Penyusun :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Tensile Test ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah struktur baja dan fiber. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Tensile Test bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Moch. Luqman Ashari dan Bapak Lukman
Cahyono, selaku dosen mata kuliah struktur baja dan fiber yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Pengujian tarik termasuk salah satu metode untuk menentukan sifat-sifat mekanik dari
suatu material seperti kekakuan, keuletan, ketangguhan, dan kekuatan. Dengan menarik
suatu bahan kita akan segera mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap
tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang. Alat
eksperimen untuk uji tarik ini harus memiliki cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan
yang tinggi (highly stiff). Oleh karena itu pengujian tarik juga merupakan metode yang
sering dipakai untuk mengetahui berbagai jenis sifat mekanik dari suatu material.
Kita sebagai engineer, kita perlu mengetahui sifat-sifat mekanik dari suatu material agar
dapat berguna dalam pemilihan material yang cocok sebagai bahan dari suatu alat. Maka
dari itu perlu dilakukannya praktikum pengujian tarik ini agar kita tahu dan paham
bagaimana cara menentukan sifat-sifat mekanik dari suatu material
BAB II
PEMBAHASAN
s= P/A0
Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui nilai modulus
elastisitas. Persamaannya dituliskan dalam persamaan
e : regangan
σ : Tegangan (kg/mm2)
Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk
mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan tegangan teknik (sebanding
dengan beban F) yang bertambah terus, dengan bertambahnya regangan. Akhirnya dicapai
suatu titik di mana pengurangan luas penampang lintang lebih besar dibandingkan
pertambahan deformasi beban yang diakibatkan oleh pengerasan regang. Keadaan ini
untuk pertama kalinya dicapai pada suatu titik dalam benda uji yang sedikit lebih lemah
dibandingkan dengan keadaan tanpa beban. Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat
pada daerah tersebut dan benda uji mulai mengalami penyempitan secara lokal. Karena
penurunan luas penampang lintang lebih cepat daripada pertambahan deformasi akibat
pengerasan regang, beban sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah bentuk benda uji
akan berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada persamaan (1) akan berkurang
hingga terjadi patah.
Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan beberapa
sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain :
a. Kekuatan tarik
b. Kuat luluh dari material
c. Keuletan dari material
d. Modulus elastic dari material
e. Kelentingan dari suatu material
f. Ketangguhan.
Bentuk bahan yang diuji, untuk logam biasanya dibuat spesimen dengan dimensi seperti
pada Gambar.3 berikut.
Perubahan panjang dari spesimen dideteksi lewat pengukur regangan (strain gage) yang
ditempelkan pada spesimen seperti diilustrasikan pada Gbr.4. Bila pengukur regangan ini
mengalami perubahan panjang dan penampang, terjadi perubahan nilai hambatan listrik
yang dibaca oleh detektor dan kemudian dikonversi menjadi perubahan regangan.
1.3 Jenis-jenis Spesimen Uji Tarik
Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8 atau D638.
Standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan agar retak dan patahan terjadi di daerah
gage length. Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak
tepat, spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw break). Ini
akan menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus selalu tertutupi di seluruh permukaan
yang kontak dengan grip. Agar spesimen uji tidak bergesekan langsung dengan face. contoh
spesimen pada proses uji tarik salah satunya adalah komposit Al-SiC.
Terdapat beberapa bentuk spesimen pada uji tarik. Bentuk spesimen sebagaimana
ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
1. Spesimen Plat
Batang uji berupa plat ditentukan dahulu gauge lengthnya, yaitu 60 mm.
Setelah itu diambil titik tengah dari gauge length tersebut, yaitu A0 = 30 mm & B0
= 30 mm. Ke semuanya itu diberi tanda dengan penitik kemudian diukur kembali
panjang gauge lengthnya, apakah tepat 60 mm atau tidak. Setelah itu nilainya
dimasukkan ke dalam form data spesimen untuk L0.
60mm
30mm 30mm
Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik adalah kuat luluh
(Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile Strength). Kekuatan tarik atau kekuatan
tarik maksimum (Ultimate Tensile Strength / UTS), adalah beban maksimum dibagi luas
penampang lintang awal benda uji.
Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban
maksimum dimana logam dapat menahan sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas.
Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji
tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam kaitannya
dengan kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan
dengan beban maksimum, di mana logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan
yang sangat terbatas. Akan ditunjukkan bahwa nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan
logam kecil sekali kegunaannya untuk tegangan yang lebih kompleks, yakni yang biasanya
ditemui. Untuk berapa lama, telah menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan struktur pada
kekuatan tarik, dikurangi dengan faktor keamanan yang sesuai.
Tegangan di mana deformasi plastik atau batas luluh mulai teramati tergantung
pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat
dari elastik menjadi plastik yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana
deformasi plastik mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti. Telah digunakan berbagai
kriteria permulaan batas luluh yang tergantung pada ketelitian pengukuran regangan dan
data-data yang akan digunakan.
1. Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada skala regangan
2 X 10-6 inci/inci. Batas elastik nilainya sangat rendah dan dikaitkan dengan gerakan
beberapa ratus dislokasi.
2. Batas proporsional adalah tegangan tertinggi untuk daerah hubungan proporsional
antara tegangan-regangan. Harga ini diperoleh dengan cara mengamati penyimpangan
dari bagian garis lurus kurva tegangan-regangan.
3. Batas elastik adalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh bahan tanpa
terjadi regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban telah ditiadakan. Dengan
bertambahnya ketelitian pengukuran regangan, nilai batas elastiknya menurun hingga
suatu batas yang sama dengan batas elastik sejati yang diperoleh dengan cara
pengukuran regangan mikro. Dengan ketelitian regangan yang sering digunakan pada
kuliah rekayasa (10-4 inci/inci), batas elastik lebih besar daripada batas proporsional.
Penentuan batas elastik memerlukan prosedur pengujian yang diberi beban-tak diberi
beban (loading-unloading) yang membosankan.
Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil pengujian tarik adalah
kuat luluh (Yield Strength). Kekuatan luluh ( yield strength) merupakan titik yang
menunjukan perubahan dari deformasi elastis ke deformasi plastis [Dieter, 1993]. Besar
tegangan luluh dituliskan seperti pada persamaan 2.4, sebagai berikut.
Tegangan di mana deformasi plastis atau batas luluh mulai teramati tergantung pada
kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat dari
elastik menjadi plastis yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi
plastis mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti.
Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah
kecil deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi yang sering digunakan untuk sifat ini
adalah kekuatan luluh ditentukan oleh tegangan yang berkaitan dengan perpotongan antara
kurva tegangan-regangan dengan garis yang sejajar dengan elastis ofset kurva oleh
regangan tertentu. Di Amerika Serikat offset biasanya ditentukan sebagai regangan 0,2 atau
0,1 persen (e = 0,002 atau 0,001)
Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah setelah benda uji
diberi pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan kemudian pada saat beban
ditiadakan maka benda ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan 0,2%, lebih
panjang daripada saat dalam keadaan diam. Tegangan offset di Britania Raya sering
dinyatakan sebagai tegangan uji (proff stress), di mana harga ofsetnya 0,1% atau 0,5%.
Kekuatan luluh yang diperoleh dengan metode ofset biasanya dipergunakan untuk
perancangan dan keperluan spesifikasi, karena metode tersebut terhindar dari kesukaran
dalam pengukuran batas elastik atau batas proporsional.
Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban pada saat
diberikan penetrasi dan akan kembali ke baentuk semula.Secara umum pengukuran
keuletan dilakukan untuk memenuhi kepentingan tiga buah hal [Dieter, 1993]:
1. Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat berdeformasi tanpa terjadi
patah dalam suatu proses suatu pembentukan logam, misalnya pengerolan dan ekstrusi.
2. Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang mengenai kemampuan
logam untuk mengalir secara pelastis sebelum patah.
3. Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau kondisi pengolahan
1.5.4 Modulus Elastisitas
Dimana, s = tegangan
ε = regangan
Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada waktu
berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila bebannya dihilangkan.
Kelentingan biasanya dinyatakan sebagai modulus kelentingan, yakni energi regangan tiap
satuan volume yang dibutuhkan untuk menekan bahan dari tegangan nol hingga tegangan
luluh σo. Energi regangan tiap satuan volume untuk beban tarik satu sumbu adalah :
Uo = ½ σxеx
Persamaan ini menunjukan bahwa bahan ideal untuk menahan beban energi pada
pemakaian di mana bahan tidak mengalami deformasi permanen, misal pegas mekanik,
adalah data bahan yang memiliki tegangan luluh tinggi dan modulus elastisitas rendah.
UT ≈ su ef
atau
PENUTUP
A. Kesimpulan
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Uji tarik juga dapat
diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Percobaan ini untuk
mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.
Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8 atau D638.
Standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan agar retak dan patahan terjadi di daerah
gage length. Face dan grip adalah faktor penting. Terdapat beberapa bentuk spesimen pada
uji tarik yaitu Spesimen Plat, Spesimen Round Bar, Spesimen Beton Neser.
Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan beberapa
sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain, Kekuatan tarik,
Kuat luluh dari material, Keuletan dari material, Modulus elastic dari material, Kelentingan
dari suatu material, Ketangguhan.
B. Saran
Sebaiknya sebelum dilakukan pengujian, alat-alat yang digunakan dilakukan
pengecekan terlebih dahulu, agar apabila ada alat yang rusak dapat segera dapat diperbaiki,
dan pengujian dapat dilakukan lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Dieter, E. George, 1993, “Metalurgi Mekanik”, Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Satriawan, Halus. 2010. Evaluasi Material dengan Uji Fisik. Jurnal Metalurgi Fakultas Teknik
Universitas Almuslim. Vol. 10 , No. 1: 2-10.
Budi Prasojo, ST [2002], Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik Permesinan Kapal,
PPNS