Pada praktikum uji tarik. Pada praktikum ini tedapat 3 benda uji yaitu plat
baja, round bar dan beton ulir. Prinsip pengujian kali ini adalah meletakkan
sampel pada mesin dengan posisi vertikal. Lalu beban tarik akan diberikan,
mekanisme yang terjadi adalah sampel akan mengalami bebarap fase dari
fase elastis sampai fase plastis. Saat mencapai daerah plastis perubahan
yang terjadi adalah pertambahan panjang dari material dan pada akhirnya
akan mencapai patah/putus. Dapat dilihat pada grafik bahwa pada saat
berada di puncak adalah batas maksimum dari kekuatan material yang diuji.
Sehingga dapat ditentukan berapa besar elongasi, yield stress, dan ultimate
stress setelah melalui perhitungan menggunakan rumus.
0720040060 Riyan Ardiarta
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Kelompok 7:
D4 TEKNIK PENGELASAN
BAB I
PENDAHULUAN
mengetahui kualitas dari material yang diuji sehingga dapat digunakan atau
dipakai pada benda sesuai dengan kapasitasnya.
BAB II
DASAR TEORI
digunakan pada uji vickers antara 1 hingga 120 kgf. Perubahan beban relatif
tidak mempengaruhi hasil pengujian, penggunaan beban yang berbeda akan
tetap menghasilkan nilai kekerasan yang sama untuk material yang sama.
Nilai kekerasan Vickers dapat dihitung dengan persamaan
Dimana:
HV = Hardness Vickers
P = Beban (kgf)
440 HV 30 artinya nilai kekerasan 440 dengan beban 30 kgf dan durasi
pembebanan 10-15 detik
440 HV 30/20 artinya nilai kekerasan 440 dengan beban 30 kgf dan durasi
pembebanan 20 detik
0720040060 Riyan Ardiarta
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat
3.2 Bahan
1. Kertas gosok
2. Alkohol
3. HNO3
4. HCL
5. HF
6. H2O
3. Jika benda uji berupa sambungan las, lakukan proses esta untuk
menampilkan daerah las, HAZ dan base metal
0720040060 Riyan Ardiarta
4. Pada mesin uji universal, pasang indenter yang sesuai untuk metode
tertentu, pada mesin uji yang khusus untuk metode tertentu indenter
sudah terpasang permanen (Pada uji Vickers menggunakan indenter
piramid).
5. Pada mesin uji universal pilih mode uji yang diinginkan, brinell vickers
atau rockwell (Pilih Vickers)
6. Pilih beban yang akan digunakan sesuai metode uji !
7. atur durasi waktu pembebanan pada menu, jika menggunakan mesin
universal manual durasi waktu pakai stopwatch.
8. Letakkan benda uji di atas anvil/landasan/ragum penjepit benda !
9. Naikkan anvil hingga permukaan benda uji menyentuh ujung indenter !
10. Lepaskan tuas beban selama waktu yang sudah ditentukan (10-15
detik)
0720040060 Riyan Ardiarta
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2. PEMBAHASAN
Pada praktikum uji kekerasan. Pada praktikum ini pengujian dilakukan
hasil pengelasan (SMAW) pada pelat menggunakan metode uji kekerasan
vickers. Pada metode ini menggunakan indentor intan piramid dan diberi
beban seberat 5 kgf selama 15 detik. Sebelum melakukan pengujian
material terlebih dahulu dipoles agar pemukaan benda yang diuji halus
dan rata kemudian dilakukan etsa agar terlihat daerah seperti HAZ.
Setelah itu pengujian dilakukan pada 9 titik di 3 lokasi berbeda yaitu pada
Weld Metal (WM), Heat Affected Zone (HAZ), dan Base Metal (BM)
dengan nilai kekerasan yang berbeda beda.
Didapatkan bahwa pada Hardness Test dengan menggunakan metode
vickers bahwa nilai kekerasan didaerah BM paling rendah daripada nilai
kekerasan di daerah WM dan HAZ. Sedangkan nilai kekerasan didaerah
WM lebih besar daripada nilai kekerasan yang ada pada daerah BM. Hal
tersebut dikarenakan pada saat dilakukannya proses pengelasan terjadi
perubahan struktur pada material uji tersebut yang mana setelah
pengelasan tersebut selesai dilakukan banyak terdapat struktur Martensit
pada material uji tersebut. Apabila pada Hardness Test tersebut
didapatkan nilai kekerasan di daerah BM yang lebih besar dari pada nilai
kekerasan pada daerah WM maupun HAZ maka material uji tersebut
dinyatakan tidak lulus uji kekerasan. HAZ memiliki nilai kekerasan lebih
rendah daripada daerah WM dikarenakan pada saat proses pengelasan
selesai di daerah HAZ lebih lambat pendinginannya daripada WM
sehingga kekerasan di daerah WM lebih keras daripada HAZ.
0720040060 Riyan Ardiarta
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA