Anda di halaman 1dari 11

PENGUJIAN TARIK &

KEKERASAN
NAMA : MUHAMMAD WIFAQURROKHMAN ABDISSALAM
NIM : 5201421052
PRODI : PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
Pengujian Tarik diperlukan dalam bidang Teknik
Menurut buku (Klasifikasi dan Sifat Material Teknik Serta Pengujian
material, halaman 9) menyatakan:
“Untuk menentukan respon material dari suatu konstruksi, komponen atau
rakitan fabrikasi pada saat dikenakan beban atau deformasi dari luar.”
Menurut buku (Uji Tarik, Hidayat S.T.) menyatakan:
“Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus menarik
suatu bahan (dalam hal ini suatu logam) sampai putus, kita akan mendapatkan
profil tarikan yang lengkap  Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah
kemampuan maksimum bahan tersebut dalam menahan beban. Kemampuan ini
umumnya disebut "Ultimate Tensile Strength" disingkat dengan UTS, dalam
bahasa Indonesia disebut tegangan tarik maksimum.”
 
Konsep Uji Tarik
Menurut buku (Klasifikasi dan Sifat Material Teknik Serta Pengujian material, halaman 9)
menyatakan:
“Menentukan respon material dari suatu konstruksi, komponen atau rakitan fabrikasi pada
saat dikenakan beban atau deformasi dari luar. Dalam hal ini akan ditentukan seberapa jauh
perilaku inheren (sifat yang lebih merupakan ketergantungan atas fenomena atomik maupun
mikroskopis dan bukan dipengaruhi bentuk atau ukuran benda uji) dari material terhadap
pembebanan tersebut.”
Menurut Jurnal (PEMODELAN PENGUJIAN TARIK UNTUK MENGANALISIS SIFAT MEKANIK
MATERIAL, Salindeho, Soukota, & Rudy Poeng, halaman 3) mengatakan:
Uji tarik adalah pemberian gaya atau tegangan tarik kepada material denganmaksud untuk
mengetahui atau mendeteksi kekuatan dari suatu material.
Jenis-jenis Spesimen Uji Tarik berdasarkan Standar Internasional
Menurut Makalah Pengujian Tarik (Rifai) mengatakan:
Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8 atau D638.
Standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan agar retak dan patahan
terjadi di daerah gage length. Face dan grip adalah faktor penting. Dengan
pemilihan setting yang tidak tepat, spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan
pecah dalam daerah grip (jaw break). Ini akan menghasilkan hasil yang tidak
valid. Face harus selalu tertutupi di seluruh permukaan yang kontak dengan
grip. Agar spesimen uji tidak bergesekan langsung dengan face. contoh
spesimen pada proses uji tarik salah satunya adalah komposit Al-SiC.
Tahapan Pengujian Tarik
Menurut Artikel Model Pengujian Material Permesinan Kapal (Azhar, ST., MT & Kristiyoko, S.T., M.T., halaman 2-8
– 2-9)
1. Batang yang dipakai untuk pengujian material biasanya mempunyai diameter standar do dan panjang ukur
standar lo.
2. Panjang ukur adalah panjang tertentu sepanjang bagian yang berdiameter kecil dari spesimen yang ditandai
dengan dua takikan sehingga pertambahan panjangnya dapat diukur selama pengujian.
3. Pengujian dilakukan dengan menarik batang uji perlahan-lahan sampai patah, sementara beban dan jarak
panjang ukur dimonitor secara kontinyu.
Menurut video https://youtu.be/Fqb_2o0MnxI menjelaskan :
4. Menggunakan spesimen gauge mark, bahannya intial mark, lalu gaugh length measuring tengahnya diberi
ukuran 5.00 mm (ASTM Standard).
5. Measuring diameter 9.00 mm.
6. Input previous measuring data into computer Place specimen on both grips.
7. Start loading the specimen Fracture should occur within the marked guage length, if not repeat testing (ASTM
Standard).
Konsep Pengujian Kekerasan:
Menurut buku (Klasifikasi dan Sifat Material Teknik Serta Pengujian
material, halaman 13)
Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical
properties) dari suatu material.
Pengujian yang paling banyak dipakai adalah dengan menekankan
penekan tertentu kepada benda uji dengan beban tertentu dan
dengan mengukur ukuran bekas penekanan yang terbentuk diatasnya,
cara ini dinamakan cara kekerasan dengan penekanan. Kekerasan juga
didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk menahan
beban identasi atau penetrasi (penekanan).
Jenis-jenis Pengujian Keras:
Menurut website https://www.detech.co.id/hardness-test/ menuliskan :
1. Pengujian Brinell merupakan jenis hardness test dengan cara menusuk atau menekan spesimen
menggunakan indenter berbentuk bola yang terbuat dari baja yang sudah dikeraskan atau karbida
tungsten. Indenter bola baja digunakan untuk material yang memiliki kekerasan Brinell hingga 450 BHN.
2. Prinsip dasar pengujian vickers sama dengan uji Brinell, perbedaannya penggunaan indentor intan yang
berbentuk piramid beralas bujur sangkar dan sudut puncak antara dua sisi yang berhadapan 136o.
Pengukuran diagonal segi empat lebih akurat dibandingkan pengukuran pada lingkaran. Pengujian ini
dapat dilakukan untuk spesimen tipis hingga 0,006 inci.
3. Metode Hardness Test Rockwell berbeda dengan Brinell dan Vickers. Pada uji kekerasan Rockwell tidak
melakukan pengukuran tapak tekan secara manual, pengukuran langsung dilakukan oleh mesin dan
langsung menunjukkan nilai hardness dari bahan yang diuji, nilai ini dapat dilihat pada dial indicator.
Jenis Spesimen Uji Kekerasan berstandar internasional
Menurut website https://www.detech.co.id/hardness-test/ menuliskan :
7.1.1. Pengujian Brinell merupakan jenis hardness test dengan cara menusuk atau menekan
spesimen menggunakan indenter berbentuk bola yang terbuat dari baja yang sudah
dikeraskan atau karbida tungsten. Indenter bola baja digunakan untuk material yang
memiliki kekerasan Brinell hingga 450 BHN.
7.1.2. Prinsip dasar pengujian vickers sama dengan uji Brinell, perbedaannya penggunaan
indentor intan yang berbentuk piramid beralas bujur sangkar dan sudut puncak antara dua
sisi yang berhadapan 136o. Pengukuran diagonal segi empat lebih akurat dibandingkan
pengukuran pada lingkaran. Pengujian ini dapat dilakukan untuk spesimen tipis hingga
0,006 inci.
7.1.3. Metode Hardness Test Rockwell berbeda dengan Brinell dan Vickers. Pada uji kekerasan
Rockwell tidak melakukan pengukuran tapak tekan secara manual, pengukuran langsung
dilakukan oleh mesin dan langsung menunjukkan nilai hardness dari bahan yang diuji, nilai
ini dapat dilihat pada dial indicator.
Tahapan Pengujian Kekerasan
Menurut video https://youtu.be/sFP2rBtfVks menjelaskan :
1. Alatnya yaitu : Inden Kerucut Intan, Identor Rockwell B (bola baja diameter 1/16”), Block Standard (mengklarifikasi bahwa
peralatan masih dalam rings yang diijinkan standard pengujian Rokcwell C sebesar 62.0 toleransi kurang lebih 0.8), Block
Standard Rockwell B dengan nilainya 91.1 toleransi kurang lebih 1.
2. Tidak memerlukan permukaan yang halus.
3. Menghidupkan magnet pada mesin pengujinya, kemudian keluar angka pada display.
4. Angka 2 yang tertera pada display dinolkan untuk setting, lalu pilih menu HRB ganti dengan HRC untuk menentukan jenis
bahan pengujinya, serta kalau sudah memilih di enter.
5. Pemasangan identor kerucut intan dimasukkan ke atas dalam holder, kemudian di kunci.
6. Spesimen di taruh diatas anvil, kemudian putar setirnya yang terdapat pada anvil ke atas sampai mendekati identornya
maksimal 8 mm.
7. Atur waktu dengan mengklik tombol m/s. T1 untuk waktu detik, kemudian T2, kemudian T3, kemudian kalau sesuai klik enter.
8. Bisa memulai pengujian dengan mengklik tombol start, ditunggu, lalu di lihat table pengerjaan mesin, serta tabelnya ke T1 
Pembebanan T2 Relase di tunggu T3 End
9. Pengujian telah selesai, nilainya adalah 66.20 HRC.
10. Metode ke-2 menggunakan identor rockwell B, pengerjaan sama seperti yang diatas tersebut.
11. Yang membedakan adalah metode penekanannya yaitu menggunakan HRB, dan nilai penggujinya adalah 88.97.
Diperoleh Pengujian Kekerasan :

Menurut artikel Klasifikasi dan Sifat Material Teknik serta


Pengujian Material (Hidayat, halaman 15) mengatakan :
1.mengukur ketahanan terhadap deformasi bahan Teknik
tersebut.
2.memudahkan untuk mengetahui kekuatan bahan.
3.material terutama semata diuji untuk dua pertimbangan: yang
manapun ke riset karakteristik suatu material baru dan juga
sebagai suatu cek mutu untuk memastikan bahwa contoh
material tersebut menemukan spesifikasi kualitas tertentu.
 
WASSALAMU’ALAIKUM WR.WB

Anda mungkin juga menyukai