NPM : G1C020024
Pengujian kekerasan material dengan metode Brinell biasanya dilaksanakan pada mesin uji
kekerasan Brinell, namun ada juga yang dilaksanakan pada mesin universal. Ada beberapa jenis
mesin Brinell yang biasanya digunakan untuk melakukan pengujian kekerasan material, seperti
mesin Brinell manual, mesin Brinell digital, mesin Brinell semi otomatis, dan mesin Brinell
otomatis penuh. Ditinjau dari pembebanannya, terdapat mesin Brinell dengan tenaga pneumatik,
mesin Brinell dengan tenaga hidrolik, mesin Brinell dengan beban berupa cakram atau tabung
logam solid. Dari cara penempatannya terdapat mesin Brinell jenis portabel, mesin Brinell yang
dipasang pada meja, dan mesin Brinell yang dipasang di lantai.
Di bawah ini akan diuraikan mengenai pengujian kekerasan bahan menggunakan mesin Brinell
manual.
Di dalam pengujian kekerasan dengan menggunakan mesin Brinell jenis ini, tenaga
pembebanan didapat dari beban yang berupa beberapa cakram atau tabung logam yang solid
dengan berat tertentu yang dipasang di bagian belakang di luar mesin atau ada juga yang
dipasang di bagian dalam mesin.
1. Bersihkan permukaan spesimen dari kerak, minyak dan kotoran lainnya dengan cara
digosok menggunakan kertas ampelas.
2. Atur besarnya beban uji dengan cara memasang lempengan-lempengan logam yang
berbentuk cakram atau tabung logam solid di bagian belakang mesin.
5. Gerakkan tuas pembebanan sehingga beban uji mulai diterapkan di mana indentor mulai
melakukan penekanan pada spesimen.
6. Hitung lamanya waktu (dwell time) penerapan beban dengan menggunakan stop watch.
7. Setelah waktu penerapan beban terlampaui, bebaskan beban uji dengan menggerakkan
tuas pembebanan ke posisi semula.
8. Putarkan kembali roda tangan untuk menurunkan meja uji, sehingga spesimen mudah
diambil.
9. Ukur dua diameter jejak yang saling tegak lurus dengan memakai mikroskop pengukur
manual ataupun mikroskop digital.
10. Tentukan besarnya nilai kekerasan spesimen dengan menggunakan tabel konversi atau
dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus :
Nama : Danny Rizki Nugraha
NPM : G1C020024
Kekuatan tarik adalah salah satu sifat mekanik yang sangat penting dan dominan dalam suatu
perancangan konstruksi dan proses manufaktur. Setiap material atau bahan memiliki sifat
(kekerasan, kelenturan, dan lain lain) yang berbeda-beda. Untuk dapat mengetahui sifat mekanik
dari suatu material maka diperlukan suatu pengujian, salah satu pengujian yang paling sering
dilakukan yaitu uji tarik (tensile test). Pengujian ini memiliki fungsi untuk mengetahui tingkat
kekuatan suatu material dan untuk mengenali karakteristik pada material tersebut.
Terdapat beberapa spesimen pada uji tarik. Uji Tarik (Tensile Test) adalah suatu metode yang
digunakan untuk menguji kekuatan (tensile strength) suatu material/bahan dengan cara
memberikan beban (gaya statis) yang sesumbu dan diberikan secara lambat atau cepat. Diperoleh
hasil sifat mekanik dari pengujian ini berupa kekuatan dan elastisitas dari material/bahan.
Nilai kekuatan dan elastisitas dari material uji dapat dilihat dari kurva hasil uji tarik. Selain
kekuatan dan elastisitas, sifat lain yang dapat diketahui adalah sebagai berikut :
Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu
material/bahan dan juga sebagai referensi pendukung untuk spesifikasi material/bahan. Kekuatan
ini ada beberapa macam, tergantung pada jenis beban yang bekerja, yaitu kekuatan tarik,
kekuatan geser, kekuatan tekan kekuatan torsi dan kekuatan lengkung. Sifat Mekanik yang
didapat dari uji tarik meliputi :
Nama : Danny Rizki Nugraha
NPM : G1C020024
Terdapat beberapa bentuk spesimen pada pengujian tarik. Adapun bentuk dari spesimen tersebut
adalah sebagai berikut :
2. Pembuatan gauge length. Langkah yang dilakukan dalam pembuatan gauge length adalah: –
Siapkan penitik dan tandai spesimen dengan dua titikan sejuh 60 mm untuk spesimen plate
bar dan round bar. Sedangkan untuk beton neser gauge lenghtnya 8 x diameter. Dimana
gauge lenght untuk beton neser kami memperoleh: ℓ = 78.40 mm m = 177.38 gram ρbaja =
0,00785 gram/mm3 d= √((4 m)/(π ρ l)) d= √((4 x 177.38)/(π 0,00785 x 78.40)) = 9,816 mm
Sehingga gauge lenght beton neser ℓ0 = 8 x 9,816 = 78,526 mm. Ulangi langkah di atas untuk
seluruh spesimen.
Nama : Danny Rizki Nugraha
NPM : G1C020024
3. Pengukuran dimensi Langkah yang dilakukan dalam pengukuran dimensi adalah: – Ambil
spesimen dan ukur dimensinya. – Catat jenis spesimen dan data pengukurannya pada lembar
kerja. – Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
4. Pengujian pada mesin uji tarik. Langkah yang dilakukan dalam pengujian pada mesin uji tarik
adalah: – Catat data mesin pada lembar kerja. – Ambil kertas milimeter dan pasang pada
tempatnya. – Ambil spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat. – Setting beban dan
pencatat grafik pada mesin tarik. – Berikan beban secara kontinyu sampai spesimen patah. –
Catat besarnya beban pada saat yield, ultimate dan ketika patah yang nilainya tampak pada
monitor beban. – Setelah patah, ambil spesimen dan ukur panjang dan luasan penampang
yang patah . – Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
Beberapa perangkat pada otomotif dan transmisi serta bagian-bagian pada kereta api, akan
mengalami suatu beban kejut atau beban secara mendadak dalam pengoperasianya. Oleh karena
itu ketahanan suatu material terhadap beban mendadak, serta faktor-faktor yang mempengaruhi
sifat material tersebut perlu diketahui dan diperhatikan. Ketahanan tersebut merupakan salah satu
sifat material yang disebut getas.
Ada banyak dijumpai kerusakan pada konstruksi yang menampakkan pola patah getas padahal
terbuat dari logam yang ulet. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kecenderungan suatu
logam mengalami patah getas diantaranya; tegangan triaxial, temperatur rendah dan laju
regangan/pembebanan yang tinggi. Tegangan triaxial dapat terjadi apabila pada permukaan
terdapat takik/notch.
Impact Test atau Uji Impak berguna untuk melihat efek-efek yang ditimbulkan oleh adanya
takikan, bentuk takikan, temperatur, dan faktor-faktor lainnya. Uji impak dapat juga disebut
sebagai suatu pengujian material untuk mengetahui kemampuan suatu material/bahan dalam
menerima beban tumbuk dengan diukur besarnya energi yang diperlukan untuk mematahkan
spesimen material/bahan dengan ayunan seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini:
Bandul dengan ketinggian tertentu berayun dan memukul spesimen. Energi potensial dari bandul
berkurang sebelum dan sesudah memukul spesimen merupakan energi yang diserap oleh
spesimen.
Nama : Danny Rizki Nugraha
NPM : G1C020024
Terdapat 2 macam pengujian impact yaitu Metode Charpy dan Metode Izod :
1. Metode Charpy. Pada metode ini, spesimen diletakkan mendatar dan kedua ujung spesimen
ditumpu pada suatu landasan. Letak dari takikan (notch) berada pada tepat ditengah arah
pemukulan dari belakang takikan. Biasanya metode ini digunakan di Amerika dan banyak negara
yang lain termasuk Indonesia.
2. Metode Izod. Pada metode ini, spesimen dijepit pada salah satu ujungnya dan diletakkan tegak.
Arah pemukulan dari depan takikan. Biasanya metode ini digunakan di Negara Inggris.
Temperatur Transisi
Pengujian impak juga dapat digunakan untuk menentukan ductile to brittle transition
temperature yaitu temperatur tertentu yang lebih rendah dimana logam berubah menjadi
getas. Temperatur transisi ini hanya dapat diperoleh jika pengujian impact dilakukan pada
temperatur yang bervariasi. Ada 5 kriteria dalam penentuan temperatur transisi
Nama : Danny Rizki Nugraha
NPM : G1C020024
1. Kriteria 1, yaitu T1 pada temperatur ini pola patahan adalah 100% fibrous. FTP (Fracture
Trasnsition Plastic), kriteria ini sangat konservatif karena pada suhu ini spesimen patah
ulet telah dianggap mengalami transisi.
2. Kriteria 2, yaitu T2 FATT (fracture Apperance Transition Temperature) Temperatur pada
saat menghasilkan pola patahan 50% cleavage fracture & 50% ductile fracture.
3. Kriteria 3, yaitu T3 rata-rata energi tertinggi dengan energi terendah yang diserap,
besarnya seringkali mirip dengan T2.
4. Kriteria 4, yaitu T4 temperatur yang dapat menghasilkan energi sebesar 20 joule (15 ft
lb).
5. Kriteria 5, yaitu T5 temperatur yang menghasilkan pola patahan 100% cleavage fracture
disebut NDT (Nil Ductility Temperature).
Anneling ialah suatu proses laku panas (heat treatment) yang sering dilakukan terhadap logam
atau paduan dalam proses pembuatan suatu produk. Tahapan dari proses Anneling ini dimulai
dengan memanaskan logam (paduan) sampai temperature tertentu, menahan pada temperature
tertentu tadi selama beberapa waktu tertentu agar tercapai perubahan yang diinginkan lalu
mendinginkan logam atau paduan tadi dengan laju pendinginan yang cukup lambat. Jenis
Anneling itu beraneka ragam, tergantung pada jenis atau kondisi benda kerja, temperature
pemanasan, lamanya waktu penahanan, laju pendinginan (cooling rate), dll.
2. Normalizing
Merupakan proses perlakuan panas yang menghasilkan perlite halus, pendinginannya dengan
menggunakan media udara, lebih keras dan kuat dari hasil anneal.
3. Spheroidizing
Nama : Danny Rizki Nugraha
NPM : G1C020024
Merupakan process perlakuan panas untuk menghasilkan struktur carbida berbentuk bulat
(spheroid) pada matriks ferrite. Pada proses Spheroidizing ini akan memperbaiki machinibility
pada baja paduan kadar Carbon tinggi.
4. Process Annealing
Merupakan proses perlakuan panas yang ditujukan untuk melunakkan dan menaikkan kembali
keuletan benda kerja agar dapat dideformasi lebih lanjut.