PENDAHULUAN
1
Indonesia saat ini berada di peringkat ke-9 dunia. Berdasarkan data BPS sektor
manufaktur menyumbang PDB mencapai Rp 2.739,4 triliun dari nilai Produk
Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp 13.588,8 triliun di tahun 2017.
Naiknya pertumbuhan industri manufaktur di indonesia juga dipengaruhi
oleh kualitas hasil produksi manufaktur itu sendiri. Kualitas hasil produksi
manufaktur membuat konsumen percaya terhadap produk tersebut serta
meningkatkan daya beli. Kualitas hasil produksi manufaktur tidak hanya
dipengaruhi oleh mesin-mesin produksi yang digunakan serta manusia yang
mengoperasikan, namun juga dipengaruhi oleh kualitas material itu sendiri.
Dengan mesin produksi yang baik dan dioperasikan oleh sumber daya manusia
yang kompeten serta berasal dari material yang baik maka lahirlah produk yang
berkualitas.
Didalam industri manufaktur, logam merupakan salah satu bahan yang
sangat penting dan paling banyak digunakan dalam memenuhi berbagai kebutuhan
bahan teknik. Hal ini dikarenakan berbagai keunggulan dari sifat logam yang
hampir semua sifat bahan produk dapat dipenuhi oleh sifat logam, disamping
logam yang dapat diperbaiki sifat-sifatnya sesuai dengan kebutuhan sifat produk
yang diinginkan. Keberagaman sifat dan karakteristik produk itulah maka logam
dibentuk sedemikian rupa sebagai bahan baku (raw materials) dengan berbagai
spesifikasi dan komposisi serta cara perbaikan sifatnya yang dapat dipilih sesuai
dengan kebutuhan. Dengan material yang berkualitas maka terjadinya cacat
produksi maupun kegagalan fungsi dari suatu hasil produksidapat di cegah. Salah
satu hal yang bisa menyebabkan kegagalan pada elemen sebuah konstruksi mesin
adalah beban yang bekerja pada elemen mesin besarnya melebihi kekuatan
material. Kekuatan merupakan sifat yang dimiliki oleh setiap material. Kekuatan
pada material dibagi menjadi dua bagian yaitu kekuatan tarik dan kekuatan mulur.
Kekuatan material bisa diperoleh dari sebuah pengujian yang dikenal dengan
nama uji tarik (tensile test).
2
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan pengujian tarik material?
2) Bagaimana bentuk dan dimensi spesimen uji?
3) Bagaimanakah prinsip pengujian tarik?
4) Apa yang dimaksud dengan hukum hooke (hooke's law)?
5) Apa hubungan tegangan dan regangan berkaitan dengan hukum Hooke?
6) Bagaimanakah bentuk profil uji tarik?
7) Apa sajakah sifat mekanik dari benda uji yang dihasilkan dari uji tarik?
8) Apa yang dimaksud dengan pengujian Impact material?
9) Apa yang dimaksud dengan harga Impact
10) Apa yang dimaksud dengan Kepatahan (Fracture)
11) Metode apa saja yang di gunakan untuk Pengujian Impact
12) Bagaimana Prinsip Pengujian Impact
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengujian tarik material.
2) Untuk mengetahui bentuk dan dimensi spesimen uji
3) Untuk mengetahui prinsip pengujian tarik
4) Untuk mengetahui dan hukum hooke (hooke's law)
5) Untuk mengetahui dan memahami hubungan tegangan dan regangan
berkaitan dengan hukum Hooke
6) Untuk mengetahui dan memahami bentuk profil uji tarik
7) Untuk mengetahui dan memahami sifat mekanik dari benda uji yang
dihasilkan dari uji tarik
8) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengujian Impact
material
9) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan harga Impact
10) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Kepatahan (Fracture)
11) Untuk mengetahui metode apa saja yang di gunakan untuk
Pengujian Impact
12) Untuk mengetahui bagaimana Prinsip Pengujian Impact
3
BAB II
ISI
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan
suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Uji
Tarik merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan.
Pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis. Pengujian uji
tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis
yang diberikan secara lambat. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat
penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena mengahsilkan data
kekuatan material. Hasil pengujian tarik pada umumnya adalah parameter
kekuatan (kekuatan tarik dan kekuatan luluh), parameter keliatan/keuletan yang
ditunjukkan dengan adanya prosen perpanjangan (e) dan prosen kontraksi atau
reduksi (q) penampang patah dan bentuk-bentuk penampang patah.Dengan
menarik suatu bahan kita akan segera mengetahui bagaimana bahan tersebut
4
bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material itu
bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik (gambar 1) ini harus
memiliki cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly stiff).
Pengujian ini sangat sederhana, tidak mahal dan sudah mengalami standarisasi di
seluruh dunia, misalnya di Amerika dengan ASTM E8 dan Jepang dengan JIS
2241. Proses pengujian tarik mempunyai tujuan utama untuk mengetahui
kekuatan tarik bahan uji. Bahan uji adalah bahan yang akan digunakan sebagai
konstruksi, agar siap menerima pembebanan dalam bentuk tarikan. Pembebanan
tarik adalah pembebanan yang diberikan pada benda dengan memberikan gaya
yang berlawanan pada benda dengan arah menjauh dari titik tengah atau dengan
memberikan gaya tarik pada salah satu ujung benda dan ujung benda yang lain
diikat.
Seperti pada gambar 1 benda yang di uji tarik diberi pembebanan pada
kedua arah sumbunya. Pemberian beban pada kedua arah sumbunya diberi beban
yang sama besarnya.
5
bertambah panjang hingga akhirnya patah. Pengujian tarik relatif sederhana,
murah dan sangat terstandarisasi dibanding pengujian lain. Hal-hal yang perlu
diperhatikan agar penguijian menghasilkan nilai yang valid adalah; bentuk dan
dimensi spesimen uji, pemilihan grips dan lain-lain.
6
Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus
menarik suatu bahan (dalam hal ini suatu logam) sampai putus, kita akan
mendapatkan profil pembebanan tarik seperti digambarkan pada Gambar 3.
Hasil yang diperoleh dari proses pengujian tarik adalah kurva tegangan-
regangan, parameter kekuatan dan keliatan material pengujian dalam prosentase
perpanjangan, kontraksi atau reduksi penampang patah, dan bentuk permukaan
patahannya. Profil tarikan yang lengkap yang berupa kurva digambarkan dalam
gambar 4, kurva ini menunjukkan hubungan antara gaya tarikan dengan
perubahan panjang. Pada pengujian tarik beban diberikan secara kontinyu dan
pelan-pelan bertambah besar, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan
mengenai perpanjangan yang dialami benda uji. Kemudian dapat dihasilkan kurva
tegangan dan regangan. Tegangan dapat diperoleh dengan membagi beban dengan
luas penampang mula-mula benda uji.
7
Gambar. 4 Gambaran Pengujian Tarik
Prinsip pengujian tarik (gambar 5) adalah sebuah batang coba (benda uji)
dengan ukuran yang di standarisasikan, ditekan pada sebuah mesin uji tarik
kemudian dibebani gaya tarik yang dinaikkan secara perlahan-lahan sampai bahan
uji putus. Selama percobaan/pengujian beban dan regangan batang coba diukur
terus menerus. Kedua besaran ini ditampilkan dalam sebuah gambar diagram.
Skala tegak menunjukkan teggangan tarik dalam mm dan berpatokan pada
penampang batang semula, sedangkan skala mendatar menyatakan regangan
(perpanjangan) yang bersangkutan dalam prosentase terhadap panjang awal.
8
Jika beban dinaikkan melampaui batas-batas kekenyalan (batas elastisitas),
maka regangan membesar relatif lebih pesat dan lengkungan segera menunjukkan
sebuah tekukan yang akan tampil semakin jelas, semakin ulet bahan tersebut.
Tegangan dalam pengujian ini dinamakan batas rentang atau batas leleh. Hal ini
merupakan angka ciri bahan yang penting, karena disini bahan uji untuk pertama
kalinya mengalami kelonggaran menetap pada strukturnya yang dapat dikenal
melalui munculnya wujud-wujud leleh pada permukaan batang uji. Pada
pembebanan yang ditingkatkan lebih lanjut, maka tegangan akan mencatat titik
puncaknya seraya melajunya regangan batang uji. Batang uji telah mencapai
pembebanan tertinggi, dan batang uji kini menyusut pada kedudukan yang
nantinya merupakan tempat perpecahan.
Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik,
hubungan antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan
perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear zone. Di
daerah ini, kurva pertambahan panjang vs beban mengikuti aturan Hooke sebagai
berikut:
9
Hubungan antara stress dan strain dirumuskan:
E=σ/ε ............................................(3)
Untuk menghitung luas penampang normal (A0) suatu spesimen dapat
ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
π 2
A= d ............................................(4)
4
Dimana :
d = Diameter benda uji
Prosentase pertambahan panjang (regangan) diartikan sebagai
perpanjangan tiap satuan panjang, yang diperoleh dengan membagi perpanjangan
panjang ukur ΔL mula-mula benda uji. Hal tersebut dirumuskan sebagai berikut :
∆ L L1−L0
e= = x 100 % .....................(5)
L0 L0
Dimana :
E = Regangan (%)
L1 = Panjang akhir (mm)
L0 = Panjang awal (mm)
∆ A A 0− A 1
q= = x 100 % ......................(6)
A0 A0
Dimana :
q = Reduksi Penampang (%)
A0 = Luas Penampang awal (mm2)
A1 = Luas penampang terkecil setelah patah (mm2)
10
Pengujian tarik dilaksanakan dengan mesin pengujian tarik Servopulser
yang selama pengujian akan mencatat setiap kondisi bahan sampai terjadinya
tegangan ultimate ( σU ), juga sekaligus akan menggambarkan diagram tarik dari
benda uji, adapun panjang L1 akan diketahui sete1ah benda uji patah dengan
menggunakan pengukuran secara manual. Tegangan ultimate adalah beban
tertinggi yang bekerja pada luas penampang semula.
Pa
σ u= ...............................................(7)
A0
Dimana :
σu = Tegangan Ultimate (kg/mm2)
P
a = Beban tertinggi yang bekerja (kg)
A0 = Luas penampang semula (mm2)
Tegangan luluh ( σy) hasilnya haruslah lebih kecil dari tegangan maksimal
atau tegangan Ultimate ( σu), dimana tegangan luluh dinyatakan dengan rumus
sebagai berikut :
Py
σ y= ............................................... (8)
A0
Diamna :
y = Tegangan luluh (kg/mm2)
Py = Beban luluh yang bekerja (kg)
A0 = Luas penampang seula (mm2)
Bahan yang liat biasanya memiliki grafik uji tarik dimana titik yield
langsung dapat diketahui. Bahan yang tidak liat biasanya titik yield-nya tidak
dapat dilihat secara langsung. Dengan memberikan tambahan beban, maka
regangan mulai bertambah. Akibatnya kurva tegangan-regangan akan memiliki
kemiringan (slope) tertentu, kemudian kemiringannya berubah menjadi keeil
sehingga kurvanya mendatar dan terjadi perpanjangan yang besar tanpa tambahan
gaya tarik. Gejala ini dikenal sebagai peluluhan (yielding) bahan dan tegangan
pada daerah ini disebut tegangan luluh (yield stress) atau merupakan kekuatan
luluh bahan. Akhirnya pembebanan mencapai harga maksimum dan tegangannya
11
disebut tegangan tertinggi (ultimate stress) atau merupakan kekauatan tarik bahan.
Kondisi selanjutnya diikuti pengurangan beban dan akhirnya putus (failure).
Apabila suatu bahan seperti paduan aluminium tidak memiliki titik luluh
yang jelas dan masih mengalami regangan-regangan besar setelah batas luluh
terlewati, maka suatu tegangan luluh sembarang dapat ditentukan melalui metoda
offset(offset method) (lihat gambar 6). Disini sebuah garis lurus ditarik sejajar
dengan bagian awal kurva yang linier pada diagram tegangan-regangan yang
berjarak 0,2% sampai 0,35% dari grafik keseluruhan. Perpotongan garisoffset
dengan kurva tegangan-regangan (titik A pada gambar 5) didefinisikan sebagai
tegangan luluh ( y σ).
12
= E / ...............................................(9)
Dimana :
= Tegangan (kg/mm2)
E = Modulus elastisitas (Mpa)
= Regangan (%)
13
s= P/A0 ...............................................(10)
Dimana :
s : besarnya tegangan (kg/mm2)
P : beban yang diberikan (kg)
A0 : Luas penampang awal benda uji (mm2)
Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik adalah
regangan linier rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan yang
dihasilkan setelah pengujian dilakukan dengan panjang awal. Dituliskan seperti
dalam persamaan berikut.
........................................ (11)
Dimana :
14
untuk menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar dengan
bertambahnya regangan plastik.
........................................(12)
Dimana :
Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk
mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan tegangan teknik
(sebanding dengan beban F) yang bertambah terus, dengan bertambahnya
regangan. Akhirnya dicapai suatu titik di mana pengurangan luas penampang
lintang lebih besar dibandingkan pertambahan deformasi beban yang diakibatkan
oleh pengerasan regang. Keadaan ini untuk pertama kalinya dicapai pada suatu
titik dalam benda uji yang sedikit lebih lemah dibandingkan dengan keadaan tanpa
beban. Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat pada daerah tersebut dan
benda uji mulai mengalami penyempitan secara lokal. Karena penurunan luas
penampang lintang lebih cepat daripada pertambahan deformasi akibat pengerasan
regang, beban sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah bentuk benda uji akan
berkurang dan demikian juga tegangan teknik akan berkurang hingga terjadi
patah.
Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan
beberapa sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara
lain:
15
a. Kekuatan tarik
b. Kuat luluh dari material
c. Keuletan dari material
d. Modulus elastic dari material
e. Kelentingan dari suatu material
f. Ketangguhan.
Berdasarkan kurva diatas dapat dijelasakan bahwa bahan yang mempunyai sifat
berbeda akan mempunyai titi luluh serta besar regangan yang berbeda.
16
Bentuk bahan yang diuji, untuk logam biasanya dibuat spesimen dengan dimensi
seperti pada gambar 9 berikut.
Sampel atau benda uji ditarik dengan beban continue sambil diukur
pertambahan panjangnya. Data yang didapat berupa perubahan panjang dan
perubahan beban yang selanjutnya ditampilkan dalam bentuk grafik tegangan-
regangan. profil data dari tensile test secara lebih detail dapat digeneralisasi
seperti pada gambar 11.
17
Gambar 11. Profil Kurva Hasil Uji Tarik
Berdasarkan gambar diatas, maka kurva uji tarik dimulai dari titik O
sampai titik D sesuai dengan arah panah. Dari kurva uji tarik tersebut akan
didapatkan beberapa sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat
tersebut antara lain:
18
merupakan daerah elastic ini. Selanjutnya bila bahan terus diberi tegangan
(deformasi dari luar) maka batas elastic akan terlampaui pada akhirnya
sehingga bahan tidak akan kembali kepada ukuran semula. Dengan kata
lain dapat didefinisikan bahwa batas elastic merupakan suatu titik dimana
tegangan yang diberikan aan menyebabkan terjadinya deformasi permanen
(plastis) pertama kalinya. Kebanyakan material teknik memiliki batas
elastic yang hampir berimpitan dengan batas proporsionalitasnya.
19
digunakan (10-4 inci/inci), batas elastik lebih besar daripada batas
proporsional. Penentuan batas elastik memerlukan prosedur pengujian
yang diberi beban-tak diberi beban (loading-unloading)
20
2.5.5 Titik luluh dan tegangan luluh (yield strength)
Titik ini merupakan suatu batas dimana material akan terus
mengalami deformasi tanpa adanya penambahan beban. Tegangan (stress)
yang mengakibatkan bahan menunjukkan mekanisme luluh ini disebut
tegangan luluh (yield stress). Gejala luluh umumnya hanya ditunjukan oleh
logam-logam ulet dengan struktur kristal BCC dan FCC yang membentuk
interstitial solid solution dari atom-atom carbon, boron, hydrogen, oksigen.
Interaksi antara dislokasi dan atom-atom tersebut menyebabkan baja ulet
seperti mild steel menunjukkan titik luluh bawah (lower yield point) dan
titik luluh atas (upper point) Baja berkekuatan tinggi dan besi tuang yang
getas umumnya tidak memperlihatkan batas luluh yang jelas. Untuk
menentukan kekuatan lulu material seperti ini maka digunakan suatu
metode yang disebut metode offset. Dengan metode ini kekuatan luluh
(yield strength) ditentukan sebagai tegangan dimana bahan
memperlihatkan batas penympangan/deviasi tertentu dari proporsionalitas
tegangan dan regangan (gambar 11). Pada gambar 13, garis offset ditarik
parallel dengan garis yang berwarna merah muda dan perpotongan antara
garis tersebut menunjukkan kekuatan luluh. Umumnya garis offset εp
diambil 0,1 sampai 0,2% dari regangan totol dimulai dari titik O.
21
Tegangan luluh terbagi menjadi tegangan luluh atas, σuy (upper
yield stress) dan tegangan luluh bawah, σly (lower yield stress). Tegangan
luluh atas merupajan tegangan maksimum sebelum bahan memasuki fase
daerah landing peralihan deformasi elastis ke plastis. Sedangkan tegangan
luluh bawah adalah tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-
benar memasuki fase deformasi plastis, tegangan ini juga sering disebut
tegangan luluh saja.
Tegangan luluh dan titik luluh merupakan sebuah gambaran
kemampuan bahan menahan deformasi permanen bila digunakan dalam
penggunaan structural yang melibatkan pembebanan mekanik seperti tarik,
tekan bending atau puntiran. Disisi lain, batas luluh ini harus dicapai
ataupun dilewati bila bahan (logam) dipakai dalam proses manufaktur
produk-produk logam seperti rolling, drawling, stretching dan sebagainya.
Dapat dikatakan bahwa titik luluh adalah suatu tingkat tegangan yang:
a. Tidak boleh dilewati dalam penggunaan structural (in service)
b. Harus dilewati dalam proses manufaktur logam (forming
process)
Dimana :
Su : Kuat tarik
Pmaks : Beban maksimum
A0 : Luas penampang awal
22
Sedangkan tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan
sebagai hasil suatu uji tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang
bersifat mendasar dalam kaitannya dengan kekuatan bahan. Untuk logam-
logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban
maksimum, di mana logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan
yang sangat terbatas. Akan ditunjukkan bahwa nilai tersebut kaitannya
dengan kekuatan logam kecil sekali kegunaannya untuk tegangan yang
lebih kompleks, yakni yang biasanya ditemui. Untuk berapa lama, telah
menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan struktur pada kekuatan tarik,
dikurangi dengan faktor keamanan yang sesuai.
Kecenderungan yang banyak ditemui adalah menggunakan
pendekatan yang lebih rasional yakni mendasarkan rancangan statis logam
yang liat pada kekuatan luluhnya. Akan tetapi, karena jauh lebih praktis
menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan bahan, maka
metode ini lebih banyak dikenal, dan merupakan metode identifikasi bahan
yang sangat berguna, mirip dengan kegunaan komposisi kimia untuk
mengenali logam atau bahan. Selanjutnya, karena kekuatan tarik mudah
ditentukan dan merupakan sifat yang mudah dihasilkan kembali
(reproducible). Kekuatan tersebut berguna untuk keperluan spesifikasi dan
kontrol kualitas bahan. Korelasi empiris yang diperluas antara kekuatan
tarik dan sifat-sifat bahan misalnya kekerasan dan kekuatan lelah, sering
dipergunakan. Untuk bahan-bahan yang getas, kekuatan tarik merupakan
kriteria yang tepat untuk keperluan perancangan.
23
dimana tegangan maksimum sekaligus perpatahan ada disatu titik yang
sama. Dalam kaitannya dengan penggunaan structural maupun dalam
proses forming bahan, kekuatan masksimum adalah batas tegangan yang
sama sekali tidak bole dilewati.
24
pada titik patah, yaitu merupakan luas bidang di bawah kurva tegangan-
regangan. Sifat ini, dalam beberapa tingkatan, harus dimiliki oleh bahan
bila ingin dibentuk (forming) melalui proses rolling, bending, stretching,
drawing, hamering, cutting dan sebagainya.
Secara umum pengukuran keuletan dilakukan untuk memenuhi
kepentingan tiga buah hal yaitu :
a. Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat
berdeformasi tanpa terjadi patah dalam suatu proses suatu
pembentukan logam, misalnya pengerolan dan ekstrusi.
b. Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang
mengenai kemampuan logam untuk mengalir secara pelastis
sebelum patah.
c. Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian
atau kondisi pengolahan
Dimana :
Lf : Panjang akhir
Lo adalah panjang awal dari benda uji.
b. Persentase pengurangan/reduksi penampang. Diukur sebagai
pengurangan luas penampang (cross-section) setelah
perpatahan terhadap luas penampang awalnya.
Reduksi penampangnya, R (%) = (Af – A0) / A0 x 100% ..................(15)
Dimana :
Af : luas penampang akhir
Ao : luas penampang awal.
25
2.5.10 Modulus Elastisitas (E)
Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan
keelastisitasannya. Makin besar modulus, makin kecil regangan elastik
yang dihasilkan akibat pemberian tegangan.Modulus elastisitas ditentukan
oleh gaya ikat antar atom, karena gaya-gaya ini tidak dapat dirubah tanpa
terjadi perubahan mendasar pada sifat bahannya. Maka modulus elastisitas
salah satu sifat-sifat mekanik yang tidak dapat diubah. Sifat ini hanya
sedikit berubah oleh adanya penambahan paduan, perlakuan panas, atau
pengerjaan dingin. Secara matematis persamaan modulus elastic dapat
ditulis sebagai berikut.
.................................................(16)
Dimana :
s : Tegangan
ε : Regangan
26
Gambar 15. Kurva stress vs strain dengan titik-titik dan daerah
dari suatu sifat
27
2.5.12 Regangan elastis εe (elastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat
beban dilepaskan regangan ini akan kembali ke posisi semula.
28
2.5.17 Kelenturan (ductility)
Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat
deformasi plastis yang terjadi sebelum suatu bahan putus atau gagal pada
uji tarik. Bahan disebut lentur (ductile) bila regangan plastis yang terjadi
sebelum putus lebih dari 5%, bila kurang dari itu suatu bahan disebut getas
(brittle) sebagaimana di tunjukkan dalam gambar 16.
29
Uo = ½ σxеx
Dari definisi diatas, modulus kelentingan dapat dibuat persamaan
sebagai berikut:
..................................(18)
Persamaan ini menunjukan bahwa bahan ideal untuk menahan beban
energi pada pemakaian di mana bahan tidak mengalami deformasi
permanen, misal pegas mekanik, adalah data bahan yang memiliki
tegangan luluh tinggi dan modulus elastisitas rendah.
................................................(19)
Untuk material yang getas
......................................................(20)
Dimana UT adalah Jumlah unit volume
30
2.6 Uji Kejut (Impact Test)
31
2.7 Harga Impact
Pada pengujian Impact ini banyaknya energy yang diserap oleh bahan
untuk terjadinya perpatahan merupakan ukuran ketahanan Impact atau
ketangguhan bahan tersebut. Pada pengujian Impact, energy yang diserap oleh
benda uji biasanya dinyatakan dalam satuan joule dan dibaca langsung pada skala
(dial) penunjuk yang telah dikalibrasi yang terdapat pada mesin penguji (gambar
17) . Harga Impact (HI) suatu bahan dapat diuji dengan metode Chrapy diberikan
oleh:
HI=E/A.............................................................. (21)
Dimana E adalah energy yang diserap dalam satuan joule dan A luas penampang
dibawah takik dalam satuan mm2. Secara umum benda uji Impact dikelompokkan
dalam dua golongan sampel standart yaitu: batang uji Chrapy, banyak digunakan
di Amerika Serikat dan batang uji Izod yang lazim digunakan di Inggris dan
Eropa. Benda uji Chrapy memiliki luas penampang lintang bujur sangkar (10x10
mm) dan memiliki takik (notch) berbentuk V dengan sudut 45o, dengan jari-jari
dasar 0,25 mm dan kedalaman 2 mm (gambar 18). benda uji diletakkan pada
tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang bertakik diberi beban Impact
dari ayunan bandul.
32
Gambar 18. Benda uji Chrapy
33
Metode pengujian Impact dibedakan menjadi 2 macam yaitu
Metode Charpy dan Metode Izod.
1. Metode Charpy
Pada metode sebagaimana ditunjukkan pada gambar1.5.a,
spesimen diletakkan mendatar dan kedua ujung spesimen ditumpu
pada suatu landasan. Letak takikan (notch) tepat ditengah dengan arah
pemukulan dari belakang takikan. Biasanya metode ini digunakan di
Amerika dan banyak negara yang lain termasuk Indonesia.
2. Metode izod
Pada metode ini sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1.5.b,
spesimen dijepit pada salah satu ujungnya dan diletakkan tegak. Arah
pemukulan dari depan takikan. Biasanya metode ini digunakan di
Negara Inggris. Benda uji izod mempunyai penampang lintang bujur
sangkar atau lingkaran dengan takik V di dekat ujung yang dijepit
(gambar 20).
Gambar 20. Skematik pembebanan Impact benda uji charpy dan izod
34
menentukan jenis perpatahan yang tejadi. Secara umum perpatahan digolongkan
menjadi 3 jenis, yaitu:
2) Perpatahan granular/kristalin
Perpatahan granular adalah perpatahan yang dihasilkan oleh
mekanisme pembelahan (cleavage) pada butir-butir dari bahan
(logam) yang rapuh (brittle). Ditandai dengan permukaan perpatahan
yang datar yang mampu memberikan daya pantul cahaya yang tinggi
(mengkilat).
3) Perpatahan campuran
Perpatahan campuran adalah perpatahan yang merupakan
kombinasi dua jenis perpatahan yaitu perpatahan granular dan
berserat.
Selain dengan harga Impact yang ditunjukkan oleh alat uji, pengukuran
ketangguhan suatu bahan dapat dilakukan dengan memperkirakan berapa persen
patahan berserat dan patahan kristalin yang dihasilkan oleh benda uji yang diuji
pada temperature tertentu. Semakin banyak persentase patahan berserat maka
semakin tangguh bahan tersebut. Cara ini dapat dilakukan dengan mengamati
permukaan patahan benda uji di bawah mikroskop stereoscan. Informasi lain yang
dapat dihasilkan oleh pengujian Impact adalah temperature transisi. Temperatur
transisi adalah temperature yang menunjukkan transisi perubahan jenis perpatahan
suatu bahan bila diuji pada temperature yang berbeda-beda. Pada pengujian
dengan temperature yang berbeda-beda maka akan terlihat bahwa benda akan
35
bersifat ulet (ductile) pada temperature tinggi sedangkan pada temperature renda
material akan bersifat rapuh.
Fenomena ini berkaitan dengan vibrasi atom-atom pada temperature yang
berbeda dimana pada temperature kamar vibrasi itu berada dalam kondisi
kesetimbangan dan selanjutnya akan menjadi tinggi bila temperature dinaikkan ,
hal ini dikarenakan energy panas merupakan suatu driving force terhadap
pergerakan partikel atom bahan. Vibrasi atom inilah yang berperan sebagai suatu
penghalang (obstacle) terhadap pergerakan dislokasi pada saat terjadi deformasi
kejut/Impact dari luar. Dengan semakin tinggi vibrasi itu maka pergerakan
dislokasi menjadi relative sulit sehingga dibuthkan energy yang lebih besar untuk
mematahkan benda uji. Sebaliknya pada temperatur dibawah nol drajat celcius,
vibrasi atom relatif sedikit sehingga pada saat bahan dideformasi pergerakan
dislokasi menjadi lebih mudah dan benda uji menjadi lebih mudah dipatahkan
dengan energi yang relatif lebih rendah. Informasi mengenai temperature transisi
menjadi demikian penting bila suatu material akan didesain utuk aplikasi yang
melibatkan rentang temperature yang besar, dari temperature di bawah nol derajat
celcius hingga temperature tinggi di atas 100 derajat celcius misalnya. Hampir
semua logam berkekuatan rendah dengan struktur Kristal FCC seperti tembaga
dan aluminium bersifat ulet pada semua temperature sementara bahan dengan
kekuatan luluh yang tinggi bersifat rapuh. Bahan keramik, polimer dan logam-
loga BCC dengan kekuatan luluh rendah dan sedang memiliki transisi rapuh-ulet
bila temperature dinaikkan. Hampir semua baja karbon yang dipakai pada
jembatan, kapal, jarigan pipa, dan sebagainya bersifat rapuh pada temperature
rendah.
36
Sebuah batang uji yang diberi takikan dan distandarisasikan, ditumpu
bebas pada kedua ujungnya dan dipukul dengan sebuah martil bandul yang
dijatuhkan oleh mesin uji pukul takik dari ketinggian tertentu H menuju
kedudukan takikan pada bahan uji. Dalam pada itu dampak bobot martil (akan
mengalami hambatan dan martil akan membubung kembali dibelakang batang uji,
tetapi hanya akan mencapai ketingian h yang lebih rendah. Semakin besar nilai
keuletan takik, akan semakin kecil ketinggian h. dari selisih H-h dapat dihitung
atau dibaca besarnya kerja pemukulan yang terpakai pada mesin uji takik. Cacat
pada permukaan bahan (takikan) bisa memperkecil kekuatan bahan konstruksi
terhadap beban kerjanya, Perlu dilakukan uji pukul takik untuk mengetahui berapa
prosen berkurangnya kemampuan material apabila mengalami takikan.
37
Perlakuan suhu yang berbeda ini disebabkan karena Informasi lain yang
dapat dihasilkan oleh pengujian Impact yaitu temperatur transisi bahan.
Temperatur transisi adalah temperatur yang menunjukkan transisi perubahan jenis
perpatahan suatu bahan bila diuji pada temperatur yang berbeda-beda. Pada
pengujian seperti ini akan terlihat bahwa pada temperatur tinggi material akan
bersifat ulet (ductile) sedangkan pada temperatur rendah material akan bersifat
rapuh. Fenomena ini berkaitan dengan vibrasi atom-atom bahan pada temperatur
yang berbeda dimana pada temperatur kamar vibrasi itu berada dalam kondisi
kesetimbangan dan selanjutnya akan menjadi tinggi bila temperatur dinaikkan.
Vibrasi atom inilah yang berperan sebagai suatu penghalang (obstacle) terhadap
pergerakan dislokasi pada saat terjadi deformasi kejut/Impact dari luar. Dengan
semakin tinggi vibrasi itu maka pergerakan dislokasi menjadi relative sulit
sehingga dibutuhkan energi yang lebih besar untuk mematahkan benda uji.
Sebaliknya pada temperatur dibawah nol derajat Celcius, vibrasi atom relative
sedikit sehinggga pada saat bahan dideformasi pergerakan dislokasi menjadi lebih
mudah dipatahkan dengan energy yang relative lebih rendah.
Pada pengujian Impact banyaknya energi yang diserap oleh bahan untuk
terjadinya perpatahan merupakan ukuran ketahanan Impact atau ketangguhan
bahan tersebut. Suatu material dikatakan tangguh bila mampu menyerap energi
yang besar tanpa mengalami keretakan atau terdeformasi dengan mudah. Pada
pengujian Impact, energi yang diserap oleh benda uji biasanya dinyatakan dalam
satuan Joule dan dibaca langsung pada skala (dial) penunjuk yang telah dikalibrasi
yang terdapat pada mesin penguji. Pengukuran lain yang biasa dilakukan dalam
38
pengujian Impact Charpy adalah penelaahan permukaan perpatahan untuk
menentukan jenis perpatahan yang terjadi. Secara umum perpatahan
digolongkan menjadi 3, yaitu :
39
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan
dan ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara
lambat terhadap bahan/material dengan cara memberikan beban gaya
yang sesumbu.
2. Tujuan uji rarik adalah untuk mengetahui sifat-sifat mekanis suatu
bahan.
3. Pada pengujian tarik beban diberikan secara kontinyu dan pelan-pelan
bertambah besar, kemudian dapat dihasilkan kurva tegangan dan
regangan. Tegangan dapat diperoleh dengan membagi beban dengan
luas penampang mula-mula benda uji.
4. Modulus Elastisitas atau Young Modulus adalah perbandingan tegangan
(σ) dan regangan (ε).
5. Sifat – sifat mekanik yang dihasilkan pdari uji tarik antara lain kekuatan
tarik, kuat luluh dari material, keuletan dari material, modulus
elastic dari material, kelentingan dari suatu material, ketangguhan.
6. Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban pada
saat diberikan penetrasi dan akan kembali ke bentuk semula.
7. Regangan luluh adalah regangan permanen saat bahan akan memasuki
fase deformasi plastis
8. Ketangguhan (Toughness) adalah kemampuan menyerap energi pada
daerah plastik.
9. Impact test adalah suatu tes yang mengukur kemampuan suatu bahan
dalam menerima beban tumbuk menggunakan ayunan bandul dengan
ketinggian tertentu berayun dan memukul benda uji.
40
10. Fracture atau kepatahan pada suatu material dapat digolongkan
sebagai brittle (getas) atau ductile (ulet).
11. Metode pengujian Impact dibedakan menjadi 2 macam yaitu
Metode Charpy dan Metode Izod.
12. Perpatahan digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu perpatahan berserat
(fibrous fracture), perpatahan granular/kristalin dan perpatahan
campuran (berserat dan granular)
3.2 Saran
1. Sebaiknya dilakukan pengujian tarik dan impact secara acak pada setiap
maaterial untuk menjaga kualitas suatu produk
2. perlu pemerataan ketersediaan alat uji bahan teknik di lembaga
pendidikan dan pelatihan
41
DAFTAR PUSTAKA
42