PENGUJAN LOGAM
(UJI TARIK)
Disusun oleh:
BIMO ARISTIA SUBRATA
220512709156
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. yang sudah memberi rahmat serta karunia-
Nya sehingga makalah berjudul Pengujian Logam (Uji Impact) ini bisa terselesaikan dengan
baik. Tak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya,
teman-temannya dan kepada kita, umatnya.
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang sudah berkontribusi
dalam pembuatan karya ini. Saya juga menyadari pentingnya bahan bacaan dan referensi online
yang membantu saya mengembangkan pengetahuan yang saya butuhkan untuk tulisan saya. Saya
menyadari masih terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan makalah ini, untuk itu saya
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan.
Penulis
DA FTAR ISI
1.3 Tujuan
1. Mengenal dan memahami konsep pengujian logam (uji tarik).
2. Mengenal dan memahami macam-macam spesimen pengujian logam (uji tarik).
3. Mengenal dan memahami cara kerja pengujian logam (uji tarik).
4. Mengenal dan memahami fungsi pengujian logam (uji tarik).
5. Mengenal dan memahami kelebihan dan kekurangan pengujian logam (uji tarik).
BAB 2
PEMBAHASAN
Pada Tabel 1 ditunjukkan bahwa dimensi spesimen uji tarik harus memenuhi,
panjang Gauge Length (G) sebesar 2 inch (50.8 mm), dimensi Width (W) sebesar 0.5
inch (12.7 mm) dan lebar area cekam sekitar 3/4 in. (19.05 mm). Dibagian tengah dari
batang uji (bagian yang paralel) adalah bagian yang menerima tegangan yang uniform
dan pada bagian ini disebut panjang ukur (gauge length), yaitu bagian yang dianggap
menerima pembebanan, bagian ini selalu diukur panjangnya selama proses pengujian.
Dalam ASTM E8 juga diatur dimensi standar dari spesimen uji tarik berbentuk
Round Bar, seperti yang terlihat pada Tabel 2 di bawah ini Tabel 2 Dimensi Spesimen
Uji Tarik Pelat Berdasarkan ASTM E8.
Selanjutnya diukur panjang total dari batang uji dengan menggunakan jangka
sorong. Batang uji diukur pada penampang panjang yang paling rata agar didapatkan
nilai hasil uji yang akurat. Langkah berikutnya yakni dengan memasukkan massa jenis
dari bahan baja ke Persamaan 1 berikut ini. Persamaan tersebut didasarkan pada
perhitungan massa, massa jenis dan panjang total dari batang uji.
Do = √4𝑚 𝜋𝜌𝐿
Dengan :
Do = diameter awal besi beton ulir (mm)
m = massa besi beton ulir (g)
𝜌 = massa jenis besi beton ulir (7.85 g/cm3)
L = panjang total besi beton ulir (mm)
Setelah diketahui diameter awal besi beton ulir dilanjutkan menghitung gauge
length (Lo) dengan Persamaan 2 di bawah ini.
Lo = 8 x Do
Dengan :
Lo = panjang gauge length besi beton ulir (mm)
Do = diameter awal besi beton ulir (mm)
Pemberian beban
Spesimen akan diberi beban uji aksial yang semakin besar secara kontinyu. Akibat
dari pembebanan aksial tersebut, spesimen akan mengalami perubahan panjang.
Perubahan beban (P) dan perubahan panjang (∆L) tercatat pada mesin uji tarik berupa
grafik, yang merupakan fungsi beban dan pertambahan panjang dan disebut sebagai
grafik P – ∆L dan kemudian dijadikan grafik Stress-Strain yang menggambarkan sifat
bahan secara umum seperti pada Gambar 4 berikut ini.
Keterangan :
A = Titik propolsionalitas
B = Titik elastis
C = Titik yield
D = Titik maksimum
E = Titik patah
Metode offset
Untuk kasus seperti ini cara menentukan titik y dengan menggunakan metode
offset. Metode offset dilakukan dengan cara menarik garis lurus yang sejajar dengan
garis miring pada daerah proporsional dengan jarak 0,2% dari regangan maksimal. Titik
yield didapat pada perpotongan garis tersebut dengan kurva σ-ε seperti ditunjukkan
pada Gambar 5.
2. Pembuatan gauge length. Langkah yang dilakukan dalam pembuatan gauge length
adalah: – Siapkan penitik dan tandai spesimen dengan dua titikan sejuh 60 mm untuk
spesimen plate bar dan round bar. Sedangkan untuk beton neser gauge lenghtnya 8 x
diameter. Dimana gauge lenght untuk beton neser kami memperoleh: ℓ = 78.40 mm m =
177.38 gram ρbaja = 0,00785 gram/mm3 d= √((4 m)/(π ρ l)) d= √((4 x 177.38)/(π
0,00785 x 78.40)) = 9,816 mm Sehingga gauge lenght beton neser ℓ0 = 8 x 9,816 =
78,526 mm Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
4. Pengujian pada mesin uji tarik. Langkah yang dilakukan dalam pengujian pada mesin
uji tarik adalah: – Catat data mesin pada lembar kerja. – Ambil kertas milimeter dan
pasang pada tempatnya. – Ambil spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat. –
Setting beban dan pencatat grafik pada mesin tarik. – Berikan beban secara kontinyu
sampai spesimen patah. – Catat besarnya beban pada saat yield, ultimate dan ketika
patah yang nilainya tampak pada monitor beban. – Setelah patah, ambil spesimen dan
ukur panjang dan luasan penampang yang patah . – Ulangi langkah di atas untuk seluruh
spesimen. Untuk pengujian pada mesin uji tarik bisa dilihat pada Gambar 6 dan 7 di
bawah ini.
RA=[(A0-A1)/A0] 100%
Dimana A1 = luas penampang setelah patah (mm²) Reduksi penampang juga
dapat digunakan untuk menetukan keuletan material. Semakin tinggi nilai RA, semakin
ulet material tersebut.
3.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan pengujian tarik yang telah dilakukan, makadidapatkan beberapa
kesimpulan, antara lain :
1. Jenis material yang berbeda, dengan perlakuan yang didapatkannya berbeda dan
komposisinya yang berbeda akan menyebabkan nilai kekuatannya berbeda pula dan
kurva hasil uji tariknya juga berbeda.
2. Faktor penyebab terjadinya nilai diantara dua spesimen uji tersebut adalah dimensi yang
berbeda dan perlakuan yang berbeda pula.
3.2 Saran
Diharapkan penulis dalam melaksanakan pengujian logam (uji tarik) dilaksanakan dengan benar
dan hati-hati sehingga bisa didaptkan hasil yang akurat.
Daftar Pustaka
http://www.alatuji.com/article/detail/2/uji-tarik
https://www.detech.co.id/tensile-test/
https://taufiqurrokhman.wordpress.com/2021/01/16/kekuatan-luluh-dan-tarik-yield-strength-dan-
tensile-strength/