PERLAKUAN PANAS
2.1 Tujuan
1. Mengetahui ketahanan panas suatu spesimen
2. Mengetahui pengertian dari perlakuan panas
3. Mengetahui tata cara pemanasan dan pendinginan.
4. Memahami cara membuat kurva perbandingan waktu pendinginan.
6
Kelompok 8 BAB II PERLAKUAN PANAS
adalah proses untuk memperbaiki sifat dari logam dengan jalan memanaskan
coran sampai temperatur yang cocok, kemudian dibiarkan beberapa waktu pada
temperatur itu, kemudian didinginkan ke temperatur yang lebih rendah dengan
kecepatan yang sesuai. Tata Surdia dan Kenji Chijiwa (1999). Salah satu cara
perlakuan panas pada logam paduan aluminium adalah dengan penuaan keras (
age hardening ). Melalui penuaan keras ( age hardening ), logam paduan
aluminium akan memperoleh kekuatan dan kekerasan yang lebih baik. Dahulu
orang menyebut penuaan keras (age hardening ) dengan sebutan pemuliaan atau
penemperan keras. Penamaan tersebut kemudian dibakukan menjadi penuaan
keras ( age hardening ) karena penemperan keras pada logam paduan aluminium
berbeda dengan penemperan keras yang berlangsung pada penemperan keras baja.
Paduan aluminium yang dapat dituakeraskan atau di age hardening dibedakan atas
paduan aluminium yang dapat dituakeraskan dalam keadaan dingin dan paduan
aluminium yang dapat dituakeraskan dalam keadaan panas. tahap penuaan
( aging ). Kekerasan pada komponen mesin yang terbuat dari baja, dapat diperoleh
melalui proses perlakuan panas atau perlakuan permukaan. Proses peningkatan
kekerasan menggunakan panas merupakan cara yang banyak dilakukan untuk baja
karbon medium dan tinggi. Perlu tidaknya perlakuan panas dan bagaimana
perlakuan panas yang dilakukan tergantung pada sifat coran dan penggunaanya.
Perlakuan panas adalah proses untuk memperbaiki sifat-sifat dari logam dengan
jalan memanaskan coran sampai temperatur yang cocok, lalu dibiarkan beberapa
waktu pada temperatur itu, kemudian didinginkan ke temperatur yang lebih
rendah dengan kecepatan yang sesuai. Perlakuan panas hanya bisa dilakukan pada
logam campuran yang pada temperatur kamar mempunyai struktur mikro dua fase
atau lebih. Sedang pada temperatur yang lebih tinggi fase-fase tersebut akan larut
menjadi satu fase. Cara yang dipakai ialah dengan memanaskan logam sehingga
terbentuk satu fase, kemudian diikuti dengan pendinginan cepat. Dengan cara ini
pada temperature kamar akan terbentuk satu fase yang kelewat jenuh. Bila logam
dalam keadaan tersebut dipanaskan maka fase-fase yang larut akan mengendap.
Baja merupakan suatu campuran dari besi dan karbon, di mana unsur C
menjadi dasar pencampurannya. Di samping itu, mengandung unsur campuran
lainnya seperti Sulfur (S), fospor (P), silicon (Si), dan mangan (Mn) yang
A. Diagram Fasa
1. Diagram Fasa Fe - C
Diagram keseimbangan besi karbon merupakan salah satu cara yang
digunakan untuk mengetahui sifat baja. Besi karbon terbagi atas dua
bagian yaitu baja (steel) dan besi (iron). Pembagian ini didasarkan atas
kandungan karbon yang dimiliki yaitu baja mengandung kurang dari 2 %
wt C. Baja dibagi dua bagian yaitu baja yang mengandung kurang dari
0,83 % wt C disebut dengan hypoeutectoid dan baja yang mengandung
lebih dari 0,83 % wt C sampai dengan 2 % wt C disebut dengan
hypereutectoid. Pemanasan pada temperatur 723°C dengan komposisi 0,8
% wt disebut dengan titik eutectoid. Apabila dilakukan pemanasan
sebelum mencapai titik eutectoid, pada titik hypoeutectoid terbentuk fasa
pearlit dan ferrit. Sedangkan dibawah hypereutectoid mempunyai fasa
pearlit dan sementit. Pada pemanasan melewati garis eutectoid, terjadi
perubahan fasa pearlit menjadi fasa austenite
Berikan analisa
Berikan kesimpulan
2.4.2 Bahan
a. Spesimen baja AISI 1045 : 3 buah
159,2
1 Annealing 850 900 167,616 113,739 146,861
3
Baja Aisi
2 Normalizing 850 900 24,12 15,92 16,41 18,81
1045
301,8
3 Quenching 850 900 389,036 345,438
4
500
BHN =
15,7(5-(5- √ 23,1775
500
BHN =
15,7.0,19
500
BHN =
2,983
BHN =167,616
2(250)
2. BHN=
3,14.5(5- √ 5 - 1,40
2 2
500
BHN =
15,7(5-(5- √23,04
500
BHN =
15,7 . 0,2
500
BHN =
3,14
BHN =159,23
2(250)
3. BHN=
3,14.5(5- √ 5 - 1,65
2 2
500
BHN =
15,7(5-(5- √ 22,27
500
BHN =
15,7 . 0,28
500
BHN =
4,396
BHN =113,739
B. Normalizing
2(250)
1. BHN=
3,14.5(5- √ 5 - 1,80
2 2
500
BHN =
15,7 . 1,32
500
BHN =
20,724
BHN =24,12
2(250)
2. BHN=
3,14.5(5- √ 5 - 1,00
2 2
500
BHN =
15,7 . 2
500
BHN =
31,4
BHN =15,92
2(250)
3. BHN=
3,14.5(5- √ 5 - 1,10
2 2
500
BHN =
15,7×1,94
500
BHN =
30,458
BHN =16,41
C. Quenching
1. 42 HRC
HB ( 11,158×42 ) -79,6
= 468,636-79,6
= 389,036
2. 32 HRC
HB ( 8,570×32 ) -27,6
¿ 274,24-27,6
= 301,84
D. Grafik
QuenchingNormalizing Anealling
Time (S)
Gambar 2.4 Grafik Kecepatan Pendinginan
E. Diagram batang
1. Annealling
Percobaan
2. Normalizing
20,000
BHN
15,92 16,41
15,000
10,000
5,000
0
1 2 3
Percobaan
Gambar 2.6 Diagram Batang Normalizing
3. Quenching
200,000
150,000
100,000
50,000
0
1 2
Percobaan
4. Kekerasan rata-rata
BHN
200,000
146,861
150,000
100,000
50,000 18,816
0
Annealing Normalizing Quenching
Metode Pendinginan
2.7 Kesimpulan
1. Metode pendinginan sangat berpengaruh terhadap nilai kekerasan
spesimen.
2. Metode pendinginan quenching merupakan cara pendinginan terbaik
untuk mendapatkan kekerasan bahan.
3. Kekerasan suatu benda berbeda, tergantung proses pendinginan yang
dilakukan.
4. Temperatur dan waktu sangat penting dalam proses perlakuan panas.