Melalui pengujian kita dapat mengetahui sifat – sifat mekanik logam dan sifat fisik
lainnya. Seperti kekerasan, kekuatan, kekenyalan, kekakuan dan plastisitas bahan. Adapun
jenis pengujiannya antara lain:
1. Uji Kekerasan A.
Uji Rockwel
Pengujian Rockwell merupakan suatu uji untuk mengetahui tingkat kekerasan. Tingkat
kekerasan yang di uji adalah tingkat kekerasan logam baik logam ferrous maupun logam
non ferrous dengan menggunakan alat Rockwell Hardness Tester.
Langkah-langkah Pengujian Rockwell
Metodologi pengambilan data pada simulasi adalah sebagai berikut:
1. Tentukan Material Logam ferrous (baja karbon) dan logam non ferrous (alumunium
dan tembaga).
2. Potong bahan yang akan diuji.
3. Haluskan permukaan bahan uji yang telah dipotong.
4. Haluskan bahan uji dengan amplas berukuran 100 sampai dengan 1000 sampai
permukaan benda rata.
5. Uji Kekerasan (rockwell) Baja Karbon, Alumunium, dan Tembaga Menguji bahan uji
dengan alat Rockwell, yaitu untuk kelompok logam ferrous menggunakan indentor
kerucut diamond 120o dan untuk kelompok logam non ferrous menggunakan indentor
steel ball berukuran Ø 1/16”.
6. Ambil data Mengambil data yang dihasilkan pada saat menguji bahan, yaitu dengan
menetukan beban yang diberikan, dimana untuk baja menggunakan jenis HRa
dengan beban yang diberikan 60KP, untuk logam ferrous baja yang telah dilakukan
kalibrasi menggunakan jenis HRc dengan beban yang diberikan 150KP, logam non
ferrous alumunium dan tembaga menggunakan jenis HRb dengan beban yang
diberikan 100KP.
7. Analisa hasil pengambilan data, yaitu membandingkan hasilnya untuk kelompok
logam ferrous dan logam non ferrous untuk dicari mana yang paling keras.
8. Tarik kesimpulan menurut tujuan yang telah ditentukan.
Dimana;
HB = Brinell Hardness Number (BHN);
F = beban indentasi, kg;
Db = diameter bola indentor, mm;
Di = diameter indentasi pada permukaan, mm.
C. Uji Vickers
Kekerasan ini diukur dengan mempergunakan alat penguji vickers. Dalam pengujian ini
dipakai piramid dimana dengan sudut bidang duanya 136o sebagai penekan. Hasil pengujian
tidak tergantung pada besarnya beban / gaya tekan. Alat ini dapat mengukur kekerasan
bahan mulai dari sangat lunak (5 VHN) sampai yang sangat keras (1500 VHN), tanpa perlu
mengganti daya tekan dapat dipilih antara 1 – 120 Kg tergantung kekerasan atau ketebalan
bahan yang diuji.
Kekerasan vickers pada prinsipnya sama dengan kekerasan brinell, yaitu beban dibagi
luas tapak penekanan.
Rumus Kekerasan Vickers:
2. Uji Tarik
Pengujian ini merupakan proses pengujian yang biasa dilakukan karena pengujian
tarik dapat menunjukkan perilaku bahan selama proses pembebanan. Pada uji tarik, benda
uji diberi beban gaya tarik, yang bertambah secara kontinyu, bersamaan dengan itu dilakukan
pengamatan terhadap perpanjangan yang dialami benda uji.
Dari uji tarik, banyak sifat-sifat yang bisa kita ketahui dibandingkan dengan pengujian
lain. Dari hasil penarikan material hingga material tersebut putus, kita dapat mengetahui data
yaitu berupa tegangan tarik versus pertambahan panjang dari material yang kita uji.
a. Menyiapkan kertas milimeter block dan letakkan kertas tersebut pada plotter.
b. Benda uji mulai mendapat beban tarik dengan menggunakan tenaga hidrolik diawali 0 kg
hingga benda putus pada beban maksimum yang dapat ditahan benda tersebut.
c. Benda uji yang sudah putus lalu diukur berapa besar penampang dan panjang benda uji
setelah putus.
d. Gaya atau beban yang maksimum ditandai dengan putusnya benda uji terdapat pada
layar digital dan dicatat sebagai data.
e. Hasil diagram terdapat pada kertas milimeter block yang ada pada meja plotter.
f. Hal terakhir yaitu menghitung kekuatan tarik, kekuatan luluh, perpanjangan, reduksi
penampang dari data yang telah didapat dengan menggunakan persamaan yang ada.
3. Uji Bending
Pengujian ini merupakan salah satu pengujian sifat mekanik bahan yang diletakkan
terhadap spesimen dan bahan, baik bahan yang akan digunakan pada kontraksi atau
Uji lengkung (bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk
menentukan mutu suatu material secara visual. Selain itu uji bending digunakan untuk
mengukur kekuatan material akibat pembebanan dan kekenyalan hasil sambungan las baik
di weld metal maupun HAZ. Dalam pemberian beban dan penentuan dimensi mandrel ada
beberapa factor yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Kekuatan tarik (Tensile Strength)
2. Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C.
3. Tegangan luluh (yield).
Berdasarkan posisi pengambilan spesimen, uji bending dibedakan menjadi 2 yaitu
transversal bending dan longitudinal bending.
a. Transversal bending.
Pada transversal bending ini, pengambilan spesimen tegak lurus dengan arah
pengelasan. Berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan, pengujian
transversal bending dibagi menjadi tiga:
1. Face Bend (Bending pada permukaan las)
2. Root Bend (Bending pada akar las)
3. Side Bend (Bending pada sisi las).
4. Uji impact
Uji impact dilakukan untuk menentukan kekuatan material sebagai sebuah metode uji
impct digunakan dalam dunia industry khususnya uji impact charpy dan uji impact izod. Dasar
pengujian ini adalah penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang mengayun dari
suatu ketinggian tertentu dan menumbuk material uji sehingga terjadi deformasi.
5. Uji struktur
Uji struktur mempelajari struktur material logam untuk keperluan pengujian material logam
dipotong-potong kemudian potongan diletakkan dibawah dan dikikis dengan material alat
penggores yang sesuai. Untuk pemeriaksaannya dilakukan dengan alat pembesar ataupun
mikroskop elektronik.
1. Holiday Detector
Holiday test merupakan sistem pengujian yang digunakan untuk mengetahui adakah
lubang-lubang kecil atau pinhole pada suatu material. Material yang dimaksud adalah material
yang telah dilakukan pengelasan dan coating pada materialnya. Mengingat pada las-lasan
material ada penguatan lapisan yang mana permukaannya tidak rata maka untuk memastikan
coating pada las-lasan material tersebut sudah sempurna maka dilakukan Holiday test
tersebut untuk mengetahui apakah coating tersebut telah menutupi semua lapisan material
atau tidak.
Holiday test ini biasanya dilakukan mengingat biasanya pada proses coating pada las
lasan material sering ditemukan lapisan yang tidak tertutupi sehingga dikategorikan cacat dan
harus direpair kembali. Karena jika tidak dilakukan holiday test akan mengakibatkan
kebocoran pada material tersebut. Material-material tersebut seperti pipa baja, pipa beton,
tangki minyak dan lain-lain.
Langkah Pengujian
1. Sambungkan pegangan tongkat tegangan tinggi (high voltage wand handle) menuju
ke bagian depan dari instrument,
2. Sambungkan kabel arde menuju ke “detector handle” dengan cara memasukkannya
dan memutarnya searah dengan jarum jam. Jangan pernah menghubungkan atau
melepas bagian instrument ketika instrument masih dalam keadaan dinyalakan.
3. Pastikan juga semua aksesoris pada alat sudah lengkap dengan melakukan cek
menggunakan daftar pemeriksaan:
• APS instrument
• Mil-spec waterproof carrying case
• 4″ rubber paddle electrode
• Voltage adjusting screwdriver
• Instruction manual
• One electrode (3 versions to choose from)
• Compax connector for full circle electrodes
• 20′ ground cable
• Battery charger
• Two batteries
4. Lakukan pemasangan pada elektroda menuju ke “high voltage wand handle” lalu
lakukan pemeriksaan pada struktur atau permukaan benda yang akan dilakukan
pengujian.
5. Pastikan elektroda juga selalu dekat dengan permukaan benda yang dilakukan
pengujian. Dari titik ini, alat pengujian dapat dinyalakan dan pengujian dapat
dilakukan. Alat akan menyala saat menahan switch yang terdapat pada alat, dan jika
switch pada alat dilepas maka alat juga akan ikut mati. Ada 3 pilihan yang terdapat
pada kit yakni: Full circle Spring electrode for Any one pipe diameter between 4” and
36”,
Half Circle Spring Elctrode for any one pipe, 0.75” and 8”, lalu ada pilihan Silicone-
Rubber Brush Electrode with any one width between 2” and 8”.
2. Vacuum Test
Vacuum test merupakan salah satu cara untuk menguji hasil pengelasan. Dengan vacuum
test ini dapat diketahui ada tidak tidaknya kebocoran pada hasil pengelasan. Vacuum test
dilakukan pada hasil pengelasan yang hanya satu sisi pengelasan yang dapat dilihat dan
umumnya digunakan sebagai tempat yang berfungsi sebagai fluida strorage tank.
3. Tutup permukaan las yang sudah dilumuri sabun dengan menggunakan Inspeksion Box.
4. Hidupkan Mesin vacuum dengan tekanan berkisar antara 262 – 400 mm Hg.
5. Apabila ada kebocoran pada hasil las maka akan muncul gelembung – gelembung air
sabun.
Hasil uji cairan penetran ditentukan dari dimensi, jenis indikasi dalam uji ini disebut
dengan indikasi relevan atau (relevant indication) dengan ukuran yang lebih dari 1,5 mm.
Sedangkan dari segi bentuknya terdapat dua jenis yaitu Linier Indication (Indikasi
Memanjang) dan Rounded Indication (indikasi melingkar).
1. Persiapan Permukaan.
Permukaan benda uji harus bersih dari berbagai jenis pengotor seperti minyak, karat
dan pengotor lainnya dengan lebar dari daerah uji minimal 25 mm. Anda dapat
membersihkannya dengan sikat baja, hal ini bertujuan agar tidak mengganggu proses
aplikasi penetran dan saat mengamati hasil pengujian.
Cara mengaplikasikan alat dan bahan uji UT pada permukaan sesuai prosedur
Alat-alat yang digunakan dalam pengujian Ultrasonic Testing ini diperlukan alat-alat dan
bahan serta prosedur pengujian yang benar.
Alat-alat yang digunakan seperti flaw detector, blok kalibrasi, probe, majun, penggaris dan
blok kaliberasi alat. Sedangkan untuk bahan-bahannya digunakan seperti benda uji, kuplan.
Prosedur pengujian UT
a. Persiapan Pengujian
Sebelum melakukan pengujian dengan menggunakan metode ultrasonik ada beberapa
hal yang perlu dipersiapkan terlebih dahulu yaitu melakukan kalibrasi pada alat ultrasonik
dengan menggunakan blok kalibraasi V1 (K1=IIW Blok), V2 (K2), step wedge dan
sebagainya. Apabila ultrasonik sudah terkalibrasi maka ultrasonik siap digunakan.
b. Langkah pengujian menggunakan probe normal
1. Cleaning
Kondisi permukaan harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang menempel
dipermukaan sehingga tidak mengganggu proses inspeksi pada benda kerja.
2. Apply kuplan
Setelah permukaan dipastikan bersih dari kotoran maka dilakukan pengolesan
kuplan secara merata pada bagian yang ingin diinspeksi menggunakan ultrasonik.
c. Pemakaian Skala DGS (Distance Grain Size) dengan mengkalibrasi, baik gain maupun
jarak sehingga amplitudo langsung menunjukkan dimensi cacat dalam satuan mm
DGS.