Anda di halaman 1dari 33

ENDAH DHITA PRATIWI

061440411700
TEKINIK ENERGI

BAB I
PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG


Suatu logam mempunyai sifat-sifat tertentu yang dibedakan
atas sifat fisik, mekanik, thermal, dan korosif. Salah satu yang penting
dari sifat tersebut adalah sifat mekanik. Sifat mekanik terdiri dari
keuletan, kekerasan, kekuatan, dan ketangguhan. Sifat mekanik
merupakan salah satu acuan untuk melakukan proses selanjutnya
terhadap suatu material, contohnya untuk dibentuk dan dilakukan
proses permesinan. Untuk mengetahui sifat mekanik pada suatu
logam harus dilakukan pengujian terhadap logam tersebut. Salah satu
pengujian yang dilakukan adalah pengujian tarik.
Dalam pembuatan suatu konstruksi diperlukan material dengan
spesifikasi dan sifat-sifat yang khusus pada setiap bagiannya. Sebagai
contoh dalam pembuatan konstruksi sebuah jembatan. Diperlukan
material yang kuat untuk menerima beban diatasnya. Material juga
harus elastis agar pada saat terjadi pembebanan standar atau
berlebih tidak patah. Salah satu contoh material yang sekarang
banyak digunakan pada konstruksi bangunan atau umum adalah
logam.
Meskipun dalam proses pembuatannya telah diprediksikan sifat
mekanik dari logam tersebut, kita perlu benar-benar mengetahui nilai
mutlak dan akurat dari sifat mekanik logam tersebut. Oleh karena itu,

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

sekarang ini banyak dilakukan pengujian-pengujian terhadap sampel


dari material.
Pengujian ini dimaksudkan agar kita dapat mengetahui besar
sifat mekanik dari material, sehingga dapat dlihat kelebihan dan
kekurangannya. Material yang mempunyai sifat mekanik lebih baik
dapat memperbaiki sifat mekanik dari material dengan sifat yang
kurang baik dengan cara alloying. Hal ini dilakukan sesuai kebutuhan
konstruksi dan pesanan.
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji
kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya
yang sesumbu. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat
penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena
mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan
untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang
diberikan secara lambat.Salah satu cara untuk mengetahui besaran
sifat mekanik dari logam adalah dengan uji tarik. Sifat mekanik yang
dapat diketahui adalah kekuatan dan elastisitas dari logam tersebut.
Uji tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan
dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi
spesifikasi bahan. Nilai kekuatan dan elastisitas dari material uji dapat
dilihat dari kurva uji tarik.
Pengujian tarik ini dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat
mekanis suatu material, khususnya logam diantara sifat-sifat mekanis
yang dapat diketahui dari hasil pengujian tarik adalah sebagai
berikut:
1. Kekuatan tarik
2. Kuat luluh dari material

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

3. Keuletan dari material


4. Modulus elastic dari material
5. Kelentingan dari suatu material
6. Ketangguhan.
Pengujian tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi
rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung
bagi spesifikasi bahan. Karena dengan pengujian tarik dapat diukur
ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara
perlahan. Pengujian tarik ini merupakan salah satu pengujian yang
penting untuk dilakukan, karena dengan pengujian ini dapat
memberikan berbagai informasi mengenai sifat-sifat logam.
Dalam bidang industri diperlukan pengujian tarik ini untuk
mempertimbangkan faktor metalurgi dan faktor mekanis yang
tercakup dalam proses perlakuan terhadap logam jadi, untuk
memenuhi proses selanjutnya.
Oleh karena pentingnya pengujian tarik ini, kita sebagai mahasiswa
metalurgi hendaknya mengetahui mengenai pengujian ini. Dengan
adanya kurva tegangan regangan kita dapat mengetahui kekuatan
tarik, kekuatan luluh, keuletan, modulus elastisitas, ketangguhan, dan
lain-lain. Pada pegujian tarik ini kita juga harus mengetahui dampak
pengujian terhadap sifat mekanis dan fisik suatu logam.
Dengan mengetahui parameter-parameter tersebut maka kita
dapat data dasar mengenai kekuatan suatu bahan atau logam.

I.II TUJUAN PERCOBAAN

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat:


1.
2.
3.
4.

Menguasai dasar teori tentang uji tarik


Menguasai langkah kerja pada praktek uji tarik.
Mengoperasikan alat uji tarik dengan baik dan benar.
Mengetahui kekuatan bahan baja ataupun logam melalui

pemahaman dan pendalaman kurva hasil uji tarik.


5. Mengetahui besarnya tegangan leleh dan kuat tarik baja
6. Melihat perilaku material atau baja atau logam apabila di
beri beban tarik.

I.III BATASAN MASALAH


Batasan masalah dalam percobaan ini yaitu melakukan
pengujian pada sampel yang berbentuk pelat dan kawat sampai
sampel tersebut putus. Dari hasil pengujian yang diperoleh, mencari
berapa besar yield strength, tensile strength dan persentase
elongasinya.

I.IV SKEMA PENULISAN


Penulisan laporan ini dibagi menjadi lima bab. Bab I
menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan percobaan, batasan
masalah, sistematika penulisan. Bab II menjelaskan mengenai
tinjauan pustaka yang berisi mengenai teori singkat dari percobaan
yang dilakukan, Bab III menjelaskan mengenai alat dan bahan, Bab IV
menjelaskan mengenai prosedur kerja, Bab V menjelaskan mengenai
hasil dan pembahasan dan Bab VI menjelaskan mengenai analisis
percobaan, serta Bab VII menjelaskan tentang kesimpulan dan saran.

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

BAB II
LANDASAN TEORI

II.I DASAR PENGUJIAN LOGAM


Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji
kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya
yang sesumbu [Askeland, 1985]. Hasil yang didapatkan dari
pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain
produk karena mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji
tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap
gaya statis yang diberikan secara lambat.

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

Gambar 1. Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar.


Seperti pada gambar 1 benda yang di uji tarik diberi
pembebanan pada kedua arah sumbunya. Pemberian beban pada
kedua arah sumbunya diberi beban yang sama besarnya.
Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang
dipergunakan pada material. Dimana spesimen uji yang telah
distandarisasi, dilakukan pembebanan uniaxial sehingga spesimen uji
mengalami peregangan dan bertambah panjang hingga akhirnya
patah. Pengujian tarik relatif sederhana, murah dan sangat
terstandarisasi dibanding pengujian lain. Hal-hal yang perlu
diperhatikan agar penguijian menghasilkan nilai yang valid adalah;
bentuk dan dimensi spesimen uji, pemilihan grips dan lain-lain.
1. Bentuk dan Dimensi Spesimen uji
Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari
ASTM E8 atau D638. Bentuk dari spesimen penting karena kita
harus menghindari terjadinya patah atau retak pada daerah
grip atau yang lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk spesimen

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

uji dimaksudkan agar retak dan patahan terjadi di daerah gage


length.
2. Grip and Face Selection
Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan
setting yang tidak tepat, spesimen uji akan terjadi slip atau
bahkan pecah dalam daerah grip (jaw break). Ini akan
menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus selalu tertutupi
di seluruh permukaan yang kontak dengan grip. Agar spesimen
uji tidak bergesekan langsung dengan face.
Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan
pada pegangan bahan yang di uji. Dimensi dan ukuran pada benda uji
disesuaikan dengan estndar baku pengujian.

Gambar 2. Dimensi dan ukuran spesimen untuk uji tarik


Kurva tegangan-regangan teknik dibuat dari hasil pengujian
yang didapatkan.

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

Gambar 3. Contoh kurva uji tarik


Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan
membujur rata-rata dari pengujian tarik. Tegangan teknik tersebut
diperoleh dengan cara membagi beban yang diberikan dibagi dengan
luas awal penampang benda uji. Dituliskan seperti dalam persamaan
2.1 berikut:
s= P/A0
Keterangan ;

s : besarnya tegangan (kg/mm2)

P : beban yang diberikan (kg)


A0 : Luas penampang awal benda uji (mm2)
Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan
teknik adalah regangan linier rata-rata, yang diperoleh dengan cara
membagi perpanjangan yang dihasilkan setelah pengujian dilakukan
dengan panjang awal. Dituliskan seperti dalam persamaan 2.2
berikut.

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

Keterangan ; e : Besar regangan


L : Panjang benda uji setelah pengujian (mm)
Lo : Panjang awal benda uji (mm)
Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu
logam tergantung pada komposisi, perlakuan panas, deformasi
plastik, laju regangan, temperatur dan keadaan tegangan yang
menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang digunakan
untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah
kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen perpanjangan
dan pengurangan luas. Dan parameter pertama adalah parameter
kekuatan, sedangkan dua yang terakhir menyatakan keuletan bahan.
Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan
berbanding lurus terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada
pembebanan, daerah remangan yang tidak menimbulkan deformasi
apabila beban dihilangkan disebut daerah elastis. Apabila beban
melampaui nilai yang berkaitan dengan kekuatan luluh, benda
mengalami deformasi plastis bruto. Deformasi pada daerah ini
bersifat permanen, meskipun bebannya dihilangkan. Tegangan yang
dibutuhkan untuk menghasilkan deformasi plastis akan bertambah
besar dengan bertambahnya regangan plastik.
Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui
nilai modulus elastisitas. Persamaannya dituliskan dalam persamaan

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

Keterangan ;
E : Besar modulus elastisitas (kg/mm2),
e : regangan
: Tegangan (kg/mm2)
Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang
dibutuhkan untuk mengimbangi penurunan luas penampang lintang
benda uji dan tegangan teknik (sebanding dengan beban F) yang
bertambah terus, dengan bertambahnya regangan. Akhirnya dicapai
suatu titik di mana pengurangan luas penampang lintang lebih besar
dibandingkan pertambahan deformasi beban yang diakibatkan oleh
pengerasan regang. Keadaan ini untuk pertama kalinya dicapai pada
suatu titik dalam benda uji yang sedikit lebih lemah dibandingkan
dengan keadaan tanpa beban. Seluruh deformasi plastis berikutnya
terpusat pada daerah tersebut dan benda uji mulai mengalami
penyempitan secara lokal. Karena penurunan luas penampang lintang
lebih cepat daripada pertambahan deformasi akibat pengerasan
regang, beban sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah bentuk
benda uji akan berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada
persamaan (1) akan berkurang hingga terjadi patah.
Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan
didapatkan beberapa sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifatsifat tersebut antara lain [Dieter, 1993]:
1. Kekuatan tarik
2. Kuat luluh dari material
3. Keuletan dari material

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

4. Modulus elastic dari material


5. Kelentingan dari suatu material
6. Ketangguhan.

II.II KEKUATAN TARIK


Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian
tarik adalah kuat luluh (Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate
Tensile Strength). Kekuatan tarik atau kekuatan tarik maksimum
(Ultimate Tensile Strength / UTS), adalah beban maksimum dibagi
luas penampang lintang awal benda uji.

Keterangan :
Su

= Kuat tarik

Pmaks = Beban maksimum


A0

= Luas penampang awal


Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan

dengan beban maksimum dimana logam dapat menahan sesumbu


untuk keadaan yang sangat terbatas.
Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan
sebagai hasil suatu uji tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut
kurang bersifat mendasar dalam kaitannya dengan kekuatan bahan.

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan


dengan beban maksimum, di mana logam dapat menahan beban
sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas. Akan ditunjukkan
bahwa nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan logam kecil sekali
kegunaannya untuk tegangan yang lebih kompleks, yakni yang
biasanya ditemui. Untuk berapa lama, telah menjadi kebiasaan
mendasarkan kekuatan struktur pada kekuatan tarik, dikurangi
dengan faktor keamanan yang sesuai.
Kecenderungan yang banyak ditemui adalah menggunakan
pendekatan yang lebih rasional yakni mendasarkan rancangan statis
logam yang liat pada kekuatan luluhnya. Akan tetapi, karena jauh
lebih praktis menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan
kekuatan bahan, maka metode ini lebih banyak dikenal, dan
merupakan metode identifikasi bahan yang sangat berguna, mirip
dengan kegunaan komposisi kimia untuk mengenali logam atau
bahan. Selanjutnya, karena kekuatan tarik mudah ditentukan dan
merupakan sifat yang mudah dihasilkan kembali (reproducible).
Kekuatan tersebut berguna untuk keperluan spesifikasi dan kontrol
kualitas bahan. Korelasi empiris yang diperluas antara kekuatan tarik
dan sifat-sifat bahan misalnya kekerasan dan kekuatan lelah, sering
dipergunakan. Untuk bahan-bahan yang getas, kekuatan tarik
merupakan kriteria yang tepat untuk keperluan perancangan.
Tegangan di mana deformasi plastik atau batas luluh mulai
teramati tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian
besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastik
yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi
plastik mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti. Telah
digunakan berbagai kriteria permulaan batas luluh yang tergantung

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

pada ketelitian pengukuran regangan dan data-data yang akan


digunakan.
1. Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan
mikro pada skala regangan 2 X 10-6 inci/inci. Batas elastik
nilainya sangat rendah dan dikaitkan dengan gerakan beberapa
ratus dislokasi.
2. Batas proporsional adalah tegangan tertinggi untuk daerah
hubungan proporsional antara tegangan-regangan. Harga ini
diperoleh dengan cara mengamati penyimpangan dari bagian
garis lurus kurva tegangan-regangan.
3. Batas elastik adalah tegangan terbesar yang masih dapat
ditahan oleh bahan tanpa terjadi regangan sisa permanen yang
terukur pada saat beban telah ditiadakan. Dengan
bertambahnya ketelitian pengukuran regangan, nilai batas
elastiknya menurun hingga suatu batas yang sama dengan
batas elastik sejati yang diperoleh dengan cara pengukuran
regangan mikro. Dengan ketelitian regangan yang sering
digunakan pada kuliah rekayasa (10-4 inci/inci), batas elastik
lebih besar daripada batas proporsional. Penentuan batas
elastik memerlukan prosedur pengujian yang diberi beban-tak
diberi beban (loading-unloading) yang membosankan.

II.III KEKUATAN LULUH ( YIELD STRENGTH )


Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil
pengujian tarik adalah kuat luluh (Yield Strength). Kekuatan luluh (
yield strength) merupakan titik yang menunjukan perubahan dari

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

deformasi elastis ke deformasi plastis [Dieter, 1993]. Besar tegangan


luluh dituliskan seperti pada persamaan 2.4, sebagai berikut.

Keterangan ;
Ys : Besarnya tegangan luluh (kg/mm2)
Py : Besarnya beban di titik yield (kg)
Ao : Luas penampang awal benda uji (mm2)
Tegangan di mana deformasi plastis atau batas luluh mulai
teramati tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian
besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastis
yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi
plastis mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti.
Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan sejumlah kecil deformasi plastis yang ditetapkan.
Definisi yang sering digunakan untuk sifat ini adalah kekuatan luluh
ditentukan oleh tegangan yang berkaitan dengan perpotongan antara
kurva tegangan-regangan dengan garis yang sejajar dengan elastis
ofset kurva oleh regangan tertentu. Di Amerika Serikat offset
biasanya ditentukan sebagai regangan 0,2 atau 0,1 persen (e = 0,002
atau 0,001)

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah


setelah benda uji diberi pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh
offset dan kemudian pada saat beban ditiadakan maka benda ujinya
akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan 0,2%, lebih panjang
daripada saat dalam keadaan diam. Tegangan offset di Britania Raya
sering dinyatakan sebagai tegangan uji (proff stress), di mana harga
ofsetnya 0,1% atau 0,5%. Kekuatan luluh yang diperoleh dengan
metode ofset biasanya dipergunakan untuk perancangan dan
keperluan spesifikasi, karena metode tersebut terhindar dari
kesukaran dalam pengukuran batas elastik atau batas proporsional.

II.IV PENGUKURAN KELIATAN ATAU KEULETAN


Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan
beban pada saat diberikan penetrasi dan akan kembali ke baentuk
semula.Secara umum pengukuran keuletan dilakukan untuk
memenuhi kepentingan tiga buah hal [Dieter, 1993]:
1. Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat
berdeformasi tanpa terjadi patah dalam suatu proses suatu
pembentukan logam, misalnya pengerolan dan ekstrusi.
2. Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang
mengenai kemampuan logam untuk mengalir secara pelastis
sebelum patah.
3. Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian
atau kondisi pengolahan

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

II.V MODULUS ELASTISITAS


Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan
keelastisitasannya. Makin besar modulus, makin kecil regangan
elastik yang dihasilkan akibat pemberian tegangan.Modulus
elastisitas ditentukan oleh gaya ikat antar atom, karena gaya-gaya ini
tidak dapat dirubah tanpa terjadi perubahan mendasar pada sifat
bahannya. Maka modulus elastisitas salah satu sifat-sifat mekanik
yang tidak dapat diubah. Sifat ini hanya sedikit berubah oleh adanya
penambahan paduan, perlakuan panas, atau pengerjaan dingin.
Secara matematis persamaan modulus elastic dapat ditulis
sebagai berikut.

Dimana :
s = tegangan
= regangan
Tabel 1 Harga modulus elastisitas pada berbagai suhu [Askeland,
1985]

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

II.VI KELENTINGAN ( RESILIENCE )


Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap
energi pada waktu berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk
awal apabila bebannya dihilangkan [Dieter, 1993]. Kelentingan
biasanya dinyatakan sebagai modulus kelentingan, yakni energi
regangan tiap satuan volume yang dibutuhkan untuk menekan bahan
dari tegangan nol hingga tegangan luluh o. Energi regangan tiap
satuan volume untuk beban tarik satu sumbu adalah :
Uo = xx
Dari definisi diatas, modulus kelentingan adalah :

Persamaan ini menunjukan bahwa bahan ideal untuk menahan


beban energi pada pemakaian di mana bahan tidak mengalami

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

deformasi permanen, misal pegas mekanik, adalah data bahan yang


memiliki tegangan luluh tinggi dan modulus elastisitas rendah.

II.VII KETANGGUHAN ( TOUGHNESS )


Ketangguhan (Toughness) adalah kemampuan menyerap energi
pada daerah plastik. Pada umumnya ketangguhan menggunakan
konsep yang sukar dibuktikan atau didefinisikan. Salah satu
menyatakan ketangguhan adalah meninjau luas keseluruhan daerah
di bawah kurva tegangan-regangan. Luas ini menunjukan jumlah
energi tiap satuan volume yang dapat dikenakan kepada bahan tanpa
mengakibatkan pecah. Ketangguhan (S0) adalh perbandingan antara
kekuatan dan kueletan. Persamaan sebagai berikut.
UT su ef
atau

Untuk material yang getas

Keterangan:
UT : Jumlah unit volume
Tegangan patah sejati adalah beban pada waktu patah, dibagi
luas penampang lintang. Tegangan ini harus dikoreksi untuk keadaan
tegangan tiga sumbu yang terjadi pada benda uji tarik saat terjadi

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

patah. Karena data yang diperlukan untuk koreksi seringkali tidak


diperoleh, maka tegangan patah sejati sering tidak tepat nilai.

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

BAB III
ALAT DAN BAHAN

III.I Alat yang digunakan


1. Mesin uji tarik
2. Jangka sorong
3. Penggaris

III.II Bahan yang digunakan


1. Material seperti baja

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

BAB IV
PROSEDUR KERJA

1. Menghubungkan mesin dan alat hidrolik ke sumber arus listrik


2. Menekan tombol power hidrolik
3. Mengtur alat hidrolik sampai menunjukkan tanda batas nol mm,
dengan cara memutar tuas kekanan ( menaikkan ) dan kekiri
(menurunkan )
4. Memasukkan material yang akan diuji ke alat hidrolik sesuai
tempat yang telah ada, dan mengunci tuasnya.
5. Setting gaya yang diinginkan ( dimulai dari 0 ) dengan cara
memutar kekiri atau kekanan tombol yang ada pada mesin
6. Memutas tuas ke skala 1, lalu pengujian dimulai, apabila gaya
pada tampilan mesin tidak bergerak maka putar tuas ke skala 2
dan seterusnya
7. Melakukan pengujian sampai material putus
8. Matikan mesin dan alat hidrolik dengan menekan tombol power
9. Lakukan pengukuran pada material yang diuji

BAB V
Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

DATA HASIL PERCOBAAN

V.I DATA MINGGU PERTAMA


Nama Bahan

: Baja

Hari/Tanggal

: Jumat/10 April 2015

Jenis Pengujian

: Uji Tarik

Nama Penguji

: ENDAH DHITA PRATIWI

Tempat Pengujian : Laboratorium Bengkel Mesin Polsri

NO

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

( Kg )

( mm )

95
120
135
140
160
175
195
230
260
315
345
365
375
390
400
420
470
485
490

0.1
0.2
0.3
0.5
0.7
0.8
0.9
1.0
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
2.0
2.1
2.4

t
(

mm2

1.21
1.52
1.71
1.78
2.03
2.22
2.48
2.92
3.31
4.01
4.39
4.64
4.77
4.96
5.09
5.35
5.98
6.1
6.24

2
( Kg/ mm

)
0.2
0.4
0.6
1
1.4
1.6
1.8
2
2.2
2.4
2.6
2.8
3
3.2
3.4
3.6
4
4.5
4.8

)
6.05
3.8
2.85
1.78
1.45
1.38
1.37
1.46
1.5
1.67
1.68
1.65
1.59
1.55
1.49
1.48
1.48
1.45
1.3

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

20
21
22
23
24
25
26

365
370
380
375
350
320
265

5.9
6.0
6.3
6.4
6.8
7
8

4.64
4.71
4.48
4.77
4.45
4.07
3.37

11.8
12
12.6
12.8
13.6
14
16

0.39
0.39
0.35
0.37
0.32
0.29
0.21

UJI TARIK
600
500
400
Tegangan N/mm2

f(x) = 8.98x + 259.55


R = 0.15

300

Linear ()

200
100
0
0

10 12 14 16 18

Regangan %

V.II DATA MINGGU KEDUA


Nama Bahan

: Baja

Hari/Tanggal

: Jumat/17 April 2015

Jenis Pengujian
Nama Penguji

: Uji Tarik
: ENDAH DHITA PRATIWI

Tempat Pengujian : Laboratorium Bengkel Mesin Polsri

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

NO

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44

( Kg )

( mm )

5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
130
135
140
145
150
155
160
165
170
175
180
185
190
195
200
205
210
215
220

0
0
0
0.1
0.15
0.2
0.25
0.25
0.31
0.35
0.39
0.43
0.47
0.51
0.55
0.59
0.63
0.67
0.71
0.75
0.79
0.83
0.87
0.91
0.95
0.99
1.03
1.07
1.11
1.15
1.19
1.23
1.27
1.31
1.35
1.39
1.43
1.47
1.51
1.55
1.59
1.63
1.67
1.71

t
(

mm2

2
( Kg/ mm

0.063694
0.127389
0.191083
0.254777
0.318471
0.382166
0.44586
0.509554
0.573248
0.636943
0.700637
0.764331
0.828025
0.89172
0.955414
1.019108
1.082803
1.146497
1.210191
1.273885
1.33758
1.401274
1.464968
1.528662
1.592357
1.656051
1.719745
1.783439
1.847134
1.910828
1.974522
2.038217
2.101911
2.165605
2.229299
2.292994
2.356688
2.420382
2.484076
2.547771
2.611465
2.675159
2.738854
2.802548

0
0
0
0.20
0.30
0.40
0.50
0.50
0.62
0.70
0.78
0.86
0.94
1.02
1.10
1.18
1.26
1.34
1.42
1.50
1.58
1.66
1.74
1.82
1.90
1.98
2.06
2.14
2.22
2.30
2.38
2.46
2.54
2.62
2.70
2.78
2.86
2.94
3.02
3.10
3.18
3.26
3.34
3.42

0
0
0
1.27
1.06
0.96
0.89
1.02
0.92
0.91
0.90
0.89
0.88
0.87
0.87
0.86
0.86
0.86
0.85
0.85
0.85
0.84
0.84
0.84
0.84
0.84
0.83
0.83
0.83
0.83
0.83
0.83
0.83
0.83
0.83
0.82
0.82
0.82
0.82
0.82
0.82
0.82
0.82
0.82

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92

225
230
235
240
245
250
255
260
265
270
275
280
285
290
295
300
305
310
315
320
325
330
335
340
345
350
355
360
365
370
375
380
385
390
395
400
405
410
415
420
425
430
435
440
445
450
455
460

1.75
1.79
1.83
1.87
1.91
1.95
1.99
2.03
2.07
2.11
2.15
2.19
2.23
2.27
2.31
2.35
2.39
2.43
2.47
2.51
2.55
2.59
2.63
2.67
2.71
2.75
2.79
2.83
2.87
2.91
2.95
2.99
3.03
3.07
3.11
3.15
3.19
3.23
3.27
3.31
3.35
3.39
3.43
3.47
3.51
3.55
3.59
3.63

2.866242
2.929936
2.993631
3.057325
3.121019
3.184713
3.248408
3.312102
3.375796
3.43949
3.503185
3.566879
3.630573
3.694268
3.757962
3.821656
3.88535
3.949045
4.012739
4.076433
4.140127
4.203822
4.267516
4.33121
4.394904
4.458599
4.522293
4.585987
4.649682
4.713376
4.77707
4.840764
4.904459
4.968153
5.031847
5.095541
5.159236
5.22293
5.286624
5.350318
5.414013
5.477707
5.541401
5.605096
5.66879
5.732484
5.796178
5.859873

3.50
3.58
3.66
3.74
3.82
3.90
3.98
4.06
4.14
4.22
4.30
4.38
4.46
4.54
4.62
4.70
4.78
4.86
4.94
5.02
5.10
5.18
5.26
5.34
5.42
5.50
5.58
5.66
5.74
5.82
5.90
5.98
6.06
6.14
6.22
6.30
6.38
6.46
6.54
6.62
6.70
6.78
6.86
6.94
7.02
7.10
7.18
7.26

0.82
0.82
0.82
0.82
0.82
0.82
0.82
0.82
0.82
0.82
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI
93
94
95
96
97
98
99
10
101
102
103
104
105

465
470
475
480
485
480
475
470
465
460
455
450
445

3.67
3.71
3.75
3.79
3.83
3.87
3.91
3.95
3.99
4.03
4.07
4.11
4.15

5.923567
5.987261
6.050955
6.11465
6.178344
6.11465
6.050955
5.987261
5.923567
5.859873
5.796178
5.732484
5.66879

7.34
7.42
7.50
7.58
7.66
7.74
7.82
7.90
7.98
8.06
8.14
8.22
8.30

0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.79
0.77
0.76
0.74
0.73
0.71
0.70
0.68

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

UJI TARIK
600

500

f(x) = 60.11x + 12.81


R = 0.99

400

Tegangan N/mm2

300

Linear ()

200

100

0
0

Regangan %

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

V.III DATA MINGGU KETIGA


Nama Bahan

: Baja

Hari/Tanggal

: Jumat/24 April 2015

Jenis Pengujian

: Uji Tarik

Nama Penguji

: ENDAH DHITA PRATIWI

Tempat Pengujian : Laboratorium Bengkel Mesin Polsri

NO

( Kg )

( mm )

t
(

mm

( Kg/

mm
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

5
5
5
10
15
20
35
40
50
60
75
95
110
140
160
195
210
245
290
305
310
330
340
340

0.2
0.8
1
1.2
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
2
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
3
3.1
3.2
3.3

0.05
0.05
0.05
0.10
0.15
0.20
0.35
0.40
0.50
0.60
0.75
0.95
1.10
1.40
1.60
1.95
2.10
2.45
2.90
3.05
3.10
3.30
3.40
3.40

0.167
0.667
0.833
1
1.167
1.25
1.33
1.417
1.5
1.583
1.667
1.75
1.833
1.917
2
2.083
2.167
2.25
2.333
2.417
2.5
2.583
2.667
2.75

0.299
0.075
0.060
0.10
0.129
0.16
0.263
0.282
0.333
0.379
0.450
0.543
0.600
0.730
0.8
0.936
0.969
1.089
1.243
1.262
1.24
1.278
1.275
1.236

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

25
26
27
28
29
30

345
350
340
330
320
310

3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9

3.45
3.50
3.40
3.30
3.20
3.10

2.833
2.917
3
3.083
3.167
3.25

1.218
1.200
1.133
1.070
1.010
0.954

UJI TARIK
400
f(x) = 158.77x - 138.48
R = 0.89

350
300
250
Tegangan N/mm2

200

Linear ()

150
100
50
0
0

0.5

1.5

2.5

3.5

Regangan %

BAB VI
ANALISIS PERCOBAAN

Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji


kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya
yang sesumbu [Askeland, 1985]. Hasil yang didapatkan dari
pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

produk karena mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji


tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap
gaya statis yang diberikan secara lambat.
Praktikum yang kami lakukan adalah tentang Praktek Uji Tarik,
alat yang kami gunakan adalah material baja, dengan mengukur
terlebih dahulu panjang, lebar, dan tinggi bahan material untuk
proses perhitungan. Kemudian, meletakkan atau menjepitkan baja
pada alat uji tarik, lakukan proses uji tarik sampai baja terputus,
selama percobaan akan muncul nilai pertambahan panjang yang
dihasilkan dari gaya yang berbeda.
Pengujian ini dimaksudkan agar kita dapat mengetahui besar
sifat mekanik dari material, sehingga dapat dlihat kelebihan dan
kekurangannya.

BAB VII
PENUTUP

VI.I KESIMPULAN

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:


1. Baja memiliki banyak karakteristik atau sifat mekanis
diantaranya ulet, getas dan lain. Ini sudah dibuktikan pada
praktek uji tarik yang dilakukan terhadap baja bahwa baja
memiliki sifat ulet sehingga tidak mudah patah.
2. Semakin elastis suatu material, maka tidak akan mudah
putus ketika dilakukan penarikan.
3. Semakin rendah suhu, material semakin getas, atau
sebaliknya.

VI.II SARAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Sebaiknya sebelum melakukan pengujian, alat alat yang
akan digunakan, sebaiknya di cek terlebih dahulu, agar
apabila ada alat yang rusak dapat segera diperbaiki, dan
pengujian dapat dilakukan lebih maksimal.
2. Setelah melakukan praktikum di hari yang lalu penulis
menyarankan agar alat yang di gunakan (mesin uji tarik)
untuk uji tarik harus di lengkapi dengan monitor yang mana
langsung menampilkan kurva hasil uji tarik. Sehingga
kesalahan praktikan dalam membuat kurva uji tarik dapad di
minimalisir.

BAB VII
DAFTAR PUSTAKA

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

http://www.laporanmaterialujitarik.com
Askeland., D. R., 1985, The Science and Engineering of

Material, Alternate Edition, PWS Engineering, Boston, USA


Dieter, E. George, 1993, Metalurgi Mekanik, Jakarta: PT.

Gelora Aksara Pratama.


http://www.calce.umd.edu/general/facilities/hardness_ed_.htm
http://www.geology.csupomona.edu/alert/mineral/hardness.htm
http://www.gordonengland.co.uk/hardness.htm
Tim Laboratorium metalurgi, 2009, Panduan Praktikum
Laboratorium Metalurgi II, Cilegon: FT. Untirta.

GAMBAR ALAT

Page 29

ENDAH DHITA PRATIWI


061440411700
TEKINIK ENERGI

Page 29

Anda mungkin juga menyukai