Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH STRUKTUR BAJA DAN FIBER

TENSILE TEST (UJI TARIK)

Penyusun :

MOH. FIKRI RIZALDI


NRP. 1019040016
PL 3A

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Tensile Test ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah struktur baja dan fiber. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Tensile Test bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Moch. Luqman Ashari dan Bapak Lukman
Cahyono, selaku dosen mata kuliah struktur baja dan fiber yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Banyuwangi, 07 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Uji Tarik (Tensile Test)


2.2 Teori Pengujian Tarik
2.3 Jenis-jenis Spesimen Uji Tarik
2.4 Cara Melakukan Pengujian Tarik
2.5 Sifat-Sifat Mekanik Spesimen Uji Tarik

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sekarang ini kebutuhan akan material terutama logam sangatlah penting. Besi dan baja
merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar untuk suatu konstruksi. Dengan berbagai
macam kebutuhan sifat mekanik yang dibutuhkan oleh suatu material ialah berbeda-beda.
Sifat mekanik tersebut terutama meliputi kekerasan, keuletan, kekuatan, ketangguhan, serta
sifat mampu mesin yang baik. Dengan sifat pada masing-masing material berbeda, maka
banyak metode untuk menguji sifat apa sajakah yang dimiliki oleh suatu material tersebut.

Pengujian tarik termasuk salah satu metode untuk menentukan sifat-sifat mekanik dari
suatu material seperti kekakuan, keuletan, ketangguhan, dan kekuatan. Dengan menarik
suatu bahan kita akan segera mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap
tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang. Alat
eksperimen untuk uji tarik ini harus memiliki cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan
yang tinggi (highly stiff). Oleh karena itu pengujian tarik juga merupakan metode yang
sering dipakai untuk mengetahui berbagai jenis sifat mekanik dari suatu material.

Kita sebagai engineer, kita perlu mengetahui sifat-sifat mekanik dari suatu material agar
dapat berguna dalam pemilihan material yang cocok sebagai bahan dari suatu alat. Maka
dari itu perlu dilakukannya praktikum pengujian tarik ini agar kita tahu dan paham
bagaimana cara menentukan sifat-sifat mekanik dari suatu material

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini, antara lain :
1. Apakah pengertian pengujian tarik?
2. Bagaimana teori uji tarik?
3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis spesimen uji tarik?
4. Bagaimana cara melakukan pengujian tarik?
5. Apa saja sifat-sifat mekanik spesimen uji tarik?
1.3 Tujuan
Tujuan yang diharapkan setelah mahasiswa menyelesaikan makalah uji tarik ini,
diantaranya :
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian uji tarik
2. Mahasiswa dapat menerapkan teori-teori apa sajakah yang dapat digunakan dalam
prosedur uji tarik
3. Mahasiswa dapat menyebutkan serta menjelaskan jenis-jenis spesimen pada uji tarik
4. Mahasiswa dapat mengetahui metode atau cara yang dapat dilakukan untuk melakukan
proses uji tarik
5. Mahasiswa dapat mengetahui sifat-sifat mekanik spesimen uji tarik.

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Uji Tarik (Tensile Test)


Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Uji tarik juga dapat
diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Percobaan ini untuk
mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.
Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain
produk karena mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk
mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.
Salah satu cara untuk mengetahui besaran sifat mekanik dari logam adalah dengan uji tarik.
Sifat mekanik yang dapat diketahui adalah kekuatan dan elastisitas dari logam tersebut. Uji
tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan
dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Nilai kekuatan dan elastisitas dari
material uji dapat dilihat dari kurva uji tarik.
Uji tarik merupakan salah satu metode pengujian yang sederhana dan sering
dilakukan oleh teknisi, akademisi teknik dan mahasiswa. Untuk mengetahui sifat-sifat
mekanik dari suatu material, khususnya kekuatan tarik, kekerasan, keuletan dan
ketangguhan maka dilakukan pengujian uji tarik. Pengujian tersebut, sangat berguna untuk
mengetahui sifat-sifat mekanik dari suatu logam dan sangat berguna sebagai data untuk
para engineer dalam melakukan perancangan poros atau elemen mesin lainnya.
Suatu logam juga mempunyai sifat-sifat tertentu yang dibedakan atas sifat fisik,
mekanik, thermal, dan korosif. Salah satu yang penting dari sifat tersebut adalah sifat
mekanik. Sifat mekanik terdiri dari keuletan, kekerasan, kekuatan, dan ketangguhan. Sifat
mekanik bahan sangat berpengaruh terhadap semua industri karena dengan sifat mekanis
yang berbeda maka dapat digunakan untuk kebutuhan yang berbeda pula. Untuk
mengetahui sifat mekanik pada suatu logam harus dilakukan pengujian terhadap logam
tersebut. Salah satu pengujian yang dilakukan adalah pengujian tarik.
Dalam pembuatan suatu konstruksi diperlukan material dengan spesifikasi dan
sifat-sifat yang khusus pada setiap bagiannya. Sebagai contoh dalam pembuatan konstruksi
sebuah jembatan. Diperlukan material yang kuat untuk menerima beban diatasnya.
Material juga harus elastis agar pada saat terjadi pembebanan standar atau berlebih tidak
patah. Salah satu contoh material yang sekarang banyak digunakan pada konstruksi
bangunan atau umum adalah logam.
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Hasil yang didapatkan
dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena
mengahsilkan data kekuatan material.
1.2 Teori Pengujian Tarik
Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus menarik suatu
bahan (dalam hal ini suatu logam) sampai putus, kita akan mendapatkan profil tarikan yang
lengkap yang berupa kurva seperti digambarkan pada Gbr.1. Kurva ini menunjukkan
hubungan antara gaya tarikan dengan perubahan panjang. Profil ini sangat diperlukan
dalam desain yang memakai bahan tersebut.

Gbr.1 Gambaran singkat uji tarik dan datanya

Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan


tersebut dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut “Ultimate Tensile
Strength” disingkat dengan UTS, dalam bahasa Indonesia disebut tegangan tarik
maksimum.
Hukum Hooke (Hooke’s Law)
Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan antara
beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan
tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva pertambahan
panjang vs beban mengikuti aturan Hooke sebagai berikut:
“rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan”
Stress adalah beban dibagi luas penampang bahan dan strain adalah pertambahan
panjang dibagi panjang awal bahan.
Stress: σ = F/A F: gaya tarikan, A: luas penampang
Strain: ε = ΔL/L ΔL: pertambahan panjang, L: panjang awal
Hubungan antara stress dan strain dirumuskan: E = σ / ε
Untuk memudahkan pembahasan, Gambar.1 kita modifikasi sedikit dari hubungan
antara gaya tarikan dan pertambahan panjang menjadi hubungan antara tegangan dan
regangan (stress vs strain). Selanjutnya kita dapatkan Gambar.2, yang merupakan kurva
standar ketika melakukan eksperimen uji tarik. E adalah gradien kurva dalam daerah linier,
di mana perbandingan tegangan (σ) dan regangan (ε) selalu tetap. E diberi nama “Modulus
Elastisitas” atau “Young Modulus”. Kurva yang menyatakan hubungan antara strain dan
stress seperti ini kerap disingkat kurva SS (SS curve).

Gbr.2 Kurva tegangan-regangan


Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata dari
pengujian tarik. Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara membagi beban yang
diberikan dibagi dengan luas awal penampang benda uji. Dituliskan seperti dalam
persamaan 2.1 berikut:

s= P/A0

Keterangan ; s : besarnya tegangan (kg/mm2)

P : beban yang diberikan (kg)

A0 : Luas penampang awal benda uji (mm2)

Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik adalah regangan


linier rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan yang dihasilkan setelah
pengujian dilakukan dengan panjang awal. Dituliskan seperti dalam persamaan 2.2 berikut.

Keterangan ; e : Besar regangan

L : Panjang benda uji setelah pengujian (mm)

Lo : Panjang awal benda uji (mm)


Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada
komposisi, perlakuan panas, deformasi plastik, laju regangan, temperatur dan keadaan
tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang digunakan untuk
menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh
atau titik luluh, persen perpanjangan dan pengurangan luas. Dan parameter pertama adalah
parameter kekuatan, sedangkan dua yang terakhir menyatakan keuletan bahan.

Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan berbanding lurus


terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan, daerah remangan yang
tidak menimbulkan deformasi apabila beban dihilangkan disebut daerah elastis. Apabila
beban melampaui nilai yang berkaitan dengan kekuatan luluh, benda mengalami deformasi
plastis bruto. Deformasi pada daerah ini bersifat permanen, meskipun bebannya
dihilangkan. Tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan deformasi plastis akan
bertambah besar dengan bertambahnya regangan plastik.

Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui nilai modulus
elastisitas. Persamaannya dituliskan dalam persamaan

Keterangan ; E : Besar modulus elastisitas (kg/mm2),

e : regangan

σ : Tegangan (kg/mm2)

Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk
mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan tegangan teknik (sebanding
dengan beban F) yang bertambah terus, dengan bertambahnya regangan. Akhirnya dicapai
suatu titik di mana pengurangan luas penampang lintang lebih besar dibandingkan
pertambahan deformasi beban yang diakibatkan oleh pengerasan regang. Keadaan ini
untuk pertama kalinya dicapai pada suatu titik dalam benda uji yang sedikit lebih lemah
dibandingkan dengan keadaan tanpa beban. Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat
pada daerah tersebut dan benda uji mulai mengalami penyempitan secara lokal. Karena
penurunan luas penampang lintang lebih cepat daripada pertambahan deformasi akibat
pengerasan regang, beban sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah bentuk benda uji
akan berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada persamaan (1) akan berkurang
hingga terjadi patah.

Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan beberapa
sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain :

a. Kekuatan tarik
b. Kuat luluh dari material
c. Keuletan dari material
d. Modulus elastic dari material
e. Kelentingan dari suatu material
f. Ketangguhan.
Bentuk bahan yang diuji, untuk logam biasanya dibuat spesimen dengan dimensi seperti
pada Gambar.3 berikut.

Gbr.3 Dimensi spesimen uji tarik (JIS Z2201).

Gbr.4 Ilustrasi pengukur regangan pada spesimen

Perubahan panjang dari spesimen dideteksi lewat pengukur regangan (strain gage) yang
ditempelkan pada spesimen seperti diilustrasikan pada Gbr.4. Bila pengukur regangan ini
mengalami perubahan panjang dan penampang, terjadi perubahan nilai hambatan listrik
yang dibaca oleh detektor dan kemudian dikonversi menjadi perubahan regangan.
1.3 Jenis-jenis Spesimen Uji Tarik
Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8 atau D638.
Standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan agar retak dan patahan terjadi di daerah
gage length. Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak
tepat, spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw break). Ini
akan menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus selalu tertutupi di seluruh permukaan
yang kontak dengan grip. Agar spesimen uji tidak bergesekan langsung dengan face. contoh
spesimen pada proses uji tarik salah satunya adalah komposit Al-SiC.
Terdapat beberapa bentuk spesimen pada uji tarik. Bentuk spesimen sebagaimana
ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
1. Spesimen Plat
Batang uji berupa plat ditentukan dahulu gauge lengthnya, yaitu 60 mm.
Setelah itu diambil titik tengah dari gauge length tersebut, yaitu A0 = 30 mm & B0
= 30 mm. Ke semuanya itu diberi tanda dengan penitik kemudian diukur kembali
panjang gauge lengthnya, apakah tepat 60 mm atau tidak. Setelah itu nilainya
dimasukkan ke dalam form data spesimen untuk L0.

60mm

30mm 30mm

Gambar 1.1 Spesimen Plat

2. Spesimen Round Bar


Batang uji berupa round bar ditentukan dulu gauge lenghtnya, yaitu 60 mm.
Setelah itu diukur lagi panjang gauge length dari A ke B sebagai data pada form
data spesimen untuk L0. Setelah itu ditandai dengan penitik.

Gambar 1.2 Spesimen Round Bar


3. Spesimen Beton Neser
Batang uji berupa deformed diratakan dulu ujung - ujungnya supaya dapat
diperoleh pengukuran panjang yang lebih presisi. Ujung - ujung batang dapat
diratakan dengan cara dikikir atau dipotong dengan alat pemotong logam. Setelah
itu, diukur panjang batang uji dengan menggunakan jangka sorong, lalu ditentukan
titik tengahnya kemudian ditandai dengan menggunakan penitik. Setelah itu
ditentukan gauge lenghtnya, yaitu 70 mm hingga A0 dan B0 adalah masing -
masing 35 mm dan juga ditandai dengan penitik. Baru kemudian diukur lagi
panjang gauge length tersebut (A ke B) yang kemudian hasil pengukuran
dimasukkan kedalam form data spesimen untuk L0.

Gambar 1.3 Spesimen Beton Neser

1.4 Cara Melakukan Pengujian Tarik


Mesin uji tarik untuk material yang terdiri atas beberapa bagian, Bagian atas disebut
sebagai Crosshead, atau bagian yang bergerak yang menarik benda uji, Sepasang ulir
silinder akan membawa atau menggerakan bagian crosshead. Sementara itu di bagian
bawah di buat static. dibagian crosshead terdapat sensor loadcell yang akan mengukur
besarnya gaya tarik, sedangkan untuk mengukur perubahan panjang digunakan strain gages
atau extensometer.
Dengan menarik suatu bahan kita akan mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi
terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang.
Dalam pengujian tarik ini, bahan yang ingin dilakukan pengujian harus mendapatkan
beberapa perlakuan khusus seperti perubahan panjang dari spesimen dideteksi lewat
pengukur regangan (strain gage) yang ditempelkan pada spesimen seperti diilustrasikan
pada Bila pengukur regangan ini mengalami perubahan panjang dan penampang, terjadi
perubahan nilai hambatan listrik yang dibaca oleh detektor dan kemudian dikonversi
menjadi perubahan regangan.
Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam percobaan ini yaitu :
• Alat
1. Mesin uji tarik.
2. Kikir.
3. Jangka sorong.
4. Ragum.
5. Penitik.
6. Palu.
• Bahan
1. Spesimen uji tarik pelat.
2. Spesimen uji tarik round bar.
3. Specimen uji tarik beton neser.
4. Kertas milimeter.

Adapun langkah – langkah yang dikerjakan dalam percobaan ini yaitu :


1. Menyiapkan Spesimen
- Mengambil spesimen dan jepit pada ragum.
- Mengambil kikir, dan mengikir bekas machining pada spesimen yang
memungkinkan menyebabkan salah ukur.
- Mengulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
2. Pembuatan gauge length
- Mengambil penitik dan menandai spesimen dengan dua titikan sejuh 50 mm.
- Memposisikan gauge lenght tepat di tengah-tengah spesimen.
- Mengulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
3. Pengukuran dimensi
- Mengambil spesimen dan mengukur dimensinya.
- Mencatat jenis spesimen dan data pengukurannya pada lembar kerja.
- Mengulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
4. Pengujian pada mesin uji tarik
- Mencatat data mesin pada lembar kerja.
- Mengambil kertas milimeter dan dipasang pada tempatnya.
- Mengambil spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat.
- Menyetting beban dan pencatat grafik pada mesin tarik.
- Memberikan beban secara kontinyu sampai spesimen patah.
- Mengamati dan mencatat besarnya beban pada saat yield, ultimate dan patah
sebagaimana yang tampak pada monitor beban.
- Setelah patah, mengambil spesimen dan mengukur panjang dan luasan
penampang yang patah.
- Mengulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

1.5 Sifat-Sifat Mekanik Spesimen Uji Tarik


1.5.1 Kekuatan tarik

Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik adalah kuat luluh
(Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile Strength). Kekuatan tarik atau kekuatan
tarik maksimum (Ultimate Tensile Strength / UTS), adalah beban maksimum dibagi luas
penampang lintang awal benda uji.

di mana, Su = Kuat tarik

Pmaks = Beban maksimum

A0 = Luas penampang awal

Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban
maksimum dimana logam dapat menahan sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas.
Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji
tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam kaitannya
dengan kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan
dengan beban maksimum, di mana logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan
yang sangat terbatas. Akan ditunjukkan bahwa nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan
logam kecil sekali kegunaannya untuk tegangan yang lebih kompleks, yakni yang biasanya
ditemui. Untuk berapa lama, telah menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan struktur pada
kekuatan tarik, dikurangi dengan faktor keamanan yang sesuai.

Kecenderungan yang banyak ditemui adalah menggunakan pendekatan yang lebih


rasional yakni mendasarkan rancangan statis logam yang liat pada kekuatan luluhnya.
Akan tetapi, karena jauh lebih praktis menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan
kekuatan bahan, maka metode ini lebih banyak dikenal, dan merupakan metode identifikasi
bahan yang sangat berguna, mirip dengan kegunaan komposisi kimia untuk mengenali
logam atau bahan. Selanjutnya, karena kekuatan tarik mudah ditentukan dan merupakan
sifat yang mudah dihasilkan kembali (reproducible). Kekuatan tersebut berguna untuk
keperluan spesifikasi dan kontrol kualitas bahan. Korelasi empiris yang diperluas antara
kekuatan tarik dan sifat-sifat bahan misalnya kekerasan dan kekuatan lelah, sering
dipergunakan. Untuk bahan-bahan yang getas, kekuatan tarik merupakan kriteria yang
tepat untuk keperluan perancangan.

Tegangan di mana deformasi plastik atau batas luluh mulai teramati tergantung
pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat
dari elastik menjadi plastik yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana
deformasi plastik mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti. Telah digunakan berbagai
kriteria permulaan batas luluh yang tergantung pada ketelitian pengukuran regangan dan
data-data yang akan digunakan.

1. Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada skala regangan
2 X 10-6 inci/inci. Batas elastik nilainya sangat rendah dan dikaitkan dengan gerakan
beberapa ratus dislokasi.
2. Batas proporsional adalah tegangan tertinggi untuk daerah hubungan proporsional
antara tegangan-regangan. Harga ini diperoleh dengan cara mengamati penyimpangan
dari bagian garis lurus kurva tegangan-regangan.
3. Batas elastik adalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh bahan tanpa
terjadi regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban telah ditiadakan. Dengan
bertambahnya ketelitian pengukuran regangan, nilai batas elastiknya menurun hingga
suatu batas yang sama dengan batas elastik sejati yang diperoleh dengan cara
pengukuran regangan mikro. Dengan ketelitian regangan yang sering digunakan pada
kuliah rekayasa (10-4 inci/inci), batas elastik lebih besar daripada batas proporsional.
Penentuan batas elastik memerlukan prosedur pengujian yang diberi beban-tak diberi
beban (loading-unloading) yang membosankan.

1.5.2 Kekuatan luluh (yield strength)

Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil pengujian tarik adalah
kuat luluh (Yield Strength). Kekuatan luluh ( yield strength) merupakan titik yang
menunjukan perubahan dari deformasi elastis ke deformasi plastis [Dieter, 1993]. Besar
tegangan luluh dituliskan seperti pada persamaan 2.4, sebagai berikut.

Keterangan ; Ys : Besarnya tegangan luluh (kg/mm2)

Py : Besarnya beban di titik yield (kg)

Ao : Luas penampang awal benda uji (mm2)

Tegangan di mana deformasi plastis atau batas luluh mulai teramati tergantung pada
kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat dari
elastik menjadi plastis yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi
plastis mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti.
Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah
kecil deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi yang sering digunakan untuk sifat ini
adalah kekuatan luluh ditentukan oleh tegangan yang berkaitan dengan perpotongan antara
kurva tegangan-regangan dengan garis yang sejajar dengan elastis ofset kurva oleh
regangan tertentu. Di Amerika Serikat offset biasanya ditentukan sebagai regangan 0,2 atau
0,1 persen (e = 0,002 atau 0,001)

Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah setelah benda uji
diberi pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan kemudian pada saat beban
ditiadakan maka benda ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan 0,2%, lebih
panjang daripada saat dalam keadaan diam. Tegangan offset di Britania Raya sering
dinyatakan sebagai tegangan uji (proff stress), di mana harga ofsetnya 0,1% atau 0,5%.
Kekuatan luluh yang diperoleh dengan metode ofset biasanya dipergunakan untuk
perancangan dan keperluan spesifikasi, karena metode tersebut terhindar dari kesukaran
dalam pengukuran batas elastik atau batas proporsional.

1.5.3 Pengukuran Keliatan (keuletan)

Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban pada saat
diberikan penetrasi dan akan kembali ke baentuk semula.Secara umum pengukuran
keuletan dilakukan untuk memenuhi kepentingan tiga buah hal [Dieter, 1993]:

1. Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat berdeformasi tanpa terjadi
patah dalam suatu proses suatu pembentukan logam, misalnya pengerolan dan ekstrusi.
2. Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang mengenai kemampuan
logam untuk mengalir secara pelastis sebelum patah.
3. Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau kondisi pengolahan
1.5.4 Modulus Elastisitas

Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan keelastisitasannya.


Makin besar modulus, makin kecil regangan elastik yang dihasilkan akibat pemberian
tegangan.Modulus elastisitas ditentukan oleh gaya ikat antar atom, karena gaya-gaya ini
tidak dapat dirubah tanpa terjadi perubahan mendasar pada sifat bahannya. Maka modulus
elastisitas salah satu sifat-sifat mekanik yang tidak dapat diubah. Sifat ini hanya sedikit
berubah oleh adanya penambahan paduan, perlakuan panas, atau pengerjaan dingin.

Secara matematis persamaan modulus elastic dapat ditulis sebagai berikut.

Dimana, s = tegangan

ε = regangan

Tabel 1 Harga modulus elastisitas pada berbagai suhu [Askeland, 1985]

1.5.5 Kelentingan (resilience)

Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada waktu
berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila bebannya dihilangkan.
Kelentingan biasanya dinyatakan sebagai modulus kelentingan, yakni energi regangan tiap
satuan volume yang dibutuhkan untuk menekan bahan dari tegangan nol hingga tegangan
luluh σo. Energi regangan tiap satuan volume untuk beban tarik satu sumbu adalah :

Uo = ½ σxеx

Dari definisi diatas, modulus kelentingan adalah :

Persamaan ini menunjukan bahwa bahan ideal untuk menahan beban energi pada
pemakaian di mana bahan tidak mengalami deformasi permanen, misal pegas mekanik,
adalah data bahan yang memiliki tegangan luluh tinggi dan modulus elastisitas rendah.

1.5.6 Ketangguhan (Toughness)

Ketangguhan (Toughness) adalah kemampuan menyerap energi pada daerah


plastik. Pada umumnya ketangguhan menggunakan konsep yang sukar dibuktikan atau
didefinisikan. Salah satu menyatakan ketangguhan adalah meninjau luas keseluruhan
daerah di bawah kurva tegangan-regangan. Luas ini menunjukan jumlah energi tiap satuan
volume yang dapat dikenakan kepada bahan tanpa mengakibatkan pecah. Ketangguhan
(S0) adalh perbandingan antara kekuatan dan kueletan. Persamaan sebagai berikut.

UT ≈ su ef

atau

Untuk material yang getas

Keterangan; UT : Jumlah unit volume


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Uji tarik juga dapat
diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Percobaan ini untuk
mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.

Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8 atau D638.
Standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan agar retak dan patahan terjadi di daerah
gage length. Face dan grip adalah faktor penting. Terdapat beberapa bentuk spesimen pada
uji tarik yaitu Spesimen Plat, Spesimen Round Bar, Spesimen Beton Neser.

Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan beberapa
sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain, Kekuatan tarik,
Kuat luluh dari material, Keuletan dari material, Modulus elastic dari material, Kelentingan
dari suatu material, Ketangguhan.

B. Saran
Sebaiknya sebelum dilakukan pengujian, alat-alat yang digunakan dilakukan
pengecekan terlebih dahulu, agar apabila ada alat yang rusak dapat segera dapat diperbaiki,
dan pengujian dapat dilakukan lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Dieter, E. George, 1993, “Metalurgi Mekanik”, Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

Satriawan, Halus. 2010. Evaluasi Material dengan Uji Fisik. Jurnal Metalurgi Fakultas Teknik
Universitas Almuslim. Vol. 10 , No. 1: 2-10.

Silitonga, P. H. 1993. Definitional Of Tensile Testing. Bandung: Pusat Penelitian dan


Pengembangan Material.
M.M. Munir, [2000], Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik Bangunan Kapal, PPNS

Budi Prasojo, ST [2002], Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik Permesinan Kapal,
PPNS

Anda mungkin juga menyukai