Pengetahuan tentang metalurgi las merupakan faktor kunci atas berhasilnya implementasi teknologi
las modern , terutama dengan diketemukannya bahan paduan dengan sifat kemanis yang unggul (
sangat ulet / tough dan kuat ) . Metalurgi las mengendalikan pelaksanaan , kondisi serta sifat mekanis
las.
Prinsip dasar metalurgi las adalah struktur mikro dari sambungan las yang menentukan sifat mekanis dan
variabel seperti saikel termal , reaksi kimia didalam cairan metal , perpaduan , flux , komposisi , dan zat
kontaminan yang sangat mempengaruhi sona terimbas panas.
Dalam tulisan ini disajikan pengenalan secara umum untuk dapat memberikan penjelasan tentang prinsip
dasar dan beberapa terminologi dalam metalurgi las.
Fenomena metalurgis yang sangat penting dalam pengelasan seperti : pekerjaan dingin ( cold working ) ,
rekristalisasi , pertumbuhan kristal , penuaan ( aging ) dan tempering , akan dibahas termasuk
penggunaan
2541 F bersifat bcc , namun pada suhu diantara kedua suhu diatas bersifat fcc. Metal lain yang bersifat
allotropis adalah cobalt , zirconium , timah putih , dan uranium.
Ada kalanya dua jenis metal fase tunggal dicairkan dan dipadu menjadi bahan paduan , yang ternyata juga
memiliki fase tunggal pula , seperti misalnya tembaga dan nikel menjadi copper nickel ( lihat diagram
isomorphous G 5-1) . Diagram ini memperlihatkan daerah suhu dan komposisi dimana fase cair dan padat
terjadi dalam kondisi paduan dibawah tekanan atmosferis yang tetap. Nikel memiliki ttik lebur 2647 F
dan tembaga 1981 F , namun paduannya memiliki titik lebur dan titik beku yang bervariasi dalam sutu
cakupan shuh ( temperature range ). Apabila nikel dan tembaga dilebur-padukan , suatu fase tungga
( L ) terjadi pada suhu diatas garis yang menunjukkan sifat cair ( liquidus ) , sedangkan suatu fcc
fase tunggal ( ) akan terjadi pada suhu suhu dibawah garis padat ( solidus ) . Berbeda dengan elemen
murni , suatu daerah fase yang bersifat cair dan padat berada pada cakupan suhu dan komposisi diantara
sifat liquidus dan solidus untuk sistim paduan berfase tunggal.
Untuk menujukkan formasi padat-cair yang tidak terbatas , suatu sistim paduan harus memenuhi
persyaratan hukum Hume – Pothery yang mempersyaratkan kedua elemen memiliki :
• Radius atom tidak boleh berbeda satu dengan lainnya melebihi 15%.
• Struktur kristal yang sama
• Memiliki nilai elektronegativitas sama ( elemen harus dekat satu dengan lainnya dalam tabel periodik
).
• Memiliki valensi sama.
Terdapat banyak dipasaran paduan nickel copper berfase tunggal yang berkisar dari monel kaya nikel
hingga paduan kaya tembaga yang berkonduktivitas tinggi.
Terdapat banyak sistim paduan isomorphous yang berbasis pada besichromium , besi-vanadium ,
tungsten – molybdenum , chromium molybdenum , dan lain lain. Walaupun paduan isomorphous tidak
terbatas pada sistim dua komponen , namun jenis paduan ini cukup dikenal .
Sistim paduan binary eutectic memiliki komponen yang tidak tunduk pada hukum Hume- Rothery ,
karenanya paduan ini tidak menujukkan sifat cair-padat yang tak terbatas pada suhu kamar , namun
berada dalam kondisi campuran antara dua fase padat , sebagai contoh misalnya paduan aluminium –
tembaga , aluminium-silika , aluminium-magnesium , timbal-timah putih dan nikel - titanium.
G.1 DIAGRAM FA SE ISOMORPHOUS PADUAN
2700
L 2651 F
2500
LIQUIDUS
L+
2300
SOLIDUS ( Cu.Ni )
2100
1900
Cu 20 40 60 80 Ni
TEMBAGA-NIKEL
NIKEL , % berat
Didalam gambar G.2 ( diagram fase aluminium tembaga , suhu liquidus menurun hingga minimum pada
33.2% Cu dimana proses pembekuan ( solidivication ) terjadi pada suhu tunggal ( 1018 F ) seolah olah
paduan tersebut sebagai metal murni. Reaksi eutectic yang terjadi pada saat pemanasan dan pendinginan
memotong garis eutectic isotherm ( garis datar ) pada 1018 F diantara batas batas komposisi 5.65 dan
52.5% Cu adalah :
PENDINGINAN
L ( 33.2% Cu ) ( 5.65% Cu ) + ( 52.5% Cu )
PEMANASAN
1250
L 53.5%
L+
( Al ) 1018 F L+
1000
5.65% 33.2%
52.5%
750
( Cu Al 2 )
+
500
Al 10 20 30 40 50 Cu
TEMBAGA , % berat
Contoh lain dari komposisi eutectic dapat dilihat pada diagram besi carbon ( G. 3 ) pada suhu 2098 F
antara batas batas komposisi 2.11 dan 6.69% C dimana :
PENDINGINAN
L ( 4.3%C ( 2.11 % C ) + Fe3C ( 6.69% C ).
PEMANASAN
G. 3 REAKSI ISOTHERMIS PERITECTIC , EUTECTIC DAN
CARBON , % berat
Campuran eutectic yang terjadi pada suhu kamar disebut ledeburite . Paduan eutectic biasanya memiliki
daya guna yang cukup luas dalam pengecoran bentuk rumit.
Reaksi peritectic terjadi dalam banyak sistim paduan engineering yang ditandai dengan pembekuan
serentak dari cairan dan padat membentuk paduan padat lain . Reaksi ini terjadi pada suhu 2723 F
diantara persentase carbon 0.09 hingga 0.53. dalam sistim besi-carbon ( gambar G. 4 ) , dan
merupakan tipe peritectic dimana austenite ( ) dalam baja terbentuk dari cairan dan ferrite
pada pendinginan , atau :
DIDINGINKAN
( 0.09%C ) + L ( 0.53% C ) ( 0.17%C ).
DIPANASKAN
Banyak sistim paduan binary seperti misalnya besi-carbon , besi-nikel, besi-mangamese, tembaga-seng ,
dan perak – platina mengandung reaksi pertectic . Dalam beberapa sistim , reaksi trasformasi padat
terjadi manakala suatu komposisi padat tertentu yang berfase tunggal bertransformasi menjadi
campuran dari dua buah fase lain sewaktu mendingin. Proses ini disebut reaksi eutectoid yang terlibat
dalam semua komposisi baja. Sistim paduan besi-carbon memperlihatkan ketiga trasformasi fase tersebut
diatas , yakni reaksi peritectic , eutectic dan eutectoid . Reaksi eutectic terjadi pada suhu 1340 F diantara
persentase carbon 0.0218 hingga 6.69% C dimana setelah didinginkan perlahan lahan menjadi :
Fe3C ( 6.69%C).
Eutectoid lamellar ( lempengan ) ( ferrite dan Fe3C ) yang terjadi pada 0.77%C disebut pearlite.
G. 4 BAGIAN PERITECTIC DARI SISTIM BESI - CARBON
2800 2800 F
0.09%
L+ L
( + Fe )
0.17% 0.53%
2723 F
2700
+
L+
2600
+ Fe
AUSTENITE
2541 F
2500
Fe 0.20 0.40 0.60 0.80
CARBON , % berat
Gambar G. 5 menggambarkan struktur mikro yang didapat apabila baja 0.02% C dan 0.77%C didinginkan
perlahan lahan dari daerah austenite . Besi ( 0% C ) yang tidak mengandung carbon sama sekali merupakan
bcc ferrite murni ( terang ). Baja 0.2%C mengandung sekitar 25% pearlite ( gelap ) dan 75% ferrite ( terang
). Baja 0.77%C mengandung 100% pearlite.
Proses fabrikasi yang mengurangi penampang metal , memperkuat metal tersebut dengan fenomena
disebut kerja pengerasan ( work hardening ) juga dikenal sebagai kekang pengerasan ( strain hardening )
yang biasanya mengurangi daya muai ( elongation ) , disebut kerja dingin ( cold working ) .
Proses seperti ekstrusi ( pemencetan ), penempaan , pengerolan dan pengecilan ( swaging ) , membentuk
sekaligus memperkuat material yang terlibat. Beberapa dari proses ini menggunakan kenaikan suhu ,
sebagian lainnya dilaksanakan dalam suhu kamar.
Istilah kerja dingin biasanya digunakan untuk menunjukkan proses mekanisasi ( fabrikasi ) , asalkan suhu
pelaksanaan tidak merubah struktur material.
Tujuan dari kerja dingin adalah memperkuat material yang biasanya sangat lemah dan daktil ( mudah
dibentuk ) , seperti misalnya aluminium murni atau tembaga murni. Keja dingin menghasilkan material
dengan struktur kristal terdistorsi dibandingkan dengan struktur kristal dalam kondisi teranil ( tersepuh
).
Berat ringannya kondisi distorsi berbanding lurus dengan persentasi pengecilan penampang benda kerja.
Pekerjaan dingin yang berlebihan akan mengurangi daya daktilitas . Untuk mendapatkan daya daktilitas
kembali , benda kerja dipanaskan hingga struktur mikronya berubah . Pengaruh suhu terhadap pekerjaan
dingin terdiri dari dua tahap , yakni rekristalisasi ( recrytalization ) dan pertumbuhan kristal ( grain growth
/ crystal growth ).
Proses ini dimulai manakala material yang dikerja-dinginkan dipanaskan pada suhu yang dikehendaki ,
yakni suhu rekristalisasi. Pada proses rekristalisasi kristal yang terdistorsi diganti dengan kristal baru , lebih
kecil , bebas regangan yang disebut equiaxed grain yang memiliki daya daktilitas yang lebih tinggi. Makin
besar tenaga yang diperlukan untuk membuat kerja dingin , suhu rekristalisasi makin rendah dan struktur
kristal yang terjadi semakin kecil. Semakin berkurang suhu rekristalisasi , waktu rekristalisasi bertambah
lama sehingga batas suhu tercapai , dimana proses rekristalisasi tidak akan terjadi lagi dibawah suhu
tersebut.
Dengan menahan suatu benda kerja pada suhu diatas suhu rekristalisasi menghasilkan pertumbuhan
kristal . Pertumbuhan kristal ini terjadi karena kristal cenderung mengurangi energi permukaannya .
Kristal besar memiliki perbatasan area ( grain boundary area ) yang lebih kecil dalam setiap unit volume
dan karenanya juga memiliki energi permukaan yang lebih kecil. Berhubung berkembangnya kristal besar
mengorbankan kristal kecil , maka energinya tersimpan. Proses pertumbuhan kristal secara besar besaran
terjadi pada suhu Tm / 2 dimana Tm adalah titik cair metal pada Kelvin , misalnya Tm / 2 aluminium =
872 F. Proses aniling metal dilaksanakan pada suhu diatas Tm/2 untuk menghasilkan daktilitas yang baik.
Walaupun prosedur kedua proses ini sama dan melibatkan pemanasan paduan larutan padat yang
sangat kenyang hingga tingkat suhu yang ditentukan secara hati hati sehingga reaksi pengendapan
terjadi , maksud pengerasan usia dan pengendapan temper sangat berlawanan. Pengaruh
pengerasan usia yang terbaik untuk komposisi paduan terjadi pada diagram fase dimana terjadi
larutan padat yang maksimum . Sebagai contoh pada gambag G. 2 , komposisi untuk precipitation
hardening terjadi pada 4 hingga 6% Cu. Paduan seperti ini biasanya dipanaskan pada suhu sedikit
dibawah suhu reaksi eutecic hingga 950 F untuk melarutkan semua ( hampir semua ) tembaga
didalam larutan padat. Paduan ini kemudian didinginkan mendadak ( quenched ) didalam air untuk
mendapatkan larutan padat yang sangat kenyang pada suhu kamar. Pada kondisi sebagaimana
didinginkan ( as quenched ) , paduan menjadi lunak dan mudah dibentuk ( ductile ). Setelah paduan
tersebut di tuakan ( aging ) pada suhu antara , sekitar 375 F , kekuatannya bertambah dengan cepat
selaras dengan berjalannya waktu aging karena mengendapnya partikel yang sangat kecil (
microscopic ) mendekati komposisi . Sertelah kekuatan maksimum tercapai , proses aging
selanjutnya mengurangi tingkat kekuatan , proses ini disebut overaging . Hal ini disebabkan oleh
berlebihannya pengendapan fase yang berukuran besar. Proses tempering sebaliknya hanya
berlaku untuk metal yang bertransformasi setelah quenching menjadi struktur martensit.
Walaupun reaksi martensi terjadi pada beberapa sistim paduan , hanya pada baja saja yang dapat diambil
manfaatnya yang secara komersil menguntungkan. Martensit tidak tampak dalam diagram besi-carbon
karena merupakan fase yang non equilibrium yang hanya terjadi apabila terjadi pendinginan mendadak
dari daerah austenit. Berhubung martensit dalam kondisi sebagaimana didinginkan mendadak , terlalu
getas untuk struktur engineering , diperlukan tempering pada suhu 390 hingga 1200 F untuk
mendapatkan kekuatan ideal , daktilitas , dan keuletan yang dikehendaki untuk tujuan tertentu. Jika suhu
tempering dinaikkan , kekuatan material akan menurun dan sifat daktilitas dan keuletannya akan
meningkat , kecuali jika terjadi tempered martensite embrittlement ( penggetasan martensit temper ) ,
dan penggetasan temper ( temper embrittlement ) , yang dapat terjadi secara berturut turut diantara
suhu 570 hingga 750 F dan antara 750 hingga 1000 F.
Perlakuan panas baja menjadi faktor yang sangat penting untuk semua penggunaan struktural sehingga
dibuat diagram , TTT dan CCT untuk lebih mendayagunakan sifat baja melalui transformasi fase non
equilibrium.
Gambar G. 7 menggambarkan kurva CCT untuk baja eutectoid. Gambar G. 7 juga mewakili secara kualitatif
proses quencing dengan air , minyak dan udara dengan berbagai laju pendinginan yang menghasilkan
struktur mikro dan kekerasan yang bervariasi pula.
Misalnya batang baja eutectoid ( 0.77%C) dengan diameter ½ “ dipanaskan , kemudian ditahan pada suhu
austenisasi yang sesuai , yakni kira kira 1600 F, dan kemudian didinginkan dengan air . Sesuai dengan
diagram CCT pada gambag G. 7 baja ini memiliki struktur mikro martensit sebagaimana tertera pada
gambar G. 8 (a) dengan kekerasan sebesar 840 HV. Apabila batang yang sama didinginkan dengan udara
, keseluruhan struktur mikronya mungkin berubah menjadi pearlite sebagaimana tertera pada gambar G.
5 (c) dengan kekerasan sebesar 270 HV. Selanjutnya apabila suatu kawat baja yang telah teraustenisasi
dengan diameter 0.06” didinginkan dengan udara pada suhu kamar , maka struktur mikronya akan
berubah menjadi struktur mikro yang terdiri dari bainite ( gelap ) dan martensit ( terang ) sebagai tertera
pada gambar G. 8 (b) dengan kekerasan sebesar 560 HV. Jadi disini dapat dikatakan bahwa apabila baja
dengan komposisi yang telah ditentukan diberi perlakuan panas melalui quencing dan tempering atau
didinginkan secara terkendali, dapat berubah menjadi beberapa jenis struktur mikro dengan sifat mekanis
yang berbeda beda.
Idealnya mengelas suatu paduan dengan menggunakan bahan penambah yang tepat akan memberikan
beberapa keuntungan , yakni :
SONA TERIMBAS
PANAS
las yang menggunakan bahan paduan yang komposisi kimiawinya sangat berbeda dengan bahan induk
sebagai bahan filler.
Sebagai contoh pengelasan besi tuang abu abu kelas 30 yang dilas dengan filler metal yang kaya dengan
nikel menggunakan proses SMAW , sona tidak tercampur tampak jelas ( lihat gambar G.5-10 ) , karena
besi tuang abu abu yang mencair membeku sebagai struktur besi putih ( dengan F3C eutectic ditambah
) , sedangkan sona kompositnya mengandung sebagian besar bahan filler nikel , yang membeku sebagai
austenite.
Lain halnya dengan pengelasan nikel murni dengan bahan filler nikel menggunakan proses las GTAW ,
sona tidak tercampur tidak tampak karena komposisi cairan disona komposite dan kondisi mendingin
tidak berbeda dengan cairan disona tidak tercampur.
Pertumbuhan epitaxial
Mekanisme pembekuan yang mendasar yang direkayasa untuk metal tuangan telah diterapkan dengan
berhasil untuk solidifikasi pengelasan. Perbedaan yang masih ada antara solidifikasi bahan tuangan
dengan solidifikasi pengelasan adalah adanya fenomena pertumbuhan epitaxial pada jalur las. Pada metal
tuangan pembentukan kristal padat dari cairan memerlukan nukleasi heterogin dari partikel padat yang
berada pada dinding cetakan ( mold ) yang kemudian diikuti dengan oertumbuhan kristal . Sebaliknya
proses nukleasi pada jalur las terhapus pada awal terjadinya proses solidifikasi disebabkan oleh
mekanisme pertumbuhan epitaxial dimana atom dalam kolam las secara cepat terdeposisi pada lokasi
lattice yang paling awal terbentuk dekat bahan induk padat. Akibatnya struktur dan orientasi
crystallografis kristal HAZ dalam antar muka las , berlanjut kedalam daerah fusi las sebagaimana tampak
pada pengelasan nikel asli ( gambar G.5-11 ) . Pada kenyataannya lokasi antar muka las yang tepat sangat
sulit untuk ditentukan pada deposit las metal murni yang menggunakan bahan filler yang sangat sesuai .
Bahkan bentuk struktur mikro seperti annealing twins yang berada dalam HAZ akan selalu tumbuh secara
epitaxial kedalam bahan las sewaktu pembekuan. Demikian juga dengan bahan filler yang tidak sesuai
juga akan membeku secara epitaxial , khususnya apabila bahan filler dan bahan induk memiliki struktur
kristal yang sama sewaktu pembekuan , misalnya pengelasan monel ( fcc ) dengan nikel ( fcc ) sebagai
bahan filler.
Bentuk kolam las cenderung memanjang selaras dengan bertambah cepatnya pengelasan. Pada
gambar G.5-12 (b) tingkatan suhu maksimum hampir tegak lurus dengan antar muka las A B ,
namun karena kolam las memanjang dibelakang busur nyala tingkat suhu pada titik B tidak lagi
mengarah keelektroda.
- Q / 2RTp n
D -- Do = b e ( t’ )
Proses pertumbuhan kristal yang berlangsung dapat menyebabkan pertumbuhan lateral dari butir kristal
bahan las. Pada pengelasan bahan nikel murni , lebar butir butir columnar yang berkembang dari HAZ
berlanjut melebar kesona fusi. Sama halnya dimetal baja lebar butir butir columnar akan beberapa kali
lebih besar dari ukuran butir maksimum didalam HAZ. Lebar butir columnar hanya dapat dibatasi oleh
ukuran jalur las dan masukan energi busur nyala , misalnya suatu hal yang tidak mungkin untuk
mendeteksi HAZ dari nyala GTAW pada permukaan tembaga tuang kasar. Hal ini disebabkan oleh waktu
tinggal yang terlalu singkat sehingga tidak sempat terbentuk pengembangan kristal .
Banyak logan yang tidak dapat diperkuat melalui perlakuan panas dapat diperkuat melalui rolling dingin ,
misalnya logam paduan aluminium , paduan tembaga seri 1xxx , 3xxx dan 5xxx.
MENGENDALIKAN KEULETAN ( TOUGHNESS ) DALAM H.A.Z.
Tidak seperti halnya logam fcc yang selalu daktil dalam segala suhu , metal bcc seperti baja akan
mengalami kondisi transisi dari daktil ke getas ( brittle ) pada suhu yang sangat dipengaruhi oleh faktor
metallurgis seperti struktur mikro , ukuran butir , kandungan carbon dan paduan , serta kandungan inklusi
oksida . Kegetasan akibat transisi ini dapat menyebabkan kegagalan yang membawa bencana
( catastrophick ). 0.4
0.6
G. 13
0.8
1.0
50 75 100 125 150 175
Struktur mikro.
Keuletan metal las baja dapat dicapai manakala struktur mikronya banyak mengandung acicCHARPY IMPACT
TOUGHNESS ,
ular ferrite dengan sedikit sekali ferrite batas ft/lb butir. , bainite dalam jumlah minimum , dan
tidak terdapat martensite. Kecuali apabila jumlah carbon sangat sedikit sekali , struktur yang sepenuhnya
bainite dan atau martensite harus dihindarkan. Ukuran butir dan jumlah inklusi kotoran harus serendah
mungkin . Pada gambar G.5-13 menggambarkan makin sedikit inklusi kotoran , makin tinggi keuletan
bahan.
Proses pengelasan
Karena mengandung austenite awal ( prior austenite ) dan acicular ferrite yang butirnya berukuran kecil
, dan inklusi kotoran yang amat sedikit sekali hingga dapat dikatakan dapat diabaikan , maka sambungan
las yang dilaksanakan dengan proses GTAW , SMAW dan
( sebagaimana dilaskan ) . Keuletan HAZ nya biasanya cukup baik karena butir butirnya kecil disebabkan
oleh masukan panas ( heat input ) yang tidak terlalu tinggi.
Bahan filler
Bahan pemadu didalam bahan filler seperti mangan , nikel , molydenum , chromium dan vanadium sangat
bermanfaat dalam mendorong terbentuknya acicular ferrite dalam cakupan laju
pendinginan las yang lebih luas. Untuk mendapatkan keuletan maksimum diperlukan jumlah bahan
paduan yang optimum . Jika jumlahnya berlebihan justru akan memberi pengaruh buruk terhadap
daktilitas bahan.
Sarana meningkatkan keuletan
Masalah serius yang dihadapi dalam menggunakan proses pengelasan yang murah , berheat input tinggi
seperti misalnya electroslag dan submerged arc welding adalah kehilangan yang cukup besar daya
keuletan materialnya terutama pada sumbu jalur las dan pada HAZ yang berbutir kasar didaerah
antarmuka las.
Ada beberapa cara untuk menaikkan keuletan produk las dari kedua proses tersebut diatas , yakni :
Perlakuan panas terhadap ESW dan SAW menghasilkan perbaikan yang cukup memuaskan dalam
menaikkan keuletan baik bahan las maupun HAZ. Normalizing menghasilkan struktur butir halus diseluruh
sambungan las.
Dari laju pendinginan Adam dan persamaan puncak suhu HAZ , jelas bahwa pemanasan awal dapat
mengurangi laju pendinginan las dan memperlebar HAZ . Perubahan ikutan dari pemanasan awal
terhadap struktur mikro dan kekerasan sambungan las dapat merupakan hal yang patut diperhitungkan.
Pemanasan awal terhadap pengelasan baja kandungan carbon tinggi 1080 dapat menghasilkan struktur
pearlite yang bebas retakan di HAZ , sedangkan pengelasan tanpa menggunakan pemanasan awal dari
bahan ini dapat menghasilkan martensite yang getas di HAZnya.
Dengan meningkatnya kandungan carbon , bahan paduan , dan ketebalan pelat , keperluan akan
pemanasan awal menjadi sangat menentukan untuk mencegah terjadinya keretakan. Untuk baja dengan
komposisi tertentu , pemanasan awal dapat dihitung berdasarkan carbon equivalent dibawah ini :
% Mn % Ni % Mo % Cr % Cu
C.E = %C + ------ + ------- + -------- + -------- + ---------
6 15 4 4 13
Dengan menggunakan nilai yang didapat dari persamaan diatas , persyaratan untuk cakupan suhu
pemanasan awal untuk mencegah terjadinya keretakan adalah sebagai berikut :
Asalkan tersedia diagram CCT yang sesuai untuk pelat baja yang harus dilas dan bahan paduan yang
diharapkan terjadi setelah pengelasan , metoda untuk menghitung suhu pemanasan awal ini sangat
berguna dan dapat dimanfaatkan hampir diseluruh komposisi bahan paduan . Secara umum baja
struktural harus dilas dengan pemanasan awal secukupnya untuk mencegah terbentuknya martensite
yang getas. Dengan mempelajari diagram CCT pelat baja yang akan dilas dan komposisi bahan las , laju
pendinginan maksimum yang dibolehkan dapat dihitung.
Dalam praktek , tingkat pengukuran penurunan distorsi dan regangan sisa sulit diprakirakan karena
tergantung pada banyak faktor seperti misalnya besarnya kekangan ( restrain ) , suhu pemanasan awal ,
penyiapan kampuh dan masukan panas.
Banyak sekali obyek metallurgis yang dapat dicapai melalui proses perlakuan panas paska las ( PWHT
) , misalnya pembebasan regangan ( stress relief ) , stabilitas dimensi , ketahanan terhadap retak
karat regangan ( stress corrosion cracking ) , peningkatan keuletan ( toughness ) dan
kekuatan mekanis.
PWHT yang paling umum untuk baja adalah pembebasan stress subkritis , normalizing , dan quench &
temper. Perlakuan panas yang biasa dilakukan untuk bahan non ferrous , seperti paduan aluminium ,
adalah pembebasan stress paska las , perlakuan panas larutan penuh dan penuaan ( full solution heat
treatment & aging ) , aging saja , dan anilisasi.
Pembebasan stress mungkin merupakan salah satu perlakuan panas yang paling sering dilaksanakan
untuk mengurangi stress sisa pengelasan pada sambungan las yang mengalami pengekangan berat
( heavy restrain ) atau yang peka terhadap keretakan. Mekanisme yang dominan dalam pembebasan
regangan adalah relaksasi regangan dan temperisasi martensite atau penuaan lanjut ( overaging )
dari paduan precipitation hardening ( pengerasan setelah dilaskan ) . Dalam hal baja , cakupan suhu
pembebasan regangan berkisar dari 895 hingga 1240ºF yang sebenarnya berada dibawah suhu
transformasi eutectoid selama paling sedikit 1 jam per inci tebal .
Sering dilaksanakan orang , deposit las pada baja yang sangat mudah dikeraskan ( high
hardenability ) seperti misalnya baja 4130 dimasukkan kedalam dapur pembebas regangan
sebelum sempat mendingin hingga dibawah suhu pemanasan awal atau suhu antar pass ,
akibatnya struktur mikronya tidak mengandung martensite , karena struktur austenite yang tersisa
setelah pengelasan ditransformasikan kebainite sewaktu pembebasan regangan sesuai diagram
TTT baja 4130 tersebut. Apabila pengelasan baja ini menghasilkan martensite , hal ini disebabkan
oleh kurangnya pemanasan awal , untuk mengatasi hal tersebut dilaksanakan proses pembebasan
regangan yang akan menemper struktur martensite kestruktur yang kekerasannya lebih rendah
namun meningkatkan keuletan dan daktilitasnya.
Pembebasan regangan paska las dapat menghapuskan retak karat regangan caustic ( caustic stress
corrosion cracking ) yang terjadi di HAZ dari baja ASTM A 516 gr. 70.
Kombinasi antara regangan sisa dan perbedaan galvanis diantara bahan las , HAZ dan bahan induk ,
memberikan kontribusi yang cukup signifikan pada ketahanan terhadap karat regangan yang dihasilkan
dari pengelasan pengelasan tersebut diatas.
Keuntungan normalizing paska las adalah : 1) menghilangkan struktur butir columnar yang kasar dan
kristal yang besar diHAZ , 2) peningkatan keuletan pada sumbu las dan HAZ. Ciri khas struktur mikro lasan
yang dinormalize adalah campuran butir halus antara pearlite dan polygon ferrite. Misalnya pengelasan
electroslag pada baja A588 , normalizing paska las akan menaikkan keuletan CVN dari 7 ft.lb menjadi 50
ft.lb. pada 0ºF.
1500
WAKTU RENDAM
1240
1000
500
0 4 6 10
WAKTU , JAM
Baja quench & temper seperti A514 , A517 ( T-1 ) dan A508 ( HY-80 ) , yang dapat diberi perlakuan panas
, mengandung carbon dan bahan paduan yang cukup tinggi untuk mendapatkan sifat kekerasan tinggi
dan sifat dapat diperkeras yang dikehendaki setelah quench dan temperisasi paska las .
pendinginan las cepat sebagaimana halnya pada electron beam welding ( EBW ) , maka hanya
dengan proses penuaan saja ( aging ) akan dapat menghasilkan kekuatan bahan yang cukup signifikan.
Pada kasus yang terakhir ini bahan las dan HAZ yang berkristal besar perlu diberi perlakuan solusi setelah
pengelasan.