Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGUJAN LOGAM
(UJI TARIK)

Disusun oleh:
BIMO ARISTIA SUBRATA

220512709156

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
PRODI TEKNOLOGI REKAYASA MANUFAKTUR
FEBRUARI 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. yang sudah memberi rahmat serta karunia-
Nya sehingga makalah berjudul Pengujian Logam (Uji Impact) ini bisa terselesaikan dengan
baik. Tak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya,
teman-temannya dan kepada kita, umatnya.
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang sudah berkontribusi
dalam pembuatan karya ini. Saya juga menyadari pentingnya bahan bacaan dan referensi online
yang membantu saya mengembangkan pengetahuan yang saya butuhkan untuk tulisan saya. Saya
menyadari masih terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan makalah ini, untuk itu saya
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan.

..................., 13 Februari 2023

Penulis
DA FTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….……..2


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………..3
BAB I ……………………………………………………………………………………………..4
PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………….4
1.1 Latar Belakang ..……………………………………………………………………………...4
1.2 Rumusan Masalah ...………………………………………………………………………….4
1.3 Tujuan .……………………………………………………………………………………….4
BAB II ……………………………………………………………………………………………5
PEMBAHASAN …………………………………………………………………………………5
2.1 Pengertian Pengujian Logam (Uji Tarik) …....……………………………………………….5
2.2 Macam-macam spesimen Pengujian Logam (Uji Tarik) ….………………………………….5
2.3 Cara Kerja Pengujian Logam (Uji Tarik) ...…………………………………………………11
2.4 Fungsi Pengujian Logam (Uji Tarik) …...…………………………………………………..12
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Pengujian Logam (Uji Tarik) …......…………………………..13
BAB III ………………………………………………………………………………………….14
PENUTUP ………………………………………………………………………………………14
3.1 Kesimpulan .………………………………………………………………………………...14
3.2 Saran .……………………………………………………………………………………….14
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………..15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan perkembangan dunia industri saat ini dimana logam tidak dapat
dipisahkan dalam kehiduan sehari-hari, sangatlah penting mengetahui karakteristik
dari logam-logam yang kita perlukan dalam pemilihan bahan baku.Untuk itu perlu
dilakukan pengujian-pengujian sifat mekanik suatu material suatu bahan.Untuk
mengetahui sifat-sifat suatu bahan, tentu kita harus mengadakan pengujian terhadap
bahan tersebut.Ada empat jenis uji coba yang biasa dilakukan, yaitu uji tarik (tensile
test), uji tekan (compression test), uji torsi (torsion test), dan uji geser (shear test).
Tujuan dari dilakukannya suatu pengujian mekanis adalah untuk menentukan respon
material dari suatu konstruksi, komponen, atau rakitan fabrikasi pada saat dikenakan
beban atau deformasi dari luar. Dalam proses manufaktur untuk mengendalikan atau
memantau kekuatan suatu material tertentu, perlu dilakukan adanya pengujian sebagai
parameter untuk menandakan suatu produk siap dilepas kepasaran. Dengan adanya
serangkaian pengujian yang dilakukan, dapat mengantisipasi dan menganalisa
kegagalan yang dapat dialami suatu material. Salah satu bentuk pengujian yang dapat
dilakukan adalah pengujian tarik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu pengujian logam (uji tarik)?
2. Apa saja macam-macam spesimen pengujian logam (uji tarik)?
3. Bagaimana cara kerja pengujian logam (uji tarik)?
4. Apakah fungsi pengujian logam (uji tarik)?
5. Apakah kelebihan dan kekurangan pengujian logam (uji tarik)?

1.3 Tujuan
1. Mengenal dan memahami konsep pengujian logam (uji tarik).
2. Mengenal dan memahami macam-macam spesimen pengujian logam (uji tarik).
3. Mengenal dan memahami cara kerja pengujian logam (uji tarik).
4. Mengenal dan memahami fungsi pengujian logam (uji tarik).
5. Mengenal dan memahami kelebihan dan kekurangan pengujian logam (uji tarik).

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengujian Logam (Uji Tarik)


Uji Tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu [Askeland, 1985].
Uji tarik mungkin adalah cara pengujian bahan yang paling mendasar. Uji tarik rekayasa
banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan
dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan (Dieter, 1987). Pada uji tarik, benda
uji diberi beban gaya tarik sesumbu yang bertambah secara kontinyu, bersamaan dengan
itu dilakukan pengamatan terhadap perpanjangan yang dialami benda uji (Davis,
Troxell, dan Wiskocil. 1955). Kurva tegangan regangan rekayasa diperoleh dari
pengukuran perpanjangan benda uji Pengujian ini sangat sederhana, tidak mahal dan
sudah mengalami standarisasi di seluruh dunia, misalnya di Amerika dengan ASTM E8
dan Jepang dengan JIS 2241. Dengan menarik suatu bahan kita akan segera mengetahui
bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana
material itu bertambah panjang Alat eksperimen untuk un tarik ini harus memiliki
cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly stiff).

2.2 Macam-macam Spesimen Pengujian Logam (Uji Tarik)


Prosedur Pengujian Tarik :
Terdapat beberapa bentuk spesimen pada pengujian tarik. Adapun bentuk dari
spesimen tersebut adalah sebagai berikut :

a. Spesimen Bentuk Pelat (Plate Form)


Dalam ASTM E8 (Standard Test Methods for Tension Testing of Metallic
Materials) telah diatur mengenai bentuk spesimen uji tarik yang baku. Dalam standar
tersebut, sebuah spesimen uji tarik harus memiliki spesifikasi tertentu meliputi Gauge
Length (G), Width (W), Thickness (T), Radius (R), Over all length (L), Length of
Reduced (A), Length of Grip Section (B), dan Width of Grip Section (C).
Dalam ASTM E8 juga diatur dimensi standar dari spesimen uji tarik berbentuk
Round Bar, seperti yang terlihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 1 Dimensi Spesimen
Uji Tarik Pelat Berdasarkan ASTM E8.

Gambar 1 Spesimen Uji Tarik Pelat Berdasarkan ASTM E8

Pada Tabel 1 ditunjukkan bahwa dimensi spesimen uji tarik harus memenuhi,
panjang Gauge Length (G) sebesar 2 inch (50.8 mm), dimensi Width (W) sebesar 0.5
inch (12.7 mm) dan lebar area cekam sekitar 3/4 in. (19.05 mm). Dibagian tengah dari
batang uji (bagian yang paralel) adalah bagian yang menerima tegangan yang uniform
dan pada bagian ini disebut panjang ukur (gauge length), yaitu bagian yang dianggap
menerima pembebanan, bagian ini selalu diukur panjangnya selama proses pengujian.

b. Spesimen Bentuk Silinder (Round Bar Form).


Jika batang uji berupa round bar maka ditentukan gauge length nya berdasarkan
ASTM E8 (Standard Test Methods for Tension Testing of Metallic Materials) adalah 2
in. (50.8 mm). Disertai pembentukan diameter spesimen uji sebesar 0.5 in. (12.7 mm) ,
radius of fillet 3/8 in. dan Length of reduced section (A) sebesar 2 ¼ in. Pada Gambar 2
berikut ini, ditunjukkan bentuk spesimen uji round bar sesuai dengan ASTM E8.
Gambar 2 Spesimen Uji Tarik Bentuk Round Bar Berdasarkan ASTM E8

Dalam ASTM E8 juga diatur dimensi standar dari spesimen uji tarik berbentuk
Round Bar, seperti yang terlihat pada Tabel 2 di bawah ini Tabel 2 Dimensi Spesimen
Uji Tarik Pelat Berdasarkan ASTM E8.

c. Spesimen Bentuk Baja Tulangan Beton Sirip


Besi beton diproduksi secara umum terdiri dari 2 jenis yaitu besi beton permukaan
polos (round bar) dan besi beton ulir (deformed bar). Perbedaan dua jenis besi tersebut
adalah terletak pada bagian permukaannya. Besi polos mempunyai penampang bundar
dengan permukaan tidak bersirip, sedangkan besi ulir memiliki berbentuk sirip
melintang (sirip ikan). Pada Gambar 3 ditunjukkan perbedaan antara besi beton polos
dan besi beton ulir.

Gambar 3 Spesimen Uji


Tarik Bentuk Besi Beton Ulir
Batang uji berupa deformed diratakan dulu ujung-ujungnya supaya dapat
diperoleh pengukuran panjang yang lebih presisi. Dalam menghitung diameter batang
uji deformed tidak bisa dilakukan seperti beton polos karena permukaan bidang
deformed memiliki bentuk sirip melintang. Melalui Persamaan 1 dan Persamaan 2,
penentuan diameter awal (Do) dan gauge length (Lo) dapat dilakukan. Besi beton ulir
diukur massanya di timbangan digital, untuk menghitung diameter awal beton ulir.

Selanjutnya diukur panjang total dari batang uji dengan menggunakan jangka
sorong. Batang uji diukur pada penampang panjang yang paling rata agar didapatkan
nilai hasil uji yang akurat. Langkah berikutnya yakni dengan memasukkan massa jenis
dari bahan baja ke Persamaan 1 berikut ini. Persamaan tersebut didasarkan pada
perhitungan massa, massa jenis dan panjang total dari batang uji.

Do = √4𝑚 𝜋𝜌𝐿

Dengan :
Do = diameter awal besi beton ulir (mm)
m = massa besi beton ulir (g)
𝜌 = massa jenis besi beton ulir (7.85 g/cm3)
L = panjang total besi beton ulir (mm)

Setelah diketahui diameter awal besi beton ulir dilanjutkan menghitung gauge
length (Lo) dengan Persamaan 2 di bawah ini.

Lo = 8 x Do

Dengan :
Lo = panjang gauge length besi beton ulir (mm)
Do = diameter awal besi beton ulir (mm)
Pemberian beban
Spesimen akan diberi beban uji aksial yang semakin besar secara kontinyu. Akibat
dari pembebanan aksial tersebut, spesimen akan mengalami perubahan panjang.
Perubahan beban (P) dan perubahan panjang (∆L) tercatat pada mesin uji tarik berupa
grafik, yang merupakan fungsi beban dan pertambahan panjang dan disebut sebagai
grafik P – ∆L dan kemudian dijadikan grafik Stress-Strain yang menggambarkan sifat
bahan secara umum seperti pada Gambar 4 berikut ini.

Grafik P - hasil pengujian tarik

Gambar 4 Grafik P – ∆L hasil pengujian tarik

Keterangan :
A = Titik propolsionalitas
B = Titik elastis
C = Titik yield
D = Titik maksimum
E = Titik patah

Dari Gambar 4 di atas tampak bahwa sampai titik A perpanjangan sebanding


dengan pertambahan beban. Pada daerah inilah berlaku hukum Hooke, sedangkan titik
C merupakan batas berlakunya hukum tersebut. Oleh karena itu titik A di sebut juga
batas proporsional. Sedikit di atas titik A terdapat titik B yang merupakan batas elastis
di mana bila beban dihilangkan maka belum terjadi pertambahan panjang permanen dan
spesimen kembali ke panjang semula.
Daerah di bawah titik B disebut daerah elastis. Sedangkan di atasnya disebut
daerah plastis. Di atas titik B terdapat titik C yang merupakan titik yield (luluh) yakni di
mana logam mengalami pertambahan panjang tanpa pertambahan beban yang berarti.
titik yield merupakan keadaan dimana spesimen terdeformasi dengan beban minimum.
Pada kenyataannya karena perbedaan antara ketiga titik A, B dan C sangat kecil
maka untuk perhitungan teknik seringkali keberadaan ketiga titik tersebut cukup
diwakili dengan titik C saja. Dalam kurva titik yield ditunjukkan pada bagian kurva
yang mendatar atau beban relatif tetap. Titik C ini tidak sama untuk semua logam. Pada
material yang ulet misalkan besi murni dan baja karbon rendah, titik C tampak sangat
jelas. Namun pada umumnya penampakan titik C tidak tampak jelas.

Metode offset
Untuk kasus seperti ini cara menentukan titik y dengan menggunakan metode
offset. Metode offset dilakukan dengan cara menarik garis lurus yang sejajar dengan
garis miring pada daerah proporsional dengan jarak 0,2% dari regangan maksimal. Titik
yield didapat pada perpotongan garis tersebut dengan kurva σ-ε seperti ditunjukkan
pada Gambar 5.

Gambar 5 Metode offset untuk menentukan titik yield


2.3 Cara kerja Pengujian Logam (Uji Tarik)
Langkah kerja Uji Tarik (Tensile Test) :
Urutan langkah kerja yang dilakukan dalam pengujian ini adalah:
1. Menyiapkan spesimen. Langkah yang dilakukan dalam menyiapkan spesimen adalah: –
Ambil spesimen dan jepit pada ragum. – Siapkan kikir, dan kikir bekas machining pada
spesimen yang memungkinkan menyebabkan salah ukur. – Ulangi langkah di atas untuk
seluruh spesimen.

2. Pembuatan gauge length. Langkah yang dilakukan dalam pembuatan gauge length
adalah: – Siapkan penitik dan tandai spesimen dengan dua titikan sejuh 60 mm untuk
spesimen plate bar dan round bar. Sedangkan untuk beton neser gauge lenghtnya 8 x
diameter. Dimana gauge lenght untuk beton neser kami memperoleh: ℓ = 78.40 mm m =
177.38 gram ρbaja = 0,00785 gram/mm3 d= √((4 m)/(π ρ l)) d= √((4 x 177.38)/(π
0,00785 x 78.40)) = 9,816 mm Sehingga gauge lenght beton neser ℓ0 = 8 x 9,816 =
78,526 mm Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

3. Pengukuran dimensi Langkah yang dilakukan dalam pengukuran dimensi adalah: –


Ambil spesimen dan ukur dimensinya. – Catat jenis spesimen dan data pengukurannya
pada lembar kerja. – Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

4. Pengujian pada mesin uji tarik. Langkah yang dilakukan dalam pengujian pada mesin
uji tarik adalah: – Catat data mesin pada lembar kerja. – Ambil kertas milimeter dan
pasang pada tempatnya. – Ambil spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat. –
Setting beban dan pencatat grafik pada mesin tarik. – Berikan beban secara kontinyu
sampai spesimen patah. – Catat besarnya beban pada saat yield, ultimate dan ketika
patah yang nilainya tampak pada monitor beban. – Setelah patah, ambil spesimen dan
ukur panjang dan luasan penampang yang patah . – Ulangi langkah di atas untuk seluruh
spesimen. Untuk pengujian pada mesin uji tarik bisa dilihat pada Gambar 6 dan 7 di
bawah ini.

Gambar 6 Pengujian Pada Mesin Uji Tarik


Gambar 7 Pengujian Pada Mesin Uji Tarik

2.4 Apakah Fungsi Pengujian Logam (Uji Tarik)


Nilai kekuatan dan elastisitas dari material uji dapat dilihat dari kurva hasil uji
tarik. Selain kekuatan dan elastisitas, sifat lain yang dapat diketahui adalah sebagai
berikut
1. Kekuatan luluh dari material.
2. Keuletan dari material.
3. Kelentingan dari suatu material
Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk melengkapi informasi rancangan dasar
kekuatan suatu material/bahan dan juga sebagai referensi pendukung untuk spesifikasi
material/bahan. Kekuatan ini ada beberapa macam, tergantung pada jenis beban yang
bekerja, yaitu kekuatan tarik, kekuatan geser, kekuatan tekan kekuatan torsi dan
kekuatan lengkung. Sifat Mekanik yang didapat dari uji tarik meliputi :

Regangan tertinggi menunjukkan nilai


keuletan suatu material.
Modulus elastisitas (E)
Kalau regangan menunjukkan keuletan, maka modulus elastisitas menunjukkan
kekakuan suatu material. Apabila nilai E semakin besar, menandakan semakin kakunya
suatu material. Nilai E ini diturunkan dari persamaan hukum Hooke. Dari persamaan
tersebut juga nampak bahwa kekakuan suatu material relatif terhadap yang lain dapat di
amati dari sudut kemiringan α pada garis proporsional.

Reduksi penampang/reduction of area (RA )

RA=[(A0-A1)/A0] 100%
Dimana A1 = luas penampang setelah patah (mm²) Reduksi penampang juga
dapat digunakan untuk menetukan keuletan material. Semakin tinggi nilai RA, semakin
ulet material tersebut.

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Pengujian Logam (Uji Tarik)


Jenis metode pengujian impak yakni metode Offset. Berikut Kelebihan dan Kekurangan
metode Offset:
1.Kelebihan pengujian logam Metode Offset (uji tarik)
 bahan akan berubah bentuk secara elastis dan akan kembali ke bentuk aslinya
saat tegangan yang diterapkan dihilangkan.
2. Kekurangan pengujian logam Metode Offset (uji tarik)
 Setelah tegangan luluh terlampaui, maka deformasi tidak dapat dibalik, alias
menghasilkan perubahan bentuk permanen.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan pengujian tarik yang telah dilakukan, makadidapatkan beberapa
kesimpulan, antara lain :

1. Jenis material yang berbeda, dengan perlakuan yang didapatkannya berbeda dan
komposisinya yang berbeda akan menyebabkan nilai kekuatannya berbeda pula dan
kurva hasil uji tariknya juga berbeda.
2. Faktor penyebab terjadinya nilai diantara dua spesimen uji tersebut adalah dimensi yang
berbeda dan perlakuan yang berbeda pula.

3.2 Saran
Diharapkan penulis dalam melaksanakan pengujian logam (uji tarik) dilaksanakan dengan benar
dan hati-hati sehingga bisa didaptkan hasil yang akurat.

Daftar Pustaka
http://www.alatuji.com/article/detail/2/uji-tarik
https://www.detech.co.id/tensile-test/
https://taufiqurrokhman.wordpress.com/2021/01/16/kekuatan-luluh-dan-tarik-yield-strength-dan-
tensile-strength/

Anda mungkin juga menyukai